Di suatu sore yang damai, kunikmati alunan lembut suara Cat Stevens mengalunkan 'Morning has Broken'.
Disaat yang sama kuberpikir bagaimana cara mengendalikan nafsu makan. Rasanya aku kok lupa bagaimana rasanya kenyang, karena aku seperti tak pernah kenyang, makan dan makan, ngemil dan ngemil.
Oh.....
Di sore yang sejuk ini, saat kunikmati suara merdu titik hujan dan hawa romantis turun hingga ke pucuk-pucuk hatiku. Seorang sahabat menyapaku lewat layar monitor di depanku. Aku suka sapanya, aku suka hangatnya persahabatan, aku suka bagaimana cara Allah menyatukan hati seorang muslim dengan sesamanya lewat kata yang berjudul 'silaturahmi' walaupun hanya lewat gelombang tak kasat mata.
"Bagaimana ya biar tidak mudah tergoda kalau lihat cewek?", dia bertanya. Susah aku menjawabnya, kan aku ga pernah jadi cowok, apalagi cowok yang mudah tergoda.
Sahabatku ini sebenarnya sudah punya istri yang cantik dan baik pula. Aku jadi bertanya-tanya, apa ya yang dicari oleh seorang pria dari seorang wanita lain? dan akupun jadi bertanya-tanya pula, apa ya yang musti dimiliki seorang wanita hingga membuat suaminya tak berpaling sedikitpun?
Hmmm, mungkin bisa dibandingkan dengan kasusku, yang tidak kenyang-kenyang dan susah mengendalikan nafsu makan. Apa lagi yang kucari dari makanan saat perutku sudah kenyang? Pertama, enak, kedua tergoda aroma hingga membayangkan rasanya, ketiga, mulutku nganggur sih.... hehehe (makanya dipakai dzikir Indah!!!)
Memang tidak sama sih antara cewek dengan makanan, tapi ada persamaannya, yaitu sama-sama membangkitkan nafsu...hehehe. Dan pertanyaanku terjawab sudah, untuk mengendalikan nafsu, kita memerlukan iman.
Beriman bahwa Allah Maha Menggenggam rahasia langit dan bumi, Maha Mengetahui apa yang kita lahirkan atau kita sembunyikan. Dalam genggamanNya ada komputer raksasa Maha canggih yang beroperasi di alam semesta, yang dijalankan oleh para malaikatNya, ga pernah error, ga pernah kena virus. Hingga saat kita memelihara sejumput perasaan, entah baik atau buruk, pasti akan diloading di alam semesta dan memunculkan tampilannya di kehidupan nyata kita.
Menyadari resiko dari perasaan yang kita pelihara, dan siapkah kita menanggungnya?
Sepertiku yang ga bisa menahan nafsu melihat makanan enak, aku musti siap dengan kelebihan berat badan yang ga enak banget dirasakan dan juga ga enak dilihat. Dan resiko baju-baju kesayangan ga cukup lagi dipakai, dan mungkin juga penyakit akibat obesitas yang menunggu.....
Tak tahu resiko apa yang musti dijalani oleh seorang yang mudah tergoda melihat wanita lain sementara Allah sudah memberinya wanita cantik dan baik di rumah. Yang pasti, dia adalah lelaki yang tidak bahagia karena kurang bersyukur dan memelihara nikmat Allah.
Tapi beginilah kita manusia, tiap detik bisa mendapat ujian dan cobaan dari Allah.
Allah menaikkan derajat kita saat kita bisa melewati ujian itu. Ujian demi ujian adalah kesempatan untuk 'memasuki' kelas-kelas yang lebih tinggi dengan pemandangan yang lebih indah dan aroma yang lebih menyegarkan.
Jadikan reward dari Allah, sebagai motivasi utama untuk memenangkan ujian dan cobaan. Balasan dari Allah akan usaha kita untuk tetap lurus berada di jalanNya, akan sangat luar biasa dan pantas untuk kita.
Saat kita dengan rela hati melepas cinta nafsu kita, maka Allah akan menggantinya dengan cinta yang lebih indah, lebih suci, lebih mulia dan lebih membahagiakan.
Saat kita dengan rela hati melepas segala kekotoran dan aroma tak sedap nafsu nafsi, maka Allah akan menggantinya dengan kesucian dan harumnya kebahagiaan.
Bila untuk melepas nafsu rendah itu sulit buat kita, maka kita bisa bersandar padaNya. Mohonlah pertolongan padaNya, serahkan segala perasaan buruk kita, agar Dia menggantinya dengan yang lebih baik.
Katakanlah," Ya Allah, aku memilih kemuliaan, maka bantu aku dan ringankanlah aku untuk menempuhnya". Maka Dia yang Maha Kasih akan menolong kita dengan segenap kelembutan, mengaruniakan kita perasaan yang lebih tinggi dan mulia.
Saat kita sudah bisa melewati ujian yang berupa nafsu nafsi dengan sukses, kadang Allah seperti mengajak kita melihat segala persoalan dari suatu ketinggian. Dari tempat indah itu, kita akan melihat betapa orang-orang sibuk menangkap fatamorgana, mengabaikan pemberian Allah yang dekat yang berada dalam genggaman mereka dan dalam diri mereka sendiri.
Seakan boneka yang menggembirakan anak-anak, tidak bagi orang dewasa. Dunia yang menyenangkan bagi sebagian manusia, tapi tidak bagi yang telah menangkap keindahanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar