Sabtu, 30 November 2024

Antara TAO - STOIC - ISLAM

 Adanya benang merah / keterhubungan antara ajaran STOIC - TAO - ISLAM. Sementara ini tiga ajaran itu yang aku pelajari. Aku sadari banget ketika melakukan khalwat/uzlah selama 40 hari di vila Aden, karena di sana aku bukan hanya mempelajari ketiganya, tetapi melakukan dan merasakannya sendiri, seperti masuk kelas praktikum dalam sekolah spiritual.

Oh ya, aku sendiri Islam dari lahir, tapi aku suka spiritual, dalam Islam namanya tasawuf / sufisme.

Baik, lanjut apa saja keterhubungan di antara ketiganya yang sangat aku rasakan.

Di dalam Stoic, dunia keilahian disebut Logos, suatu kecerdasan/intelegensi tertinggi yang merembes ke mana-mana, pokoknya segala sesuatu terhubung dengan Logos. Nah, di dalam stoic, alam = Tuhan. Untuk hidup damai, orang harus selaras dengan Logos / alam.

Ada 4 ajaran penting dalam stoic, yaitu Logos, Alam, Apatis (lepas dari emosi rendah seperti marah, takut, nafsu, dll) setelah bisa melampaui segala emosi itu maka muncullah Ataraksia atau kedamaian.

Dalam stoic, segala sesuatu adalah bagian dari sebuah sistem tunggal yaitu Alam (Tuhan), maka mereka percaya akan adanya takdir.

Mengapa manusia menderita? Itu karena tidak selaras dengan alam, atau ada gangguan di dalam koneksinya dengan alam, yang mengganggu adalah Nafsu. Emosi dan nafsu yang hobinya mengganggu manusia itu disebut Pathos.

Nah, Apatis itulah sebuah kondisi di mana batin ini sudah tidak dipengaruhi oleh Pathos. Buah dari Apatis adalah Ataraksia (kedamaian), dan hasilnya adalah Eudamonia (kebahagiaan).

Di dalam Islam, Allah itu Tuhan Yang Maha Esa, segala sesuatu terhubung dengan Allah. Ajaran yang penting dalam Islam adalah taqwa (surat Ali Imran 133–135) yaitu berbuat baik, memaafkan, menahan amarah / emosi / hawa nafsu, memohon ampun dan tidak mengulangi perbuatan zalimnya lagi, bersedekah dalam lapang dan sempit.

Baik Stoic maupun Islam mengajarkan untuk mengelola hawa nafsu, demikian juga dengan Tao.

Coba lihat benang merahnya antara ajaran stoic yang mengatakan bila segalanya berada dalam sebuah sistem tunggal dengan Surat Al Ikhlas yang menggambarkan keesaan Tuhan. Ini makna surat Al Ikhlas, "Katakanlah, Allah yang Maha Esa, Allah tempat bergantung segala sesuatu, Yang tidak beranak dan tidak pula diperanakkan, Dan tidak ada sesuatu pun yang setara dengan Dia."

Sekarang mari tengok salah satu ajaran Tao dalam bahasa Innuri saja ya, karena kitab Tao te Ching itu penuh sastra dan butuh penafsiran yang mendalam.

Tuhan di dalam Tao itu Maha Misterius, yang tidak bisa dikata-katakan, kalau bisa dikatakan maka sebut saja Tao. Nama Tao itu muncul demi memudahkan penyebutan saja.

Ini terjemahan Tao Te Ching bab 1 versi Pak Hans, YF La Kahija (dosen Fak Psikologi Undip) "Tanpa nama itulah asal muasal langit dan bumi. Tanpa keingingan kamu bisa melihat inti. Dengan keinginan/nafsu, kamu hanya melihat luarnya. Kesatuan dari keduanya adalah misteri. Misteri dari semua misteri adalah awal dari segalanya."

Bab-bab selanjutnya silakan simak di kitab terjemah Tao te Ching, atau ngikut Innuri boleh, Innuri lebih mudah menyimaknya dari Youtube Eling lan Awas -nya Prof YF La Kahija, karena di sana dijelaskan secara panjang lebar penafsirannya versi Pak Hans. Ada 82 bab. Link-nya aku sertakan terakhir.

Innuri persingkat saja ya. Dari Tao itu mengalir yin-yang. Kalau kita bisa mengalir bersama Tao dengan dua wajah yin-yang, maka kita disebut berwuwei. Wuwei itu mengalir, tidak menahan. tidak melawan, mengalir bersama kehidupan.

Nah, ajaran tentang yin-yang ini relate sekali dengan ayat al quran tentang segala sesuatu diciptakan Allah berpasang-pasangan. Yin-yang itu tidak terpisah, tidak boleh ditulis yin dan yang, jadi harus yin-yang, karena keduanya pasangan abadi.

Dalam konsep ketuhanan, antara stoic-tao-islam itu relate banget, juga dalam hal akhlak / budi pekerti. Apalagi ketika mempelajari kitab Tao te Ching di bab-bab selanjutnya ditambah mempelajari kitab-kitab stoic seperti Meditasi-Markus Aurelius (isinya catatan-catatan Markus Aurelius), Enchiridion - Epictetus (pelajaran dari Epictetus yang ditulis oleh muridnya, Flavius Arrian)

Akan tetapi, membaca / mempelajari saja tidaklah cukup, mempelajari secukupnya lalu menjalankannya (bagian tersulitnya ya ini nih). Ketika menjalani, pemahaman jadi lebih mendalam dan kita keluar dari kotak-kotak, menyatu dengan alam, lalu tersingkaplah tirai yang membatasi mikrokosmos dan makrokosmos, itulah kebahagiaan yang sejati. Batin dipahamkan akan makna sebenarnya dari kesatuan / Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan Yang Satu itulah yang menurunkan aneka ajaran di muka bumi. Mengapa berbeda? Karena turun di masa yang berbeda, di masyarakat dengan kultur yang berbeda. Tuhan Yang Maha Bijaksana tentu Maha Tahu metode pengajaran yang terbaik untuk setiap zaman.

Aku tutup dengan Al quran surat Al Isra 110 : "Serulah Allah, atau serulah Ar rahman, dengan nama saja kamu seru, Dia mempunyai nama-nama yang indah …."

Jadi boleh dong kita sebut Allah dengan nama apa saja yang indah-indah. Kurasa nama Tao atau Logos juga indah kok, itu hanya soal kebiasaan, seperti aku yang biasa menyebutNya Allah, Kekasih, Cintaku. Bagaimana menurutmu?

Oh ya, hampir lupa, ini link channelnya Pak Hans ya. Aku suka beliau karena Pak Hans membahas segala sesuatu secara mendalam dan mulai dari akarnya. Untuk membahas stoic pun beliau membahas mulai dari Pythagoras, Socrates, dll karena akarnya stoic dari para filsuf Yunani itu. Selamat mengubek-ubek channelnya Pak Hans.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar