Aku menangis saat meninggalnya 2 orang nenekku, mungkin karena aku sayang padanya sehingga melihatnya membuat aku bahagia.
Aku menangis saat ayah mertuaku meninggal, karena aku memang sayang pada lelaki yang amat sabar dan bijaksana, yang selalu mendukungku dalam situasi apapun.
Sayang dan cintaku merupakan alasan untuk menangis, tidak bisa melihatnya lagi juga membuatku menangis, sungguh tangisan yang egois....... sebenarnya mungkin karena aku terlalu mencintai diriku sendiri, sehingga kehilangan orang yang membuatku bahagia membuatku menangis.
Ah... tapi aku pernah menangis saat melihat seseorang disiksa di alam kuburnya, sampai aku gemetaran dan ketakutan (anda boleh percaya atau tidak, Allah pernah memperlihatkan kepadaku siksa kubur), dan pada detik aku melihatnya disiksa, detik itu juga aku memaafkan semua kesalahannya padaku.
Aku menangis saat suami saudaraku meninggal, saat putra sahabatku meninggal, bahkan saat Adji Massaid meninggal....mudah2an tangisku karena rahmat Allah dan bukan karena egoku membayangkan betapa sedihnya bila akulah yang menjadi orang yang kehilangan.
Tapi aku pernah begitu terkesan beberapa tahun yang lalu, ada seorang petinju Indonesia yang meninggal saat bertanding, kena pukulan di tulang rusuknya. Keluarganya bilang di depan media televisi dan majalah, bahwa mereka amat bersyukur karena Allah telah memberinya kebahagiaan bersama putranya selama 25 tahun. Oh, sungguh suatu kalimat yang menginspirasi hingga aku begitu mengingatnya sampai saat ini.
Kalimat itu pula yang menghiburku saat menunggu Aden yang sedang kritis di rumah sakit, walau air mata berderai, aku bilang pada Allah, terimakasih telah memberikan kebahagiaan selama 20 tahun bersama Aden. Ternyata Allah masih berkenaan memberiku kebahagiaan bersamanya hingga detik ini.
Sungguh tak bisa kubayangkan dalamnya kesedihan ditinggalkan orang yang amat dekat, apalagi kehilangan suami atau anak. Tak seorangpun ingin mengalaminya.....
Tapi pernah kujumpai seorang ibu yang begitu ikhlas kehilangan putranya karena yakin putranya mendapat tempat yang layak di sisiNya, karena putranya yang meninggal karena kecelakaan adalah ahli tahajud, bahkan di malam dia meninggal.
Pernah pula kujumpai diriku sendiri ikhlas mendengar cerita sahabatku bahwa kalimat terakhir anaknya saat meninggal adalah astaghfirullahaladzim.... Kali ini aku menangis karena terharu, betapa mesranya Allah memanggilnya......
Tidak ada komentar:
Posting Komentar