"Bunda, apa iya sih semakin kita mendekat dan memperbaiki diri di hadapan Allah, rasanya makin terpuruk ? Nyesek di dada, bunda ", tanyanya.
Apa iya ya ? apa iya begitu ?
Kalau ada yang merasa seperti itu, pasti ada yang salah dengan dirinya. Karena Allah itu memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka bagi orang yang bertakwa dan bertawakal kepadaNya, juga memberi jalan keluar dari segala kesulitannya.
Dan mari kita bedah diri. Renungkanlah :
Target hidup ini bukanlah agar masalah-masalah itu selesai atau pergi, tapi targetnya adalah ridha Allah (untuk ini kita yang musti ridha duluan sama Allah).
Bila sudah jelas tujuan hidup itu untuk apa, yang jadi masalah cuma soal 'Allah ridha apa nggak sama aku ?' Dan kalau sudah jelas begitu, maka permasalahan lainnya bukan menjadi hal besar lagi, biar saja mengalir menurut kehendak Allah, sementara kita tetap menjalani hidup sesuai tuntunanNya, tetap bekerja mencari karuniaNya, ya beribadah, ya memperbaiki diri, semua dijalani dengan ikhlas dan penuh rasa syukur. Dan biasanya bila kondisi jiwa sudah ikhlas seperti ini, pertolongan dan keajaiban dari Allah datang 'gumrudug' istilah jawanya, alias datang berduyun-duyun.
Nah, sekarang bila logikanya dibalik. Kok sekarang merasa makin terpuruk setelah mendekatkan diri pada Allah? berarti musti intropeksi diri lagi, pasti yang dicari bukan semata-mata keridhaan Allah, orientasi hidupnya masih 'agar masalah selesai', yang berarti masih bersifat duniawi.
Seseorang yang mendekatkan diri pada Allah, dengan hati yang 'kemrungsung' , dan selalu bertanya (seolah tidak sabar), "Kapankah pertolongan Allah datang? ". Adalah orang yang di dalam hatinya terfokus pada masalah , bukan pada Allah. Maka tidak heran bila masalahnya makin membesar, karena fokus akan mendatangkan apa yang dia fokuskan.
Tentu berbeda bila kita fokus pada Allah, kita bisa mengabaikan segala masalah dan menggantinya dengan memperbesar rasa syukur dan ikhlas kita. Allah adalah prioritas hidup kita.
Hal seperti ini memang halus sekali, musti dicari hingga di lipatan-lipatan hati, niatnya memperbaiki diri musti diluruskan lagi, musti karena Allah semata-mata.
Ingatlah, segala usaha untuk membaikkan diri di hadapan Allah, itu bukanlah cara agar masalah cepat selesai, melainkan sebuah cara meraih ridhaNya saja, bila Allah sudah ridha, maka semuanya tinggal 'kun fayakun'. Jadi jalanilah semua dengan tenang, tetap fokus pada Allah.
Apa iya ya ? apa iya begitu ?
Kalau ada yang merasa seperti itu, pasti ada yang salah dengan dirinya. Karena Allah itu memberi rizki dari arah yang tidak disangka-sangka bagi orang yang bertakwa dan bertawakal kepadaNya, juga memberi jalan keluar dari segala kesulitannya.
Dan mari kita bedah diri. Renungkanlah :
Target hidup ini bukanlah agar masalah-masalah itu selesai atau pergi, tapi targetnya adalah ridha Allah (untuk ini kita yang musti ridha duluan sama Allah).
Bila sudah jelas tujuan hidup itu untuk apa, yang jadi masalah cuma soal 'Allah ridha apa nggak sama aku ?' Dan kalau sudah jelas begitu, maka permasalahan lainnya bukan menjadi hal besar lagi, biar saja mengalir menurut kehendak Allah, sementara kita tetap menjalani hidup sesuai tuntunanNya, tetap bekerja mencari karuniaNya, ya beribadah, ya memperbaiki diri, semua dijalani dengan ikhlas dan penuh rasa syukur. Dan biasanya bila kondisi jiwa sudah ikhlas seperti ini, pertolongan dan keajaiban dari Allah datang 'gumrudug' istilah jawanya, alias datang berduyun-duyun.
Nah, sekarang bila logikanya dibalik. Kok sekarang merasa makin terpuruk setelah mendekatkan diri pada Allah? berarti musti intropeksi diri lagi, pasti yang dicari bukan semata-mata keridhaan Allah, orientasi hidupnya masih 'agar masalah selesai', yang berarti masih bersifat duniawi.
Seseorang yang mendekatkan diri pada Allah, dengan hati yang 'kemrungsung' , dan selalu bertanya (seolah tidak sabar), "Kapankah pertolongan Allah datang? ". Adalah orang yang di dalam hatinya terfokus pada masalah , bukan pada Allah. Maka tidak heran bila masalahnya makin membesar, karena fokus akan mendatangkan apa yang dia fokuskan.
Tentu berbeda bila kita fokus pada Allah, kita bisa mengabaikan segala masalah dan menggantinya dengan memperbesar rasa syukur dan ikhlas kita. Allah adalah prioritas hidup kita.
Hal seperti ini memang halus sekali, musti dicari hingga di lipatan-lipatan hati, niatnya memperbaiki diri musti diluruskan lagi, musti karena Allah semata-mata.
Ingatlah, segala usaha untuk membaikkan diri di hadapan Allah, itu bukanlah cara agar masalah cepat selesai, melainkan sebuah cara meraih ridhaNya saja, bila Allah sudah ridha, maka semuanya tinggal 'kun fayakun'. Jadi jalanilah semua dengan tenang, tetap fokus pada Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar