Kamis, 07 Maret 2013

Dimana Allah Meletakkan CintaNya

Sampai segini tuanya aku, masih belum juga bisa memahami makna 'mencintai Allah harus berada di atas mencintai makhluk', seperti dilukiskan dalam QS At Taubah ayat 24. Dan aku masih saja merasa bahwa cintaku pada orang-orang yang aku sayangi masih terlalu besar .... jadi harus dikecilin ataukah cintanya pada Allah yang musti digedein lagi ?.... bingung kan Indah? coba bayangkan jadi aku ..... hihihi ......

Namun pengalaman yang cukup mengharu biru perasaanku kemarin, telah memberiku pengertian yang lebih dalam akan makna ayat yang aku sebut di atas.  Sebenarnya malu aku menceritakannya, tapi demi membuat kalian kecipratan hikmah, ya aku mau cerita  ..... biar kalian gak bingung kayak aku, biar kalian gak merasa bersalah kayak aku gara gara merasa terlalu cinta pada makhluk yang bernama manusia.

Aku ini termasuk istri yang cinta banget sama suami, demikian juga dia padaku, perasaan kami tergantung satu sama lain, terhubung dengan kuat seperti pak Habibi dan bu Ainun.  Saking kuatnya ikatan kami, tanpa katapun dia mengerti apa yang aku inginkan, selalu pas dan selalu harmonis.

Kami bertengkar hebat kemarin, cuma gara-gara masalah sepele.  Tapi pertengkaran itulah yang telah memberiku makna cinta dan bagaimana memperlakukan cinta.

Seperti kubilang, gara-garanya sepele banget, dia pulang dari pameran Adi Wastra di JCC gak membawakan aku oleh-oleh.  Sepele kan? Tapi kok bisa jadi pertengkaran hebat, aku sendiri heran juga  ..... mungkin karena Allah bermaksud memberiku hikmah.

Memang dia kebiasaan membelikan kami semua oleh-oleh, walau sekedar T Shirt, asesoris, baju, dan benda-benda lain yang aku suka.  Makanya waktu melihat dia pulang, aku dah ngarep dapat oleh-oleh, ternyata dia cuma bawa mainan buat Alni dan brownies .... kecewa luar biasa aku !

"Heran, adi wastra itu penuh baju bagus, kain, tenun, scarf, kerudung ..... heran deh, kok gak ingat aku sih? kok gak ingin nyenengin istri di rumah? katanya sayang? katanya cinta? sayang kok gak ingat .... kemana sayangnya", gitu kataku sambil nangis-nangis.

Mungkin karena dia dalam kondisi lelah, dia gak terima dibilang tidak sayang aku, lalu balas bilang, bila dia sudah jauh-jauh pulang dari Jakarta, mampir Aden di Bandung tanpa menginap, mampir Zeli di Yogya juga cuma sebentar, mampir Ngawi juga sebentar, demi segera pulang bertemu denganku.  Dia balik menuduhku, kenapa dia pulang kok akunya gak malah senang.

Pertengakaran kami jadi merembet kemana-mana dan aku berakhir tidur di samping Alni dengan mata yang sembab sambil mikir, mungkin inilah akibatnya kalau aku telah mencintai suamiku melebihi cintaku pada Allah.  Hatiku merasa kosong dan mati, rasanya aku gak bisa hidup tanpa dia, aku pinginnya mati saja ..... Rasanya aku jadi bingung, bagaimana sih caranya mencintai Allah melebihi cinta kita pada makhluk?

Aku gelisah tidak bisa tidur, karena biasanya pengantar tidurku adalah ciuman dan belaiannya, sekarang dia marah .... kacau sekali perasaanku.  Aku jadi kangen semua itu .....

Perasaan kami memang terhubung satu sama lain, dia mungkin juga gak betah dengan kondisi ini, dia datang ke kamar ..... : "Kok belum tidur?", katanya.
"Gak bisa tidur", kataku.  Dan seperti biasanya, dia tahu apa yang dilakukannya untuk mendamaikan hatiku ....

Malam itu aku menangkap cinta Allah.  Ternyata Allah meletakkan cintaNya pada cinta suamiku, cinta orang tuaku, cinta anak-anak dan sahabatku, ....... ,  Allah telah melingkari hidupku dengan cintaNya.

Mengapa bersalah dengan cinta yang besar pada pasangan? dengan cara itulah aku membalas cinta Allah, karena dalam cinta suamiku itulah cinta Allah berada ......dalam kebahagiaan bersama orang-orang yang kita cintai, Allah telah menyatakan cintaNya, maka balaslah cintaNya dan bersyukurlah dengan hidup saling mencintai satu sama lain.

Memahami cinta orang-orang di sekeliling kita, jadi lebih memahami betapa besarnya cinta Allah, tak bisa kita membalas cintaNya, karena itulah cinta kita pada Allah secara otomatis jadi lebih besar dan lebih tak derfinisikan. 

Yang penting dalam mencintai adalah mengajak semua orang yang kita cintai untuk bekerja sama berjuang di jalanNya.

QS. At-Taubah [9] : ayat 24

Katakanlah: "jika bapa-bapa , anak-anak , saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan RasulNYA dan dari berjihad di jalan NYA, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan NYA". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar