Kamis, 28 November 2024

Dua Wajah Kebahagiaan

 Pernah menonton film Pursuit of Happiness?  Kisah kebahagiaan seorang ayah dalam perjuangannya memberikan kehidupan yang layak buat anaknya dan karir yang bagus untuk dirinya sendiri.  Kebahagiaan seperti itu dicita-citakan oleh sebagian besar orang di dunia ini, namun tidak banyak orang yang tahu bila itu hanyalah salah satu wajah kebahagiaan, wajah yang tidak abadi.  Karier yang bagus pasti berakhir, anak-anak pun kelak akan menempuh kehidupannya sendiri, kebersamaan dengan keluarga pun pasti berakhir.   Tidak ada yang abadi di dunia ini.  Innuri bukan bilang bila itu semua tidak penting loh!  Penting banget karena itu kewajiban sebagai orang tua mengusahakan kehidupan yang layak untuk diri sendiri dan keluarga.  Innuri hanya mau ngomong, ada wajah abadi kebahagiaan yang mestinya juga perlu dan sangat perlu kita kejar, mungkin judul filmnya jadi Pursuit of Everlasting Happiness dan pemeran utamanya adalah aku dan kamu semua di layar kehidupan kita masing-masing.

Memangnya kebahagiaan abadi itu seperti apa dan bagaimana meraihnya?

Barangkali ada yang menduga, kebahagiaan abadi itu apa pun yang terjadi kita merasa bahagia dan tenang-tenang saja, biar pun mendapat pengalaman yang terlihat menyedihkan bisa tetap tenang seperti kaum stoic.  Apakah seperti itu?  Apakah kurang lebih seperti itu? Aku susah menjawabnya, karena itu tidak bisa digambarkan dalam kata-kata, atau diterangkan lewat adegan demi adegan di film, itu harus dialami sendiri seperti apa dan bagaimana rasanya.

Bagaimana meraihnya?

Kebahagiaan abadi itu letaknya di batin / hati yang terdalam, jadi untuk meraihnya ya harus sesering dan selama mungkin melatih diri sendiri menyelam ke dalam batin.  Mengheningkan pikiran, perasaan dan emosi, lalu menyelam ke dalam diri sendiri sampai klik dengan Allah / Tuhan di kedalamaan hati.  Sesederhana itu walau tidak mudah, tetapi Allahlah yang nanti akan memudahkan bila kita punya niat dan tekat yang kuat untuk meraihnya.  Hal terpenting dan ternomor satu punya keinginan untuk mendekatiNya, lalu niat dan tekat yang kuat untuk selalu terhubung denganNya.  Setelah itu lakukan hening di keseharian kita di tengah hiruk pikuk dunia ini atau melakukan nyepi dengan sengaja.  Mana saja upaya yang bisa kamu lakukan, Dia melihatmu, membantumu dan mendekatimu.  Ketika kamu mendekatiNya dengan berjalan, maka Dia mendekatimu dengan berlari.

Latihlah dirimu untuk tidak terseret dalam pusaran permasalahan dunia. Contoh paling sederhana adalah mengurangi ketergantungan kita akan telepon genggam / televisi / media sosial.  Bila tidak penting-penting amat, tak perlu membuka telepon genggam hanya karena kepo dengan berita teman-teman atau hal lainnya.  Jangan mudah terseret dalam rasa senang atau sedih, latih hati untuk berselancar di atas dualitas rasa.  Ketika pikiran menilai dan menghakimi orang / peristiwa, segera sadari dan kembali mengingat Allah saja. Latih untuk selalu terhubung dengan Allah saat melakukan apa saja.  Silakan dikembangkan sendiri latihannya sesuai dengan kondisi masing-masing.

Semoga kita semua menjadi orang-orang yang didekatkan kepadaNya.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar