Jumat, 30 November 2012

Hipnoterapy ala Indah

Anak anda malas sekolah? satu hari masuk, dua minggu bolos? .... hmmm...... itu kan Alni waktu TK .....  Atau malas mengaji barangkali? .... uuhhhh .... ini Alni lagi .... Atau gampang sakit dan susah sembuh? ..... atau ada yang gampang masuk angin dan gampang alergi kena debu, hawa dingin atau makanan tertentu ? ..... hiiii .... yang ini ibunya Alni alias aku sendiri .... hahaha .....  Tapi aku ijinkan kalian ngiri karena dengan ijin Allah aku bisa 'mengendalikan' itu semua  .....Gara-gara hipnoterapi ala Indah Nur Qoriah .... Penasaran kan?  Tapi Indah yang baik hati dan murah senyum (ehm ....) akan berbagi untuk kalian.

Kusebut hipnoterapi ala Indah karena aku gak pakai teori dan gak pernah belajar, main kira-kira aja yang penting hasilnya oke punya !

Awal kenal hipnoterapi, saat Insan -anakku yang ketiga- sakit empat tahun yang lalu.  Karena sakitnya gak bisa dideteksi dengan alat-alat kedokteran, seorang teman menganjurkanku pergi ke sebuah klinik hipnoterapi.  Nah, disini aku disuruh mengucapkan 'mantra penyembuhan' yang dibisikkan ke telinga Insan saat dia tidur.

Yang kumaksud 'mantra' disini adalah kalimat-kalimat sugesti yang dirangkai oleh ahli hipnoterapi.  Rupanya ada tehnik tertentu untuk menyusun kalimat hipnosis, tapi Indah gak dikasih tahu caranya sih , salahnya sendiri gak nanya..... makanya aku cuma ngarang dan kira-kira aja.

Jadi, untuk merangkai kalimat sugesti itu :
- ada kata Allah nya, bisa bismillah atau insyaAllah dll
- harus kalimat positif , jangan ada kata "jangan", "tidak", "bukan" dan semacamnya.
- pakai 'present tense', hindari kata akan, nanti, .....
- kalimatnya singkat, jelas, mudah dimengerti oleh sasaran hipnosis
- terkesan menyenangkan dan mudah dilakukan

Contoh kasus :
Beberapa bulan Alni tidak mau lagi mengaji ke TPQ sampai aku ngajiin sendiri di rumah.  Aku ingin dia rajin mengaji lagi seperti dulu.  Aku rangkai kalimat hipnosisnya seperti ini :

"Bismillahirrahmanirrachiiim.  Alni anak yang rajin, rajin sekolah dan rajin mengaji. Mulai sekarang dan seterusnya Alni rajin mengaji, Alni senang banyak teman di sekolah dan di masjid".

Kalimat seperti itu aku bisikkan di telinga Alni saat dia tidur, diulang minimal 3 kali. Saat yang paling afdol adalah saat dia baru saja tidur ..... tapi berhubung biasanya aku lah yang tertidur duluan ....jadinya aku lakukan saat bangun malam usai shalat tahajud.  

Baru beberapa kali kuhipnosis,  Alni sudah rajin mengaji sampai sekarang, bahkan dia tetap ngotot mengaji meskipun kularang karena langit gelap mau hujan.

Bisakah hipnoterapy untuk mengatasi sakit medis?

Anggap aja bisa ..... hehehe.  Aku pernah sakit gatal alergi pas pameran di Jakarta.  Kalau aku sedang kumat alerginya,  gak bisa makan makanan laut dan protein hewani.  Padahal di JCC aku punya pelanggan catering yang menunya begitu menggoda iman...... kesukaanku semua, kadang dia bikin cumi, balado teri, ayam panggang, dll.

Solusinya aku mensugesti diriku sendiri. Mohon pertolongan Allah untuk membuka alam bawah sadarku, disana aku hapus informasi 'makan makanan laut bikin gatal' ...... aku ganti dengan informasi 'aku sehat dengan makanan apa saja'.

Hasilnya aku bisa makan apa saja, gatal-gatalku sembuh tanpa minum obat apapun dan tanpa salep atau bedak gatal.

Di tubuh kita berlaku sistem informasi,  terjadinya bentuk wajah dan tubuh yang kita punya sekarang juga hasil peranan Allah yang memberi kita DNA dan RNA.  Di dalam DNA itu Allah menitipkan informasi genetik dalam bentuk kode kode genetik yang membentuk rambut kita lurus atau keriting, kulit hitam atau putih , hidung mancung atau pesek ... dll dll.

Jadi .... betapa pentingnya menyampaikan informasi positif ke dalam diri kita, baik alam bawah sadar atau alam sadar kita. Segala informasi baik sengaja dilakukan atau tidak sengaja, pasti diproses di dalam diri kita membentuk keadaan kita sekarang.  Jadi kalau mau sehat yaa kasih info sehat saja, mau bahagia? mau nelangsa? ah .....

Kamis, 29 November 2012

Menikmati Dzikir

Sekarang aku tahu kenapa ustadz Virien memberi PR kepada santrinya berupa dzikir dengan jumlah yang banyak, ada yang disuruh membaca surat pendek ratusan kali, ada yang mendapat 'jatah' dzikir dengan asma Allah  ribuan kali.  Masing-masing santri berbeda PRnya.

Ternyata kata eyang, itu untuk menghapus perkataan buruk dan kesalahan di masa lalu. Dan masing-masing santri punya kebutuhan yang berbeda, karenanya PRnya juga tidak sama. Dalilnya ini nih:

Dari Abu Zar, Jundub bin Junadah dan Abu Abdurrahman, Mu’az bin Jabal radhiallahuanhuma dari Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam beliau bersabda : Bertakwalah kepada Allah dimana saja kamu berada, iringilah keburukan dengan kebaikan niscaya menghapusnya dan pergauilah manusia dengan akhlak yang baik “(Hadits Riwayat Turmuzi)

Banyak sekali kejadian yang terjadi hari ini akibat perkataan kita di masa lalu  ........ bahkan sekedar perkataan hati yang 'nyelutuk' begitu saja juga mendapat balasannya.  Tidak ada yang tersembunyi dari Allah sedikitpun dan betapa Allah Maha Teliti dalam mengamati setiap pergerakan hambaNya, meskipun hanya pergerakan di hati dan pikirannya, dan semua akan dibalas dengan adil.

Itulah mengapa kita membutuhkan dzikir atau murattal yang banyak dan khusyu' pula.  Mungkin bila kesalahan kita cuma di lidah, kita cukup menghapusnya dengan dzikir di lidah.  Tapi sayangnya perkataan yang dibuat oleh lidah kan ekspresi kata hati, jadi untuk menghapusnya juga musti dzikir yang nembus ke hati.

Dzikir yang nembus di hati (khusyu) inilah yang pelaksanaannya membutuhkan ketrampilan tersendiri. Tapi bila kita sudah pernah merasakan nikmatnya dzikir yang khusyu', pasti bikin kita selalu rindu untuk berdzikir, bahkan tak terasa waktu begitu cepat berlalu.

Ini sedikit pengalaman untuk 'menemukan'  Allah dalam dzikir kita.

Langkah pertama cari waktu dan tempat yang tenang dan santai, yang tidak ada gangguan sama sekali.  Aku sendiri punya waktu santai antara jam 7 pagi sampai jam 8 pagi, di jam ini anak-anakku sekolah dan karyawanku belum datang.

Langkah kedua, cari posisi yang paling santai dan enak, sambil berbaringpun boleh.  Usahakan tubuh dalam kondisi relaks.

Selanjutnya hubungkan hati dengan Allah.  Allahlah yang menggenggam hati kita, maka bermohonlah agar Allah memberi pengalaman dzikir yang khusyu', bermohonlah dengan segala kerendahan hati dan dengan penuh pengharapan.

Mulailah berdzikir dengan asma-asma Allah mana saja yang paling kita suka.  Boleh kalimat tahlil, tasbih, tahmid atau takbir, atau asma Allah yang diambil dari asmaul husna.  Hayati makna setiap asma yang kita ucapkan, jangan mengejar jumlah, tapi penghayatanlah yang paling penting.

Untuk bisa menghayati sebuah asma Allah, kadang aku diam sejenak setelah mengucapkannya.  Contohnya setelah mengucap 'Subhanallah wabihamdihi', aku terdiam dan membuka hatiku  untuk segala nikmat karuniaNya padaku detik itu, menyadari semua adalah pemberianNya yang luar biasa, dan bermohon agar Allah memberiku kesucian hati. Dengan penghayatan seperti ini membuatku menitikkan air mata, haru, bahagia dan perasaan indah yang sulit dilukiskan.  Allah rasanya begitu dekat, dan dekatnya memberi rasa nyaman dan damai.

Boleh juga mencoba mengajak seluruh sel-sel tubuh untuk berdzikir juga, memang bagi yang tidak terbiasa melakukannya agak aneh atau mungkin agak sulit, tapi bila berhasil rasanya nikmat sekali, dosa-dosa yang 'nyelempit' seperti tercuci.

Dzikir yang nikmat juga bisa kita lakukan sambil beraktifitas, yang ini memang perlu pembiasaan dan perlu meniatkannya dengan sungguh-sungguh.  Dulu aku suka melatih dzikir sambil nari ..... ini sih idenya eyang, tapi bagus juga dicoba.

Ya ceritanya pas aku kepingin langsing, aku malas banget senam, sebagai gantinya aku mengingat lagi tari Bali dari vcd.  Saat itulah eyang bilang agar melakukan dzikir sambil menari dan mengajak seluruh sel tubuh untuk berdzikir.  Hasilnya memang luar biasa, kayaknya seluruh kulit tubuhku berkilauan gitu ..... Mau mencoba? boleh.

Kadang kendala saat dzikir adalah 'ramai'nya pikiran, sudah dapat suasana hening dan damai, tapi pikiran yang gak mau hening, nggrambyang kemana-mana. Sudah berusaha menonaktifkan pikiran tapi kok pikiran tetap gak mau nurut, tetap berkelana kemana-mana.  Kalau sudah begitu biasanya aku yakin saja bila Allah tahu segala usahaku mendekatiNya, pasti Dia menghargainya dan pasti Allah akan membantuku mendekatiNya.

Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasullullah SAW bersabda : ”Allah SWT berfirman :
”Aku dengan persangka hamba-Ku kepada-Ku, dan Aku bersamanya ketika ia berzdikir kepada-Ku, dan Allah SWT lebih senang dengan taubat seorang manusia dari pada seorang kalian menemukan kembali perbekalanya di pada tandus.
Barangsiapa yang mendekat kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu lengan, dan barang siapa mendekat kepada-Ku satu lengan maka Aku akan mendekat kepadanya dua lengan, dan jika ia menghadap kepada-Ku dengan berjalan maka Aku menemuinya dengan berlari”. (Hadits diriwayatkan oleh Bukhari-Muslim).

Untuk membuat pikiran menjadi hening memang membutuhkan proses.  Coba 'deteksi' pikiran sedang 'membahas' masalah apa, bila sudah ketahuan, coba bayangkan itu sebagai sebuah kabut lalu eliminasi keluar, pasrahkan hal yang sedang jadi beban pikiran itu kepada Allah. Alihkan perhatian ke hati dan ke penghayatan makna asma Allah.  Bila masalah terlalu banyak, eliminasi lagi dan lagi. Begitu terus hingga pikiran benar-benar hening , dan hati bisa aktif.

Bagus juga menggunakan audio untuk mempercepat proses hening seperti audio cd digital prayernya mas Nunu (Erbe Sentanu penulis buku Quantum Ikhlas).

Apapun yang anda alami saat berdzikir, syukurilah semua.  Barangkali dari seribu dzikir, kita cuma mendapat satu dzikir yang khusyu, syukuri dan ucapkan rasa terimakasih yang dalam kepada Allah karena dengan ijinNya juga kita bisa menyebut asmaNya. 
 

Selasa, 27 November 2012

Efek Samping Yang Enak

Tulisan ini merupakan kelanjutan tulisanku 'Zona Materi dan Zona Ilahiyah'.  Kali ini mari belajar sama-sama bagaimana cara memasuki zona ilahiyah yang penuh keindahan.

Pernah minum obat kimia? obat kimia biasanya ada efek sampingnya, mungkin berupa mengantuk, muntah, sakit lambung, hati, ginjal, gak enak yaaa, tapi ini adalah hal yang harus mengiringi obat kimia. Mau atau tidak, suka atau tidak, kalau kita memilih minum obat kimia, ya pasti ada efek sampingnya. 

Bagaimana kalau kita nyari efek samping yang enak aja?

Bagaimana kalau efek sampingnya bahagia ?

Efek samping adalah sesuatu yang harus/selalu mengiringi, tapi dia bukan tujuan.  Sekali lagi dia bukan tujuan.

Orang yang beriman dan bertakwa tentu yang dia harap adalah keridhaan Allah.  Kedekatan dengan Allah adalah hal terbesar dan ternomer satu yang ingin dia capai, kebahagiaan dekat dengan Allah itu melebihi dunia dan seisinya. Soal nanti dia jadi 'diikuti' oleh dunia itu hanya efek samping.

Orang-orang yang sudah 100% menjadikan Allah sebagai tujuan hidupnya, dia sudah memasuki zona ilahiyah, sebuah tempat dimana terpadu keindahan spiritual dan sekaligus kebahagiaan lahir dan batin.

Untuk bisa memasuki zona ilahiyah, kita harus merubah pola pikir / cara pandang kita, kita harus berhijrah dari 'dunia sentris' ke 'Allah sentris'.  Kita musti dengan rela meninggalkan ukuran-ukuran dunia dan menggantinya dengan ukuran Allah.

Contoh sederhananya ; kita sering menganggap uang 10 juta lebih banyak daripada 1 juta, padahal belum tentu.  Bagaimana bila Allah menaruh keberkahan di uang 1 juta dan tidak di uang 10 juta? Bisa jadi uang 10 juta habis dalam waktu singkat dengan berbagai jalan dan cara.  Jangan lagi  tertipu angka-angka, kejar keberkahan dibanding jumlah.

Indah sendiri sejak nyadar untuk memilih zona ilahiyah jadi berubah juga, kalau dulu suami pulang pameran, pertanyaanku adalah : Berapa omzetnya?  Sekarang nggak lagi, karena berkah Allah lebih penting, juga jadi lebih bersyukur mendapatkan suami pulang pameran dalam keadaan sehat dan ganteng ... hehehe.  Niat berpameran karena Allah juga musti dijaga.  Efek sampingnya nih suamiku pulang pameran dari Batam kemarin malam dengan membawa  penghargaan stand teramai ! Omzetnya gimana? aku gak nanya siiih, tapi koper yang pas berangkat penuh sesak oleh batik, baju dan mukena, pulangnya kok jadi penuh dengan oleh-oleh, dari T shirt sampai makanan.

Untuk membangun  mind set dan heart set 'Allah sentris',  banyak hal yang musti kita rubah dari diri kita, dari hal besar sampai hal sekecil-kecilnya.  Bahkan hal yang sudah umum kita dengar dan kita benarkan, musti kita tata ulang di hati dan pikiran kita.

Ada ungkapan 'bersedekahlah maka kamu akan menjadi kaya'  ini ungkapan yang tidak salah, tapi kalau kita mau 'naik kelas' yaaa musti dirubah jadi 'bersedekah karena Allah, karena cintaku pada Allah, karena mengharap keridhaan Allah'. Dan setelah itu ada kelas yang lebih tinggi lagi yaitu tidak pernah merasa berbuat baik karena tangan ini hanyalah dipakai olehNya untuk berbuat sesuatu. 

Demikian juga saat shalat dhuha untuk melancarkan rejeki, kita rubah jadi:
aku shalat dhuha karena Allah, karena aku ingin merasakan betapa indahnya dhuha yang diciptakanNya, aku ingin lebih mengenal Allah Sang Maha Pemberi Rejeki, dan yakin seyakin yakinnya bahwa Allahlah yang melapangkan dan menyempitkan rejeki, yang mendekatkan dan menjauhkan rejeki.  Aku ingin Allah mendampingiku dalam setiap detik kehidupanku.

Jadi tujuan hidup untuk Allah itu musti kita afirmasi di dalam hati kita di setiap detik menit jam hari setiap hari.

Kita biasanya juga menjalankan shalat lima waktu karena itu adalah kewajiban.  Coba ditata lagi niatnya, jadi murni karena ingin dekat dengan Allah.  Tanda-tandanya kalau niatnya sudah murni karena Allah, kita jadi ringan menjalankan shalat, seringan kita bertemu kekasih saat sedang jatuh cinta.  Kalau belum merasa happy menjalankan shalat wajib, yaaa musti menata hati lagi dan lagi. 

Coba jawab, manarik mana Allah dengan ciptaanNya? Nah kebanyakan orang tentunya lebih tertarik dengan ciptaanNya, soalnya dia gak tahu bahwa Allah bisa menciptakan yang lebih dari yang ada sekarang.

Nah, pertanyaannya lebih to the point : menarik mana Allah dengan dunia ciptaanNya? Nah, kebanyakan orang  tentu lebih tertarik dengan dunia, soalnya dia tidak tahu bahwa Allah bisa menciptakan surga yang keindahannya tak bisa dibandingkan dengan dunia.  Dan kebanyakan orang  lupa bahwa dunia ini berada di bawah kendaliNya, pada siapa dunia ini diberikanNya adalah hak Allah 100%.

Jadi, tanggalkan dengan ikhlas perasaan 'dunia sentris' nya, mari berhijrah rame-rame ke 'Allah sentris'.

Bila kita sudah berada di dalam zona ilahiyah, indahnya kedekatan dengan Allah itu sudah melebihi dunia yang diberikannya, dunia hanya ibarat efek samping.

Kita semua sudah bisa melihat dan merasakan betapa indah dan nikmatnya dunia ini, nah, bayangkan bila itu semua cuma 'efek samping' lah 'efek depan'nya kayak apa coba? 

Senin, 26 November 2012

Zona Materi dan Zona Ilahiyah

Eyang Virien pernah menggambar dua buah lingkaran, sebuah lingkaran kecil di dalam lingkaran besar.  Di atas lingkaran besar itu dia tulis 'zona materi' sedangkan di atas lingkaran kecil dia tulis 'zona ilahiyah'.

"Ini lo bunda gambaran kehidupan ini.  Ada zona materi dan ada zona ilahiyah.  Sebagian besar manusia berputar-putar di zona materi, dan sedikit sekali orang yang berada di zona ilahiyah.  Banyak manusia mengira bahwa kehidupan di zona ilahiyah itu kering dari materi, padahal sebaliknya.  Di zona ilahiyah, materi malah melimpah-limpah walau bukan itu tujuan mereka", kata ustadz Virien menjelaskan gambar lingkaran yang dibuat asal jadi dengan bolpoint sak ketemunya.

"Perjalanan kita adalah menembus dinding yang membatasi antara zona materi dan zona ilahiyah, disinilah letak kesulitannya.  Tapi bila kita sudah mampu menembusnya, maka yang terjadi adalah kita 'ora kepingin opo-opo, tapi duwe opo-opo' ", gitu kata ustadzku.  Lalu eyang memberi contoh  beberapa nama ulama dan sufi yang kehidupannya kaya raya tapi hati mereka tak sedikitpun terkotori oleh kekayaannya itu.

Maksud eyang dengan ungkapan jawa 'ora kepingin opo-opo, tapi duwe opo-opo' adalah di saat hati kita hanya menginginkan Allah, maka kita sudah tak punya keinginan lagi dengan dunia, tapi dunia itulah yang mengikuti kita.  Kita tidak menginginkan apa-apa, tapi mempunyai apa-apa.

"Mungkin kita masih berada disini nih", kataku menunjuk titik di zona materi tapi mendekati zona ilahiyah, eyang cuma tersenyum.

"Atau mungkin satu kaki kita di zona materi sedangkan satunya lagi di zona ilahiyah", kataku ..... huuu.... hanya dijawab oleh manisnya senyum eyang....

Kalau eyang Syamsul'alam menyebutnya 'lepas saka bebendhune dhonya' yang artinya terlepas dari belenggu keduniawian.  Yang namanya belenggu tentu menyiksa, makanya dilepaskan saja. Tapi banyak orang tidak menyadari bahwa dunia merupakan belenggu, mereka adalah orang yang sedang tertipu oleh dunia (Indah pernah menuliskannya, cari sendiri yaaa, keywordnya tertipu dunia innuri)

Yang jadi persoalan adalah bagaimana caranya masuk ke zona ilahiyah?   

Salah satu caranya Indah tulis di tulisanku sebelumnya "Menomorsatukan Allah".   Cara yang lainnya banyak sih, bahkan aku sudah nanya ke eyang, tapi Indah mau main gitar dulu, soalnya gitar pesananku sudah jadi ..... da da da ...... jreng jreng jreng !!!
 

Sabtu, 24 November 2012

Menomorsatukan Allah

Allah itu Maha Esa, Maha Tunggal, Allah itu satu dan hanya Allah yang pantas dinomorsatukan, bukan hal lain.  Tapi tanpa kita sadari, kita sering sekali menomorduakan Allah, yang jadi nomor satu hawa nafsu kita, persoalan kita, kepentingan kita, kegelisahan kita, kekhawatiran kita.

Pernah aku bertemu salah seorang pembacaku, sebut saja bapak H, dia sedang mengalami kehidupan yang terpuruk, bisnis gagal dan menanggung hutang.  Beliau bilang begini :"Saya sudah menjalankan shalat tahajud selama bertahun-tahun, tapi kenapa tak kunjung mendapat pertolongan Allah?".

Wah .... kenapa ya? Innuri juga suka shalat tahajud.
Mungkin bedanya di niat, kalau Innuri, niat shalat tahajudnya untuk mendekatkan diri pada Allah.  Gak peduli nanti setelah selesai shalat berdoa minta ini itu, yang penting pas bangun untuk shalat tujuan kita ya karena Allah, karena kangen sama Allah, karena kangen bertemu denganNya, kangen menangis dan mengadu kepadaNya, kangen dekat denganNya. Jadi hal yang paling menarik saat kita shalat adalah Allahnya, fokus pada Allah.

Memang dulu saat aku masih kanak-kanak, tujuan shalat tahajudnya ya agar Allah mengabulkan doa-doaku dan Allah selalu mengabulkannya.  Aku suka minta jadi juara kelas dan diterima di sekolah idaman, begitulah kenyataannya.  Seiring usia yang makin tua, tujuan shalatnya jadi ingin lebih dekat dengan Allah.

Nah, mungkin nih ya, bapak H shalat tahajudnya untuk 'menyuruh' Allah menolongnya.  Maksudku gini, dia merasa berat sekali dengan kehidupannya yang amat terpuruk, jadi dia shalat untuk mengharap pertolongan Allah.  Mengharap pertolongan Allah itu gak salah, malah ini wajib, yang salah adalah fokusnya, fokusnya  adalah "kehidupannya yang terpuruk", bukan pada Allahnya.

Dia dengan sepenuh hati begitu 'menghayati' kehidupannya yang terpuruk,  gak ikhlas gitu loh, dia merasa berat banget dengan hidupnya, padahal kan hidup ini pemberian Allah, doa-doanya jadi lebih mirip 'protes' gitu.  Inilah yang meng'cancel' doa-doanya sendiri.

Allah itu harus dinomor satukan.  Untuk bisa menomor satukan Allah, kita harus keluar dulu dari 'penjara' persoalan hidup kita, ini adalah penjara yang kita buat sendiri.  Penjara itu berupa segala hal yang membebani perasaan kita, yang membuat kehidupan ini berasa tidak nyaman.  Penjara itu harus kita robek dan tembus.

Mungkin penjara itu berupa hutang yang menumpuk, bisnis yang jatuh, suami, anak-anak, dll. Cara untuk keluar dari penjara persoalan ya dipasrahkan saja persoalan kita pada Allah, pasrah sepenuhnya.  Lalu fokus pada Allah, banyak memohon ampun, memahami kitabNya, memperbaiki diri di hadapan Allah, banyak berdzikir, menjalankan taqwa seperti tertulis di QS ali imran 133-135.  Sementara kita bekerja untuk meraih ridhaNya, bekerja bukan untuk materi atau hal lain.

Jadikan Allah nomor satu di hati kita.  Contohnya saat kita ingin melunasi semua hutang, itu kita lakukan karena Allah, karena Allah yang suruh kita jadi orang yang bertanggung jawab, lalu mohon pertolongan Allah dalam menjalankan amanahNya.  Jadi kita ingin hutang kita lunas bukan karena agar kehidupan kita menjadi tenang, gak ada yang nagih .

Ini memang halus sekali, perbedaan antara shalat tahajud karena Allah dan karena persoalan yang ingin kita mohonkan pertolongannya pada Allah.  Perbedaannya cuma di FOKUS atau titik pusat perhatian hati kita, pada Allah atau pada persoalan hidup ini.

Pada orang yang bangun malam karena Allah, dia  juga berdoa dan mengharap pertolongan Allah, tapi baginya persoalan hidup itu kecil saja karena yang Maha Besar adalah Allah.  Keridhaan Allah dan kedekatan dia dengan Allah itu lebih menarik hatinya dibandingkan dengan persoalan persoalan hidup ini. Jadi dia akan tetap melakukan shalat tahajud walau hidupnya sudah nyaman .

Nah, bandingkan dengan orang yang bangun malam, ruku dan sujud dengan kepala yang dipenuhi persoalan dan hati yang dipenuhi rasa nelangsa karena masalah yang dihadapinya.  Fokus kehidupannya adalah bagaimana caranya persoalan ini bisa selesai, bukan pada Allah. 

Rasanya lembut sekali ya perbedaannya, tapi ini perbedaan yang nyata, halus tapi nyata. Semoga kalian dan aku diberi kemudahan Allah untuk memahami dan menjalankannya

Ada kata-kata bijak yang kutemukan di dinding pesantren Gubug :

"Kerjakan bagian kita dengan setia, maka Allah akan mengerjakan bagianNya dengan sempurna".

"Allah, letakkan dunia ini di tanganku saja, sedangkan hatiku hanya kuberikan padaMu".

.

Selasa, 20 November 2012

Ingin Menginspirasi Banyak Orang

Ternyata Indah punya pembaca mahasiswa juga loh, cowok ganteng ...... Beberapa hari lalu si ganteng yang pinter banget ini chatting denganku.  Selain kuliah, dia nyambi bekerja sebagai digital artis dan mendirikan sebuah komunitas digital artis yang secara offline aktif berpemeran, menerbitkan buku anime, dan banyak lagi kegiatan grupnya .....

Si ganteng sedang galau rupanya, dia membicarakan masalah masa depannya setelah lulus nanti, .... karena dia merasa cita-citanya gak ada mulia-mulianya , dia ingin menjadi digital artis ternama yang diakui dunia. Dia anggap ini cuma ambisi pribadi yang tidak "menyentuh" , yang tidak mulia karena tidak bisa menginspirasi banyak orang ......


salah satu gambar si ganteng di galeri deviant art mysticflame

Benarkah apa yang dia pikirkan?

Indah mau nanya sekarang, apakah pekerjaan yang mulia itu cuma pekerjaan yang menginspirasi banyak orang?  Apakah untuk bisa menginspirasi banyak orang kita  harus mengubur ambisi pribadi ?

Apa jawaban anda?

Indah jadi ingat akan seorang sahabat, seorang lelaki yang masih muda, tapi dia menderita gagal ginjal, tahu kan? ini sakit yang membutuhkan banyak biaya dan banyak kesabaran.  Dua kali seminggu menjalani cuci darah, padahal dengan sakitnya ini dia sudah tak lagi bisa memenuhi kewajibannya mencari nafkah.  Namun dia amat beruntung karena istrinya yang cantik dengan setia mendampingi.

Herannya, saat menengok mereka berdua di rumah sakit, aku tidak mendengar keluh kesah dari keduanya, mereka berdua tampak ikhlas.  Bahkan di istri memuji betapa tabahnya sang suami menjalani sakitnya, sedangkan sang suami memuji betapa hebat kesetiaan istrinya.

Pulang dari rumah sakit aku jadi malu hati ! Aku yang dikasih sehat sama Allah kok malah banyak berkeluh kesah, masuk angin sedikit saja mengeluh, sesak nafas dikit aja nangis-nangis, lemes waktu haidh aja sudah pasang tampang memelas ........... Lah yang dikasih sakit gagal ginjal masih bisa tersenyum dan ikhlas.

Sepasang sahabatku itu, dalam sakit dan perjuangannya untuk sembuh, telah menginspirasi orang lain dengan keikhlasannya.  Bahkan dia telah memuliakan dirinya dengan keikhlasannya.

Tuh kan? Untuk bisa menginspirasi orang lain tidak perlu hal yang muluk-muluk, tak perlu jadi inspirator atau motivator, tak perlu jadi Mario Teguh ........ Orang yang menjalani takdirnya dengan ikhlas pun sudah begitu menginspirasi.

Dan Allah tidak pernah bilang dalam kitab sucinya bahwa orang yang paling mulia adalah orang yang paling banyak menginspirasi orang lain ..... nggak pernah kan?  Karena yang dinilai Allah bukan kuantitasnya, namun seberapa ikhlasnya, seberapa taqwanya, seberapa istiqamahnya kita dengan nila-nilai qur'ani yang kita pegang teguh.

Kembali kepada cita-cita si ganteng yang ingin jadi artis ternama yang diakui dunia.  Nih soal cita-cita yang katanya tidak ada mulia-mulianya, wah .... ibu Indah musti 'mendongeng' nih ..... sssttt ..... duduk manis, jangan ribut.

Allah menciptakan setiap orang unik, masing-masing orang punya kelebihan dan bakat.  Setiap rencanaNya sempurna, jadi setiap hal yang Allah berikan pada tiap diri adalah sempurna, sesuai kebijaksanaanNya yang Maha Agung. 

Jadi Allah tak pernah main-main saat memberikan si ganteng bakat menggambar, bahkan dia musti menyadari bahwa perjalanan hidupnya yang mengalir hingga bisa mengasah ketrampilannya sampai saat ini, itu semua adalah kemudahan dari Allah, jalan dari Allah, jalan yang mudah dan indah.

Di titik ini dia musti menyadari bahwa menekuni dengan serius apa yang diberikan Allah kepadaNya adalah bentuk dari rasa syukurnya.  Kebahagiaan / rasa senangnya  menekuni bidangnya adalah refleksi dari rasa ikhlas akan bakat pemberian Allah.

Nah, bila menyadari hal ini, dia sudah bisa memahami bekerja untuk bersyukur.  Orang yang bersyukur tentu akan mempersembahkan hidupnya untuk Allah, segala bakat dan semua yang dia miliki dipersembahkan kepada Allah.  Yang dicari adalah keridhaan Allah.  Bahkah saat dia memutuskan untuk jadi artis ternamapun itu adalah bentuk pertanggung jawabannya akan bakat pemberian Allah, karena dia ingin mempersembahkan yang terbaik untuk Tuhannya, untuk Allahnya.

Tidak ada yang salah saat si ganteng memutuskan untuk menjadi digital artis ternama yang diakui dunia.  Yang dia butuhkan adalah menata mind setnya seperti 'dongeng' bu Indah barusan. Percayalah anakku, ananda pasti mendapat hal yang melampaui mimpi ananda bila segala yang kamu miliki sudah dipersembahkan kepada Allah. 

Dan anandapun tak perlu menjadi Mario Teguh untuk bisa menginspirasi dunia.  Karena pribadi yang ikhlas pasti menginspirasi alam semesta. Jadilah  orang yang ikhlas dengan bakatmu, dan jadilah orang yang bersyukur dengan jalan mengasah bakatmu, dan jadilah yang terbaik karena hanya yang terbaik yang pantas dipersembahkan kepada Allah.

Orang yang bekerja untuk bersyukur dan mencari keridhaan Allah dan menginginkan menjadi yang terbaik untuk Tuhannya, adalah orang yang terjauh dari selera rendah, dia senantiasa selaras dengan alam semesta.

Rasa syukurnya akan mengalir dalam karya-karya yang penuh nilai, dia tidak akan terbawa 'arus' dunia seni yang susah digambarkan.  Nilai inilah yang membuatnya berharga, di bumi dan di langit, lalu tanpa dia sadari dia menyebarkan nilai-nilai itu tanpa banyak kata, menginspirasi alam semesta .

Contoh kongretnya : seorang digital artis yang sudah punya mind set seperti dongeng bu Indah tadi, tak akan tega menggambar wanita telanjang karena dia punya tanggung jawab di hadapan Allah untuk menjaga seni itu tetap suci dan diapun berusaha menyebarkan kesucian itu dengan caranya.

Gambar / lukisan memang tidak bisa berkata-kata, tapi dia adalah kata-kata dalam bahasa goresan, setiap goresan tangan pelukis adalah wakil dari pikiran dan perasaan pelukisnya.  Bila pikiran dan perasaan sang pelukis suci, kesucian itu pasti memancar dalam goresannya, dan ini akan tertangkap oleh penikmat seni dan mempengaruhinya tanpa disadari.

Semoga ananda yang ganteng, suatu saat kelak akan punya pengalaman spiritual yang indah di dunia yang sedang dia tekuni.  Insya Allah.  Aamiin.

Sabtu, 17 November 2012

Dunia Ini Mengikuti Siapa ?

Beberapa minggu terakhir aku banyak menulis masalah finansial, itu karena aku ingin memberi semangat kepada dua pembacaku yang sedang mengalami masalah persaingan yang ketat di dunia bisnis.

Sahabatku bapak A punya usaha warnet, salah satu sahabatnya juga punya usaha warnet di tempat lain yang sering sekali dia bantu bila mengalami kesulitan dalam masalah tehnis.  Lalu tanpa ba bi bu, sahabat yang sering dibantunya ini membuka warnet tepat di samping warnet miliknya. 

Sakit hati tentu saja, tapi akhirnya bapak A menyadari bila sakit hati tak akan membantunya menyelesaikan masalah, akhirnya dia memilih ikhlas dan memaafkan.

Beberapa minggu setelah mendengar ceritanya, aku ketemuan dengannya di fb , chating. Dia cerita bahwa warnetnya bertambah ramai, omzetnya meningkat.  Semua itu membuatnya begitu heran, dipepet kompetitor kok malah ramai.  Sudah begitu, menjelang kelahiran putranya, dia juga mendapat rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka.

Senang mendengar ceritanya, ending yang manis untuk orang yang ikhlas dan memaafkan. Pengalaman seperti ini penting agar kita semakin menyadari bahwa memelihara kesucian hati kita  itu memberi keajaiban dan mendatangkan pertolongan Allah.

Sahabat satunya lagi bapak B, punya usaha digital printing, membuat spanduk, banner dll, selama ini dia satu-satunya orang yang punya digital printing di kota kecil itu. Tiba-tiba muncul pesaing yang secara 'gerilya' menyerang dengan memasang iklan di seluruh kota dengan harga yang lebih murah.  Bahkan 3 orang mantan karyawannya bekerja di perusahaan pesaing itu. Usahanyapun sepi.

Bapak B ini sebenarnya orang yang tahu bagaimana musti bersikap, yaitu ikhlas dan menyadari bahwa rejeki dari Allah itu tak akan terhalang sedikitpun oleh adanya pesaing.  Tapi untuk bisa benar-benar punya mind set seperti ini membutuhkan perjuangan tersendiri.  Membutuhkan waktu, bahkan dia perlu berkunjung ke Malang menemuiku dan ustadz Virien, kata dia itu adalah perjalanan spiritualnya.

Dengan pertolongan Allah, bapak B bisa ikhlas juga akhirnya, dia bisa menjalankan usahanya dengan penuh ketenangan dan keyakinan.  Aku bisa merasakan usahanya mulai lancar lagi, banyak pesanan dari calon bupati yang berkampanye.  Tapi ketika aku tanya bagaimana usahanya, omzetnya naik nggak? dia jawab begini :

"Bunda, aku jadi bingung jawabnya, hehehe... Justru kegalauan hati yang tersembuhkan itu yang melebihi itu semua.  Kalau acuannya di omset, ntar takutnya pas omset menurun jadi bingung lagi, hehe, aku takut kita jadi berbisnis sama Alloh, gitu ya bunda?".

Aku yang kaget dia jawab seperti itu. Lalu dia bercerita bagaimana dia terinspirasi dari Nabi Ayub :

" Nabi ayub itu hilang harta, karena terbakar, hilang anak, hilang istri, hilang ketampanan, tapi tak sedikitpun mempengaruhi imannya pada Alloh,  tak sedikitpun !".

Bahkan dia 'menceramahiku', katanya , "Pencapaian harta atau apapun yang ukurannya dunia, tidak berbanding lurus dengan iman dan taqwa,  juga tidak berbanding terbalik karena antara makhluk dan kholik itu tidak bisa untuk perbandingan".

Mengenai pendapatnya yang terakhir ini , coba simak ayat-ayat berikut ini :

QS. Al-A'raaf (Al-A'raf) [7] : ayat 96
Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya

QS. Al-Maaidah (Al-Maidah) [5] : ayat 65
Dan sekiranya Ahli Kitab beriman dan bertakwa, tentulah Kami tutup (hapus) kesalahan-kesalahan mereka dan tentulah Kami masukkan mereka kedalam surga-surga yang penuh kenikmatan.

QS. An-Naml [27] : ayat 53
Dan telah Kami selamatkan orang-orang yang beriman dan mereka itu selalu bertakwa.

QS. Al-Hadiid (Al-Hadid) [57] : ayat 28
Hai orang-orang yang beriman (kepada para rasul), bertakwalah kepada Allah dan berimanlah kepada Rasul-Nya, niscaya Allah memberikan rahmat-Nya kepadamu dua bagian, dan menjadikan untukmu cahaya yang dengan cahaya itu kamu dapat berjalan dan Dia mengampuni kamu. Dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

QS. At Talaq [65] 2-3 : ... Demikianlah diberi pengajaran dengan itu orang yang beriman kepada Allah dan hari akhirat. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar.
Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu.

Dari ayat-ayat yang aku sebutkan di atas, ada korelasi positif antara iman taqwa dengan keberkahan, keberlimpahan, kenikmatan, ampunan, rahmat Allah , cahaya (petunjuk), rejeki dari arah yang tidak disangka-sangka, diselamatkan Allah ( diselamatkan dalam hal apapun)

Kesimpulannya, orang yang beriman dan bertakwa itu dijamin rejeki lahir dan batinnya, dunia dan akhiratnya oleh Allah.  Rejeki lahirnya berupa keberlimpahan dalam hidupnya, batinnya berupa ampunan, petunjuk, pertolongan, ridha Allah, kasih sayang Allah yang membuat hatinya terang benderang dan senantiasa bahagia.

Di surat Al Hadid 28 bahkan disebut Allah memberikan rakmatNya dua bagian, boleh diartikan rahmat di dunia dan di akhirat, rahmat yang komplit kan?  Hanya saja, ukuran keberlimpahan untuk tiap orang tidaklah sama, personal banget, sesuai kebijaksanaan Allah.  Ada orang yang bagi orang lain terlihat sederhana hidupnya, tapi dia sendiri merasakan limpahan rahmat Allah, bahagia dan tenteram.

Jadi , orang yang beriman dan bertakwa tak perlu merasa khawatir dengan hidupnya, urus saja iman dan takwa kita sudah bener belum, maka dunia akhirat akan berfihak kepada kita.

Tentang definisi takwa, buka al Qur'an surat Ali Imran 133-135. Renungkan bila sedang mengalami masalah apa saja, sudah benarkah iman dan takwa kita? Mari memperbaiki diri dari hari ke hari.

Jumat, 16 November 2012

Kebaikan Yang Terbalas Dengan Indah

Kemarin malam seorang saudaraku datang dari Batu, beliau adalah pak N sang adik dari pengusaha kerupuk kentang yang pernah aku ceritakan di "Jangan Menyandarkan Diri Pada Akal".  Ingat ? Aku cerita tantang pengusaha krupuk yang namanya bu Bekti yang menjalankan usaha tanpa marketing sama sekali.

Sudah lama aku tidak bertemu dengan pak N, makanya kami ngobrol ngalor ngidul, dari soal bisnisnya sampai soal Jokowi dan Ahok ..... hahaha.

Darinya aku tahu usahanya mengalami kemajuan pesat, seperti anak panah yang dilepas dari busurnya ...... Dia sudah mengeksport kerupuknya ke beberapa negara, bahkan sampai Cina (nah lo Cina !!! bukan cuma kamu yang bisa melakukan penyerbuan barang ke Indonesia, kami juga bisa tahu? ) ...... Ya gitu deh, dibandingkan saat terakhir kali bertemu dia, usahanya bukan lagi berjalan atau berlari, tapi terbang !!!

Ingat akan cerita bu Bekti yang mendapat seorang pelanggan besar dari sang adik.  Aku yakin, sang adik memberikan pelanggannya karena terdorong rasa kasih sayang dan rasa ingin menolong sang kakak.  Dan begitulah balasan Allah untuk orang yang berbuat baik, Allah ganti dengan berlipat-lipat dan tanpa putus.

Ada ayat suci yang mengatakan bahwa bila kita berbuat baik, maka berarti  berbuat baik kepada diri sendiri, begitupun sebaliknya, bila kita berbuat kejahatan, berarti berbuat jahat kepada diri sendiri.  Buka al qur'an surat Al Isra ayat 17.

Berbuat baik itu bukan cuma perbuatan baik yang 'kelihatan' saja, seperti sedekah, memberi makan fakir miskin,  membangun tempat ibadah dll dll .... tapi juga perbuatan baik yang dilakukan oleh pikiran dan hati kita, seperti berpikir positif, berbaik sangka, memaafkan, menyayangi semua orang, mendoakan orang lain, jangan lupa doakan pemimpin kita yang sedang berjuang untuk rakyat (Halo pak Dahlan Iskan, Pak Jokowi-Ahok ....... ), berdoa untuk Palestina .... untuk seluruh umat yang sedang terdhalimi ....

Hati yang baik, bersih dan bening, memang bukan hal yang mudah untuk dicapai, ada saja gangguannya, tapi harus terus diperjuangkan karena Allah. 

Kalau dipikir-pikir sebenarnya berbuat baik dengan hati itu lebih ekonomis kan? tapi kenapa ya orang lebih enggan melakukannya? enggan memaafkan, lebih suka bergunjing, lebih suka marah-marah, dengki, iri, dendam  ....iiiiihhhhh, gemes gemes gemes !!!
    

Kamis, 15 November 2012

Suami dan Jilbab

Suamiku itu bukan muslim dari lahir, kedua orang tuanya non muslim (alhamdulillah sekarang ibu mertuaku masuk Islam).  Tapi biarpun bacaan al qur'annya masih terpatah patah, kadang dia lebih qur'ani dibandingkan denganku.  Bahkan waktu masih bingung memilih tambatan hati duluuuu ..... kurasakan dia lebih islami dibandingkan cowok yang suka 'mengeluarkan' dalil-dalil .......

Dulu begitu,  sekarangpun begitu ..... Kali ini yang mau aku ceritakan soal jilbab.  Kan aku suka bandel soal yang satu ini, kalau keluar rumah sih pakai, di rumah sering kelupaan, kadang keluar rumah pakai, tapi di dalam mobil dilepas , turun dipakai lagi ..... iiihhhh.....

Cara suamiku mengingatkanku sungguh mesranya ..... pertama dia ngomong tentang aku yang katanya begitu mempesona ..... hmmm ..... selalu membuat dia 'kepingin', lihat aku habis mandi jadi 'ehm'  , lihat aku pakai daster juga ' .........' Ujung-ujungnya dia bilang begini :

"Aturan Allah itu sungguh adil.  Lelaki diciptakan mudah terbangkitkan hasratnya hanya lewat proses melihat, sedangkan wanita tidak.  Makanya pada wanita lebih banyak aurat yang musti ditutup ".

Oh ..... maksudnya memuji muji tadi cuma mau menceramahi aku ta? hiiiiks..... kecele deh, padahal udah kadung ge-er. 

Ya begitulah cara dia menegur istri cantiknya ini biar tertib menutup aurat.  Tapi memang argumentasi  yang dia kemukakan benar-benar 'nancep' di hati, rasanya lebih memahami kebijaksanaan Allah. 

Renungkan sendiri aja, lelaki diciptakan mudah tergoda hanya dengan memandang, sedangkan wanita diciptakan begitu indahnya.  Bila wanita dibiarkan tampil semaunya sendiri, tentunya gampang memancing hasrat lelaki, memicu pelecehan dan perselingkuhan. Merusak rumah tangga orang dan merusak tatanan masyarakat.  Ya kan?

Bahkan bukan cuma itu dampak wanita mengumbar aurat.  Sesekali aku pernah juga membaca konsultasi seksologi di majalah.  Banyak kasus kelainan seksual diderita laki-laki karena melihat wanita lain yang lebih cantik dan lebih seksi dibandingkan istrinya.  Yang ini gak usah dibahas lebih lanjut ..... hiiii ...... gak tega.

Walau sudah menutup aurat, baju-bajuku masih bisa kena 'cekal' sama suamiku loh !! Pernah aku pulang dari Bandung beli gamis kaos, saat aku pakai agak pres badan gitu.

"Yang ini dipakainya di rumah saja ya", gitu gaya suamiku melakukan 'pencekalan' atas baju-bajuku.  Yaaa .... padahal kupikir modelnya bisa membuatku kelihatan lebih ringan beberapa kg .... hehehe.

Ada lagi ungkapannya yang membuatku kapok berpakaian ngepres, dia cuma bilang :"Aku kasihan kalau kamu pakai baju gitu".  ...... lalu tatapan matanya mengatakan berjuta kata yang bisa kufahami, terjemahannya kira-kira begini :" Jangan hinakan dirimu dengan membiarkan lekuk tubuhmu jadi sasaran tatapan liar mata lelaki ".

Yah saudara saudariku .... membiarkan keindahan tubuh kita dinikmati oleh lelaki yang bukan mahram kita sama saja dengan menghinakan diri sendiri ....

Semoga Indah sadar untuk seterusnya ........ semoga ceritaku menginspirasi kalian ...
 

Minggu, 11 November 2012

Pada Siapa Kita Menyandarkan Kebahagiaan

Ini kisah tentang tertipu dunia lagi ..... hmmm.... jangan bosan ya aku cerita soal gini lagi gini lagi ..... maksudnya mau ngingetin biar gak matre dengan cara khas Indah, ngotot ..... hehehe ...

Aku ketemu sama teman yang dulu pernah punya hutang banyak nyak nyak nyak pokoknya.  Saat dalam kondisi punya hutang banyak itu, penampilannya selalu memelas gitu ..... padahal dia punya beberapa bis kota yang beroperasi terus tiap hari, punya beberapa truck dan sebuah mobil pick up. 

Walaupun usaha-usaha yang dijalankannya berjalan baik dan dia lancar mencicil hutangnya, dia tetap mengeluh dengan banyaknya beban yang musti dibayar tiap bulan.  Gayanya selalu sama, tidak punya uang katanya.

Akhirnya dia menjual sebuah rumahnya (rumahnya ada dua) berikut pekarangan, hasil penjualan rumah itu dia gunakan untuk menutup seluruh hutangnya.  Dia merasa puas dan lega telah terbebas dari hutang, dia bilang seperti sudah keluar dari lubang jarum.



Beberapa tahun kemudian aku bertemu dia lagi, tahukah bagaimana keadaannya? tetap memelas !!! Usahanya sepi dan gayanya tetap sama.  Oh, mudah mudahan dia sadar bahwa orang tidak punya hutangpun bisa tidak punya uang.

Pada umumnya orang yang punya hutang sering berpikir, alangkah enaknya bila hutangku lunas? Dia telah meletakkan ketenangan dirinya pada "hutang yang lunas", dia pikir masalah akan selesai bila hutang sudah lunas. Ternyata nggak banget kan? Cobaan finansial itu bukan hanya terlilit hutang, bisa ditipu orang, usaha yang sepi, tagihan macet dll dll ...... banyak bentuknya dan semua itu dengan mudahnya Allah 'paket'kan ke kita.

Jadi ???

Jangan meletakkan ketenangan pada sesuatu selain Allah.  Banyak-banyaklah bersyukur dengan keadaan kita.

Ada lagi nih cerita dari seorang sahabat tentang orang yang sukses dengan bisnisnya, tapi hasilnya lenyap dalam sekejap.  Gini katanya lewat chatting : " Kemaren aku ngobrol ma bapak2, setelah pensiun beliau berbisnis ma temen2 dan koleganya.  Banter bunda bisnisnya,  berjalan sekitar 10 tahun.  Eh, tahun lalu, barusan maksudnya, beliau dibohongin rekan bisnisnya, 200 juta amblas, keuntungan selama bisnis 10 tahun, menguap dalam sekejap".

Sudahlah, hidup ini persembahkan buat Allah saja, buka hati agar hati bisa merasakan kasih sayang dan jaminanNya.

Jangan merasa tenang dengan uang banyak dan harta yang melimpah atau bisnis yang lancar atau apa saja deh ....... merasa tenangnya karena Allah saja.

Merasa tenang karena Allah itu membuat hati kita selalu tenang, dalam kondisi apapun ada Allah yang selalu menemani dan mengurus kita tanpa lelah dan tanpa istirahat.

QS Ali Imran [3:2] Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia. Yang hidup kekal lagi terus menerus mengurus makhluk-Nya.
 
Tuh resapi ayat yang kusebut di atas, bukankah Allah terus menerus mengurus makhlukNya, bertanyalah pada diri sendiri : kita makhlukNya atau bukan?

Kalau yang mengurus kita adalah Allah yang maha kasih dan maha segala galanya, tentu terjamin kebahagiaan kita.  Sedangkan seorang ibu dalam mengurus anaknya saja begitu teliti dan tak kenal lelah, mengertikah bahwa Allah lebih dalam rasa sayangnya pada kita ......
 
Manusia suka meletakkan kebahagiaan dan ketenangannya pada materi siiiih ..... ya gitu deh, materi kan tidak abadi, masak menyandarkan diri pada yang tidak abadi? gak cerdas banget deh !!!
 
Mari menyandarkan kebahagiaan kepada Allah saja.
 

Cara Pasrah Yang Mendatangkan Keajaiban

Pernah kutanyakan pada eyang :"Mengapa seseorang yang pernah mendapat keajaiban dari Allah tak selalu berujung pada keajaiban demi keajaiban lain yang akhirnya menyelesaikan masalah mereka?"

Kata eyang itu karena ada pergeseran orientasi, saat seseorang bisa memasrahkan persoalan dan kehidupannya kepada Allah, saat itu Allah memberinya keajaiban dengan berbagai jalan dan cara. 

Lama kelamaan syetan berusaha memalingkannya dengan cara yang halus sekali akan pengharapannya yang semula murni berharap kepada Allah, menjadi berharap kepada makhluk.  Pergeseran ini begitu halusnya muncul di perasaan tanpa terasakan dan tanpa disadari.

Saat itulah keajaiban-keajaiban yang sering dialaminya menjadi 'macet', dan dia tetap berputar-putar pada persoalan yang sama.  Dalam kondisi seperti ini dia musti mengembalikan lagi pengharapannya hanya kepada Allah saja.

Aku ingat eyang pernah menangani orang yang pernah punya hutang 6 milyar, sementara seluruh asetnya bila dijualpun tak mencukupi untuk membayar semua hutang itu.

Berbagai cara telah dia tempuh untuk bisa meringankan hutang-hutangnya, sampai berjudipun dia jalani, tapi hutangnya malah menumpuk.

Beberapa hari dia menyepi di Gubug, sementara eyang hanya menyuruhnya kembali kepada Allah, mengharap pertolongan Allah dan mendekatkan diri padaNya.

Keajaiban demi keajaibanpun datang sampai hutangnya tinggal 1 millyar dalam kurun waktu hanya 1 tahun.  Tapi hutang yang tinggal 1 milyar ini tak bisa dia selesaikan semudah dia melunasi hutang yang 5 milyar sebelumnya. Tak heran bila keadaan saat dia punya hutang 6 milyar dengan saat hutangnya tinggal 1 milyar tetap sama sumpeknya.

Bila dipikir secara logika, tentu lebih mudah membayar 1 milyar dibandingkan dengan 5 milyar bukan?  Tapi ternyata bagi Allah bukan soal jumlah, seberapapun jumlahnya bila Allah berkehendak menyelesaikannya dalam waktu singkat ya selesai juga.  Sebaliknya, cuma berhutang satu jutapun bila Allah menghendaki sulit terbayar ya tetap tidak akan bisa terbayar.

Kuncinya terletak pada kemana arah hati kita bersandar.  Pada kasus yang aku ceritakan di atas, ada pergeseran arah pengharapan, secara halus hatinya mulai berharap kepada orang yang pernah menolongnya dan bisnis yang dijalani, bukan lagi murni berharap kepada Allah seperti saat hutangnya banyak dan dia tidak tahu sama sekali dengan cara apa dia membayar seluruh hutangnya.

Bagaimana sih cara memasrahkan diri kepada  Allah?

Kali ini eyang bicara tentang usahaku, katanya begini :"Kalau dipikir secara akal, bahkan dihitung oleh ahli ekonomi, dengan berkurangnya jumlah karyawan dari 50  karyawan menjadi 15 an karyawan, hingga beberapa pelanggan tidak bisa dilayani.  Sampai tidak ada yang bisa dikerjakan oleh bagian marketing karena begitu minimnya produksi .  Ditambah beban biaya operasional yang tinggi.   Mestinya secara logika usaha bunda sudah jatuh berguling-guling ".

"Gitu?", aku yang heran dengan analisa eyang karena aku merasa baik-baik saja.

"Kenyataannya tidak kan?", eyang melanjutkan :"Kuingat bunda pernah bilang, bunda sudah memasrahkan seluruh kehidupan bunda kepada Allah. Harta benda, usaha, orang-orang yang disayangi . Bunda tidak merasa memiliki itu semua dan mempersembahkan semua yang bunda lakukan untuk Allah saja".

Pasrah diri itu bukan berarti kita berusaha sekuat tenaga lalu memasrahkan hasilnya kepada Allah, jadi pasrahnya hanya pada hasil.  Pasrah itu sejak dari awalnya, prosesnya sampai hasilnya.  Awalnya adalah niat, niat mempersembahkan seluruh kehidupan ini kepada Allah, prosesnya juga menjalankan cara yang Allah ridha, termasuk di dalamnya memotong sebagian keuntungan untuk berjuang di jalan Allah.  Hasilnya gak usah dipikirin deh, terserah Allah, apapun bila sudah dipersembahkan kepada Allah, ukurannnya adalah keridhaan Allah. 

Bila Allah sudah ridha, hidup ini begitu mudah kok.

 

Jumat, 09 November 2012

Ukuran Sukses

Ini pembicaraanku dengan seorang sahabat :

"Kudengar si A sudah sukses, kariernya bagus, bahkan sering ke luar negeri", kata temanku.
"Ya, kalau ukuran suksesnya seperti itu ya memang dia sudah sukses", kataku.

Manusia sering sekali terjebak dalam ukuran-ukuran keduniawian untuk mengukur kesuksesan seseorang.  Contohnya : baru dibilang sukses bila sudah punya rumah bagus, uang banyak, mobil keren, karier bagus, jabatan tinggi  .... dll.

Ya tidak salah sih, dunia memang mudah dilihat dan mudah membuat orang silau.  Lagi pula paradigma seperti ini kan hasil 'bentukan' keluarga dan lingkungan sejak kecil. 

Ingat masa kecil kita nggak?  Sejak kecil kita dibiasakan berpikir bahwa yang banyak itu baik dan sesuatu yang bagus itu layak dipuji, kayak  Indah kecil dulu suka berlomba dalam jumlah baju baru saat hari raya dengan teman-teman, siapa yang bajunya paling banyak adalah anak paling keren dan paling beruntung.  Orang tua juga suka memuji-muji betapa cantiknya kita dengan baju baru yang bagus.

Aku juga suka kagum dengan teman yang uang sakunya paling banyak dan punya mainan bagus. Bahkan aku dulu suka mendengarkan pembicaraan orang tua tentang tetangga yang panen kopinya paling berhasil, lalu diam-diam aku membandingkan banyaknya kopi yang dijemur di halaman tetangga dengan kopi yang dijemur di halamanku sendiri.

Begitulah, mulai dari anak-anak sampai setua ini kita dikelilingi oleh banyak hal yang membuat kita begitu 'dunia sentris'.  Seolah olah yang namanya kehidupan ini ya cuma persoalan yang 'kelihatan' saja.   Sedikit sekali kita diperkenalkan dengan potensi batiniah kita yang juga membutuhkan pencapaian-pencapaian tertentu.

Mungkin sekaranglah saatnya memulainya dari diri sendiri, dari keluarga kecil kita, pasangan dan anak-anak kita, bila mungkin meluas ke pembantu dan karyawan kita.
 
Apa yang perlu kita sosialisasikan kepada mereka adalah nilai-nilai qur'ani. Otomatis kita sendiri musti akrab dengan al qur'an dan menggunakannya sebagai way of life kita dan keluarga kita.

Segala tindakan dan ucapan kita adalah contoh untuk anak-anak kita, mereka mampu merekam bahkan isi hati orang tuanya !!!  Jadi mendidik dan memperbaiki diri sendiri sama dengan mendidik dan memperbaiki keluarga kita.

Aku sendiri berusaha menanamkan pada anak-anakku untuk melakukan apa saja karena Allah, bersekolahpun dengan niat karena Allah, karena Allahlah yang menyuruh kita belajar dan menuntut ilmu. Urusan ranking bukan persoalan penting, karena yang jadi patokan adalah sejauh mana mereka memahami bahwa kegiatan sekolah / kuliah adalah ibadah yang dipersembahkan kepada Allah.

Banyak hal kita hadapi di keluarga kita dan mesti kita selesaikan dengan cara qur'ani, dari hal sederhana seperti anak-anak berebut kue sampai saat mereka memutuskan menikah dan bekerja.

Bila ukuran kesuksesan adalah materi, apakah terbilang sukses orang yang mempunyai rumah mewah, mobil mewah tapi tiap bulan dia dipusingkan dengan tagihan bank ? Apakah terbilang sukses orang yang memperoleh kekayaan yang berlimpah dengan cara mencuri/merampok/korupsi ?

Trus apa kriteria orang sukses di al qur'an ? ya kalau di dunia ini kita sudah tidak lagi punya rasa khawatir dan kesedihan lagi, ketenangan ini terpelihara terus hingga akhir hayat dan kita meninggalkan dunia ini dalam keadaan iman dan islam (khusnul khatimah).

QS Al Fajr
[89:27] Hai jiwa yang tenang.
[89:28] Kembalilah kepada Tuhanmu dengan hati yang puas lagi diridhai-Nya.
[89:29] Maka masuklah ke dalam jamaah hamba-hamba-Ku,
[89:30] masuklah ke dalam surga-Ku

 

Kamis, 08 November 2012

Mimpi Tentang Al Qur'an

Beberapa hari di rumah ibu di Ngantang membuatku punya banyak waktu luang, biasanya kugunakan untuk membaca , berdzikir atau murattal qur'an.

Suatu sore aku berdzikir di kursi di depan televisi, hingga hampir tertidur.  Sebelum benar-benar tertidur, Allah memperlihatkanku sebuah 'tayangan' yang semakin menambah keimananku padaNya, semoga juga ikut menambah keimanan kalian juga, sahabat, karena aku akan menceritakannya pada kalian semua.

Dalam 'video' yang kulihat itu, aku menjadi salah satu pemeran utamanya ... hmm.

Aku merasa seperti berada di sebuah padang yang luas, tapi redupnya seperti kalau lihat film Harry Potter, matahari tampak dekat dan besar di ufuk barat, nyala apinya membuat takut siapapun yang melihatnya, menjilat-jilat langit kelam, tampak separuh terbenam.

Aku berjalan tergesa, setengah berlari, diikuti banyak orang di belakangku, saat itu aku juga tidak mengerti hendak kemana.  Kadang langkahku terlalu cepat, hingga orang-orang di belakangku memanggil-manggil, membuatku memperlambat kecepatanku.

Akhirnya kami tiba di tepi sebuah jurang yang luas dan dalamnya seperti tak berdasar, yang kelihatan di jurang itu hanya hitam. Secara logika mustahil kaki kecil manusia mampu melompatinya, dari tepi ke tepi kira-kira berjarak puluhan langkah. Tapi anehnya dengan penuh percaya diri aku melompatinya dengan sekali lompatan, spontan lompatanku diikuti oleh orang-orang di belakangku.

Anehnya, saat melakukan lompatan itu, tiba-tiba kami semua jadi punya sayap.  Sayap-sayap itulah yang membuat kami melanjutkan perjalanan dengan terbang.  Tapi tak berarti perjalanan menjadi mulus, karena beberapa orang tidak bisa terbang tinggi hingga aku perlu membantunya dengan mentransfer energi, bahkan ada salah seorang diantaranya terjatuh.

Aku segera menghampiri sahabat yang terjatuh tadi, kudekati dan kuberi pertolongan sebisaku, tapi dia tetap terbaring tak berdaya, sampai dia bilang bahwa dia sudah tidak kuat lagi. Walau tidak bisa menolongnya, aku tetap berada di sisinya untuk memberinya semangat dan hanya bisa menunggu hingga dia kuat lagi.

Di saat genting itulah muncul sebuah keajaiban, tiba tiba kami melihat cahaya sebesar gunung, ternyata cahaya itu memancar dari kitab al qur'an. Tanpa kami memintanya, al qur'an itu memfokuskan cahayanya pada temanku yang sudah tak berdaya itu.  Tubuhnya langsung menyerap segenap energi, membuatnya bangkit lagi dan lebih kuat dari sebelumnya.

Iring-iringan manusia bersayap itu lalu melanjutkan perjalanan ke langit dan berakhir pada seberkas cahaya, seperti sebuah pintu bulat besar yang berkilau penuh kesejukan.  Semua orang selamat melewati pintu itu dan menghilang dari pandangan.

Mimpi yang indah untuk diingat, sebuah isyarat dan juga sebuah peringatan agar kita memegang teguh al qur'an.  Al qur'an adalah satu satunya kitab suci yang bisa memberikan syafaat di hari kiamat kepada pembacanya, di saat seorang sahabat tidak bisa menolong sahabatnya, seorang ayah tidak bisa menolong anaknya.

Aku jadi ingat akan ayat pertama di surat jinn, bahwa sekelompok jin menyebut al quran itu qur'aanan ajaba  atau al qur'an yang penuh keajaiban. Keajaiban al qur'an bisa dipandang dari berbagai segi dan dari berbagai sudut pandang, ada yang membuktikan dari segi kebenaran ilmiahnya, kebenaran ramalannya, angka-angkanya yang seimbang ...  tak derdefinisikan banyaknya.

Aku hanya ingin mengingatkan, mumpung kita masih hidup di dunia, mari dekati dan akrabi al qur'an.  Bacalah tanpa ada hari yang terlewat, fahami dan resapi maknanya, lakukan tuntunannya, sebarkan di lingkungan kita, cintai dia, ikatkan hati kita padanya.  Buka hati dan ijinkan al qur'an mengisi jiwa kita dan biarkan air mata mengalir saat membacanya. 

Minggu, 04 November 2012

Jangan Menyandarkan Diri Pada Akal

Eyang Virien bilang :"Jangan sampai kita merasa bahwa usaha atau ikhtiar yang kita lakukan adalah penyeebab dari kesuksesan kita.  Semua karena Allah.  Segala sesuatu selain Allah adalah makhluk, maka jangan meletakkan penyebab pada makhluk, penyebabnya hanya karena Allah.  Ikhtiar dan usaha yang kita lakukan adalah bentuk kepatuhan kita pada perintahNya".

Minggu lalu aku membuktikan kata-kata eyang.  Aku bertemu dengan seorang pengusaha yang punya puluhan karyawan, usahanya berjalan lancar dan sukses.  Herannya dia menjalankan usaha tanpa marketing sama sekali !!!  Diapun tidak punya out let di lokasi strategis, rumah dan tempat produksinya nylempit  di gang. 

Ya memang kalau Allah sudah berkehendak jadi maka jadilah , tidak masuk akal sekalipun ..... hmmm..... makanya jangan menyandarkan diri pada akal.

Beliau masih familiku yang punya usaha kerupuk kentang di Batu.  Pelanggan pertamanya adalah pelanggan 'pemberian' sang adik yang punya usaha serupa tapi kewalahan melayani pesanan.  Pelanggan keduanya dia dapat dari orang dari pasar Batu, katanya orang ini mencari namanya di pasar Batu.

"Aku mau kerupuk kentangnya bu Bekti, kalau bukan bu Bekti gak mau", begitu cara dia bertanya pada orang-orang di pasar Batu.  Ada orang yang mengenal saudaraku ini, lalu dia menunjukkan alamat bu Bekti. 

Sampai sekarang dua orang itu menjadi pelanggan tetapnya dan sampai sekarang pelanggannya ya cuma dua orang itu, tapi permintaannya berton ton !!! Makanya karyawannya puluhan dan produksinya jalan terus ......

Nah kan? rejeki memang tidak pernah salah alamat, saat Allah menghendaki rejeki itu terkirim pada si A, pasti dia bisa menemukan alamat si A tanpa meleset sedikitpun, baik jumlah atau waktu pengirimannya.

Hikmah menyadari bahwa segala hal terjadi karena kasih sayang Allah adalah kita menjadi orang yang menikmati proses, disinilah letak pengabdian kita pada Allah, bukti kepatuhan kita padaNya.  Kita lakukan yang terbaik karenaNya saja,  soal hasil adalah wilayah Allah yang tak terpengaruh sedikitpun dengan kerasnya usaha kita ......

Bangun mind set bahwa Allah adalah satu-satunya penyebab dari segala peristiwa yang kita terima.  Lalu persembahkan segala usaha dan ikhtiar kita pada Allah saja.  Bila ini kita jalani, pikiran kita lebih jernih dan damai, segala kekhawatiran akan meredam dengan sendirinya.  Hidup menjadi lebih nyaman dan indah.

 

Sabtu, 03 November 2012

Menjalin Keakraban Dengan Allah (2)

Aku punya sahabat, dia pernah bercerita padaku tentang betapa dekatnya dia dengan sang ayah, baginya ayah adalah tempat bercerita, bermanja, tempat dia bisa mempercayakan apapun rahasia hatinya. 

Ketika ayahnya meninggal, bila ada sesuatu yang membebani pikirannya, dia berkunjung ke makam sang ayah, disana dia bercerita pada ayahnya seperti ketika ayahnya masih hidup.  Dia bisa merasakan bahwa ayahnya mendengar dan mendukungnya, itu membuat perasaannya ringan dan bersemangat lagi menjalani hidup.

Sekarang Indah pingin nanya : siapa tempat curhat kalian? ayahkah? ibukah? suami?  sahabat?  Siapapun itu, tidak ada larangan curhat dengan sesama makhluk, kenyataannya memang kita diciptakan sebagai makhluk sosial kok. Yang gak boleh itu meletakkan harapan kita pada makhluk, atau berpikir bahwa masalah yang dihadapi bisa selesai dengan curhat pada makhluk. Ini bisa menjadi energi potensial untuk kecewa .....

Berharapnya kepada Allah saja, bulat dan utuh ...... soal curhatnya kepada siapa, biar Allah yang membimbing  kemana kaki melangkah dan kemana luapan perasaan tersampaikan. 

Yang perlu kita tambahkan dalam 'daftar' tempat curhat kita adalah Allah dan musti diletakkkan di urutan teratas. Bicaralah pada Allah dengan akrab.  Karena hubungan kita dengan Allah lebih dekat bila dibandingkan dengan hubungan ayah-anak, maka bicara denganNya bisa lebih akrab lagi.

Tentu saja kita perlu mengenalNya agar akrabnya bener.  Fahami sifat-sifat Allah.  Segala yang kita perlukan ada pada sifat-sifatNya, serumit apapun persoalan kita, hanya dalam pelukanNya kita lari, Allah pasti menyambut kita dengan kasih sayangNya.

Di tengah-tengah kesibukanku bekerja, aku sering meluangkan waktu sekedar 5 menit untuk sendirian, hanya berdua dengan Allah.  Dalam 5-10 menit itu aku duduk di atas sajadah, aku bilang: Ya Allah , aku ingin bertemu denganMu, Tuhan yang menciptakan aku. 

Dalam dudukku aku mengagungkanNya, merindukanNya, hati dipenuhi rasa membutuhkanNya dan begitu tergantung padaNya.  Bila ingin bercerita pada Allah , aku ya bercerita saja, bila ingin mengungkapkan harapan ya dikatakan saja, bila ingin berdoa ya berdoa saja .....Segala kata mengalir dalam suasana yang penuh pengharapan akan kasih dan perlindunganNya. 

Ini adalah detik-detik aku merasa dilihat Allah, begitu dekat, bagaimana cara Dia melihat? Dengan segenap kasih sayangNya yang membuat tergetar seluruh sel-sel tubuh, merasa diliputi keagungan dan perlindunganNya, lalu secara otomatis kepala akan tertunduk (bahasa jawanya ndingkluk amarikelu)  karena getaran rasa yang begitu dalam.  Dalam keadaan seperti ini air mata berjatuhan karena haru yang luar biasa.

Merasa bertemu dan seakan-akan melihat Allah, itu perasaan yang indah banget. Mulailah dengan sering-sering curhat dengan Allah.

Selepas curhat 5 menit dengan Allah, kita akan merasa selalu diliputi olehNya, selalu didampingiNya dalam segala hal, pikiran menjadi  tenang dan tertata.  Kita juga lebih mudah 'berkonsultasi' dengannya dalam menghadapi persoalan kehidupan, bahkan hingga persoalan yang sekecil-kecilnya seperti mau pakai baju apa ?

Sebagaimana seorang sahabat yang bisa merasakan bahwa almarhum ayahnya mendengar dan mendukungnya dan memberinya semangat dalam menjalani hidup.  Bayangkan bila yang mendengarkan kita adalah Yang Maha Mendengar, bayangkan seberapa besar dukungan dan semangat yang Dia berikan?

Bila begini, perlukah kita curhat ke manusia? Perlu, karena Allah sendiri menyuruh kita nasehat menasehati dalam kebenaran dan kesabaran, buka al qur'an surat Al Asr.  Tapi dalam curhat kita ke manusia, hati kita dipenuhi pengharapan pada Allah saja. 

Aku lebih suka Allah yang memilihkan untukku siapa yang pantas aku curhati, caranya aku bicara sama Allah begini : ya Allah, tunjukkkan padaku kepada siapa aku hendak menceritakan masalahku ini? Aku memerlukan bimbinganMu ya Allah.  Biasanya Allah menjawabnya lewat kecenderungan hati, jadi muncul pemikiran seperti ini : rasanya lebih nyaman menceritakan masalah ini ke eyang,  kadang cukup ke suami, kadang ke sahabat ..... siapapun orangnya, setelah melewati prosedur ini, pasti memberikan jawaban yang memuaskan dan tepat sasaran.

 Allah adalah Yang Maha Memberi Petunjuk, maka mohonlah petunjuk kepadaNya.  Allah adalah Maha Pelindung, maka mohonlah perlindungan padaNya dari apa yang kita takutkan dan kita khawatirkan.  Allah adalah Maha Mencukupi, maka mohon padaNya agar tercukupi segala kebutuhan lahir dan batin ............. ada 99 asmaNya, silahkan diteruskan sendiri .....
 

Kamis, 01 November 2012

Menjalin Keakraban Dengan Allah (1)

Eyang Syamsul'alam pernah bilang padaku :"Sama Allah itu yang akrab ".

Kata akrab menjadi point of interestnya, baru pertama aku dengar istilah 'akrab' untuk melukiskan hubungan manusia dengan Tuhannya.  Yang pasti, akrab dengan Allah merupakan hal yang kuinginkan semenjak itu, semenarik kata-katanya, semenarik itu pula pengalaman menjalin keakraban dengan Allah.

Aku cuplikkan sebuah hadits : “ ... Beritahukan aku tentang ihsan “. Lalu beliau bersabda: “ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatNya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia melihat engkau”(Riwayat Muslim)

Dalam suasana akrab dengan Allah memang kita merasakan seperti apa yang digambarkan di hadist tersebut, seperti melihat Allah, dan bila tidak, maka kita selalu merasa dilihatNya. 

Merasa dilihat Allah itu penjabarannya jadi luas ,  soalnya cara Allah\melihat itu tidak sama dengan cara manusia melihat.  Hm ... gini nih sederhananya, pernah ditatap oleh orang yang mencintai kita? rasanya jadi nyaman karena dia menatap kita penuh kasih sayang, pernah ditatap oleh orang yang begitu sabar dan pengertian pada kita? rasanya jadi adem puol, berasa ditimang-timang dalam buaian yang hangat, pernah ditatap oleh orang yang begitu kita cintai dan kita dambakan kehadirannya? berasa melayang !

Nah, perlu disadari bahwa cinta dan kasih sayang Allah itu kelipatannya tak terhingga bila dibandingkan dengan cinta makhluk, dan dengan cara itulah Allah menatap kita !  Bagaimana rasanya?  Tak sekedar melayang, hanya air mata yang sanggup menjelaskan dan mewakili sesuatu yang merebak dari kedalaman rasa.

Itu baru perasaan dilihat Allah.  Di tingkat yang lebih tinggi, kita merasa seolah-olah melihat dan dilihat Allah (seperti bertemu dengan Allah) ini benar-benar membuat dunia dan seisinya menjadi  tak berarti lagi.

InsyaAllah Indah lanjutkan dengan step by step membangun keakraban dengan Allah di tulisan selanjutnya yaaa,  nih waktunya ngopeni anak bojo ... hehehe.

(bersambung)