Antara Menerima dan Mengharuskan
#innuriinspirasi
Untuk hidup yang damai dan bahagia, hanya perlu hati yang bersedia menerima apapun karena mempercayaiNya, percaya kebijaksanaanNya mengatur segala urusan.
Tapi kebanyakan manusia suka mengharuskan ini dan itu, itu kan semacam perlawanan akan kehendak Allah. Padahal Allah lebih tahu dalam mengatur segalanya.
Bila anak anda bandel misalnya, lalu anda menyalahkannya, karena seharusnya anak itu menurut dan berbakti pada orang tua. Inilah yang aku maksud "manusia suka mengharuskan ini dan itu" , padahal tanpa disadari anda telah menempatkannya dalam kubu salah dan anda di kubu benar. Apakah cara ini membantunya menjadi anak yang berbakti? Ataukah malah membuatnya semakin keras senada dengan kerasnya hati anda mempertahankan yang "seharusnya" ?
Siapa dibalik anak yang bandel? Maka cobalah menerima karena anak bukan adonan kue. Biarkan anak berproses dengan caranya. Yang harus itu adalah anda sendiri harus menerima dan menyayanginya, apa adanya dia. Penerimaan dan kasih sayanglah yang membuat hati anda damai, yang akan menularkan kedamaian juga ke sekeliling anda.
Apakah hati anak anda akan terjangkau juga? Lagi lagi ini "harus" yang lainnya lagi. Apapun itu musti dimulai dari diri sendiri, dan dimulai dari penerimaan yang tulus akan ketentuanNya, yang melahirkan kedamaian hati dan kasih sayang. Menyerahkan kepada Allah sesuatu yang manusia tak bisa melakukannya.
#innuriinspirasi
Untuk hidup yang damai dan bahagia, hanya perlu hati yang bersedia menerima apapun karena mempercayaiNya, percaya kebijaksanaanNya mengatur segala urusan.
Tapi kebanyakan manusia suka mengharuskan ini dan itu, itu kan semacam perlawanan akan kehendak Allah. Padahal Allah lebih tahu dalam mengatur segalanya.
Bila anak anda bandel misalnya, lalu anda menyalahkannya, karena seharusnya anak itu menurut dan berbakti pada orang tua. Inilah yang aku maksud "manusia suka mengharuskan ini dan itu" , padahal tanpa disadari anda telah menempatkannya dalam kubu salah dan anda di kubu benar. Apakah cara ini membantunya menjadi anak yang berbakti? Ataukah malah membuatnya semakin keras senada dengan kerasnya hati anda mempertahankan yang "seharusnya" ?
Siapa dibalik anak yang bandel? Maka cobalah menerima karena anak bukan adonan kue. Biarkan anak berproses dengan caranya. Yang harus itu adalah anda sendiri harus menerima dan menyayanginya, apa adanya dia. Penerimaan dan kasih sayanglah yang membuat hati anda damai, yang akan menularkan kedamaian juga ke sekeliling anda.
Apakah hati anak anda akan terjangkau juga? Lagi lagi ini "harus" yang lainnya lagi. Apapun itu musti dimulai dari diri sendiri, dan dimulai dari penerimaan yang tulus akan ketentuanNya, yang melahirkan kedamaian hati dan kasih sayang. Menyerahkan kepada Allah sesuatu yang manusia tak bisa melakukannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar