Hari ini sungguh hari yang melelahkan, sibuk berat.... Senin berangkat pameran ke Jakarta, musti menyiapkan barang yang banyak.
Beberapa bulan yang lalu aku mulai memproduksi batik jumput "Indah Setya", suamiku yang memberikan nama ini, yang dia ambil dari namaku Indah dan Setya yang berarti setia, katanya sebagai rasa syukurnya (atau sayangnya ya..), punya istri Indah yang setia. Aku ajukan batik jumputku untuk mendapat binaan dari BUMN dan produk baruku memenuhi syarat untuk masuk dalam produk unggulan yang dibina oleh salah satu BUMN yang bergerak di bidang perkebunan.
Ini untuk pertama kalinya batik jumput 'Indah Setya' pameran, satu stand sendiri. Sebelumnya batik jumputku hanya 'numpang' pameran dengan Cantiq.
Sebenarnya aku 'menemukan' batik jumput ini secara tidak sengaja. Waktu itu aku menyuruh pembantuku nyelup kain, la kok hasilnya tidak rata. Lalu kain yang ga karuan warnanya itu memberiku ide untuk memciptakan corak dengan tehnik ikat celup. Akupun membuka-buka kliping jaman dulu, kuingat ada tehnik celup di majalah Gadisku jaman dulu yang masih aku simpan. Aku praktekkan dan hasilnya... surprise.... mengagumkanku.
Karena ingin memberi tambahan penghasilan buat pembantuku, akupun mulai memproduksi batik jumput, aku mengolahnya menjadi mukena, blus, gaun dan juga kain-kain yang masih lembaran. Aku mencoba memasarkannya lewat pameran yang diikuti Cantiq, nebeng dulu gapapa lah, lalu aku tahu produkku ini diminati dan laku keras.
Sekarang produksi batik jumput Indah Setya sudah tidak bisa lagi bergantung pada pembantuku yang cuma seorang, sudah ada beberapa karyawan yang mengerjakan jumputan dan batik tulis juga.
Sore, menunggu maghrib, aku selonjorkan kaki sambil berdzikir. Terbayang kehebohan yang telah kulalui hari ini, tumpukan kain, warna warni corak kain, karyawan yang nurut-nurut... Ah... kenapa aku berpikir usahaku ini dimulai karena tidak sengaja ?? Ada Allah dibalik tangan pembantuku yang salah nyelup... ada Allah dibalik ideku menciptakan kreasi ikat celup dari sepotong kain yang tak karuan warnanya......Astaghfirullah ....Aku sadari semua terjadi karena kasih sayang Allah, kusadari juga inilah makna berdzikir, saat kita memandang segala sesuatu dengan Allah berada di balik semuanya, dibalik semua skenario kehidupan ini, tanpa kecuali.
Alhamdulillah.. semua terjadi karena kasihMu, dan tugasku mengasihi orang-orang yang Engkau amanahkan padaku.
Kulihat di televisi, berita tentang bencana tsunami yang mengerikan di Jepang dan para ahli yang sibuk menganalisa lempengan-lempengan patah yang menjadi penyebabnya. Mungkin termasuk kita yang muslim, tanpa kita sadari meletakkan kesalahan pada lempengan atau hal rasional lainnya. Kecerdasan dan keahlian ilmuwan dalam menganalisa dan mengolah kata telah membuat kita beriman pada mereka, melupakan iman kita pada Allah. Bukankah di dalam Al Quran disebut bahwa adzab dan bencana akan turun pada manusia yang banyak berdosa dan mendustakanNya? Allahlah yang membolak balikkan bumi, mengangkat air laut, membocorkan reaktor nuklir..... secerdas apapun manusia, secanggih apapun manusia tak pernah bisa memprediksi datangnya bencana....
Bagi orang yang beriman kepada Allah, bencana membuatnya makin sibuk mengoreksi diri dan memperbaiki imannya di hadapan Allah. Bukankah Allah sebut di dalam Al Quran, seandainya penduduk bumi beriman dan bertaqwa maka Allah akan turunkan rahmat dari langit dan di bumi.
Tak ada peristiwa besar atau sekecil atom atau lebih kecil dari itu yang terjadi tanpa ijinNya. Kehidupan kita sehari-hari, langkah kaki kita, gerakan batin kita...peristiwa nasional, internasional, dan semua di mayapada ini terjadi dengan sepengetahuan, seijin dan ditetapkanNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar