Kisah ini sudah mendapat restu ustadz Virien untuk mempublikasikannya di blog. Kedengarannya memang ngrasani orang, tapi kata beliau tidak mengapa kalau tujuannya untuk diambil pelajaran. Ini sedikit kisah perjuangan beliau pada saat dihadapkan pada orang yang berusaha menghalangi langkahnya.
"Ternyata balasan Allah tidak lama datangnya ya eyang", itulah kalimat spontan yang meluncur dari bibirku ketika eyang bercerita tentang apa yang sekarang terjadi di Gubug.
"Padahal eyang sudah memaafkannya", lanjutku.
"Bukan hanya memaafkan, tapi aku selalu membantunya bila dia datang padaku dengan kesulitan-kesulitannya, bunda".
Aku lupa tahun berapa peristiwa itu terjadi. Pesantren eyang mengalami penggembosan besar-besaran, yang tadinya santri kecilnya lebih dari 40 anak, kini jadi 5 anak saja, sisanya berpindah ke TPQ yang baru berdiri yang didirikan oleh bapak X. Adapun bapak X sendiri dulunya teman seperjuangan eyang, dan pernah membantu mengajar di Gubug. Entah apa yang menyebabkan bapak X mendirikan TPQ sendiri, lalu mendekati para wali santri dan mengajaknya mengaji di tempatnya.
Bukan cuma masalah santrinya yang pindah, tapi eyang juga difitnah setiap hari selama 9 bulan ! Dan lucunya, akupun ikut kecipratan difitnah juga. Itu hal yang amat berat bagi eyang, dan eyang lebih memilih diam dan tidak membela diri.
Rasanya sunyi melihat pesantren yang menurut ukuran desa lumayanlah luasnya, seolah bangunan besar tak berpenghuni. Disana ada lapangan seluas lapangan voley, ada 3 bangunan berdinding bambu yang nyaman dan adem untuk ditinggali. Melihat itu semua, pikiran jadi berkata-kata, lantas untuk apa semua ini bila santrinya cuma 5 orang dan pengajian untuk masyarakatnya paling hanya dihadiri 20 orang. Bila demikian keadaannya, mestinya cuma membangun 1 rumah saja.
Santri di pesantren Gubug tidak membayar sama sekali, bahkan mereka sering mendapat santunan dari orang-orang yang bersimpati pada perjuangan eyang. Tapi karena termakan fitnah dari bapak X, mereka menjauh dari Gubug.
Setelah masa yang berat selama 9 bulan, akhirnya satu persatu santri eyang kembali, sampai akhirnya TPQ itupun tutup. Tidak beberapa lama, rumah tempat TPQ itu berubah jadi tempat berjudi. Kabar yang paling mengejutkan adalah kabar terakhir yang dibawa eyang minggu lalu, bahwa rumah itu sudah terjual, juga sepeda motornya, jadilah penghuninya berpindah-pindah tempat tinggal. Lebih tragis lagi, bapak X dan keluarganya berpindah-pindah dengan meninggalkan masalah dengan masyarakat sekitarnya, kasarnya dia sekeluarga terusir dari satu tempat ke tempat lain. Sungguh mnemprihatinkan, seolah-olah bumi ini sudah tidak mau ditempati olehnya.
"Itulah contoh orang yang tidak diberi petunjuk oleh Allah. Dia selalu menyalahkan orang lain dan menyalahkan keadaan, tidak menyadari sama sekali kesalahan dirinya. Sepanjang hidupnya akan berputar-putar seperti itu saja nasibnya", kata eyang.
Menurut pemahamanku, itulah balasan bagi orang yang menyakiti orang-orang yang berjuang di jalanNya. Marilah kita berhati - hati, sahabat, mari kita ambil kisah ini sebagai pelajaran. Pun tidak perlu resah bila difitnah atau disakiti orang lain, karena balasan Allah itu tidak lama datangnya.
"Ternyata balasan Allah tidak lama datangnya ya eyang", itulah kalimat spontan yang meluncur dari bibirku ketika eyang bercerita tentang apa yang sekarang terjadi di Gubug.
"Padahal eyang sudah memaafkannya", lanjutku.
"Bukan hanya memaafkan, tapi aku selalu membantunya bila dia datang padaku dengan kesulitan-kesulitannya, bunda".
Aku lupa tahun berapa peristiwa itu terjadi. Pesantren eyang mengalami penggembosan besar-besaran, yang tadinya santri kecilnya lebih dari 40 anak, kini jadi 5 anak saja, sisanya berpindah ke TPQ yang baru berdiri yang didirikan oleh bapak X. Adapun bapak X sendiri dulunya teman seperjuangan eyang, dan pernah membantu mengajar di Gubug. Entah apa yang menyebabkan bapak X mendirikan TPQ sendiri, lalu mendekati para wali santri dan mengajaknya mengaji di tempatnya.
Bukan cuma masalah santrinya yang pindah, tapi eyang juga difitnah setiap hari selama 9 bulan ! Dan lucunya, akupun ikut kecipratan difitnah juga. Itu hal yang amat berat bagi eyang, dan eyang lebih memilih diam dan tidak membela diri.
Rasanya sunyi melihat pesantren yang menurut ukuran desa lumayanlah luasnya, seolah bangunan besar tak berpenghuni. Disana ada lapangan seluas lapangan voley, ada 3 bangunan berdinding bambu yang nyaman dan adem untuk ditinggali. Melihat itu semua, pikiran jadi berkata-kata, lantas untuk apa semua ini bila santrinya cuma 5 orang dan pengajian untuk masyarakatnya paling hanya dihadiri 20 orang. Bila demikian keadaannya, mestinya cuma membangun 1 rumah saja.
Santri di pesantren Gubug tidak membayar sama sekali, bahkan mereka sering mendapat santunan dari orang-orang yang bersimpati pada perjuangan eyang. Tapi karena termakan fitnah dari bapak X, mereka menjauh dari Gubug.
Setelah masa yang berat selama 9 bulan, akhirnya satu persatu santri eyang kembali, sampai akhirnya TPQ itupun tutup. Tidak beberapa lama, rumah tempat TPQ itu berubah jadi tempat berjudi. Kabar yang paling mengejutkan adalah kabar terakhir yang dibawa eyang minggu lalu, bahwa rumah itu sudah terjual, juga sepeda motornya, jadilah penghuninya berpindah-pindah tempat tinggal. Lebih tragis lagi, bapak X dan keluarganya berpindah-pindah dengan meninggalkan masalah dengan masyarakat sekitarnya, kasarnya dia sekeluarga terusir dari satu tempat ke tempat lain. Sungguh mnemprihatinkan, seolah-olah bumi ini sudah tidak mau ditempati olehnya.
"Itulah contoh orang yang tidak diberi petunjuk oleh Allah. Dia selalu menyalahkan orang lain dan menyalahkan keadaan, tidak menyadari sama sekali kesalahan dirinya. Sepanjang hidupnya akan berputar-putar seperti itu saja nasibnya", kata eyang.
Menurut pemahamanku, itulah balasan bagi orang yang menyakiti orang-orang yang berjuang di jalanNya. Marilah kita berhati - hati, sahabat, mari kita ambil kisah ini sebagai pelajaran. Pun tidak perlu resah bila difitnah atau disakiti orang lain, karena balasan Allah itu tidak lama datangnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar