Sore badanku meriang, terbungkus selimut, aku bergumam, rasanya kok ingin buah. Suamiku mendengar, lalu bertanya, ingin buah apa. Kujawab pepaya atau jeruk. Lalu kudengar dia minta tolong keponakanku membelinya. Dan tak lama kemudian dia membawakanku sepotong pepaya yang.
Ah ... aku membayangkan pepaya yang merah dan manis, pepaya yang disodorkan suamiku warnanya kuning dan tidak menarik. Tapi membayangkan dia mengirisnya dan mengantarkannya ke kamarku, lalu mengulurkan pepaya itu dengan cintanya, membuatku menikmati pepaya itu, ternyata manis juga walaupun warnanya tidak menarik. Mungkin cinta yang mengubahnya menjadi manis.
Kubayangkan saat kita meminta pada Allah. Dia yang maha mengabulkan doa pasti membawakan 'pesanan' kita dengan cintaNya, tapi terkadang kita suka protes dengan pemberianNya dengan berbagai alasan dan komentar. Duh malunya, Allah yang selalu memberi di tiap denyut nadi dan hembusan nafas kita. Dia selalu memberi dengan cintaNya yang Agung, tak terbandingkan dengan cinta manusia. YaAllah, ampuni.
Ah ... aku membayangkan pepaya yang merah dan manis, pepaya yang disodorkan suamiku warnanya kuning dan tidak menarik. Tapi membayangkan dia mengirisnya dan mengantarkannya ke kamarku, lalu mengulurkan pepaya itu dengan cintanya, membuatku menikmati pepaya itu, ternyata manis juga walaupun warnanya tidak menarik. Mungkin cinta yang mengubahnya menjadi manis.
Kubayangkan saat kita meminta pada Allah. Dia yang maha mengabulkan doa pasti membawakan 'pesanan' kita dengan cintaNya, tapi terkadang kita suka protes dengan pemberianNya dengan berbagai alasan dan komentar. Duh malunya, Allah yang selalu memberi di tiap denyut nadi dan hembusan nafas kita. Dia selalu memberi dengan cintaNya yang Agung, tak terbandingkan dengan cinta manusia. YaAllah, ampuni.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar