Sengaja berangkat ke kebun pagi-pagi, rencananya sih habis shalat subuh, tapi ternyata molor sampai jam setengah enam pagi.
Aku ingin mengunjungi beberapa TK di bawah naungan Harapan Bajul Mati, ingin melihat langsung kondisi sekolah mereka, sekaligus mengecek sumbangan teman-teman apakah sudah sampai di tempat dengan selamat.
Ya, sejak aku posting tulisan ' Ironi di Bajul Mati ' , banyak teman-teman fb dan pembaca blog Innuri mengulurkan bantuan, ada yang berupa uang (terkumpul 3 juta 50 ribu, aku bayarkan tunai 3 juta dan sisanya aku belikan semen 10 sak) , ada yang berupa kursi TK, mainan anak, buku , sepeda , angklung , baju layak pakai , kayu dll .
Terimakasih untuk kalian semua yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu, semoga Allah melipatgandakannya untuk kalian dan mengantarkan kita semua menuju ridha dan kasih sayangNya.
Kemarin malam tgl 15 mei 1014 , pak Izar bersama istri, mengambil sumbangan tersebut di Cantiq butikku dengan 'truk perjuangan' beliau. Dalam kesempatan itu aku utarakan keinginanku untuk melihat langsung kondisi beberapa sekolah yang didirikannya bersama para pejuang di seputar Bajul Mati. Dan inilah hasil 'temuan' perjalananku seharian.
TK Gua Cina
Ini tujuanku yang pertama, TK Tunas Harapan yang sering disebut TK gua cina, karena letaknya dilalui jalan menuju pantai gua cina. Mobilku masih dipenuhi 10 sak pakan ikan ketika kami berhenti disini. Ada mbak Yayuk dan bu Mima yang menyambut kami, keduanya guru sukarelawan di TK ini.
Aku melihat anak-anak sedang belajar membaca, beberapa bermain bergurau dengan teman-temannya menunggu giliran maju ke depan.
Akupun berbaur dengan mereka, aku keluarkan manik manik untuk membuat kalung dan gelang, maksudku biar yang menunggu giliran membaca tidak pada ramai. Eh, malah semuanya mengerumuniku ..... Jadilah mereka asyik membuat kalung dan gelang dipandu bu Mima. Tak lama akupun meninggalkan mereka untuk menuju TK selanjutnya, Bu Yayuk menjadi pemanduku.
Di sebelah TK ini sudah mulai dibangun SD yang aku sebut sekolah kebun, karena dekat dengan kebunku, tapi orang-orang di sini menyebutnya SD gua cina, jumat lalu masih membuat fondasi, hari ini sudah berdiri rangka bangunan dan atapnya. Penduduk setempat masih banyak yang kerja bakti menyelesaikan bagian yang belum dikerjakan.
TK Gunung
Sekolah sudah kosong ketika aku datang di TK Harapan. Sering disebut TK gunung karena letaknya di bukit kecil, sejuk dengan angin semilir dan mirip tempat rekreasi karena ada jalan setapak naik, di halaman ada ayunan dan perosotan. Dinding kantornya dipenuhi gambar lucu-lucu. Kelasnya berdinding kawat yang tembus pandang, dilihat dari kejauhan tampak asyik, tapi begitu didekati ...... hmmm .....
jalan menuju TK Harapan,bu Yayuk dan putrinya Viva saat turun, latar belakang tampak TK Harapan dengan kantornya dan emperan untuk kelas belajar siswa
TK ini menempati rumah pak Mahbub, rumahnya tidak besar, di beberapa bagian sudah rusak parah hingga aku takut menginjaknya, rumahnya disulap menjadi kantor, sedangkan siswa siswinya belajar di 'emperan' yang menempel di sebelah kanan rumah.
Di ruang TK, ada almari yang kukira isinya mainan edukatif dan buku perpustakaan anak, ternyata perkiraanku meleset, almari itu hampir kosong melompong, sudah pula terlihat keropos. Mungkin almari ini difungsikan sebagai tempat menaruh tas anak-anak, itupun masih banyak bagian kosongnya kukira.
PAUD
Meninggalkan TK Bina Harapan, menuju Paud yang tidak terlihat seperti Paud, cuma tulisan di depannya saja yang menunjukkan ada Paud disini.
Ya, Paud ini menumpang di kediaman pak Izar, dengan fasilitas seadanya, tapi di bawah asuhan guru yang penuh kasih dan tulus hati amat sangat, bu Leha, istri pak Izar.
Aku bilang ini kediaman pak Izar, yang artinya bukan rumah pak Izar. Pak Izar tidak memikirkan rumah pribadi, karena lebih memikirkan masyarakat. Beliau bilang untuk tempat tinggalnya, dia bisa memilih mau tinggal dimana, karena masyarakat sini banyak yang menawarinya tempat tinggal. Istrinyapun kompak dengan pemikiran sang suami , ini amat mengherankanku, padahal beliau dari keluarga yang kaya.
Di kediaman pak Izar ini, kami bertemu ibu Ros dan putranya, beliau guru TK Gunung, guru sukarelawan juga. Ternyata sewaktu kami menemui TK yang kosong, itu karena siswa siswinya diajak belajar di alam, ke pantai Ungapan. Begitulah cara mengajar di sekolah binaan pak Izar, mereka didekatkan dengan alam, mencintai dan merawat alam dengan tangan-tangan mungil mereka sendiri.
TK Bale Suta
Diantar pak Izar, kami menempuh perjalanan naik turun, jalan terjal berliku menuju TK terakhir yaitu TK Bale Suta. Di tengah perjalanan, kami sempat bertemu dengan anak-anak SDN setempat, begitu melihat pak Izar, mereka langsung menyerbu, berebut menyalami, sampai pak Izar menyempatkan turun dari mobil. Rupanya mereka mantan murid TK, terlihat begitu sayang dan akrab dengan pak Izar.
Akhirnya sampailah kami di tujuan. Sebuah gedung mungil yang ternyata rumah pak kamituwo yang dipersilahkan untuk ditempati TK. Kondisi rumah sangat parah, retak lantai, retak dinding yang menganga. Sampai ketika masuk ke dalam sekolah ini, yang terbayang olehku adalah berita tentang sekolah yang roboh.
Sebenarnya bangunan ini cukup membahayakan, tapi rupanya mereka tidak mempermasalahkannya, yang penting anak-anak punya tempat untuk bersekolah, dan semoga Allah selalu melindungi.
Saat aku sampai disini, anak-anak sudah usai sekolah, terlihat beberapa anak bermain di halaman sekolah, kejar-kejaran, lalu memanjat pohon sampai tinggi. Disusul suara bu guru berteriak menyuruh mereka turun. Yang turun langsung mendapat hadian biscuit dan permen dariku, senang melihat mereka tertawa-tawa dan berlari-lari mengerumuniku melihat kondisi kelas mereka.
bermain di halaman sekolah, tidak ada ayunan, tidak ada perosotan, hanya tanah dan pepohonan.
Serah Terima Sumbangan
Saat kami meninggalkan TK terpencil itu, suara qiraah sudah menggema dari masjid, pertanda sebentar lagi waktu shalat jum'at tiba. Akupun meluncur ke gubug mbak Yayuk, menunggu kaum lelaki selesai shalat jum'at. Rencananya setelah selesai jum'atan, ada acara serah terima sumbangan dariku dan teman-teman disaksikan masyarakat setempat.
menyerahkan sumbangan berupa uang tunai, semen, mainan, buku, sepeda, angklung, kayu jati dll, sumbangannya cukup banyak dan tidak bisa masuk foto semua.
Tunai sudah semua amanah yang dipercayakan sahabat lewat aku, Alhamdulillah. Sementara perjuangan masih membentang di Bajul Mati, masih banyak yang dibenahi, masih banyak yang musti diulurkan.
Ketika aku bercerita bahwa aku hanya menulis di internet, lalu banyak bantuan dari teman yang tidak pernah aku kenal sebelumnya, merekapun menatap heran. Lalu kemudian malah menyodoriku sebuah masjid yang mau ambruk , sebentar lagi dipakai tarawih ramadhan ...... aah ....
Disini, amat luas ladang untuk beramal, barangkali lebih luas dari pantai gua Cina yang indah yang aku kunjungi di akhir perjalananku menyusuri TK.
pantai Gua Cina yang indah, sayangnya nasib penduduknya tidak seindah ini
di dalam gua Cina bersama Viva (kanan) , Rohma (dia mengenakan kalung yang dibuatnya sendiri tadi) dan Zahro, si imut putri bu Mima, guru sukarelawan
Dalam perjalanan pulang, masih terngiang di telingaku ucapan pak Izar :" Disini tidak ada kata menunggu mampu, atau fasilitas lengkap baru berbuat, tetapi kami memanfaatkan apapun yang bisa digunakan, dengan fasilitas seadanya tidak masalah. Yang penting anak-anak mau sekolah dan orang tua mereka sadar pentingnya sekolah ".
"Alam adalah laboratorium raksasa yang bisa kita pelajari dan mengajari kita banyak hal ", lanjutnya.
Hmm ... rasanya 'kena deh' , pada umumnya orang memang menunggu mampu atau menunggu berlebih baru berbuat untuk orang lain. Ternyata untuk berbuat baik, tidak perlu menunggu, harus berangkat ketika ada peluang untuk itu di hadapan kita.
"Ketika bu Indah bertanya, apa yang dibutuhkan disini, saya bingung mau menjawab apa, karena semuanya serba kurang, mungkin lebih baik bu Indah melihat sendiri ", demikian kata pak Izar. Dan aku telah melihatnya sendiri, aku harap kalian juga telah melihatnya. Banyak yang dibutuhkan disini, sahabat. Silahkan bagi siapa saja yang ingin menyumbangkan mainan bekas , buku-buku bacaan bekas, buku baru juga boleh, almari, meja kursi sekolah, majalah bekas , apaaaa saja , silahkan inbox di fb Innuri Sulamono . Barang-barang bekas layak pakai amat berharga disini.
Aku ingin mengunjungi beberapa TK di bawah naungan Harapan Bajul Mati, ingin melihat langsung kondisi sekolah mereka, sekaligus mengecek sumbangan teman-teman apakah sudah sampai di tempat dengan selamat.
Ya, sejak aku posting tulisan ' Ironi di Bajul Mati ' , banyak teman-teman fb dan pembaca blog Innuri mengulurkan bantuan, ada yang berupa uang (terkumpul 3 juta 50 ribu, aku bayarkan tunai 3 juta dan sisanya aku belikan semen 10 sak) , ada yang berupa kursi TK, mainan anak, buku , sepeda , angklung , baju layak pakai , kayu dll .
Terimakasih untuk kalian semua yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu, semoga Allah melipatgandakannya untuk kalian dan mengantarkan kita semua menuju ridha dan kasih sayangNya.
Kemarin malam tgl 15 mei 1014 , pak Izar bersama istri, mengambil sumbangan tersebut di Cantiq butikku dengan 'truk perjuangan' beliau. Dalam kesempatan itu aku utarakan keinginanku untuk melihat langsung kondisi beberapa sekolah yang didirikannya bersama para pejuang di seputar Bajul Mati. Dan inilah hasil 'temuan' perjalananku seharian.
TK Gua Cina
Ini tujuanku yang pertama, TK Tunas Harapan yang sering disebut TK gua cina, karena letaknya dilalui jalan menuju pantai gua cina. Mobilku masih dipenuhi 10 sak pakan ikan ketika kami berhenti disini. Ada mbak Yayuk dan bu Mima yang menyambut kami, keduanya guru sukarelawan di TK ini.
Aku melihat anak-anak sedang belajar membaca, beberapa bermain bergurau dengan teman-temannya menunggu giliran maju ke depan.
Akupun berbaur dengan mereka, aku keluarkan manik manik untuk membuat kalung dan gelang, maksudku biar yang menunggu giliran membaca tidak pada ramai. Eh, malah semuanya mengerumuniku ..... Jadilah mereka asyik membuat kalung dan gelang dipandu bu Mima. Tak lama akupun meninggalkan mereka untuk menuju TK selanjutnya, Bu Yayuk menjadi pemanduku.
Di sebelah TK ini sudah mulai dibangun SD yang aku sebut sekolah kebun, karena dekat dengan kebunku, tapi orang-orang di sini menyebutnya SD gua cina, jumat lalu masih membuat fondasi, hari ini sudah berdiri rangka bangunan dan atapnya. Penduduk setempat masih banyak yang kerja bakti menyelesaikan bagian yang belum dikerjakan.
TK Gunung
Sekolah sudah kosong ketika aku datang di TK Harapan. Sering disebut TK gunung karena letaknya di bukit kecil, sejuk dengan angin semilir dan mirip tempat rekreasi karena ada jalan setapak naik, di halaman ada ayunan dan perosotan. Dinding kantornya dipenuhi gambar lucu-lucu. Kelasnya berdinding kawat yang tembus pandang, dilihat dari kejauhan tampak asyik, tapi begitu didekati ...... hmmm .....
jalan menuju TK Harapan,bu Yayuk dan putrinya Viva saat turun, latar belakang tampak TK Harapan dengan kantornya dan emperan untuk kelas belajar siswa
TK ini menempati rumah pak Mahbub, rumahnya tidak besar, di beberapa bagian sudah rusak parah hingga aku takut menginjaknya, rumahnya disulap menjadi kantor, sedangkan siswa siswinya belajar di 'emperan' yang menempel di sebelah kanan rumah.
Di ruang TK, ada almari yang kukira isinya mainan edukatif dan buku perpustakaan anak, ternyata perkiraanku meleset, almari itu hampir kosong melompong, sudah pula terlihat keropos. Mungkin almari ini difungsikan sebagai tempat menaruh tas anak-anak, itupun masih banyak bagian kosongnya kukira.
PAUD
Meninggalkan TK Bina Harapan, menuju Paud yang tidak terlihat seperti Paud, cuma tulisan di depannya saja yang menunjukkan ada Paud disini.
Ya, Paud ini menumpang di kediaman pak Izar, dengan fasilitas seadanya, tapi di bawah asuhan guru yang penuh kasih dan tulus hati amat sangat, bu Leha, istri pak Izar.
Aku bilang ini kediaman pak Izar, yang artinya bukan rumah pak Izar. Pak Izar tidak memikirkan rumah pribadi, karena lebih memikirkan masyarakat. Beliau bilang untuk tempat tinggalnya, dia bisa memilih mau tinggal dimana, karena masyarakat sini banyak yang menawarinya tempat tinggal. Istrinyapun kompak dengan pemikiran sang suami , ini amat mengherankanku, padahal beliau dari keluarga yang kaya.
Di kediaman pak Izar ini, kami bertemu ibu Ros dan putranya, beliau guru TK Gunung, guru sukarelawan juga. Ternyata sewaktu kami menemui TK yang kosong, itu karena siswa siswinya diajak belajar di alam, ke pantai Ungapan. Begitulah cara mengajar di sekolah binaan pak Izar, mereka didekatkan dengan alam, mencintai dan merawat alam dengan tangan-tangan mungil mereka sendiri.
TK Bale Suta
Diantar pak Izar, kami menempuh perjalanan naik turun, jalan terjal berliku menuju TK terakhir yaitu TK Bale Suta. Di tengah perjalanan, kami sempat bertemu dengan anak-anak SDN setempat, begitu melihat pak Izar, mereka langsung menyerbu, berebut menyalami, sampai pak Izar menyempatkan turun dari mobil. Rupanya mereka mantan murid TK, terlihat begitu sayang dan akrab dengan pak Izar.
Akhirnya sampailah kami di tujuan. Sebuah gedung mungil yang ternyata rumah pak kamituwo yang dipersilahkan untuk ditempati TK. Kondisi rumah sangat parah, retak lantai, retak dinding yang menganga. Sampai ketika masuk ke dalam sekolah ini, yang terbayang olehku adalah berita tentang sekolah yang roboh.
Sebenarnya bangunan ini cukup membahayakan, tapi rupanya mereka tidak mempermasalahkannya, yang penting anak-anak punya tempat untuk bersekolah, dan semoga Allah selalu melindungi.
Saat aku sampai disini, anak-anak sudah usai sekolah, terlihat beberapa anak bermain di halaman sekolah, kejar-kejaran, lalu memanjat pohon sampai tinggi. Disusul suara bu guru berteriak menyuruh mereka turun. Yang turun langsung mendapat hadian biscuit dan permen dariku, senang melihat mereka tertawa-tawa dan berlari-lari mengerumuniku melihat kondisi kelas mereka.
bermain di halaman sekolah, tidak ada ayunan, tidak ada perosotan, hanya tanah dan pepohonan.
Serah Terima Sumbangan
Saat kami meninggalkan TK terpencil itu, suara qiraah sudah menggema dari masjid, pertanda sebentar lagi waktu shalat jum'at tiba. Akupun meluncur ke gubug mbak Yayuk, menunggu kaum lelaki selesai shalat jum'at. Rencananya setelah selesai jum'atan, ada acara serah terima sumbangan dariku dan teman-teman disaksikan masyarakat setempat.
menyerahkan sumbangan berupa uang tunai, semen, mainan, buku, sepeda, angklung, kayu jati dll, sumbangannya cukup banyak dan tidak bisa masuk foto semua.
Tunai sudah semua amanah yang dipercayakan sahabat lewat aku, Alhamdulillah. Sementara perjuangan masih membentang di Bajul Mati, masih banyak yang dibenahi, masih banyak yang musti diulurkan.
Ketika aku bercerita bahwa aku hanya menulis di internet, lalu banyak bantuan dari teman yang tidak pernah aku kenal sebelumnya, merekapun menatap heran. Lalu kemudian malah menyodoriku sebuah masjid yang mau ambruk , sebentar lagi dipakai tarawih ramadhan ...... aah ....
Disini, amat luas ladang untuk beramal, barangkali lebih luas dari pantai gua Cina yang indah yang aku kunjungi di akhir perjalananku menyusuri TK.
pantai Gua Cina yang indah, sayangnya nasib penduduknya tidak seindah ini
di dalam gua Cina bersama Viva (kanan) , Rohma (dia mengenakan kalung yang dibuatnya sendiri tadi) dan Zahro, si imut putri bu Mima, guru sukarelawan
Dalam perjalanan pulang, masih terngiang di telingaku ucapan pak Izar :" Disini tidak ada kata menunggu mampu, atau fasilitas lengkap baru berbuat, tetapi kami memanfaatkan apapun yang bisa digunakan, dengan fasilitas seadanya tidak masalah. Yang penting anak-anak mau sekolah dan orang tua mereka sadar pentingnya sekolah ".
"Alam adalah laboratorium raksasa yang bisa kita pelajari dan mengajari kita banyak hal ", lanjutnya.
Hmm ... rasanya 'kena deh' , pada umumnya orang memang menunggu mampu atau menunggu berlebih baru berbuat untuk orang lain. Ternyata untuk berbuat baik, tidak perlu menunggu, harus berangkat ketika ada peluang untuk itu di hadapan kita.
"Ketika bu Indah bertanya, apa yang dibutuhkan disini, saya bingung mau menjawab apa, karena semuanya serba kurang, mungkin lebih baik bu Indah melihat sendiri ", demikian kata pak Izar. Dan aku telah melihatnya sendiri, aku harap kalian juga telah melihatnya. Banyak yang dibutuhkan disini, sahabat. Silahkan bagi siapa saja yang ingin menyumbangkan mainan bekas , buku-buku bacaan bekas, buku baru juga boleh, almari, meja kursi sekolah, majalah bekas , apaaaa saja , silahkan inbox di fb Innuri Sulamono . Barang-barang bekas layak pakai amat berharga disini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar