Terseret Arus Peristiwa
#innuriinspirasi
Kendali di dalam diri itu kalau tidak kuat, bisa hanyut terbawa situasi di luar diri. Yang namanya hanyut pasti tidak enak.
Innuri ambil contoh peristiwa yang sedang menjadi trending topik saat ini ya, soal karton kotak suara pemilu nanti.
Kelompok anti pemerintah bilang :" Bagaimana negara mau maju bila berpikirnya seperti ini ? Bukan negara gak punya duit, tapi gak punya alat buat mikir ".
Kelompok pro pemerintah bilang :"Otak itu di kepala, bukan di dengkul. Kotak suara dari karton itu sudah dipakai sejak tahun 2014 , mengapa ributnya baru sekarang? Lagipula itu sudah sesuai Undang Undang yang dibuat dan disahkan DPR yang disana duduk junjungan kalian, duo F ".
Bagaimana rasanya dua kalimat di atas? Padahal itu sudah diperhalus sama Innuri, aslinya lebih kasar dari itu.
Baik kalimat pertama atau kalimat kedua, sama sama membangkitkan emosi yang membacanya. Emosi marah terutama. Dan dalam keadaan marah, yang rusak terlebih dahulu apa? Ya neuron neuron di dalam tubuhmu sendiri, bukan orang lain.
Yang menulis pakai emosi, yang membacanya terbangkitkan emosinya juga, semacam kerusakan neuron yang menular.
Bagaimana bisa memperbaiki bangsa ini bila rakyatnya perang urat syaraf terus?
Untuk bisa memperbaiki hal di luar diri, terlebih dahulu ya perbaiki hal di dalam diri.
Jangan mudah terpancing hal dan peristiwa di luar diri, terutama terpancing emosinya. Itu bikin pandangan gak jernih.
Nah, bagaimana biar gak mudah terpancing dan terseret arus peristiwa?
Yaa kembali ke dalam mata kuliah kita kemarin "Inner Peace" . Hati musti luas dan penuh kasih sayang dan selalu terhubung dengan Allah. Dengan demikian kita bisa memandang dari ketinggian. Soalnya disana terlihatnya jadi .... ( Innuri gak mau menceritakannya ya, biar kalian alami sendiri saja)
#innuriinspirasi
Kendali di dalam diri itu kalau tidak kuat, bisa hanyut terbawa situasi di luar diri. Yang namanya hanyut pasti tidak enak.
Innuri ambil contoh peristiwa yang sedang menjadi trending topik saat ini ya, soal karton kotak suara pemilu nanti.
Kelompok anti pemerintah bilang :" Bagaimana negara mau maju bila berpikirnya seperti ini ? Bukan negara gak punya duit, tapi gak punya alat buat mikir ".
Kelompok pro pemerintah bilang :"Otak itu di kepala, bukan di dengkul. Kotak suara dari karton itu sudah dipakai sejak tahun 2014 , mengapa ributnya baru sekarang? Lagipula itu sudah sesuai Undang Undang yang dibuat dan disahkan DPR yang disana duduk junjungan kalian, duo F ".
Bagaimana rasanya dua kalimat di atas? Padahal itu sudah diperhalus sama Innuri, aslinya lebih kasar dari itu.
Baik kalimat pertama atau kalimat kedua, sama sama membangkitkan emosi yang membacanya. Emosi marah terutama. Dan dalam keadaan marah, yang rusak terlebih dahulu apa? Ya neuron neuron di dalam tubuhmu sendiri, bukan orang lain.
Yang menulis pakai emosi, yang membacanya terbangkitkan emosinya juga, semacam kerusakan neuron yang menular.
Bagaimana bisa memperbaiki bangsa ini bila rakyatnya perang urat syaraf terus?
Untuk bisa memperbaiki hal di luar diri, terlebih dahulu ya perbaiki hal di dalam diri.
Jangan mudah terpancing hal dan peristiwa di luar diri, terutama terpancing emosinya. Itu bikin pandangan gak jernih.
Nah, bagaimana biar gak mudah terpancing dan terseret arus peristiwa?
Yaa kembali ke dalam mata kuliah kita kemarin "Inner Peace" . Hati musti luas dan penuh kasih sayang dan selalu terhubung dengan Allah. Dengan demikian kita bisa memandang dari ketinggian. Soalnya disana terlihatnya jadi .... ( Innuri gak mau menceritakannya ya, biar kalian alami sendiri saja)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar