Kali pertama mengikuti suami di pulau dewata.
Tinggal di rumah besar yang juga berfungsi sebagai kantor dan gudang.
Kamar kami besar, dengan jendela besar, ada sebatang pohon tepat di depan jendela kamarku. Siang jadi tak terasa panas karena daunnya memberi kesejukan, warna dahan dan rantingnya juga memberi keindahan tersendiri.
Saat pertama datang, aku tak mempedulikan keberadaan pohon itu, pohon yang biasa saja dan tidak menarik sama sekali. Tapi siapa tahu, ternyata sebatang pohon yang sederhana itu telah memberiku pelajaran ikhlas yang amat berharga.
Ceritanya, saat malam-malam pertama tinggal di rumah ini, rasanya kamar ini sereeem banget. Aku musti bekerja keras untuk menyesuaikan diri dengan hawa pulau Bali yang agak mistis. Bagi diriku yang peka, cukup mencekam juga melewati saat malam datang.... jangankan malam, siangpun aku bisa melihat makhluk halus.
Dan begitulah kejadian yang tidak bisa aku hindari.
Suatu malam aku melihat banyak kepala bergelantungan di dahan dan ranting pohon di sebelah kamarku. Ngerinya ga kebayang.....
Walaupun lama-lama 'pemandangan' kepala bergantung di ranting pohon itu menjadi hal biasa bagiku.
Tapi lama-lama juga aku kasihan pada pohon itu, kok nelangsa sekali nasibnya, sudah menjadi rumah bagi hal yang mengerikan. Tak kusangka dan tak kuduga, pohon itu bicara padaku. Katanya, dia ikhlas menjalani takdirnya, bagaimanapun dia sudah berguna bagi makhluk lain. Tersirat dari kata-katanya, betapa dia amat menghargai makhluk yang berdiam dalam dirinya, tak ada nada merendahkan atau menghina, padahal.........
Dari kalimat-kalimatnya pula tersirat kasihnya yang tulus pada makhluk Allah yang sudah akrab dengan dirinya.
Sungguh ketulusan yang tak terduga.
Akupun menengok ke dalam diriku, sudah berapa banyak aku mengeluh dengan berbagai hal yang Allah berikan padaku. Bertahun-tahun aku komplain dengan kondisiku yang indigo , aku bisa melihat apa yang orang lain tidak melihatnya. Bertahun-tahun pula aku merasa menderita, karena sebelum peristiwa buruk datang, aku sudah melihatnya duluan, rasanya penderitaanku jadi lebih panjang dibandingkan orang biasa.
Akupun berkaca, sudah berapa orang yang sudah aku hina atau aku anggap rendah meskipun hanya dalam hatiku. Kondisi setiap orang berbeda menurut takdir yang Allah kehendaki. Orang yang ikhlas adalah orang yang bisa memandang orang lain sebagai hamba Allah yang penuh keunikan, tanpa merendahkannya, meskipun dia seorang maling, gelandangan, pengemis, semua berjalan menurut takdirNya. Kita tidak tahu, apakah kita lebih baik dari dia, apakah kita juga akan tetap baik seperti saat ini. Malingpun bisa berubah menjadi ulama dengan kehendak Allah. Tak ada alasan untuk merendahkan orang lain.
Semua yang Allah takdirkan berada dalam kehidupan kita, mestinya kita terima dengan ikhlas, dengan penuh rasa kasih, sebagaimana yang dilakukan oleh pohon sederhana terhadap makhluk mengerikan yang menempati tubuhnya.
Bertahun-tahun setelah pertemuanku dengan pohon itu, aku masih sering mengenangnya sebagai guru ikhlas terhebat yang pernah kutemui.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar