Mungkin ini perbedaan nasib antara orang yang ikhlas dan yang setengah ikhlas, tapi orangnya satu, yaitu aku.
Kali pertama datang ke Pacitan, di akhir desember 2010, kutempuh perjalanan berbekal perkataan orang-orang tentang Pacitan, yang katanya jalannya sulit dan berkelok kelok, yang katanya ndesit banget lah, yang katanya terpencil lah...
Menginjakkan kaki .. eh...ban mobil di Pacitan dengan perasaan takut dan takjub... takjub bercampur takut. Melihat lereng di sisi kanan jalan, lalu melihat jurang di sisi kiri.....oh....ngeri.. Rasanya sedang menempuh perjalanan mencari ujung dunia...........
Sampai di kota Pacitan sudah isya, duh gelapnya kota ini, kataku senada dengan suamiku. Kami berputar-putar mencari hotel tempat acara pelatihan. Rencana semula akan menginap di hotel ini juga, tapi belum masuk hotel aku sudah takut.... gelap, banyak mobil box...
Tanya sana sini, katanya ada hotel paling bagus disini, hotel P. Kamipun menginap disana, sialnya hotel yang katanya paling bagus ini agak angker... aku mimpi seram semalam, hotelnya ga begitu bersih tapi tarifnya kayak hotel bintang 3.... duh nasib-nasib.... sudah lelah, ga bisa istirahat dengan tenang. Pagi sekali aku sudah berada di tempat acara, karena ingin segera kabur dari hotel yang menakutkanku.
Kali kedua datang ke Pacitan, perasaanku lebih santai dan ikhlas. Aku lebih menikmati perjalanan, bahkan hatiku dipenuhi rasa senang dan bahagia. Serasa menyapa bukit dan jurang dengan penuh kerinduan.
Perubahan perasaan ini ternyata membawa perubahan nasibku di Pacitan. Berdasarkan informasi dari ibu staf dinas koperasi, aku menginap di hotel paling mewah (mepet sawah) di sebelah hotel tempat acara. Hotel ini kamarnya lebih bersih, lebih luas dan lebih murah. Kamar di lantai bawah habis, terpaksa kujalani hal yang tidak kusuka yaitu naik tangga, kulakukan saja dengan ikhlas. Belakangan aku mensyukuri kamar di lantai dua ini.
Biasanya aku akan tidur lagi setelah sholat subuh, tapi entah kenapa aku membuka jendela dan.......aku disuguhi pemandangan indah bak lukisan. Langit semburat merah, dibawahnya hijau sawah menghampar, masih dihiasi kicau burung dan suara musik sederhana tek tek tek plus teriakan anak-anak mengusir burung. Didepan kamarku bunga tapak lima berayun pelan, warna shocking pinknya seperti menyala, sebagian kuntumnya jatuh ke lantai. Seperti masuk dalam sebuah puisi....rasanya aku jadi cantik sekali.. hehehe. Untunglah kamarku di lantai dua, jadi bisa menikmati pemandangan indah ini tanpa terhalang pagar.
Kusadari betapa indahnya kota ini, dikelilingi bukit berbatu dengan sawah menghijau dimana-mana.
Selesai acara aku dan suami berenang di sumber air panas yang membuat badan terasa fit dan segar lagi walaupun seharian beraktifitas. Kejutan indah seusai berenang, kami minum degan di warung bawah pemandian, lagi-lagi kami disuguhi pemandangan menakjubkan, sungai yang meliuk-liuk, aliran airnya membuat hati tenang, di kanan kirinya hamparan sawah, aku terpesona....
Aku yang sama, di kota yang sama, tapi perbedaan perasaan telah membawa dua pengalaman yang berbeda pula.
Pacitan oh pacitan. Aku akan selalu merindukanmu.....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar