Dulu semasa kuliah aku sering membayangkan, bila suatu saat aku bekerja, aku ingin bekerja di rumah, agar bila anak-anakku pulang sekolah mereka selalu bisa bertemu dengan ibunya, dan bila suami pulang kerja aku akan selalu ada untuknya.
Allahpun mengabulkan harapanku, lebih dari yang kubayangkan.
Mungkin karena 'terlalu terkabul', usaha yang berkembang membuat aku kehilangan 'space' untuk keluargaku di rumah yang sudah berfungsi menjadi show room, production house, gudang dll dll. Ditambah lagi bisingnya kendaraan berlalu lalang di depan rumah yang sepinya baru pada jam duabelas malam.
Mulailah aku membayangkan rumah kecil yang nyaman dan damai, seperti di awal memulai rumah tangga dulu. Aku suka rumah kecil karena tidak capek. Mungkin karena masa kecilku banyak 'disiksa' oleh besarnya rumah ibuku. Ada 7 kamar di rumah ibu, dan bayangkan bila sedang haus pas berada di ruang depan, untuk minum segelas air putih saja perlu berjalan melewati tiga kamar dan tiga ruang keluarga untuk bertemu dapur. Perlu satu jam untuk menyapu seluruh rumah dan ngepelnya.
Aku dan suamiku lalu hunting rumah, aku naksir salah satu rumah di perumahan dekat bandara, tidak jauh dari cantiq butikku. Sebenarnya rumah ini di pinggir jalan raya juga, tapi gapapa lah, belum terlalu bising, mungkin suatu saat bisa jadi show roomnya cantiq.
Tapi mengingat posisi keuangan yang kurang aman bila mengambil rumah saat ini, kami memutuskan menundanya hingga benar-benar mampu.
Aku benar-benar dibuat kaget saat suamiku pulang dari mengantar bapak kontrol ke rumah sakit bilang bahwa rumah yang aku taksir sudah dibayar uang mukanya, bapak yang membayarnya untuk kami.
Rasanya terlalu cepat harapanku terkabul.
Mungkin rahasia untuk menciptakan kenyataan agar lebih indah dari harapan adalah menaruh harapan kita pada Allah, hanya ini yang kulakukan, dan ternyata memberi hasil yang luar biasa.
Bila sedang menginginkan sesuatu, aku suka bilang pada Allah sambil melepas keinginan itu untuk menaruhnya dalan genggaman Allah. Setelah berbicara pada Allah, aku seperti terlepas dari keinginan itu, tidak menginginkannya lagi, karena Allah sudah membawa pergi keinginanku. Dan tiba-tiba saja Allah mengirim jawaban untuk keinginanku.
Sederhana sekali bukan ?
Tapi Innuri ingatkan, pasrahnya jangan transaksional sama Allah. Jadi apapun hasilnya, keinginan itu sudah hilang, berganti dengan keikhlasan menerima apapun yang Allah beri, saat ini apapun juga membuat bahagia.
Menaruh harapan pada manusia sering sekali membuat kecewa.
Di Cantiq butikku ada bagian perencana keuangan, biasanya karyawanku yang satu ini suka menghitung berapa pemasukan yang harus terealisir dalam satu minggu agar biaya produksi dan gaji karyawan terpenuhi. Sering terjadi dia mengharap pemasukan datang dari para pelanggan yang sudah memesan, tapi ujung-ujungnya mengecewakan, kadang pelanggan yang dimaksud sedang keluar kota, menunda pembayaran, sakit dll.
Kukatakan padanya untuk meletakkkan harapan pada Allah saja, karena Allah punya lebih dari sejuta solusi untuk mengatasi sekedar masalah keuangan, kita manusia amat terbatas dalam pemikiran dan dalam segala hal. Ijinkanlah Allah menolong kita dengan mempercayakan persoalan kita padaNya.
Allahpun mengabulkan harapanku, lebih dari yang kubayangkan.
Mungkin karena 'terlalu terkabul', usaha yang berkembang membuat aku kehilangan 'space' untuk keluargaku di rumah yang sudah berfungsi menjadi show room, production house, gudang dll dll. Ditambah lagi bisingnya kendaraan berlalu lalang di depan rumah yang sepinya baru pada jam duabelas malam.
Mulailah aku membayangkan rumah kecil yang nyaman dan damai, seperti di awal memulai rumah tangga dulu. Aku suka rumah kecil karena tidak capek. Mungkin karena masa kecilku banyak 'disiksa' oleh besarnya rumah ibuku. Ada 7 kamar di rumah ibu, dan bayangkan bila sedang haus pas berada di ruang depan, untuk minum segelas air putih saja perlu berjalan melewati tiga kamar dan tiga ruang keluarga untuk bertemu dapur. Perlu satu jam untuk menyapu seluruh rumah dan ngepelnya.
Aku dan suamiku lalu hunting rumah, aku naksir salah satu rumah di perumahan dekat bandara, tidak jauh dari cantiq butikku. Sebenarnya rumah ini di pinggir jalan raya juga, tapi gapapa lah, belum terlalu bising, mungkin suatu saat bisa jadi show roomnya cantiq.
Tapi mengingat posisi keuangan yang kurang aman bila mengambil rumah saat ini, kami memutuskan menundanya hingga benar-benar mampu.
Aku benar-benar dibuat kaget saat suamiku pulang dari mengantar bapak kontrol ke rumah sakit bilang bahwa rumah yang aku taksir sudah dibayar uang mukanya, bapak yang membayarnya untuk kami.
Rasanya terlalu cepat harapanku terkabul.
Mungkin rahasia untuk menciptakan kenyataan agar lebih indah dari harapan adalah menaruh harapan kita pada Allah, hanya ini yang kulakukan, dan ternyata memberi hasil yang luar biasa.
Bila sedang menginginkan sesuatu, aku suka bilang pada Allah sambil melepas keinginan itu untuk menaruhnya dalan genggaman Allah. Setelah berbicara pada Allah, aku seperti terlepas dari keinginan itu, tidak menginginkannya lagi, karena Allah sudah membawa pergi keinginanku. Dan tiba-tiba saja Allah mengirim jawaban untuk keinginanku.
Sederhana sekali bukan ?
Tapi Innuri ingatkan, pasrahnya jangan transaksional sama Allah. Jadi apapun hasilnya, keinginan itu sudah hilang, berganti dengan keikhlasan menerima apapun yang Allah beri, saat ini apapun juga membuat bahagia.
Menaruh harapan pada manusia sering sekali membuat kecewa.
Di Cantiq butikku ada bagian perencana keuangan, biasanya karyawanku yang satu ini suka menghitung berapa pemasukan yang harus terealisir dalam satu minggu agar biaya produksi dan gaji karyawan terpenuhi. Sering terjadi dia mengharap pemasukan datang dari para pelanggan yang sudah memesan, tapi ujung-ujungnya mengecewakan, kadang pelanggan yang dimaksud sedang keluar kota, menunda pembayaran, sakit dll.
Kukatakan padanya untuk meletakkkan harapan pada Allah saja, karena Allah punya lebih dari sejuta solusi untuk mengatasi sekedar masalah keuangan, kita manusia amat terbatas dalam pemikiran dan dalam segala hal. Ijinkanlah Allah menolong kita dengan mempercayakan persoalan kita padaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar