Dear Allah lovers.
Senja itu , adzan maghrib telah berlalu, ketika suara kring bel rumah mengagetkanku, biasanya sih ada orang beli brownies. Aku tidak beranjak dari tempat dudukku, ada Tutik yang bergegas ke depan. Tak lama kemudian dia kembali, menyodorkan satu tas kresek kerupuk yang menyembul terlihat enak.
"Katanya ini titipan dari bu Melati (bukan nama sebenarnya) bunda", katanya.
"Oh, bapak-bapak gitu kan yang nganterin ? dia karyawannya bu Melati , kalau pulang kerja memang lewat sini", kataku.
Jadi ingat bu Melati, wanita yang tegar dalam penderitaannya karena Allah, dia sengaja bertahan karena ingin lebih baik di hadapan Allah.
Dia sahabat fb, pembaca blogku, aku dan dia sesama arema (arek Malang), tapi aku mengenalnya justru dari seorang pembacaku yang tinggal di Jakarta.
Pernah dia datang ke tempatku, bercerita bila dia sudah tidak kuat menghadapi suami yang egois dan temperamental, bila memutuskan berpisah juga tidak tega dengan anak-anak. Dilematis.
"Jangan bertahan karena anak-anak, bertahan atau berpisah, semua musti karena Allah", kataku. Kami ngobrol dan berdiskusi panjang, sampai akhirnya aku bilang begini :
"Coba mbak pikir, apakah dengan bersuamikan dia mbak jadi lebih dekat dengan Allah atau tidak ?".
"Ya, rasanya karena diperlakukan seperti ini, aku malah jadi rajin ibadah sunah, jadi makin dekat dengan Allah sih", katanya. Akhirnya dia memutuskan untuk bertahan karena dia merasa kondisi yang secara kasat mata terlihat buruk dan membuatnya menderita, malah membuatnya makin dekat dan akrab dengan Allah.
Menyengaja bertahan dalam penderitaan untuk mendekatkan diri pada Allah, ini sungguh keikhlasan yang luar biasa ! Aku yakin ke depannya sang suamipun akan menjadi lebih baik dengan doa istri yang salehah seperti ini.
Aku kagum sekali padanya.
Senja itu , adzan maghrib telah berlalu, ketika suara kring bel rumah mengagetkanku, biasanya sih ada orang beli brownies. Aku tidak beranjak dari tempat dudukku, ada Tutik yang bergegas ke depan. Tak lama kemudian dia kembali, menyodorkan satu tas kresek kerupuk yang menyembul terlihat enak.
"Katanya ini titipan dari bu Melati (bukan nama sebenarnya) bunda", katanya.
"Oh, bapak-bapak gitu kan yang nganterin ? dia karyawannya bu Melati , kalau pulang kerja memang lewat sini", kataku.
Jadi ingat bu Melati, wanita yang tegar dalam penderitaannya karena Allah, dia sengaja bertahan karena ingin lebih baik di hadapan Allah.
Dia sahabat fb, pembaca blogku, aku dan dia sesama arema (arek Malang), tapi aku mengenalnya justru dari seorang pembacaku yang tinggal di Jakarta.
Pernah dia datang ke tempatku, bercerita bila dia sudah tidak kuat menghadapi suami yang egois dan temperamental, bila memutuskan berpisah juga tidak tega dengan anak-anak. Dilematis.
"Jangan bertahan karena anak-anak, bertahan atau berpisah, semua musti karena Allah", kataku. Kami ngobrol dan berdiskusi panjang, sampai akhirnya aku bilang begini :
"Coba mbak pikir, apakah dengan bersuamikan dia mbak jadi lebih dekat dengan Allah atau tidak ?".
"Ya, rasanya karena diperlakukan seperti ini, aku malah jadi rajin ibadah sunah, jadi makin dekat dengan Allah sih", katanya. Akhirnya dia memutuskan untuk bertahan karena dia merasa kondisi yang secara kasat mata terlihat buruk dan membuatnya menderita, malah membuatnya makin dekat dan akrab dengan Allah.
Menyengaja bertahan dalam penderitaan untuk mendekatkan diri pada Allah, ini sungguh keikhlasan yang luar biasa ! Aku yakin ke depannya sang suamipun akan menjadi lebih baik dengan doa istri yang salehah seperti ini.
Aku kagum sekali padanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar