Orang-orang yang tulus, tulus dalam membantu orang lain, tulus dalam memberikan ilmunya, dan hatinya mudah jatuh melihat penderitaan orang lain, adalah orang yang telah sengaja berbuat baik untuk dirinya sendiri. Hal yang luar biasa aku temui kemarin, cerita dari pelaku ketulusan hati yang membuka peluang bagi dirinya sendiri untuk melesat dalam karir dan finansial mereka.
Ini sepotong cerita oleh-oleh dari rapat di Surabaya, bertemu teman sesama trainer di klinik UKM propinsi Jawa Timur, ada yang aku sudah kenal, ada yang baru kenal dan ada yang baru dua kali bertemu.
Jam karet membuat kita satu jam menunggu, yang kita manfaatkan untuk saling kenal dan berbagi cerita.
Duduk disampingku seorang ibu yang berusia limapuluh tahunan lebih, seorang penulis, yang punya usaha di bidang handycraft.
" Berapa karyawan njenengan?" beliau bertanya padaku.
" Persisnya ga ingat, yang jelas lima puluh orang lebih ". Kagetnya dia, matanya membelalak.
" Hah? Trus gimana masarkan produknya? " beliau bertanya dengan lugunya, dan kujawab dengan lugu juga.
" Yah, dipasarkan aja ...", kataku
" Kalau saya ini ya cuma lewat pameran, saya bikin usaha ini gak sengaja lo mbak ", kata beliau. Lalu beliau bercerita tentang karyawan pertamanya, seorang ibu rumah tangga yang amat membutuhkan pekerjaan. Sebenarnya si ibu sudah mencoba menjadi pembantu rumah tangga, tapi tangannya tidak kuat mengerjakan pekerjaan kasar, ditunjukkannya tangannya yang melepuh kepada temanku ini. Karena kasihan, diajarinya ibu ini berbagai ketrampilan. Eh, datang lagi perempuan lain yang juga membutuhkan pekerjaan, diterimanya juga, sampai terkumpul 5 orang. Terpaksalah temanku ini jadi pengusaha, pameran sana sini. Yang membuat produknya dikenal, lalu dia diambil menjadi trainernya propinsi (yang honornya lumayan buangets), lalu bertemu denganku ... hehehe.
Dalam perjalanan pulang, suamiku malah punya cerita yang lebih seru lagi. Tadi waktu rapat kami memang tidak duduk berdampingan, suamiku ngumpul dengan bolo kurowo nya, wong lanang-lanang di belakangku. Tapi yang diceritakannya tentang seorang ibu yang datang belakangan, lalu duduk di sampingnya.
Si ibu bercerita bagaimana dia secara total membantu orang lain, dia punya usaha pengolahan eceng gondok menjadi berbagai barang kerajinan. Lewat pelatihan yang diselenggarakan pemerintah dia tularkan ilmunya ini pada banyak orang, dia cetak orang menjadi pengusaha, tanpa takut mereka menjadi pesaingnya. Bahkan beliau pernah membantu seorang yang bangkrut, terpuruk dengan banyak hutang, rumahpun terjual, sampai orang ini bisa melunasi semua hutangnya, punya rumah dan mobil lagi.
"Aku bilang padanya, janganlah memikirkan hutang, pikirkanlah membantu orang lain", demikian yang dikatakannya kepada orang yang bangkrut ini. Resep memikirkan orang lain ini membuatnya kebanjiran order, sampai keuntungannya melebihi jumlah hutang. Amazing bukan?
Dan untuk si ibu yang tulus hati ini Allah memberinya hadiah yang luar biasa. Beliau ditarik Unesco memberi pelatihan untuk beberapa negara, jadi dia bisa keliling dunia gratis plus honor yang kemudian dipakainya membeli tanah yang luas, saking luasnya sampai lebih mirip hutan.
Allah, terimakasih, Engkau berikan kami pelajaran berharga hari ini, jadikanlah kami orang-orang yang tulus hati, yang berbuat kebikan bukan karena mengharap balasan , tapi semata-mata karena mewujudkan kasihMu di muka bumi.
Ini sepotong cerita oleh-oleh dari rapat di Surabaya, bertemu teman sesama trainer di klinik UKM propinsi Jawa Timur, ada yang aku sudah kenal, ada yang baru kenal dan ada yang baru dua kali bertemu.
Jam karet membuat kita satu jam menunggu, yang kita manfaatkan untuk saling kenal dan berbagi cerita.
Duduk disampingku seorang ibu yang berusia limapuluh tahunan lebih, seorang penulis, yang punya usaha di bidang handycraft.
" Berapa karyawan njenengan?" beliau bertanya padaku.
" Persisnya ga ingat, yang jelas lima puluh orang lebih ". Kagetnya dia, matanya membelalak.
" Hah? Trus gimana masarkan produknya? " beliau bertanya dengan lugunya, dan kujawab dengan lugu juga.
" Yah, dipasarkan aja ...", kataku
" Kalau saya ini ya cuma lewat pameran, saya bikin usaha ini gak sengaja lo mbak ", kata beliau. Lalu beliau bercerita tentang karyawan pertamanya, seorang ibu rumah tangga yang amat membutuhkan pekerjaan. Sebenarnya si ibu sudah mencoba menjadi pembantu rumah tangga, tapi tangannya tidak kuat mengerjakan pekerjaan kasar, ditunjukkannya tangannya yang melepuh kepada temanku ini. Karena kasihan, diajarinya ibu ini berbagai ketrampilan. Eh, datang lagi perempuan lain yang juga membutuhkan pekerjaan, diterimanya juga, sampai terkumpul 5 orang. Terpaksalah temanku ini jadi pengusaha, pameran sana sini. Yang membuat produknya dikenal, lalu dia diambil menjadi trainernya propinsi (yang honornya lumayan buangets), lalu bertemu denganku ... hehehe.
Dalam perjalanan pulang, suamiku malah punya cerita yang lebih seru lagi. Tadi waktu rapat kami memang tidak duduk berdampingan, suamiku ngumpul dengan bolo kurowo nya, wong lanang-lanang di belakangku. Tapi yang diceritakannya tentang seorang ibu yang datang belakangan, lalu duduk di sampingnya.
Si ibu bercerita bagaimana dia secara total membantu orang lain, dia punya usaha pengolahan eceng gondok menjadi berbagai barang kerajinan. Lewat pelatihan yang diselenggarakan pemerintah dia tularkan ilmunya ini pada banyak orang, dia cetak orang menjadi pengusaha, tanpa takut mereka menjadi pesaingnya. Bahkan beliau pernah membantu seorang yang bangkrut, terpuruk dengan banyak hutang, rumahpun terjual, sampai orang ini bisa melunasi semua hutangnya, punya rumah dan mobil lagi.
"Aku bilang padanya, janganlah memikirkan hutang, pikirkanlah membantu orang lain", demikian yang dikatakannya kepada orang yang bangkrut ini. Resep memikirkan orang lain ini membuatnya kebanjiran order, sampai keuntungannya melebihi jumlah hutang. Amazing bukan?
Dan untuk si ibu yang tulus hati ini Allah memberinya hadiah yang luar biasa. Beliau ditarik Unesco memberi pelatihan untuk beberapa negara, jadi dia bisa keliling dunia gratis plus honor yang kemudian dipakainya membeli tanah yang luas, saking luasnya sampai lebih mirip hutan.
Allah, terimakasih, Engkau berikan kami pelajaran berharga hari ini, jadikanlah kami orang-orang yang tulus hati, yang berbuat kebikan bukan karena mengharap balasan , tapi semata-mata karena mewujudkan kasihMu di muka bumi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar