Ketika Al Qur'an dilaksanakan dengan kaffah, kehidupan seseorang menjadi begitu luar biasa, begitu mudahnya dan begitu bahagianya ...... sampai-sampai mereka hanya punya satu persoalan saja dalam kehidupan, yaitu apakah hidupku sudah bersesuaian dengan Al Qur'an?
Seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya, aku bertemu cak Edy dan cak Halim, dua orang yang keliling dunia untuk membawakan Al Qur'an.
Cak Edy adalah pemilik sebuah perusahaan berskala menengah di Surabaya, perusahaan yang sudah tersistem dengan rapi hingga pemiliknya bisa jalan-jalan kemana saja dan kapan saja beliau suka. Tahukah bahwa beliau mengoperasikan perusahaannya dengan ayat-ayat Al Qur'an? Terbukti, kata beliau, dengan cara ini perusahaan lebih berkembang dan menekan seminimal mungkin 'overhead' (ini sih istilah beliau yang aku tak tahu persis maksudnya ....hehehe)
Terus terang saja, sejak kecil aku dan mungkin banyak orang lainnya beranggapan bahwa melaksanakan Al Qur'an secara totalitas adalah hal yang tidak mungkin. Mind set kita, manusia yang bisa melaksanakan Al Qur'an secara menyeluruh hanyalah Nabi Muhammad. Memang betul, hanya N Muhammad manusia paling mulia, dan kita tak akan pernah bisa 'menyaingi' atau 'menyamai' kemuliaan beliau, tapi ...... apakah hanya Nabi yang bisa melaksanakan Al Qur'an secara kaffah? Sahabat Nabi pun manusia biasa yang melaksanakan Al Qur'an secara totalitas ..... Yang membedakannya, beliau berakhlak Al Qur'an sejak beliau kecil, sedangkan manusia biasa kebanyakan melalui 'jatuh bangun', melewati berbagai 'sejarah' proses kehidupan. Yang membedakannya juga masalah kualitas dan kuantitasnya.
Contohnya, dalam melaksanakan Surat Al-Isra' [17] : ayat 79
Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (Al-Jasiyah [45] : ayat 20)
Renungkanlah ayat tersebut diatas, jelas-jelas dikatakan bahwa Al Qur'an adalah pedoman bagi manusia, dan bukan pedoman bagi Nabi. Berarti manusia bisa melaksanakannya, karena tidak mungkin sebuah buku pedoman memuat hal yang tidak bisa dilakukan oleh 'produk'nya. Seperti halnya saat kita membeli sebuah produk, smart phone misalnya, selalu ada buku manual yang memudahkan kita mengoperasikan alat itu. Mengabaikan buku manual sama saja dengan menjatuhkan diri dalam kesulitan, begitulah yang terjadi bila kita mengabaikan Al Qur'an.
Aku katakan semua itu agar kita meruntuhkan semua batasan yang membuat kita terdinding dalam melaksanakan Al Qur'an.
Setelah itu, fahamilah bahwa Al Qur'an itu mudah.
Ayat dengan kalimat yang sama persis diulang lagi sebanyak 4 kali di surat yang sama di ayat 22. 32 dan 40. Ini artinya, betapa pentingnya ayat itu, betapa pentingnya menata mind set kita bahwa Al Qur'an itu mudah. Mudah dalam arti yang banyak, mudah dipelajari, mudah difahami, mudah dilaksanakan, dan memberi kemudahan hidup bagi yang melaksanakannya.
Bila yang mengatakan bahwa Al Qur'an itu mudah adalah Allah swt, masihkah kita membantahnya dengan berbagai argumentasi? Bila demikian kejadiannya, berarti yang membuat Al Qur'an itu sulit adalah diri kita sendiri.
Al Qur'an adalah mu'jizat yang dibawa oleh junjungan kita Nabi besar Muhammad saw. Yang namanya mu'jizat, selalu melahirkan hal yang luar biasa, keajaibannya membuat manusia tercengang dan tak berhenti mengagumi. Itulah yang terjadi bila kita melaksanakan Al Qur'an.
Apa yang aku uraikan diatas, hanyalah isi hatiku saat menerima 'pencerahan' dari sang pemandu ayat, cak Halim dan cak Edy. Mereka berdua hanya menyampaikan ayat, tidak banyak kata, dan tidak mau menafsirkan ayat dengan logika dan pendapatnya sendiri.
Tahukah rasanya bertemu dengan sang pemandu ayat? Begitu sejuk, damai, tidak ada persoalan hidup yang tidak bisa diselesaikan dengan Al Qur'an ..... Beginilah rupanya Islam seharusnya dibawakan, tak ada yang sanggup menolak, kecuali orang yang ada penyakit di hatinya.
Bertemu manusia biasa yang menjalankan Al Qur'an saja sudah begini damainya, kubayangkan seandainya bertemu Nabi Muhammmad sendiri, sedamai apakah rasanya ? ..... Mari sampaikan shalawat dan salam kita kepadanya.
Seperti yang pernah kuceritakan sebelumnya, aku bertemu cak Edy dan cak Halim, dua orang yang keliling dunia untuk membawakan Al Qur'an.
Cak Edy adalah pemilik sebuah perusahaan berskala menengah di Surabaya, perusahaan yang sudah tersistem dengan rapi hingga pemiliknya bisa jalan-jalan kemana saja dan kapan saja beliau suka. Tahukah bahwa beliau mengoperasikan perusahaannya dengan ayat-ayat Al Qur'an? Terbukti, kata beliau, dengan cara ini perusahaan lebih berkembang dan menekan seminimal mungkin 'overhead' (ini sih istilah beliau yang aku tak tahu persis maksudnya ....hehehe)
Terus terang saja, sejak kecil aku dan mungkin banyak orang lainnya beranggapan bahwa melaksanakan Al Qur'an secara totalitas adalah hal yang tidak mungkin. Mind set kita, manusia yang bisa melaksanakan Al Qur'an secara menyeluruh hanyalah Nabi Muhammad. Memang betul, hanya N Muhammad manusia paling mulia, dan kita tak akan pernah bisa 'menyaingi' atau 'menyamai' kemuliaan beliau, tapi ...... apakah hanya Nabi yang bisa melaksanakan Al Qur'an secara kaffah? Sahabat Nabi pun manusia biasa yang melaksanakan Al Qur'an secara totalitas ..... Yang membedakannya, beliau berakhlak Al Qur'an sejak beliau kecil, sedangkan manusia biasa kebanyakan melalui 'jatuh bangun', melewati berbagai 'sejarah' proses kehidupan. Yang membedakannya juga masalah kualitas dan kuantitasnya.
Contohnya, dalam melaksanakan Surat Al-Isra' [17] : ayat 79
"Dan pada sebagian malam hari bershalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Tuhan-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji". Dalam pelaksanaannya, manusia biasa ada yang bertahajud dengan 2 rekaat yang pendek, 11 rekaat, atau lebih..... tapi Nabi melaksanakannya dengan panjang dan lama hingga kaki beliau bengkak, pun beliau melaksanakannya dengan amat khusyu'. Tidak bertahajudpun bukan berarti melanggar ayat ini, karena bukan hal wajib, hanya sebagai ibadah tambahan.
Al Qur'an ini adalah pedoman bagi manusia, petunjuk dan rahmat bagi kaum yang meyakini. (Al-Jasiyah [45] : ayat 20)
Renungkanlah ayat tersebut diatas, jelas-jelas dikatakan bahwa Al Qur'an adalah pedoman bagi manusia, dan bukan pedoman bagi Nabi. Berarti manusia bisa melaksanakannya, karena tidak mungkin sebuah buku pedoman memuat hal yang tidak bisa dilakukan oleh 'produk'nya. Seperti halnya saat kita membeli sebuah produk, smart phone misalnya, selalu ada buku manual yang memudahkan kita mengoperasikan alat itu. Mengabaikan buku manual sama saja dengan menjatuhkan diri dalam kesulitan, begitulah yang terjadi bila kita mengabaikan Al Qur'an.
Aku katakan semua itu agar kita meruntuhkan semua batasan yang membuat kita terdinding dalam melaksanakan Al Qur'an.
Setelah itu, fahamilah bahwa Al Qur'an itu mudah.
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Al-Quran untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (QS. Al-Qamar [54] : ayat 17)
Ayat dengan kalimat yang sama persis diulang lagi sebanyak 4 kali di surat yang sama di ayat 22. 32 dan 40. Ini artinya, betapa pentingnya ayat itu, betapa pentingnya menata mind set kita bahwa Al Qur'an itu mudah. Mudah dalam arti yang banyak, mudah dipelajari, mudah difahami, mudah dilaksanakan, dan memberi kemudahan hidup bagi yang melaksanakannya.
Bila yang mengatakan bahwa Al Qur'an itu mudah adalah Allah swt, masihkah kita membantahnya dengan berbagai argumentasi? Bila demikian kejadiannya, berarti yang membuat Al Qur'an itu sulit adalah diri kita sendiri.
Al Qur'an adalah mu'jizat yang dibawa oleh junjungan kita Nabi besar Muhammad saw. Yang namanya mu'jizat, selalu melahirkan hal yang luar biasa, keajaibannya membuat manusia tercengang dan tak berhenti mengagumi. Itulah yang terjadi bila kita melaksanakan Al Qur'an.
Apa yang aku uraikan diatas, hanyalah isi hatiku saat menerima 'pencerahan' dari sang pemandu ayat, cak Halim dan cak Edy. Mereka berdua hanya menyampaikan ayat, tidak banyak kata, dan tidak mau menafsirkan ayat dengan logika dan pendapatnya sendiri.
Tahukah rasanya bertemu dengan sang pemandu ayat? Begitu sejuk, damai, tidak ada persoalan hidup yang tidak bisa diselesaikan dengan Al Qur'an ..... Beginilah rupanya Islam seharusnya dibawakan, tak ada yang sanggup menolak, kecuali orang yang ada penyakit di hatinya.
Bertemu manusia biasa yang menjalankan Al Qur'an saja sudah begini damainya, kubayangkan seandainya bertemu Nabi Muhammmad sendiri, sedamai apakah rasanya ? ..... Mari sampaikan shalawat dan salam kita kepadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar