Sabtu, 24 Mei 2025

Menyatu dan Mengalir

Kesedihan atau hati yang berjelaga (hmm ... sok puitis) tapi bayangkan saat hati lagi gundah itu seperti ada noda kehitaman di hati, atau bahkan seperti ditenggelamkan ke dalam lumpur pekat.  Sampai kepinginnya pergi saja lari dari kenyataan, atau bahkan ingin mati saja.  Itu kesedihan yang terdalam.

Dalam keadaan sedih seperti yang aku gambarkan tadi, sebenarnya apa sih yang terjadi di dalam diri kita?  Apa sih akar permasalahan yang membuat manusia sesedih itu?

Masalah utamanya adalah karena manusia merasa terpisah / terpental dengan Tuhan.  Bukan soal diri si orang itu yang terpisah dengan Tuhan, tapi juga anggapannya bahwa segala sesuatu di luar dirinya terpisah dengan Tuhan.  

Apakah masih belum jelas?

Begini, terpisah dengan Tuhan itu bukan berarti tidak ingat atau tidak percaya Tuhan lagi.  Tapi merasa orang lain/suatu keadaan itu terjadi atas kemauan mereka sendiri, bukan atas kemauan Tuhan.

Diri kita sendiri, orang lain, makhluk hidup dan tak hidup (yang sebenarnya hidup) di sekitar kita, semua itu dalam genggaman Tuhan, saking melekatnya mereka dengan Tuhan, bisa disebut alam semesta ini = Tuhan. Kita semua di alam semesta ini tidak terpisah, karena semuanya adalah Tuhan.

Nah, ketika kita merasa tak terpisah, di point inilah kita bakalan lebih mudah menerima apa pun perlakuan orang atau apa pun peristiwa yang terjadi. karena semua itu adalah Tuhan atau perwujudan Tuhan.  Kita hanya mengalir saja sesuai peran kita masing-masing, mengalir saja dengan ikhlas, pasrah, bersyukur disertai kepercayaan penuh pada kecerdasan alam semesta (baca:Tuhan) dalam menjalankan peran kita masing-masing.  Itulah kebebasan, kemerdekaan dan kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar