"Aku tidak percaya dokter", begitu kataku suatu hari. Ini kukatakan karena beberapa kali gak sembuh berobat ke dokter, dan pernah beberapa kali dokter salah diagnosa. Lalu aku mulai percaya bahwa pengobatan ala barat hanya menyembuhkan gejalanya saja, bukan akar permasalahan penyakitnya. Aku mulai melirik obat-obatan herbal dan pengobatan alternatif yang menurutku masuk akal. Diantaranya adalah terapi accupressure, ini kupercaya betul karena telah sering membuktikan keampuhannya.
Adalagi metode penyembuhan dengan transfer energi, ini sih rahmat Allah yang luar biasa padaku, karena aku bisa melakukannya baik untuk diriku atau untuk orang-orang yang aku sayangi.
Tapi, baru saja aku kena batunya.
Beberapa minggu yang lalu, sewaktu pameran di Jakarta, beberapa kali aku hampir jatuh sakit. Maklumlah, aku tidak terbiasa di ruangan berAC, sedangkan di JCC, ACnya dingin sekali yang kurasakan dari pagi jam 9 sampai jam 9 malam. Benar-benar membutuhkan daya tahan tubuh yang kuat. Aku mengatasi menurunnya staminaku dengan mentransfer energi untuk diriku sendiri, seperti mencharge bateray dengan sumber energi yang aku ambilkan dari energi murni alam semesta.
Aku berhasil melewati pameran dengan badan sehat, tapi sedikit gatal di tenggorokan waktu pulang ke Malang.
Sampai di rumah, aku batuk, ya cuma batuk, badanku tidak panas, tidak meriang, jadi kupikir minum obat batuk yang herbal saja cukuplah. Aku sudah kadung tidak percaya dokter, karena pernah sakit batuk sepulang pameran seperti ini, tiga kali ke dokter ga sembuh-sembuh, sembuhnya diterapi accupressure di daerah Mojokerto sana. Aku mau terapi sajalah, begitu niatku semula, paling ini gara-gara kecapean.
Dari hari ke hari, batukku lha kok tambah parah, aku sampai tidak bisa tidur di malam hari, karena terbatuk-batuk terus, batuknya sampai membuatku mlungker-mlungker, padahal sudah menghabiskan 3 botol obat batuk. Mau minta suamiku mengantar ke Mojokerto aku ga tega banget, karena dia masih capek nyetir Jakarta-Malang.
Akhirnya aku menyerah setelah dibujuk suamiku untuk ke dokter, saat itu aku sudah kehilangan suara, jadi aku nurut saja digelandang ke dokter.
"Aduh, ibu sampai hilang suaranya gini? Ga bisa konser dong nanti malam?" dokter yang cantik itu bilang sambil memeriksa tenggorokanku. Dalam hati aku tertawa, kok tahu nih dokter kalau aku suka nyanyi, bahkan saat batuk juga nekat nyanyi ... hahaha. Mungkin pendengar setiaku, yaitu suami tersayang, ngempet dengar aku nyanyi dengan suara mekso gini.
Akhirnya batukku berangsur sembuh, bisa tidur nyenyak di malam hari.
Rasanya ini peringatan buatku, teguran dari Allah agar aku tidak mudah meremehkan orang lain, dan tidak terburu-buru dalam menyimpulkan sesuatu.
Aku telah terjebak dalam kesombongan yang halus, yang begitu tersembunyi oleh berbagai alasan yang menurut pikiran masuk akal.
Meremehkan orang lain, apalagi profesi orang lain, dokter lagi, sungguh suatu kesalahan yang musti diluruskan.
Allah menciptakan beragam profesi dan mengatur rejeki mereka, alangkah sombongnya kita bila meremehkan manusia karena profesinya.
Begitupun masalah kesehatan, Allahlah penyembuh, bukan dokter atau terapist, atau energi alam semesta. Semau Allah dong memberikan kita jalan untuk sembuh, semua terserah Allah, mungkin lewat dokter, pengobatan alternatif atau transfer energi. Manusia musti menerimanya dengan ikhlas dan mengijinkanNya mengatur hambaNya.
Rasanya kapok deh, musti lebih berhati-hati menata hati agar tidak terjebak kesombongan yang halus dan tersembunyi.
Bagaimana dengan anda? pernah terjebak juga? Tunggu hingga Allah menurunkan caraNya untuk mengingatkan anda, atau anda ingat sendiri dan mohon ampun padaNya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar