Bila hidup adalah sebuah perjalanan, perjalanan ke mana?
Hidup itu adalah sebuah perjalanan untuk menyatu dengan Tuhan.
Itulah yang aku pelajari dari perjalanan hidupku selama 58 tahun ini dan ketika aku bersamaNya, aku benar-benar hidup.
Benar-benar hidup itu seperti apa sih? Kamu menikmati kehidupan ini, mengalir dan menari bersama kehidupan, tanpa melawan arusnya, hanya menikmati keindahannya, setiap momen, detik demi detik, langkah demi langkah, kamu tempuh dengan penuh kebahagiaan. Apa itu galau dan duka nestapa? Lupa bagaimana rasanya, karena isinya hanya sukacita. Kamu menyebarkan kasih sayang dan kebaikan, hidupmu sepenuhnya putih dan sebening kristal yang memantulkan warna pelangi. Peristiwa di luar tak bisa mengotorimu.
Live happily ever after itu nyata ketika kamu menempuh hidupmu bersama Tuhan.
Selama ini manusia hidup bersama Tuhan, melekat denganNya, lewat alam semesta ini Tuhan menjelma untuk memandu kekasih-kekasihNya, tetapi manusia banyak yang tak menyadari. Dengan menyadari hidupmu lekat dengan Tuhan, maka di situlah kamu merasakan benar-benar hidup, hidupmu abadi, kehidupan ini abadi.
Apa?? Kehidupan ini abadi?? Bukankah kita semua akan mati, bumi dan planet-planet pun akan runtuh?
Kehidupan ini bukanlah tentang apa yang terlihat oleh ilusi optik yang ditangkap mata, bahkan apa yang ditangkap mata dipahami berbeda oleh otak. Itu bukan kebenaran. Kehidupan di atas bumi ini hanyalah permukaan tipis dari kehidupan maha luas yang tak ada akhir. Kamu jangan terpaku pada ilusi optik atau kebohongan penglihatan yang terjadi setiap hari.
Tidak ada kecemasan, tidak ada rasa takut, tidak ada kesedihan, bahkan tidak ada kesenangan atau kegembiraan, kamu melampaui dualitas rasa itu, maka itu disebut suka cita / eudamonia / kebahagiaan. Ketika jiwamu stabil, maka kamu sudah menemukan makna hidup.
Tentang pelajaran hidup.
Aku banyak mendapat pelajaran hidup di bulan September-November 2024 , hari demi hari selama menjalankan khalwat selama 40 hari, menyendiri di sebuah rumah di Ngantang, Malang. Apa pelajaran yang baru aku sadari saat itu susah untuk dikatakan, karena orang harus mengalaminya sendiri untuk memahaminya. Tapi aku akan mencoba mengatakannya dalam beberapa poin ini:
- Hidup ini dikendalikan oleh Allah. Allahlah yang mengendalikan segala urusan. Kedengarannya ini kalimat yang klise, banyak orang tahu, tetapi pernahkah kalian 'melihat'nya sendiri?
- Alam semesta yang terbentang di luar diri kita itu sebenarnya 'permukaan' dari alam semesta yang sebenarnya. Yang sebenarnya di mana dong? Kamu harus mengalami bagaimana indahnya menyaksikan mikrokosmos di dalam dirimu lalu merasakan tembok pembatas makro dan mikrokosmos tersingkap.
- Kehidupan ini baru indah setelah kamu merasakan menyatu dengan Allah (manunggaling kawula-Gusti)
- Hidupmu terbuat dari rasa syukurmu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar