Rabu, 31 Desember 2014

The Power of Rukun sama Pasangan

 Dear Allah lovers.

Ceritanya ada pembaca yang curhat soal cobaan finansial yang sedang dijalani. Galaunya dia, sang suami shalatnya hanya 5 waktu , tidak pernah mau diajak shalat dhuha atau shalat tahajud.  Sedangkan dia punya keyakinan, keajaiban rejeki akan datang bila rajin ibadah sunah, apalagi bila dilakukan berdua dengan suami. 

Begitulah, dan dia sering merasa dongkol dengan sang suami yang susah diajak ibadah sunah, walaupun suaminya amat baik dan sering membantu pekerjaan rumah tangga. 

Karena rejeki yang dia maksudkan adalah rejeki dalam arti uang dan materi, jadi aku membahasnya mengikuti jalan pikiran dia dulu ya.  

Yuuk aku coba bahas satu persatu.

Apakah ibadah sunah bisa melancarkan rejeki (rejeki dalam arti uang dan materi) ?

Lah orang-orang kaya level dunia banyak yang non muslim tuh, mereka gak tahu ada yang namanya shalat dhuha atau shalat tahajud dan tentunya gak pernah melakukannya kan ? kok pada kaya ya mereka. Ehm .....

Kusarankan, jangan beribadah untuk melancarkan rejeki atau mengharapkan kejaiban dari Allah, niatnya musti karena Allah saja, soal nanti setelah shalat berdoa memohon pertolongan dan kemudahan, silahkan, tapi niat dan tujuannya untuk Allah semata mata.

Cara menata pikiran dan hati agar bisa beribadah karena dan untuk Allah.

Bangunlah perasaan syukur dan cinta.  Bila belum bisa beribadah dengan penuh cinta, maka beribadahlah dengan penuh rasa syukur.  Bersyukurlah karena Allah memberi cobaan, sadari bahwa cobaan inilah yang membuat kita mendekat padaNya. Keterbatasan-keterbatasan yang sedang kita alami itu hanyalah cara Allah mengatakan pada kita bahwa hanya Dialah yang Maha Kaya , yang padaNya kita musti bersandar dan kembali. Bahkan kekurangan yang menghimpit itulah yang membuat kita tidak sombong dan jadi lembut hati.

Tandanya bila sudah bisa beribadah dengan rasa syukur, perasaan menjadi ringan, beban menghilang, bisa menerima keadaan dengan ikhlas karena inilah pemberian Allah yang bermanfaat untuk kebaikan kita, maka kita bisa menjalani dengan senang hati.

Bila sudah terbiasa mensyukuri segala kondisi, kita akan mendapatkan berbagai pelajaran (hikmah) yang membuat kita memahami mengapa Allah memberi kita berbagai pengalaman itu ? kita sudah bisa memasuki (memahami) kebijaksanaan Allah.  Berbagai hikmah dan pelajaran yang kita dapatkan membuat kita lebih mengenalNya dan terbangunlah perasaan cinta kepada Allah.

Tandanya bila sudah bisa beribadah dengan rasa cinta, kita seperti 'bertemu' dan 'berdialog' dengan Allah dengan akrab , dan kita sering merasa rindu untuk bertemu dan bertemu denganNya lagi.  Di titik ini segala persoalan hidup menghilang, sudah di dalam kendaliNya, kita menjalani pekerjaan dan ibadah dengan penuh totalitas untuk Allah saja.  Kehidupan jadi mengalir begitu indah. 


 Pentingnya istri ridha dengan suami dan sebaliknya.

Dia sering dongkol karena suami tidak mau diajak shalat sunah.  Perasaan dongkol adalah perasaan tidak menerima (tidak ikhlas/tidak ridha), padahal itu kan suami pemberian Allah.  Dia menganggap suami salah karena tidak mau diajak ibadah sunah, yang menurutnya ini membuat mereka tidak kunjung mendapat pertolongan Allah.  Padahal perasaan dongkol inilah yang salah.  Bagaimana Allah bisa ridha terhadap orang yang tidak ridha kepadaNya ?

Dalam keadaan apa saja, kita selalu membutuhkan keridhaan Allah, keridhaan Allah inilah yang menurunkan kemudahan , pertolongan dan keajaibanNya.  Untuk meraih keridhaanNya, maka kita musti ridha dengan pemberianNya.

Jadi jangan merasa dongkol dengan suami, tidak shalat sunah kan bukan dosa ? bahkan kalau dia tidak shalat wajibpun , kita gak usah dongkol, karena tugas kita hanya mengingatkan, kalau yang diingatkan gak mau, ya didoakan saja dan tetap memelihara kasih sayang dengan jalan melihat kebaikan-kebaikannya.

Seandainya suami dipaksa shalat dan nurut, tapi dalam hatinya dia shalat hanya biar istrinya gak rame, dan bukan karena Allah, ini juga gak ada gunanya, malah bikin dosa baru.  Bukan berarti aku mendukung orang yang tidak shalat loh yaaa , aku bicara begini dalam konteks menata hati agar bisa ridha dengan pasangan.

Jangan pernah merasa diri kita lebih baik dari pasangan kita, ini point pentingnya. Kalau perasaan lebih baik itu dipelihara, kita bisa jadi merasa sok benar sendiri, dan mudah kecewa dengan pasangan.  Rasa kecewa bisa men'cancel'  keridhaan Allah, otomatis jauh dari  kemudahan dan keajaibanNya, rugi banget kan ?

Lihatlah hal yang positif dari pasangan, abaikan kelemahannya (dimaafkan dan didoakan saja). Sadarilah bahwa diri kita sendiripun punya kekurangan yang mungkin bisa membuat jengkel dan kecewa pasangan. Intropeksi dan perbaiki diri, banyak memohon ampun kepada Allah untuk orang tua, diri kita sendiri dan pasangan kita.

Ridha dengan suami itu membuat kita bisa mencintainya dengan sepenuh hati, memandangnya sebagai suami yang sempurna karunia Allah.  Sempurna karena kita mengabaikan kekurangannya, dan fokus terhadap kelebihannya.

Bila dua orang suami istri sudah saling ridha satu sama lain, tidak ada lagi halangan yang membuat rahmat dan pertolongan Allah turun kepada keluarga mereka berdua. Sebaliknya bila masih masih menyimpan perasaan jengkel, kecewa atau marah, maka jangan salahkan siapapun bila tak kunjung mendapat kemudahan dan pertolonganNya, karena kita sendirilah yang telah menutup pintu kemudahan itu.

Pasangan kita itu manusia yang punya kekurangan, maafkanlah sebagaimana kita juga menginginkan kekurangan kita dimaafkan olehnya. Bagaimana ? Deal ?

Bila sudah bisa merubah sikap batin menjadi seperti yang aku sarankan, boleh dicatat perubahan kehidupan rumah tangga kalian. Kuucapkan selamat tercengang akan keajaiban pertolonganNya.

Minggu, 28 Desember 2014

Perlukah Menjual Rumah Untuk Melunasi Hutang ?

Dulu 2 tahun yang lalu, beberapa pembaca minta saran padaku, apakah perlu menjual rumah untuk melunasi hutang ? Dan aku jawab , shalat istiharah saja dulu.  Saat itu aku benar-benar tidak punya ide jawaban lain selain dari itu.

Waktu yang berlalu, mengantarkan padaku 2 kisah nyata, serupa tapi tak sama.  Kisah satunya aku saksikan sendiri, orangnya aku kenal dengan baik, sebut saja bapak W.  Bapak W menjual rumah untuk melunasi hutang dan sisa uangnya dipakai membeli rumah lagi yang lokasinya lebih jauh dari pusat keramaian, tak berapa lama rumah inipun akhirnya dijual juga, sekarang bapak W sekeluarga hidup mengontrak, dengan kehidupan yang sama sulitnya seperti dulu.

Kisah satunya hanya aku dengar dari saudaraku,  kenalan saudaraku ini menjual rumah untuk melunasi hutang, dibelikan rumah yang lebih kecil, lalu rumah kecilnya itupun dijual juga, akhirnya mengontrak.

Mendengar 2 kisah itu, aku jadi mikir.  Sebenarnya saat Allah menurunkan cobaan finansial ,bukanlah untuk membuat  kita jadi miskin dan kehilangan harta benda, tapi agar kita kembali kepadaNya, berusaha keras dengan segala daya dan kekuatan yang diberikan Allah dengan penuh keimanan dan bertawakal kepadaNya. Jadi ya itulah yang semestinya kita lakukan.

Logika kitalah yang membuat kita berpikir bila menjual rumah, maka masalah hutang akan selesai.  Padahal dengan kuasaNya, kita bisa terjebak dalam masalah yang sama, dan bila rumah sudah tidak lagi punya, apa lagi yang mau dijual ?  Di titik inilah mustinya kita serta merta bertobat dan kembali kepada Allah.  Bertobat dari menomorsatukan logika, kembali menomorsatukan Allah.

Kejadian rumah terjual dan terjual lagi sampai tidak punya rumah, itu adalah teguran dari Allah. Berpikir bila menjual rumah, maka semuanya akan beres, lupa bila hanya Allahlah yang memudahkan semua urusan. Bila pola pikirnya tidak diubah , maka dia bia mengulang kesalahan yang sama dan kesulitam yang samapun akan datang dan datang lagi. 

Sekarang bila ada lagi yang bertanya padaku apakah perlu menjual rumah untuk melunasi hutang ? Maka aku akan balik bertanya, apakah Allah bermaksud membuat kita miskin dengan cobaan finansial ?

Menjual aset atau tidak, kukira perlu melihat situasi dan kondisinya dulu. Bila rumahnya lebih dari satu, ya mungkin tidak mengapa karena masih ada tempat tinggal untuk keluarga.  Tapi bila itu rumah satu-satunya, kukira kita bisa mengambil pilihan bersabar dan berusaha lebih keras sampai  keadaan membaik, jangan lupa tingkatkan iman dan bertawakal kepada Allah.

Tapi jangan lupa shalat istikharah dulu, walau rumahnya dua belas ... hmmm.


Sabtu, 27 Desember 2014

Menyusuri Jejak Usia

 Dear Allah lovers

berada di penghujung tahun

sumber mata air di kebunku mulai mengalir gemericik
dan tanah basahnya menempel di kakiku membentuk sepatu alami

hawa dingin kerap menahanku dalam selimut tebal
dapur yang bocor
dan lantai licin yang sering membuatku berteriak
"Alni ! awas ! jangan lari-lari, nanti tergelincir".

itulah desember

Tiba-tiba aku menyadari bahwa sebentar lagi bulan januari, bulan kelahiranku.  Segera setelah desember berlalu, tanggal enam bulan satu, usiaku jadi empat puluh delapan tahun, hurayyyy ... aku tua !!!  Tinggal 2 tahun lagi aku bisa merasakan usia setengah abad, itu bila Allah berkenan memberiku kesempatan.



Teman-temanku di grup mama-mama kece membagi usia dalam beberapa kategori, ada usia biologis, usia psichologis dan satu lagi , usia seksologis ... hahahaha .... Kayaknya yang terakhir ini yang paling menarik , itu lebih penting daripada mikirin wajah yang perlu disetrika atau body yang makin sexeeeh ..... huahahaha.

Di usiaku kini, rasanya aku musti mengakui bila aku sudah tua, ini sebuah perjuangan tersendiri loh,  karena aku terbiasa dibilang awet muda sama orang-orang, terutama orang yang tidak pernah melihatku waktu muda dulu.

Masih ingat olehku, saat Aden pertama masuk kuliah dan aku naik bis menengoknya ke Bandung, penumpang di sebelahku bertanya :"Kuliah di Bandung ya ?". Dan aku tertawa, karena anakkulah yang kuliah. Dan bila aku bepergian diantar ustadz Virien , aku sering disangka calon istrinya, itu duluuuu sih,  kalau sekarang mungkin dikira ibunya atau neneknya 'kali... hahaha.

Setiap wanita pasti suka dengan penampilan awet muda, sampai rela menghabiskan waktu, uang ,  bonus 'penyiksaan' , untuk membuat dirinya awet muda. Banyak sekali cara yang bisa membuat orang awet muda, dan aku pernah mencoba beberapa diantaranya.

Aku pernah makan kolang kaling tiap hari, gara-gara bertemu orang yang terlihat berusia lima puluhan, padahal usianya 65 tahun, dan dia bilang rahasianya adalah makan kolang kaling setiap hari.  Aku googling dan menemukan bahwa kolang kaling memang mengandung kolagen dan kalsium yang tinggi.  Tapi aku makan kolang-kalingnya hanya bertahan berapa minggu saja , setelah itu bosan sampai kolang kalingnya berjamur di kulkas.  Gagal deh awet mudanya.

Aku juga pernah membeli perawatan wajah jutaan , dan hasilnya memang cling banget untuk wajahku, cuma bertahan 3 bulan, habis itu ya bosan lagi, sayang juga sama uangnya, sebegitu banyak cuma buat mempertahankan keremajaan wajah.  Coba dipakai bersedekah, pasti makin banyak orang jadi terlihat rupawan karena tersenyum penuh rasa syukur.

Akhirnya kembalilah aku semula, yang tetap cantik (kataku sendiri) walau jarang pakai bedak, pakai lip gloss bila bibirnya kering, membersihkan wajahpun sering ngawur pakai sabun mandi .... hihihi .

Rasanya aku musti menerima diriku apa adanya, diriku yang tidak pandai bersolek, tidak telatenan bila disuruh merawat wajah dan tubuh.  Mau awet muda atau awet tua bukan lagi persoalan bagiku, walaupun dijadikan persoalan, ya tetap saja aku tumbuh ke samping .... maju perut pantat mundur ... hahaha.

Usia dan penampilan itu sudah ditakdirkanNya, saat bayi, kulitnya mulus dan lucu , saat kanak-kanak nggemesin setiap orang, lalu tumbuh menjadi remaja dengan segala pesona kecantikannya, lalu menjadi dewasa dan tua.  Alangkah tidak adilnya bila orang yang sudah tua, penampilannya masih kayak remaja, bisa kalah bersaing dong  yang remaja sungguhan.  Dan jadi susah membedakan mana anaknya dan mana orang tuanya.  Jadi sebaiknya menjadi tua itu tidak usah dilawan dengan berbagai cara, karena itulah ritme kehidupan yang dirancang oleh Yang Maha Agung.

Saat seorang hamba merias diri untuk mempercantiknya, yang manusia lihat adalah penampilannya yang berubah jadi menawan, sedangkan yang Allah lihat adalah niat di hatinya, apakah dia mengharap pujian makhluk dengan apa yang dilakukannya ? ataukah hal yang lain yang hanya dia dan Allah yang tahu ?

Sekarang aku sudah tidak lagi menginginkan awet muda, kalau awet cantik iya 'kali .... hahaha .... tapi itu sudah tercapai kok, suamiku bilang aku selalu cantik , dan untuk kategori usia seksologis, aku masih 25 tahun ..... huahahaha. 

Yang lebih aku inginkan sekarang hanyalah Allah, bisa merasakan kehadiranNya, cintaNya, bahasaNya padaku, firmanNya, dan bertemunya aku dan Dia dalam sujud yang penuh cinta.

Bila orang bilang hidup itu adalah perjalanan, maka bagiku itu adalah perjalanan mengenal Allah.  Semakin bertambah usia seseorang, semestinya diiringi dengan semakin bertambah kedekatan dan pengenalannya pada Allah, hingga di hatinya benar-benar hanya Allah yang mendominasi yang menjadi tujuan hidupnya.

Mengenal Allah, itu sebuah kata yang tiap orang punya kesan dan persepsi sendiri. Dan bagiku, mengenal Allah seperti menyusuri sebuah perjalanan yang penuh keindahan dan selalu membangkitkan rasa ingin tahu. Yang membuatku rela bangun tengah malam demi bertemu denganNya, yang kadang berhasil kadang juga tidak.

Saat pengertianku tentangNya bertambah, bertambah pula rasa tunduk, takut, dan cinta, hingga secara otomatis sikap tubuhpun menunduk merendahkan diri di hadapanNya. Rasaku, inilah hal terindah yang pernah aku alami dalam hidupku.

Jejak usia kita secara lahiriah ditandai dengan goresan kerut merut di wajah, atau semakin memutihnya rambut.  Namun jejak usia yang sebenarnya adalah goresan asma Allah yang semakin mendominasi hati.

Sabtu, 06 Desember 2014

Teman Teman Alni

 Dear Allah lovers,
Semula aku enggan memposting cerita ini karena ada unsur rasan-rasannya gitu ... hmmm.... Sudah lama tulisan ini aku buat dan aku biarkan begitu saja.  Kemarin ketika aku buka-buka draft, tiba-tiba saja aku merasa ingin membagi cerita ini. Kata eyang, ghibah kalau untuk pembelajaran tidak mengapa.

Ceritanya aku tengah kesal bercampur bingung melihat teman-teman Alni yang ajaib-ajaib.  Benar-benar tidak tahu bagaimana cara mengatasi keadaan ini.


Alni main ke kebun bersama Viva dan mbak Yayuk

Beberapa minggu ini teman sekolah Alni rajin main ke rumah, dan tingkah laku mereka sungguh 'mencengangkan' , seperti tidak pernah diajari nilai-nilai oleh orang tuanya di rumah, bahkan kukira mereka seperti tumbuh dari alam tanpa peradaban, saking 'ajaib'nya.

Dengan anak-anak seperti itukah anakku bergaul ? bagaimana bila mereka mempengaruhi Alni ? , begitu kata hatiku.  Sedangkan aku ini termasuk ibu yang tidak bisa mendidik anak, yang tidak tahu teori, tidak tahu ilmu psichologi, tidak mau belajar juga ... komplit sekali yaa.

Teman Alni itu ada yang pernah mencuri uang dari dalam dompetku , jumlahnya 80 ribuan, termasuk besar untuk ukuran anak-anak dan habis dalam sehari, sebagian berani minta brownies satu orang satu setiap pulang main  , dan mereka mengambil sendiri di etalase tanpa sepengetahuan bu Kot ! Kalau mereka tidak punya uang , Alni membagi bagi uang yang diambilnya dari uang recehan yang aku peruntukkan buat pengemis ... ini lucu apa memprihatinkan? Dan masih banyak lagi 'keajaiban' mereka yang lain.

 Bila dipikir, anak-anak di seputar sini  memang produk dari keluarga dan lingkungan yang tidak begitu bagus.  Daerah tempat tinggalku di perbatasan kota dan kabupaten, istilahnya dalam ilmu sosiologi  adalah masyarakat yang embivalen, kota nggak , desa nggak.

Mayoritas masyarakat disini terbiasa berbahasa yang kasar, keras dan kalimat-kalimat yang tajam. Bapak ibu mereka umumnya bekerja semua, mayoritas buruh pabrik .  Mungkin ini yang membuat anak-anak mereka tidak terdidik dengan baik.

Setelah siangnya dibikin pusing dengan kelakuan teman-teman Alni, malamnya aku merenung, bagaimana menghadapi anak-anak itu, agar mereka bisa berubah menjadi baik.

Logikaku benar-benar buntu, aku tidak punya ide sama sekali. Bahkan merencanakan untuk ngomong berdua dengan Alnipun, aku tidak tahu musti ngomong apa ? Aku benar-benar tidak tahu mau memulai dari mana ?

Akhirnya aku pasrah pada Allah, karena Allah jugalah yang menurunkan aku sekeluarga di tempat ini, Allahlah yang menggerakkan kami menyekolahkan Alni di sekolah desa agar Alni berinteraksi dengan kehidupan yang sederhana.  Allah jugalah yang menggerakkan hati teman-teman Alni untuk datang dan bermain,  Allah jugalah yang memposisikan mereka dengan segala keajaibanNya.  Ada Allah dibalik mereka semua, ada Allah yang mendekatkan mereka padaku.

Dan datanglah jawaban itu : "Sentuhlah dengan doamu".

Setiap hal yang hadir di hadapan kita, bila kita tidak mampu merubahnya, maka sentuhlah dengan doa dan kasih sayang, doa yang tulus yang berbarengan dengan rasa kasih sayang, itulah yang bisa kita lakukan. Tidak perlu memelihara perasaan jengkel dan marah , karena itu tidak akan merubah keadaan, malah memperburuk perasaan dan kehidupan kita sendiri.

Hatikupun merasa sejuk , aku yakin Alniku tumbuh menjadi wanita harapan Allah suatu hari nanti.


Kamis, 04 Desember 2014

Balasan Semesta

Salah satu kesukaanku saat pikiran sedang santai adalah mendoakan apa saja yang aku lihat, aku lewati, aku sentuh atau aku pikirkan.  Dalam keadaan nganggur seperti sedang duduk menempuh perjalanan, aku lebih intens mendoakan setiap yang aku lewati, alam, hutan, pohon, kebun, toko, rumah, anak-anak, orang-orang dan apa saja.


foto : Dody Fatoni

Aku menikmati kesukaan ini tanpa memikirkan efek apa yang bakalan aku dapatkan.  Yang pasti aku merasa bahagia,  dan hikmahnya tidak ada hal negatif mampir di pikiranku.  Hingga suatu ketika aku merasakan bahwa alam membalasku dengan caranya.

Suatu hari saat aku sedang punya masalah berat, aku membangunkan suamiku untuk shalat tahajud bareng.  Rasanya tenang bila mengadu pada Allah berduaan dengan suami.  Setelah itu aku berdzikir dan perlahan-lahan aku merasakan keajaiban , aku mendengar alam turut mendoakanku, berdoa bersama dengan syahdu dan khusyu', bahkan para malaikat seperti turut berdoa.

Pengalaman itu membuatku merasa ditemani, didukung dan disayang.  Tidak ada yang sia-sia dari setiap kebaikan yang kita tebar ke alam, semua pasti berbalas dengan indah.

Setelah kejadian malam itu, keesokkan harinya aku mendapat solusi dari permasalahan yang aku hadapi, kejadiannya begitu mudah , dan tak terpikirkan olehku sebelumnya.  Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Senin, 01 Desember 2014

Membelah Niat

Dear Allah lovers,
Aku mau cerita perkara yang amat serius, perkara niatingsunnya hidup ini. Jarang ada yang tahu, apa yang terjadi pada diri kita dan pada alam semesta saat sepercik niat tersampaikan lewat bahasa hati. Bila kita tahu, kita akan lebih faham dan lebih cerdas menggunakan hidup ini.

Maka ketahuilah sahabatiku, ketika hidup ini diniatkan untuk Allah, alam semesta akan 'menyiapkan diri' untuk melayani kita dengan mengeluarkan segala yang terbaik yang bisa mereka persembahkan.

Dalam lingkup yang lebih kecil, saat tindakan sekecil apapun kita niatkan untuk Allah, maka seluruh komponen di dalam diri kita akan mengeluarkan kemampuan terbaiknya.  Aku bilang seluruh komponen di dalam diri kita, termasuk sel-sel dan bagian-bagiannya yang super kecil, dan jiwa yang tak kasat mata.  Saat pandangan kita ditajamkan oleh Allah, kita bisa melihat proses ini, sebuah keterpaduan yang amat indah, layaknya sebuah kerja sama dalam pagelaran musik orkestra, awalnya indah, prosesnya indah, hasilnya menakjubkan.

Bila kita pernah menyaksikan bagaimana itu terjadi, kita jadi merasa sayang banget melakukan sesuatu yang mengalir saja, dijalani saja tanpa niat yang dilakukan dengan sengaja.  Itulah mengapa di dalam agama amat ditekankan pentingnya niat. Tapi kitalah yang kurang faham, tidak tahu kapan niat itu musti dikatakan dan disengajakan, dan kita juga tidak mudah mengenali, kapan niat itu berbelok tanpa kita sadari.

 Baiklah, sebelum aku bahas lebih lanjut, simak dulu tulisan ini : Cobalah Bernyanyi .  Tulisan ini bila diikuti semua intruksinya step by step, akan membuktikan pada diri kita sendiri, betapa kuatnya sebuah niat karena Allah. Bila Allah bermurah hati menajamkan pandangan kita, kita akan melihat proses pergerakan molekul  dan aliran energi yang sedang mempersiapkan diri memberikan kemampuan terbaiknya untuk Allah. Proses yang berlangsung sangat cepat , respon yang mengalir otomatis begitu niat itu terucapkan di hati, tapi sifatnya amat lembut seperti belaian yang penuh kasih.

Sayangnya di alam ini ada energi negatif yang sering mengganggu proses itu, sifatnya destruktif (merusak) , dan berlawanan arah, dalam agama disebut syetan.  Salah satu pekerjaan syetan adalah membelokkan arah niat, hingga merusak harmoni.  Soal pembelokan niat ini aku pernah menuliskannya, jadi tidak aku ulangi.

Yang penting sekarang adalah bagaimana cara menjaga niat mempersembahkan hidup ini untuk Allah.

Usahakan tiap sebelum memulai urusan apa saja, besar atau kecil, ucapkan niat, dan refresh niat di tengah-tengah proses yang sedang kita jalani.  Luangkan waktu dan jangan tergesa-gesa.

Niat ada yang sifatnya global seperti doa iftitah yang selalu kita baca tiap kali shalat, yang bunyinya 'hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah'.  Ini niat untuk seluruh kehidupan kita , a whole life.

Setelah menunaikan aktifitas shalat, kita kembali ke urusan masing-masing.  Belah niat tadi dalam setiap urusan kita, dalam tuntunan agama berupa doa tiap hendak melakukan sesuatu. Banyak tuntunan doa yang kita kenal sejak kecil, seperti doa sebelum makan dan sesudah makan, sebelum  dan bangun tidur, doa masuk pasar, doa saat bersin, banyak sekali.  Bila tidak hafal dengan doa-doa itu, yang penting baca basmalllah sebelum melakukan urusan tertentu dan mengucap hamdallah , bersyukur bila telah menyelesaikannya.

Ucapkan niat secara spesifik sekaligus ungkapkan harapan kita kepada Allah dalam bahasa hati, diucapkan secara lisanpun tidak dilarang dalam bahasa yang kita mengerti. Maksudku secara specifik yaitu dengan menyebut mau mengerjakan pekerjaan apa, misalnya ; "Ya Allah yang Maha Pemurah, aku mau meeting dengan karyawan, tuntunlah lisan dan hatiku dan pimpinlah kami, aku lakukan ini karenaMu".

Saat melepaskan niat, akan lebih powerfull bila disertai ungkapan syukur dan permohonan maaf / ampun kepada Allah.

Teruslah membelah niat dalam seluruh aktifitas yang kita lakukan, saat duduk, berbaring , main musik , mendengarkan radio, menonton televisi , dll.  Berlatihlah agar semakin sedikit aktifitas kita yang tanpa mengucapkan niat dengan sengaja.

Bila kita terbiasa melakukannya, inshaAllah akan terjalin komunikasi yang akrab antara kita dengan Allah.  Bila awal-awalnya kita masih merasa berkomunikasi 1 arah , lama-lama akan terasakan 2 arah, kita bisa 'mendengar' jawaban Allah (yang tentunya disampaikan oleh malaikatNya).  Kadang bukan jawaban yang kita terima, melainkan teguran, kadang pula kita menerima kalimat-kalimat yang menenangkan hati.

Saat bangun tidur, sengajalah mengucap doa bangun tidur dengan pelan-pelan, menghayati maknanya, lalu katakan pada Allah bahwa aktifitas kita seharian kita persembahkan kepadaNya, kita mohon tuntunanNya dan ungkapkan pula harapan dan permohonan maaf.

Ketika hendak tidur, ucapkan doa dan lakukan evaluasi diri, tidurlah dengan perasaan bahagia, penuh rasa syukur dan niatkan beristirahat karena Allah.

Bayangkanlah bila seluruh alam ini menata diri bersama-sama dengan kita dalam mempersembahkan hal terbaik mereka kepada Allah. Seperti sedang berada dalam tarian indah alam semesta, semua yang kita saksikan hanyalah keindahan.

Sabtu, 29 November 2014

Orang Yang Pelit Kepada Dirinya Sendiri

Haiii para pecinta Allah.

Suatu sore aku dibikin terharu oleh kedatangan tamu yang tidak diundang tapi bukan maling .... hehehe, tamu yang tidak disangka-sangka,  tukang sayur langgananku dengan istrinya. Dia bilang, istrinya ingin bertemu denganku, ingin berterimakasih karena aku telah memberinya beras dan dia juga mau mendoakanku katanya.

"Banyak yang ingin bertemu bunda, coba bunda mau ke tempat saya", katanya. Aku cuma tersenyum manis (emang aku manis ? nggak sih, sebenarnya aku cantik ... hihihi).


oleh oleh dari pak sayur, banyak sekali , satu tas kresek besar sayuran, ada ketela pohon di bagian paling bawah, daun yang nyembul itu sayuran kesukaanku, disini istilahnya daun lebosan 


Aku punya kriteria tersendiri dalam membagi-bagi beras, salah satunya adalah tidak punya sepeda motor.  Jadi awalnya dulu bapak tukang sayur ini tidak masuk dalam daftar penerima berasku karena dia punya sepeda motor, sampai cerita eyang sampai ke telingaku.

"Tukang sayur itu untungnya dikiiiit bunda, sudah gitu sering dibon pula sama orang-orang kampung.  Kasihan , kalau sudah dibon, pulang balik modal saja belum tentu", kata eyang, dibon itu maksudnya sayurnya diutang sama pembeli dan dibayar di hari lain.

"Sekarang aku sedang mengadakan gerakan anti ngutang ke tukang sayur di seputar Gubug", kata eyang.

"Emang beli sayur pakai ngutang ? berarti mereka benar-benar miskin", kataku.
"Ini cuma soal kebiasaan masyarakat sana bunda.  Walau mereka punya uang, tetap saja ngutang, uangnya disimpan atau dialihkan untuk keperluan yang lain.  Aku sering bilang sama mereka, itulah yang namanya pelit kepada dirinya sendiri.  Masak untuk memberi makan dirinya sendiri saja gak rela bayar cash ", kata eyang, tak bisa aku tahan, aku tertawa geli bercampur prihatin  Iya yaa, masak untuk dirinya sendiri saja sayang membelanjakan uang, apalagi disuruh bersedekah untuk orang lain?  Padahal sedekah kan pangkal kaya.

Tapi bisa jadi kita yang gak pernah ngutang ke tukang sayurpun masih bisa terjebak dalam pelit kepada diri sendiri.  Banyak sih pelit-pelit lain yang tak kalah serunya dibandingkan ngutang ke tukang sayur, dan tidak terbatas pada soal utang mengutang.

Sering kita melupakan kebutuhan diri sendiri, terlalu  mengeksploitasi diri sendiri sampai kurang istirahat, padahal itu haknya tubuh.  Atau malah sebaliknya, terlalu banyak bermalasan, padahal tubuh perlu bergerak untuk berkarya.

Ada lagi yang pelit memberi kebahagiaan buat dirinya sendiri, dengan membiarkan dirinya tenggelam dalam persoalan, seolah-olah cuma dia seorang di dunia ini yang punya persoalan, padahal setiap orang mengalaminya. Dalam hidup ini persoalan selalu ada, tapi kita bisa memilih hanyut dalam arusnya atau berlayar di atasnya. 

Kebahagiaanpun pilihan, hanya soal rasa dan rasa bahagia hanya perlu dihadirkan, instrumentnya sudah Allah siapkan di dalam diri kita.  Jadi jangan pelit memberi kebahagiaan buat diri sendiri.

Akan halnya diriku, yang paling sering aku lakukan adalah pelit dalam hal spiritual.  Jiwa dan pikiran ini amat perlu mengingat Allah, bersujud di malam yang hening, mendekat padaNya dan menyampaikan segala bisikan hati.  Tapi aku sering tidak memberikannya kesempatan, karena memilih tenggelam dalam selimut dan mimpi yang tidak karuan judulnya .

Bagaimana dengan kalian ?

Kamis, 27 November 2014

Tidak Pernah Kehilangan (2)

 Dear Allah lovers,
Aku mau cerita, tapi jangan ketawa yaaa.

Tab-ku rusak , gara-gara aku duduki tanpa sengaja, duduknya lama pula karena gak nyadar .... hehehe. Spontan pikiranku bilang ; gini nih kalau beli barang merk abal-abal, baru dalam hitungan bulan sudah tidak bisa dipakai.  Coba dulu beli yang branded, selisih harganya juga gak banyak , bisa make sampai bosan kayak hp-ku yang sekarang, sudah tahunan, jatuh dan mretheli berkali-kali , tapi tetap saja normal.

Pikiran seperti itu memang terlihatnya bener ya ? kalau beli barang branded lebih awet dan lebih puas makainya, kalau beli barang merk abal-abal cepat sekali mohon pamitnya ?  Begitukah ?

Anakku Zeli pernah pakai hp abal-abal dan tetap bagus sampai 3 tahunan, Zelipun pernah pakai hp branded dan berakhir nyemplung di kuah sayur .... hehehe.  Yang salah hpnya tidak dilengkapi aplikasi renang ..... huahahaha. Tapi itu berarti, lama  tidaknya sebuah barang bisa kita miliki tidak tergantung dari brand bukan ? 

Yang pasti, segala kejadian dalam hidup ini sudah ada dalam perencanaanNya, bahkan ke arah mana debu jatuh tertiup angin, dan apakah yang dibawanya ? kemana pula debu itu akan jatuh dan terhenti ? Bila benda sekecil debu saja , bergerak dalam kebijaksanaanNya, apatah lagi benda segede tablet , ya kan ?

Hampir setiap orang yang kehilangan  semacamku merasa rugi, ya  rugi uang, rugi hilangnya data dan mungkin juga rugi peluang ? Apakah kalian termasuk yang berpikir begini saat kehilangan ?

Bila iya, berarti kalian masih berpola pikir materi , saatnya untuk berubah karena pola pikir materi itu sudah ketinggalan sepur .

Coba renungkan , bila merasa rugi uang , jawab pertanyaan ini ; siapakah yang memberimu rejeki berupa uang ? yang dengan uang itu Dia ijinkan kamu membeli sesuatu ? Kamu hanya mengelola sebuah pemberian, pengelola itu bukan pemilik . Seandainyapun kamu merasa memiliki uang , maka dengan otak dan tubuh pemberian siapakah yang membuatmu mampu mendapatkan uang ? Baik , kamu sudah menjawabnya, yang intinya kita ini tidak punya apa-apa, makanya kita tidak pernah rugi bila kehilangan materi.

Untung dan rugi yang dilihat dari kaca mata materi bukanlah sebuah kebenaran, itu bila kita nyadar bahwa kita ini bukan hamba materi.  Sebagai hamba Allah, tentunya kita mengukur segala peristiwa dari ukuran jauh dekatnya jarak kita dengan Allah.  Bila sebuah peristiwa mampu membuat kita menyadari kesalahan dan membuat kita semakin dekat dengan Allah, maka peristiwa itu adalah sebuah keberuntungan yang besar buat kita.

Demikian pula dengan tab-ku yang rusak, membuat aku menyadari kesalahanku .... hmmm .... tapi aku malu menceritakannya.  Yang jelas aku bersyukur dengan peristiwa ini.

Apakah kalian pernah mengalami kehilangan benda kesayangan ? Dan bagaimana kesimpulan kalian dengan peristiwa itu ?

Simak juga tulisanku yang nyambung dengan ini ; Tak Pernah Kehilangan .

Salam manisku dari Malang yang indah !


Senin, 24 November 2014

Bertahan Karena Allah

 Dear Allah lovers.

Senja itu , adzan maghrib telah berlalu, ketika suara kring bel rumah mengagetkanku, biasanya sih ada orang beli brownies.  Aku tidak beranjak dari tempat dudukku, ada Tutik yang bergegas ke depan.  Tak lama kemudian dia kembali,  menyodorkan satu tas kresek kerupuk yang menyembul terlihat enak.



"Katanya ini titipan dari bu Melati (bukan nama sebenarnya) bunda", katanya.
"Oh, bapak-bapak gitu kan yang nganterin ? dia karyawannya bu Melati , kalau pulang kerja memang lewat  sini", kataku.

Jadi ingat bu Melati, wanita yang tegar dalam penderitaannya karena Allah, dia sengaja bertahan karena ingin lebih baik di hadapan Allah.

Dia sahabat fb, pembaca blogku, aku dan dia sesama arema (arek Malang), tapi aku mengenalnya justru dari seorang pembacaku yang tinggal di Jakarta.

Pernah dia datang ke tempatku, bercerita bila dia sudah tidak kuat menghadapi suami yang egois dan temperamental, bila memutuskan berpisah juga tidak tega dengan anak-anak. Dilematis.

"Jangan bertahan karena anak-anak, bertahan atau berpisah, semua musti karena Allah", kataku.  Kami ngobrol dan berdiskusi panjang, sampai akhirnya aku bilang begini :

"Coba mbak pikir, apakah dengan bersuamikan dia mbak jadi lebih dekat dengan Allah atau tidak ?".

"Ya, rasanya karena diperlakukan seperti ini, aku malah jadi rajin ibadah sunah, jadi makin dekat dengan Allah sih", katanya.  Akhirnya dia memutuskan untuk bertahan karena dia merasa kondisi yang secara kasat mata terlihat buruk dan membuatnya menderita, malah membuatnya makin dekat dan akrab dengan Allah.

Menyengaja bertahan dalam penderitaan untuk mendekatkan diri pada Allah, ini sungguh keikhlasan yang luar biasa ! Aku yakin ke depannya sang suamipun akan menjadi lebih baik dengan doa istri yang salehah seperti ini.

Aku kagum sekali padanya.

Rabu, 19 November 2014

Bisnis Yang Mengesankan

Dear Allah lovers,
tulisan ini aku repost dari blog masak memasakku, karena bisa diterapkan di bidang apa saja selain bakulan kue.

Dalam suatu pembicaraan, seorang sahabat bertanya :"Bagaimana cara melayani keluhan pelanggan dengan cara yang mengesankan ?".

Sahabatku yang lain menjawab :"Berikan kompensasi yang memuaskan buatnya".

Dan aku menjawab :"Bangun dulu rasa kasih sayang ke pelanggan , nanti apapun yang kita lakukan pasti mengesankan baginya".

Akan lebih indah  menikmati aktifitas bisnis dengan menghidupkan perasaan kasih sayang di hati kita terhadap siapapun, terhadap pelanggan, terhadap karyawan, terhadap alam, bahkan terhadap bisnis itu sendiri.

Hasilnya bukan hanya pelanggan yang terkesan, semua yang berinteraksi dengan kita pasti merasa nyaman dan terkesan.

Aku ingatkan , bisnis itu cuma sarana untuk menyebarkan kasih sayang. Misi Islam adalah rahmatan lil alamain, kasih sayang buat alam semesta , inilah tujuan langkah kita, menjadikan diri kita dan bisnis yang kita jalani sebagai sarana untuk menyebarkan kasih sayang ke alam semesta.

Masyarakat luas sering melakukan konsep yang terbalik, yaitu melakukan apapun yang mengesankan buat pelanggan dengan tujuan bisnis yang berhasil dan keuntungan yang banyak. 

Yang dilakukan mungkin sama, seperti bersikap ramah terhadap pelanggan, memberikan service terbaik, memberi kompensasi yang memuaskan saat ada pelanggan komplain, dll.  Tapi keduanya punya tujuan berbeda, yang satu melakukannya untuk mengembangkan dan melancarkan bisnis, yang satu lagi melakukannya karena perintah Allah menyebarkan kasih sayang.

Yang dilakukan sama, tujuan berbeda, hasilnya tentu berbeda.  Orang yang menjadikan keberhasilan bisnis sebagai  tujuan, cenderung mudah stress saat menghadapi hambatan dalam bisnis, sebaliknya orang yang menjadikan bisnis sebagai sarana mengabdi pada Allah, dia lebih persistent menghadapi apapun.

Bisnis adalah makhluk Allah yang berada di tangan kita , terserah kita memperlakukannya , apakah dengan penuh kasih sayang dan mengajaknya untuk berkasih sayang pula ? apakah malah menjadikannya sebagai tujuan hidup ?

Baiklah, Innuri mengajari orang membuat target dalam bisnis dan bagaimana membuat goal setting.  Tapi itu bukanlah tujuan, itu adalah sekedar sistem dalam bisnis, sistem diperlukan agar kebutuhan semua yang terlibat dalam bisnis kita terpenuhi dengan baik.  Dengan pendapatan yang bisa mengcover kebutuhan seluruh personil, mereka akan lebih mudah diajak untuk melakukan visi perusahaan yaitu menjadikannya sarana beribadah, menyebarkan kasih sayang ke alam semesta.

Ghibah Dan Kasih Sayang

 Dear Allah lovers !
Aku mau rasan rasan ... ups ! mau membahas masalah rasan-rasan / ghibah maksudku.

Ghibah itu membicarakan keburukan orang lain, istilah jawanya rasan-rasan, bila yang dibicarakan  kebaikan orang lain, namanya bukan ghibah, tapi siaran  .... hahaha.

Tebusan untuk dosa ghibah adalah minta maaf kepada yang bersangkutan, atau bila yang bersangkutan (orang yang kita ghibah) tidak bisa lagi kita temui karena meninggal atau tinggal di tempat yang jauh , maka tebusannya adalah mendoakannya agar Allah mengampuni dosa-dosanya.

Dulu aku tidak mengerti benar , ada apa dibalik minta maaf dan mendoakan ? Kadang hati yang rewel ini bertanya , mengapa tidak cukup dengan minta maaf sama Allah saja biar tidak ribet? Ketika aku melakukannya , juga cuma berpikir bagaimana biar tidak lagi terbebani dengan dosa.  Saat minta maaf atau saat mendoakan , pikiranku cuma untuk melenyapkan dosa, yang sama saja dengan egois, cuma memikirkan diri sendiri.

Setelah tua begini, aku jadi faham , kenapa musti minta maaf dan mengapa pula bisa diganti dengan mendoakannya ?

Ternyata ini adalah salah satu misi diturunkannya Islam , sebagai agama rahmatan lil alamin , kasih sayang untuk alam semesta.

Ghibah muncul karena adanya sesuatu yang kita tidak sukai dari seseorang, dan cenderung membenci. Minta maaf dan mendoakan akan melenyapkan kebencian, membangun kembali rasa kasih sayang antara 2 orang yang pernah membenci.

Target saat kita minta maaf kepada orang yang terghibah, adalah terjalinnya kembali rasa kasih sayang.  Demikian juga saat kita mendoakannya, kita harus mendoakan dengan tulus, berharap kebaikan untuknya, seperti kita berharap kebaikan untuk diri sendiri.  Dan inilah  pemahamanku akan sebuah hadist ; tidak beriman seorang hamba sebelum dia mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri.

Iman adalah soal rasa, rasa percaya kepada Allah yang membuat kita menyatu dengan sifat-sifatNya , dan salah satu sifatnya adalah kasih sayang.  Rasa kasih sayang inilah yang membuka khazanah keindahanNya yang lain,  seperti otomatis Allah fahamkan pada diri kita.

Bila dulu , minta maaf dan mendoakan, hanya untuk menggugurkan dosa, sekarang ketika sudah melek hakekat, jadi faham bila ada hal lain yang lebih penting dibandingkan egoisme memikirkan dosa kita sendiri. Yaitu kembalinya ikatan kasih sayang di alam ini, itulah hal terpentingnya.

Tidak ada gunanya minta maaf, tetapi dalam hati masih membenci, juga tidak ada gunanya doa, bila hanya  terucap di lidah, sedang dalam hatinya masih penuh dendam kepada yang didoakan.

Bahkan bila dengan jalan meminta maaf dan menjelaskan kesalahan kita, malah dikhawatirkan menimbulkan  salah faham dan permusuhan, sebaiknya tidak usah dilakukan, ini menurutku siih.  Cukup mendoakan dengan setulus hati, kemudian berbuat baiklah kepadanya sebagai tebusan dari ghibah yang pernah kita lakukan padanya.

Salam manis dan semoga kita bertemu lagi dalam kasih sayangNya.

Selasa, 18 November 2014

Rejeki itu Makhluk

Kemarin pagi, karyawanku Tutik  membeli elpiji ke warung sebelah butik pakai uang limapuluh ribuan.

"Ini kembaliannya bunda", katanya sambil menaruh uang kembalian di depanku.
"Loh, kok uangnya cuwil begini ?", kataku, cuwil itu sobek, tapi bagian yang sobek hilang.
"Ya nanti buat beli lagi disana saja", kataku.

Siangnya Windy membeli minuman kemasan sak dus di warung itu lagi, aku suruh memakai uang yang sepuluh ribuan yang cuwil tadi.  Windy kembali dengan cemberut.

"Orangnya gak mau nerima uangnya bunda, katanya sejak pagi tidak ada yang belanja ke warungnya, orangnya ngotot, ya akhirnya uangnya aku bawa pulang lagi ", katanya.

"Ya biar mbak Tutik saja yang bayar dan menjelaskan", kataku, aku memang anti uang sobek, uang bau, uang lecek , sampai punya amplop khusus buat menyendirikan uang jelek semacam itu.

"Tidak usah dek, sama tetangga masak begitu, udah sini uangnya aku ganti", kata suamiku yang dari tadi cuma jadi pendengar.

"Hiii, aku tidak boleh begitu ya sama tetangga, tapi tetangga boleh sama aku , namanya tidak adil ", kataku ngeyel dan ngotot menyuruh Tutik membayar dengan uang cuwil itu.

Tapi akhirnya suamiku yang menang, uang itu dibuang sama suamiku dan menggantinya dengan uang yang utuh.
Sore aku merenung, kok sekarang aku jadi pelit maaf begini dan ngeyelan lagi. Bahkan sore itu aku masih menyimpan 'dendam' pada toko sebelah, sampai berniat tidak belanja kesitu kalau gak kepepet.  Jahat banget nih hatiku.

Lalu aku ingat petuah eyang Virien :"Rejeki itu makhluk, yang berupa individu, sifat rejeki itu baik, dan hanya mendatangi orang-orang yang baik. Orang sering menyebutnya barokah ".

"Rejeki yang tidak berkah akan membuat yang bersangkutan merasa sempit, walau usahanya kelihatan besar , tapi hutangnya juga tambah besar, yang membuat perasaannya menjadi sumpek", gitu penjelasan eyang.

Entah mengapa, perasaanku langsung ringan, hilang dendamku pada toko sebelah, karena aku tidak mau ada hal tidak baik pada diriku, kasihan ntar rejekinya gak bisa masuk .... hehehe.


Jumat, 14 November 2014

Pembicaraan Tubuh

Pertama kali 'mendengar' tubuhku sendiri bicara pada suatu siang beberapa minggu yang lalu.  Aku sedang lupa sudah shalat dhuhur apa belum, dan aku mencoba mengingat-ngat dengan memoryku , tapi yang menjawab malah bukan otakku, melainkan tubuhku.  Dia bilang 'sudah' dengan bahasanya sendiri, bahasa yang lebih mirip transformasi pengertian ke jiwaku.

Pengalaman itu bagiku sungguh amazing , baru kusadari bahwa aku punya tubuh yang bisa berkata-kata, bahkan gak pakai nunggu di akhirat saat hari penghisaban , saat kaki dan tangan bisa bicara.  Ternyata di dunia inipun mereka sebenarnya bisa bicara, cuma kita yang belum mampu mendengar. 

Tapi seandainya aku ditanya, bagaimana caranya bisa mendengar pembicaraan tubuh seperti mbak Indah ? Aku tidak bisa menjawab, kayaknya sih ini hadiah dari Allah. Cuma saranku bila menginginkan pemberian seperti ini, hati harus bersih, bersih dari kebencian, dendam, iri , dengki, nafsu terhadap dunia , dan perasaan negatif yang lain.  Hati musti terbiasa harmonis dengan alam, caranya dengan diisi kasih sayang , dan itulah keajaiban prinsip bismillah.

Kali kedua mendengar pembicaraan tubuh terjadi kemarin malam.  Ceritanya sepulang dari Lombok, aku sakit gigi, esok paginya dipijat sama eyang Virien sambil disuruh minum cataflam , sembuh dalam sehari, tapi kemudian sakitnya jadi berpindah ke gusi dan lidah yang terkena pinggiran gigi yang tajam, rupanya ada infeksi yang belum tuntas.  Tiga hari sudah aku coba mengobati dengan berbagai cara (karena aku takut ke dokter gigi), dengan obat kumur berbagai merk, dengan mengunyah daun tujuh bintang , dengan berkumur pakai air rebusan sirih juga, dan hasilnya tetap meradang.

Kemarin malam aku menyerah, aku sudah ikhlas , terserah Allah memberiku sakit, aku terima asal Allah ridha padaku.  Untuk pertama kalinya dalam hidupku aku begitu menikmati rasa sakit itu, sambil tetap berkumur dengan obat kumur herbal Enkasari.

Lalu aku sengaja mengajak berbicara dengan lidah dan gusiku, apa sebenarnya yang bisa menyembuhkan mereka.  Aku bilang pada mereka, bahwa aku mengakui bahwa sakit ini karena dosaku, di Lombok aku banyak curhat kepada mbak Lis, yang isinya ghibah melulu.  Dan tahukah apa jawaban mereka ?

Mereka bilang bahwa pada dasarnya seluruh tubuh diciptakan Allah untuk mengabdi padaNya, diturunkan ke bumi untuk  berbuat kebaikan.  Saat tubuh berbuat dosa, berarti sudah terjadi penyimpangan dari tujuan awal, dan terjadilah proses kerusakan di bagian tertentu, kerusakan ini akan berlanjut bila dosa terus dilakukan. Cara memperbaikinya dengan kembali ke tujuan awal diciptakan, mengabdi padaNya dan berbuat kebaikan.

Akan halnya obat untuk sakit gusi dan lidahku adalah istighfar sebanyaknya, sambil dalam hati mendoakan orang yang aku ghibah untuk diampuni dosanya sebagaimana Allah mengampuni dosaku.  Mengembalikan perasaan kasih sayang lagi antara aku dan dia.

Malam setelah tahajud aku lakukan semua yang diminta oleh lidah dan gusiku, dan paginya aku merasa 75 % sembuh.  Alhamdulillah.

Aku jadi ketagihan bicara pada tubuhku. Karena aku merasa gemuk sekali , akupun bertanya pada lemak-lemak di tubuh. Aku berencana membeli korset yang bisa membakar lemak, dan aku ingin tahu apakah itu berarti menyakiti mereka ? Dan jawaban mereka sungguh mencengangkan !

Lemak itu bilang, bahwa dia diciptakan untuk berbuat kebaikan, dan kebaikan yang bisa dilakukannya adalah memberi energi / tenaga.  Jadi dia menyuruh aku menggunakannya untuk bergerak.  Menghilangkan lemak dengan menggunakan bermacam alat seperti yang aku saksikan di tivi-tivi itu bukanlah cara yang bijak untuk langsing, aku menyebutnya cara paksa. Itu membuat lemak tidak bisa menunaikan tugasnya berbuat kebaikan di muka bumi, dan itu bukan cara kasih sayang, bukan prinsip bismillah.

Sempat pula aku bicara dengan tanganku. Aku sering merasa tanganku menjadi panas dan tidak nyaman karena terlalu lama ngeblog, aku sampai pernah khawatir jangan-jangan tanganku bisa bermasalah karena keseringan ngetik di lap top. Dan jawaban tanganku , dia merasa bahagia dan berterimakasih karena diajak berbuat kebaikan, dan dia mendorongku untuk terus berbuat kebaikan , terus ngeblog dan menyebarkan manfaat buat orang banyak.

Amazing bukan pembicaraan antaraku dan tubuhku ?

Aku merasa harus lebih menyayangi tubuhku ini, dengan menahan diri dari dosa, dan berbuat kebaikan sebanyak mungkin.  Bukan hanya aku, ini tugas semua manusia, yaitu mensinkronkan antara jiwa dan tubuhnya, sehingga apa yang ditugaskan Allah untuk tubuh sama dengan keinginan jiwa.  Bila terjadi sakit pada tubuh, musti intropeksi diri, karena pasti terjadi ketidak sinkronan antara tubuh dan jiwa.



Salah satu yang aku buat untuk tanganku pagi ini, adalah meletakkan rangkaian bunga segar disamping lap topku, aku ingat ada tanaman tertentu yang bisa meminimalkan pengaruh radiasi ke tubuh.  Karena tidak punya tanaman yang dimaksud, ya bunga inilah yang aku pakai, dan aku lihat tanganku merasa nyaman dengan kehadiran bunga itu.

Rasanya bahagia bisa membahagiakan tubuhku sendiri.
Saat aku menutup tulisan ini, sakit gusiku sudah sembuh 90%. Ajaib bukan ?

Rabu, 05 November 2014

Lelaki Oh Lelaki

Dear Allah lovers ,
Hari ini aku mendengar cerita yang amat membuatku terkesima , ini soal pria dan wanita dan cinta diantara mereka.  Semoga ini bisa menjadi cermin buat kita,

Ada seorang wanita berumur lebih dari setengah abad, masih cantik untuk seumuran dia, begitu bangga karena di usianya masih banyak lelaki yang mendekatinya , padahal dia wanita bersuami. Bangga karena merasa masih menarik di usia senjanya , sampai akhirnya  dia punya kekasih (selingkuhan).  Dan tahukah apa kata kekasihnya padaku ?

"Sebenarnya aku macarin dia karena geregetan , dia itu sombongnya kebangetan , suka mamerin kekayaannnya dan suka pamer kalau dia bisa keliling dunia.  Aku nekad mendekatinya sambil bilang dalam hati , tunggu saja kamu pasti takluk sama play boy miskin kayak aku ", begitu pengakuan kekasih wanita itu padaku.

Kata-kata sang play boy itu membuatku tersadar , bahwa lelaki punya tujuan tersendiri dalam mendekati seorang wanita, yang  tidak selalu karena cinta. Sedangkan kebanyakan wanita  menganggap lelaki yang mendekatinya adalah karena cinta.

Banyak sekali alasan pria saat mem-pedekate-in seorang wanita , ada yang karena iseng saja, ada yang karena ingin menguji daya pikatnya sendiri, ada yang mau mencari materi , ada yang serius mencari pendamping hidup, ada yang ingin sekedar bersenang-senang dan main-main saja , dan banyak lagi yang mungkin hanya mereka sendiri yang tahu .

Bila anda wanita, jangan keburu ge-er dulu saat ada lelaki mendekatimu, apalagi bila anda sudah bersuami lantas ada lelaki tertarik , ini bukan berarti anda masih mempesona, karena bisa jadi anda cuma jadi sasaran keisengannya saja.

Banyak fakta tentang lelaki yang perempuan tidak tahu, ada satu fakta yang amat menarik bagiku, yang sempat  membuatku melongo panjang (iiih, melongo kok panjang yaa ?), tapi penasaran kan ? ..... ehm ....  Katanya niiih, lelaki mudah sekali mengenali type wanita apa yang sedang dihadapinya, sementara wanita susah sekali menebak lelaki apa yang sedang dihadapinya.

Lelaki mudah tahu wanita type matre, wanita baik-baik , wanita gampang dirayu , wanita 'obralan' , hanya dari perkenalan yang sekilas saja.  Ini fakta dan aku mendengar sendiri kecanggihan mereka. Ini berarti wanita susah sekali menyembunyikan rahasia dirinya di hadapan lelaki.  Gak percaya ? gakpapa ... hehehe.

Jadi teringat nasehat pak Santoso, guru sejarahku waktu SMP, beliau berpesan, jangan percaya laki-laki kecuali ayah kamu, dan bila kamu sudah menikah, jangan percaya laki-laki kecuali suami kamu.  Nasehatnya boleh juga , kuingat sampai aku beranak pinak, walau kenyataannya aku percaya pada banyak lelaki, ya bapak, ya suami, ya gantengku Aden dan Insan , ya ustadaku , ya guruku , ya sahabatku.

Kenapa ya pak Santoso berpesan seperti itu kepada murid-murid perempuannya ? kenapa kepada murid lelaki nggak bilang, jangan percaya wanita kecuali ibu kamu . Kenapa yaaa ? gak tahulah aku.

Tapi aku punya pesan  untuk para wanita dan lelaki , setialah pada pasanganmu karena Allah saja .

Bila ada yang masih terjebak dalam cinta terlarang , ketahuilah , cinta seperti itu hanya akan membuatmu sengsara lahir dan batin , tidak akan berakhir dengan bahagia.  Bila tidak percaya silahkan dibuktikan, dan bila sudah terbukti benar ucapanku, silahkan kembali ke jalan Allah.  Tapi bila Allah menghendaki mati dalam cinta yang terlarang sebelum sempat kembali ke jalan Allah, aku gak tanggung jawab.  Makanya dari sekarang kembali saja ke jalan Allah. Dan bagi yang sudah berada di jalan Allah, tetaplah berada di jalan yang indah itu.

Siaaaap ???


Jumat, 24 Oktober 2014

Jangan Ingin Terlepas Dari Hutang

 Dear Allah lovers ,

Aku mengusung cerita soal hutang lagi niiih, kalau bosan, teruskan membaca yaaa ..... hehehe.

Jadi ceritanya beberapa sahabat fb curhat soal hutang yang bertumpuk  yang tidak sebanding dengan pendapatan. Yang membuat hari-harinya dilalui dalam tekanan dan keinginan yang begitu kuat akan terlepasnya dari hutang.

Maka aku bilang padanya , "Jangan punya keinginan terlepas dari hutang" . Loh kok , memangnya orang tidak boleh ingin terbebas dari hutang ? Yaaah, boleh boleh , tapi .....

Banyak orang ingin terbebas dari hutang, tapi kenyataannya malah semakin dalam terpuruk dalam hutang.  Makanya aku bilang jangan ingin terlepas dari hutang, karena keinginan seperti ini tidak menolong. Lantas ?
Hehehe .... sabar yaaa, aku mau cerita dulu.

Aku punya teman yang hutangnya bejibun dan tiap kali bertemu dia, selalu saja aku dengar keluhannya tentang besarnya beban cicilan yang musti dia bayar tiap bulan. Lalu dia menjual sebidang tanahnya yang laku kira-kira 1 M untuk dia pakai menutup semua hutangnya.  Saat aku bertemu dia lagi , dia bilang leganya seperti terlepas dari lubang jarum.

Tapi rasa leganya tidak berumur panjang, karena tidak berapa lama sesudah cerita bahagia itu, bisnisnya  merugi dan tutup, buntutnya dia malah bingung mencari pekerjaan.  Padahal semasih hutangnya menumpuk, bisnis itu berjalan dan turut andil membantunya mencicil hutangnya, tapi dia selalu saja mengeluh  karena bisnisnya terbebani hutang.

Dia tidak sadar telah tertipu dengan logikanya sendiri, dia pikir setelah hutang lunas, masalah akan selesai.  Dia pikir setelah bisnis tidak terbebani hutang , maka bisnis itu akan semakin berkembang dan semakin lancar jaya, kenyataannya  malah mandeg jaya.  Betapa sempit pikiran manusia.

Makanya aku bilang jangan menginginkan hutang lunas, ntar kejadiannya mirip-mirip temanku ini.  Karena sebenarnya masalah yang kita hadapi bukanlah soal hutang, tapi soal pola pikir alias mind set.

Sejauh manusia masih berpola pikir materi, maka dia akan selalu berputar-putar dalam jeratan persoalan finansial dan susah menikmati kehidupan yang indah dan luar biasa ini. Kasihan bukan ?

Manusia itu sempit sekali cara berpikirnya, saat dia nganggur tidak punya pekerjaan, dia berpikir satu-satunya masalah besar yang dihadapi manusia adalah  soal pekerjaan, bila mendapat pekerjaan maka masalah akan selesai, padahal tidak juga kan ?

Demikian juga saat dia sedang terlilit hutang, dia kira masalah besar yang dihadapinya cuman hutang, dan menganggap masalah akan selesai bila hutangnya lunas.  Padahal Allah Maha Kuasa menurunkan seribu masalah lainnya yang tak kalah merepotkannya bila dibandingkan dengan hutang.

Jadi sebenarnya masalah itu jangan diselesaikan cuma dari permukaannya saja, tapi juga musti diselesaikan akar permasalahannya.  Nah akar permasalahannya ini nih yang musti dicari.

Begini sahabat,

Allah itu Maha Satu. Sudah satu dan satu satunya Tuhan, masih Maha lagi, jadi jangan main-main gitu loh dalam menomor satukan Allah.

Bagi kalian yang punya hutang, coba dipikir, manakah yang lebih melegakan dan membahagiakanmu antara bertemu orang yang mau ngasih duit sak brankas sama bertemu Allah dalam shalat ?

Apa jawabmu dan apakah buktinya ?  Jawaban harus jujur dan disertai bukti yang disyahkan oleh KPK .... eits ... kok jadi ngelantur nih Indah ? .... hehehe.

Bayangkan kalian habis berwudhu dan bersiap hendak shalat, lalu kedatangan tamu yang hendak memberi uang sak tak kresek (karena gak jadi sak brankas).  Mana yang didahulukan ? menemui tamu itu dulu karena waktu shalat masih panjang, atau bergegas shalat dulu untuk bersyukur karena Allah telah mendatangkan orang yang membawa uang untuk kita ?

Yang aku ceritakan hanyalah sebuah contoh yang sederhana.  Tapi yang kita alami setiap hari kadang tidak sesederhana itu, melainkan kejadian-kejadian yang perlu dimaknai dengan kehalusan perasaan yang menuntut kita untuk berpegang kuat pada tali Allah.

Pernah pada suatu hari aku sedang butuh-butuhnya uang, pokoknya kepepet pakai banget.  Pelanggan yang aku harap membayar dengan uang tunai, ternyata tidak membawa uang tunai, tidak juga membawa kartu atm, karena bermaksud membayar dengan mobile banking.  Eh, hpnya tidak bisa dipakai mobile banking, mau tidak mau, aku musti bersabar menunggu transferan besok, padahal kebutuhan sedang mendesak pakai banget.

Tiba-tiba aku mikir begini , wah, beginilah kalau berharap pada manusia, sekarang aku berharap pada Allah saja, pasti hasilnya lebih banyak.  Dan tak kusangka tak kuduga, pelangganku itu membayar cash.  "Oh, ternyata ada jeng ", katanya sambil mengeluarkan amplop tebal dari dalam tasnya.

Allah itu mintanya dinomor satukan, maka segala pengharapan, segala tujuan, segala niat, segala galanya kehidupan ini hanyalah untuk Allah.

Makanya jangan menginginkan terlepas dari hutang, tapi inginkanlah Allah, rindukanlah Dia melebihi rindunya kita pada cahaya saat terbenam dalam kegelapan, inginkanlah Dia melebihi inginnya kita pada udara segar saat terjebak dalam ruangan sempit dan pengap,  inginkanlah Dia melebihi inginnya kita pada duniaNya, berjalanlah padaNya, bergegaslah padaNya.

Perjalanan hidup ini adalah perjalanan jiwa menuju Allah, semakin mendekatiNya, satu-satu ikatan dunia terlepas, bila semakin banyak ikatan dunia terlepas, maka Allah semakin melimpahi kita dengan kenikmatan spiritual dan sekaligus kenikmatan dunia.

Inginkanlah Allah melebihi inginnya kalian terlepas dari hutang, maka hutang tidak akan lagi mengikatmu.

Salam manis.

Kamis, 16 Oktober 2014

Kematian Itu Indah

Aku punya seorang sahabat penderita kanker, dan dia sering menulis status, bahwa hidup ini bisa sewaktu-waktu diambilNya, sedangkan kita belum cukup berbuat baik.  Beliau sendiri dalam masa-masa sehatnya senantiasa berbagi kebaikan, seolah-olah 'mengejar' kesempatan yang diberikan Allah , jangan sampai waktu yang Allah berikan tersia-sia.

Yang amat mengharukan, kadang dalam keadaan sakitpun beliau tetap menyebarkan inspirasi buat orang-orang terdekatnya, yang melihat sampai gak tega.

Bagi kita-kita yang jarang mikirin kematian, bila mendengar kata mati , apa sih yang terlintas di pikiran kalian sahabatku ? Sesuatu yang mengerikan ? yang memisahkan kita dengan orang-orang yang kita cintai dan mencintai kita ? yang berarti terputusnya amal kebaikan kecuali amal jariyah, ilmu yang bermanfaat dan doa anak yang saleh ? yang berarti musti menyiapkan diri untuk mempertanggung jawabkan semua perbuatan kita ke hadirat Allah ?

Sedangkan bagiku (dan mungkin juga bagi kalian) kematian itu adalah hal yang indah, walau aku belum pernah mengalami mati.  Cuma membayangkannya kok enak banget , enaknya karena ..... karena ..... aku musti mengajak kalian 'berkelana' ke alam bayangan dulu nih.

Bayangkanlah sahabat,
Bagi kalian yang  punya orang tua yang baik dan penuh kasih, dengan masa kecil penuh kenangan indah.  Lalu kalian besar, kuliah di kota lain, sendirian. Suatu saat bila tiba saatnya pulang mudik , bukankah kalian merasa bahagia ? Membayangkannya saja sudah membuat hati yang penuh rindu jadi senang bukan kepalang.

Itu adalah kisah kerinduan kita pada orang tua yang penuh kasih.  Sedangkan Allah, lebih dan lebih kasih pada diri kita, sungguh cintaNya tidak bisa dibandingkan dengan cinta makhluk. Tidakkah kita selalu rindu untuk pulang kepadaNya ?

Apakah kematian membuat kita berhenti berbuat baik ? Bagaimana bila Allah menghendaki lain ? Adalah pikiran kita yang sempit ini yang menyangka bahwa kematian membuat kita tak lagi bisa berbuat baik, hingga kita musti mengejarnya semasih hidup.

Pikiran kita yang sempit menganggap bahwa kematian adalah akhir dari kehidupan di dunia, pikiran kita yang sempit menganggap bahwa orang yang mati tidak bisa melakukan apa-apa,  benarkah begitu ? Bagaimana bila aku bilang bahwa kita bisa hidup dalam kematian ? .... Susah dimengertikah ?

Secara sederhana, bila kita mengajarkan sesuatu yang baik kepada orang lain, dan dia menjalankannya, maka apa yang kita ajarkan menjadi 'hidup' dalam diri orang itu, walau matipun, kita bisa tetap hidup dalam 'perbuatan' orang lain yang mengikuti kita. Itu adalah salah satu contoh yang amat sederhana.  Contoh yang lebih rumit dari itu aku tidak berani mengungkapkannya, karena terlalu sulit dijelaskan dan terlalu sulit untuk difahami.

Yang penting kita meniatkan hidup ini untuk mengabdi pada Allah, dan sepanjang hidup ini kita mendekatiNya hingga semakin mengenalNya, merindukanNya, hingga kematian itu menjadi sesuatu yang indah di mata kita.  Saat kembalinya ciptaan dalam buaian kasih sang Pencipta, itulah puncak romantisme yang dialami anak Adam.

Rabu, 15 Oktober 2014

Jangan Pernah Merasa Rugi

Jadi ceritanya, ada seorang sahabat menyewa rumah di tempat strategis dan membuka kios kue, sayangnya dalam perjalanan waktu, kios kue tersebut tidak keurus.  Saat dia sempat mengurus, kue yang tidak laku  banyak, jadi dilema buat dia, apakah meneruskan jualan kue ? sementara bila dihitung dari barang yang tidak laku maka itungannya rugi , sementara bila berhentipun kok sayang, karena sudah terlanjur mengontrak dengan biaya yang mahal.  Apakah perlu berubah haluan mengintip usaha yang lain yang tidak dikejar masa kadaluwarsa ?

Dan jawabanku saat itu adalah ; " Dalam menghadapi segala kendala dalam bisnis, modalnya tenang dan senang.   Walau mbak sudah banting stir jualan yang lain, sejauh perasaannya masih belum bisa tenang dan senang dalam menjalaninya, tidak akan membuat kondisi membaik, jadi berlatihlah dulu menghadapi segala hal dengan tenang dan senang".

Rugi dan untung itu sebenarnya tergantung dari sisi mana kita melihatnya. Saat kue yang tidak laku banyak, sebenarnya kita bisa beruntung dengan membaginya ke tetangga, ke panti asuhan, ke kaum dhuafa, orang-orang yang lapar dan lain sebagainya. Dan perasaan kitapun musti merasa untung , karena bisa berbuat baik.

Jadikanlah perbuatan baik sebagai kesenangan dan target kita dalam bisnis. Mungkin ada yang bertanya : Target bisnis itu kan keuntungan dalam hitungan uang, kok mbak Innuri menyuruh menargetkan kebaikan ? memangnya yayasan sosial ?

Hmmm hmmm .... buka al quran lagi yaaa, apakah Allah menyuruh kita matre seperti itu ? apakah Allah menyuruh kita berusaha / berbisnis untuk mendapatkan uang banyak ,  keuntungan banyak atau materi yang berlimpah ?  Tidak bukan ? Tapi Allah menyuruh kita mencari karuniaNya dan memerintahkan kita berbuat baik sebanyak-banyaknya.  Dan soal materi , Allah berjanji akan mencukupi kita (maka yakinlah akan janjiNya).

JANGAN PERNAH MERASA RUGI .  Apapun yang terjadi dalam bisnis, bila niatnya untuk berbuat kebaikan karena Allah, maka kita pasti untung terus.

Perasaan negatif seperti 'rugi' , adalah perasaan yang berbahaya , yang sama saja dengan doa yang tidak terucap, yang membuat kita akan mendapatkan apa yang kita doakan.

Seorang pelaku usaha, sebaiknya memelihara perasaan 'bahagia' dengan jalan banyak bersyukur, perasaan seperti inilah yang melancarkan segala urusannya.  Sebelum dia memanage orang lain dalam usahanya, lebih dulu dia musti pintar memanage perasaannya.

Berbisnislah dengan kasih sayang , dan ingatlah saat kita memutuskan untuk berbisnis dengan kasih sayang, kita pasti mendapatkan ujiannya.

Contoh soalnya dari  si mbak yang kuceritakan di depan, dia menggaji seorang karyawan untuk menjaga out letnya, ternyata keuntungan dari out let tersebut  tidak bisa menutup biaya sewa dan gaji karyawan.  Apakah perlu memberhentikan karyawan ?

Aku balik bertanya ; bukankah mbak juga menerima pesanan on line dan mendapatkan keuntungan ? Bukankah keuntungan itu bisa dipakai untuk menutup kerugian out let ? yang berarti mbak kan tidak rugi to ?

Aku ingin bertanya lagi padanya ; siapakah yang mendatangkan pembeli online / offline buat mbak? Apakah mbak merasa sudah pintar bermain internet hingga menganggap bahwa ramainya pesanan online adalah karena kepintaran mbak berpromosi lewat internet ?

Padahal Allahlah dibalik semua itu.

Jadi soal untung dan rugi itu ternyata tipuan belaka, untuk menguji kita, apakah kita menjadi orang yang bersyukur yang selalu merasa untung ? ataukah menjadi orang yang kufur nikmat yang selalu saja mengeluh dan terfokus pada kendala ? 

Seorang ahli syukur akan menempatkan masalah di tangannya, bukan di hatinya. Karenanya dia mudah melihat berbagai solusi yang bisa mengatasi permasalahannya. Sebaliknya bagi orang yang terfokus pada kendala , dia mudah sekali diombang ambingkan permasalahan.


Minggu, 12 Oktober 2014

Bukan Cuma Sedekah

Saat pameran di Grand City kemarin , bertemu seorang teman fb , kami ngobrol tentang usaha, lalu dia bilang begini :"Memang ada ya efeknya sedekah ke bisnis kita ?".  Dan saat itu aku jawab sambil mamerin senyumku yang paling manis :"Aku sudah gak mikir lagi soal efeknya, karena yakin Allah pasti mencukupkanku.  Yang aku pikir malah berbuat kebaikan sebanyak mungkin ".

pameranku di Grand City, batik berpadu dengan brownies

Sepanjang perjalanan pulang ke rumah aku menemukan kesimpulan baru bagi diriku, bahwa bukan cuma sedekah saja yang mempengaruhi kehidupan kita secara utuh , yang menyangkut kebahagiaan, keberlimpahan rejeki , kedamaian hati , dll.  Apa saja kebaikan yang kita lakukan, pasti mempengaruhi segala hal dalam hidup kita termasuk lancarnya bisnis.

Kebaikan yang aku maksud, selain kebaikan yang tampak, juga menyangkut kebaikan hati , seperti mudahnya hati untuk memaafkan dan memahami orang lain, hati yang penuh kasih sayang dan suka mendoakan orang lain, hati yang ikhlas dengan apapun kejadian yang Allah berikan.

Yang aku sebut terakhir adalah hal yang paling sulit , yaitu 'ikhlas dengan apapun yang Allah berikan'.  Karena ini sulit, kita perlu menemukan cara dan jalan untuk sampai pada keikhlasan seperti itu. Aku sendiri perlu mendalami 'mekanisme' apa yang perlu dtempuh untuk sampai pada point penting ini.

Aku memahami dulu bila ikhlas adalah perbuatan baik yang bisa kita berikan kepada diri sendiri. Bila berbuat baik kepada orang lain saja aku mau, mengapa aku enggan berbuat baik kepada diri sendiri ? Nah !

Setelah itu aku musti memahami lagi bahwa setiap hal buruk yang kita terima dari orang lain / keadaan, itu adalah buah dari 'tanaman' kita di masa lalu.  Jadi salahkan saja diri sendiri yang telah menanam dengan benih yang buruk. Dan terima sajalah orang lain dengan sikapnya yang njengkelin. Anggap dia sedang 'mencuci' dosa-dosa kita, dengan catatan kita musti ikhlas dan memaafkannya.

Sekarang rasakanlah hati yang ringan dan bahagia , jangan lagi memelihara kejengkelan hati , itu sama saja dengan memberi sampah yang bau kepada diri sendiri.

Senin, 06 Oktober 2014

Berkurban Sepanjang Tahun

"Berkurban itu tidak harus dengan kambing atau sapi", itu kata suamiku, pendapatnya sungguh mengejutkan, tapi aku sedang mau membahas pendapatku sendiri saja , yang penasaran dengan pendapat suamiku kuucapkan selamat penasaran ..... hehehe.

Gara-gara menyaksikan sendiri terjadinya penumpukan daging kurban di beberapa tempat, aku jadi merenung.  Aku sendiri mendapat kiriman dari beberapa orang yang totalnya mencapai 6 kg !

Daging kurban melimpah-limpah di rumahku, di kebunku (di daerah Gua Cina - Bajul Mati Malang Selatan), dan di pesantren Gubug.  Apakah karena distribusi yang tidak merata ? ataukah karena saking makmurnya umat Islam hingga lebih banyak yang berkurban dibanding yang tidak ?

Aku merenung.  Selain merenungkan daging kurban, juga merenungkan perintah zakat fitrah yang berupa makanan pokok di hari raya Iedul Fitri. Coba ikutan merenung, dan sampailah pada kesimpulan bahwa yang kita lakukan di kedua hari raya itu adalah memberi makanan pokok dan lauknya ! Yang berarti amat penting mengeluarkan kedua jenis bahan makanan itu, bukan hanya saat hari raya saja.

Terlebih bila dihubungkan dengan ayat tentang memberi makan fakir miskin yang banyak sekali disebutkan dalam al quran, terlihat nyata adanya keterkaitan yang kuat.  

Pesan yang bisa aku tangkap adalah kita disuruh berbagi yang berupa makanan / bahan makanan sepanjang tahun , sedangkan moment di kedua hari raya, saat kita membayar zakat fitrah dan berkurban itu adalah 'gong'nya, sebagai puncak pesta-nya, dan juga sebagai pengingatnya, yang mengingatkan kita bahwa kita punya kewajiban terhadap fakir miskin (plus 7 golongan lainnya) sepanjang tahun.

Itulah kesimpulanku, apa kesimpulan kalian ?

Pertanyaan selanjutnya, apa hikmah yang tersembunyi dibalik perintah berbagi makanan ? mengapa makanan ? mengapa bukan berbagi duit saja ?

Kayaknya sih, untuk memahami itu kalian musti rajin berbagi makanan / bahan makanan dulu. barulah sampai pada menemukan hikmahnya.

Ada 3 kebutuhan dasar manusia yaitu makan, sandang dan papan, sementara  manusia musti saling membantu sesamanya agar bisa hidup layak dalam arti terpenuhinya 3 kebutuhan dasar ini. Cara yang paling tepat sasaran  adalah membantunya memenuhi kebutuhan perutnya dulu, agar mereka bisa berusaha untuk mendapatkan kebutuhan lainnya. Kita tahu, manusia tidak bisa berusaha dalam keadaan yang lemah karena perut kosong dan kelaparan.

Bagaimana fakir miskin bisa keluar dari jeratan kemiskinan bila setiap hari yang mereka usahakan hanyalah upaya memenuhi kebutuhan perutnya saja, dari hari ke hari berputar-putar saja dalam upaya mempertahankan hidup. Kapan mikirin hal lain ? kapan mikir pendidikan yang bisa meningkatkan taraf hidup ?

Bila kita bisa membantu urusan makanan mereka, kita sudah melepaskan mereka dari sebuah beban, agar mereka lebih leluasa memikirkan masa depan mereka dan keluarganya.

Ingat tulisanku di awal tentang pendapat suamiku bila berkurban tidak harus dengan binatang sembelihan ? Aku tidak setuju dengan pendapatnya, tapi aku mencoba mengerti .... hmmm .... coba renungkan saat mereka menerima daging kurban yang bertumpuk, tapi tidak punya beras?

"Daging kurban boleh dijual gak dik oleh penerimanya ?", tanya suamiku lugu ,"Yaah, untuk beli beras misalnya ".

"Ya boleehlah , terserah sama si penerimanya laaah", kataku.

Bila pendapat suamiku ; 'berkurban tidak harus menyembelih binatang', maka pendapatku adalah ; 'berkurban tidak harus di hari raya Iedul Adha'.  Bingung ya dengan pendapat kedua calon ahli kubur ini ? hihihihihi ....

Sudahlah, pendapatku dan pendapat suamiku tidak penting.  Sekarang mari kita renungkan lagi fenomena qurban di masyarakat.

Saat Iedul Adha, kita lihat banyak orang sibuk melaksanakan qurban dan sibuk berbagi.  Yang menjadi pertanyaan adalah ; di hari-hari yang lain apakah mereka masih disibukkan dengan berbagi dan mengurus fakir miskin ? Semoga jawabannya iya, yang berarti mereka telah mendapatkan esensi dari perintah berkurban.

Akan halnya aku, tiba-tiba jadi punya pikiran nyeleneh, aku kok kepingin mengalah saja saat hari raya qurban.  Yang aku maksud dengan mengalah, aku tidak berkurban di hari raya kurban karena yang berkurban sudah banyak, aku mau berkurbannya di hari-hari lain yang tidak ada orang berkurban.  Mungkin 'gaya berkurbanku' ini bakalan diprotes para ahli agama .... tapi kali ini aku ra urus .... karena .... karena .... ada ceritanya sih.

Baiklah aku mau cerita, walau dengan menitikkan air mata. Entah kenapa, Allah mendekatkan aku dengan golongan kaum dhuafa (kaum yang lemah).  Banyak diantara mereka yang untuk makan saja susah, kadang seharian tidak makan bila tidak ada yang memberi, karena mereka juga tidak berani berhutang. Merekapun bukan orang yang malas, bahkan mereka bekerja keras dengan jam kerja melebihi kerjaan orang kantoran.

Banyak yang tidak mikirin mereka setelah usai pesta kurban. Jadi , aku ambil kesempatan ini. Dan mungkin juga berkurbannya jadi ikutan pendapat suamiku yang tidak harus dengan kambing, sapi atau unta, mungkin dengan 'menyembelih' beras, nasi bungkus, ayam, kue dll.  Dan mungkin juga nilai kurbanku jadi setara dengan menyembelih seekor-dua ekor kambing setiap bulannya, bahkan setara dengan seekor sapipun boleh bila Allah berkenan.

Bila ada yang bertanya ; apakah itu bukan menyalahi syariat ? .... maka aku jawab, apakah berkurban seperti caraku dilarang Allah ? ayat mana yang melarang ?

Masih setahun untuk sampai pada Iedul Adha lagi, apakah nantinya pada 'puncak pesta' kurban, aku berkurban lagi atau tidak ? Itu terserah Allah, pasti Allah menuntun hatiku untuk memutuskan.  Yang jelas, aku mau berkurban sepanjang tahun, setiap hari, setiap ada yang membutuhkan dan aku ada.

Bagaimana dengan kalian ?


Jumat, 03 Oktober 2014

Jangan Menghayati Penderitaan


Siang tadi menjenguk saudara yang masuk rumah sakit.  Sebelum jatuh sakit, saudaraku ini punya masalah yang bertumpuk, sudah hutangnya banyak, usahanya morat marit, istrinya berselingkuh, dan anaknya bermasalah.  Seperti sebuah paket yang komplit.  Tapi bukankah Allah tidak pernah salah kirim paket ?

Yang menarik bagiku adalah analisa suamiku saat kami pulang.

"Allah itu Maha Adil dan maha tetap hukumNya. Sebuah kenyataan pahitpun adalah akibat dari kesalahan di masa lalu", katanya.

"Kamu perhatikan cara dia mengucapkan kata 'yaaa Allah' ?", kata suamiku lagi.

"Memang kenapa?".

"Mestinya bukan seperti itu cara mengucapkan asma Allah yang Maha Agung".

"Mestinya?", aku penasaran, karena dia memang sering sekali mengucapkan kata 'yaaa Allah' , dengan kepala yang ditundukkan dan tangan yang menopang dahi, dengan wajah yang nelangsa penuh penderitaan.

"Dia mengucapkan asma Allah dengan penuh penghayatan akan penderitaannya, bukannya malah menjadi tenang karena yakin Allah pasti menolongnya", ini adalah ringkasan pembicaraan panjang antaraku dan suamiku. Membuatku belajar bagaimana cara memaknai kata 'merendahkan diri' di hadapan Allah saat menyebut asmaNya.

QS. Al-An'aam (Al-An'am) [6] : ayat 42
[6:42] Dan sesungguhnya Kami telah mengutus (rasul-rasul) kepada umat-umat yang sebelum kamu, kemudian Kami siksa mereka dengan (menimpakan) kesengsaraan dan kemelaratan, supaya mereka memohon (kepada Allah) dengan tunduk merendahkan diri.
 
QS. Al-A'raaf (Al-A'raf) [7] : ayat 205
[7:205] Dan sebutlah (nama) Tuhanmu dalam hatimu dengan merendahkan diri dan rasa takut, dan dengan tidak mengeraskan suara, di waktu pagi dan petang, dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang lalai.
 
QS. Huud (Hud) [11] : ayat 23
[11:23] Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal saleh dan merendahkan diri kepada Tuhan mereka, mereka itu adalah penghuni-penghuni surga; mereka kekal di dalamnya.
 
QS. Al-Mu'minuun (Al-Mu'minun) [23] : ayat 76
[23:76] Dan sesungguhnya Kami telah pernah menimpakan azab kepada mereka, maka mereka tidak tunduk kepada Tuhan mereka, dan (juga) tidak memohon (kepada-Nya) dengan merendahkan diri.
 
Dari ayat-ayat yang aku sebutkan, jelas sekali, bahwa saat Allah menimpakan azabNya berupa apapun hal yang menyengsarakan , adalah supaya kita memohon kepada Allah dengan tunduk merendahkan diri.  

Tunduk merendahkan diri itu berarti mengakui kelemahan diri, mengakui segala kesalahan diri, mengakui kebesaranNya, meyakini kekuasaanNya dan meyakini pertolonganNya, menghayati kasih sayangNya.

Kita diperintahkan untuk tunduk merendahkan diri, bukannya menyalahkan orang lain, merasa diri sendiri benar dan paling terdhalimi, dan menghayati penderitaan.

Banyak kasus pasangan berselingkuh yang aku temui, umumnya yang tidak berselingkuh merasa dirinya lebih benar dan lebih suci dibandingkan pasangannya.  Mereka tidak sadar bahwa pasangan berselingkuh adalah akibat kita berselingkuh dari Allah , ini kata ustadzku. 
 
Bila merasa bahwa hidup ini kok banyak masalah dan penderitaan, datanglah kepada Allah dengan tunduk merendahkan diri.  Akui bahwa kita memang pantas menerima semua itu , jangan menyalahkan keadaan atau menyalahkan siapapun, lebih-lebih menyalahkan Allah yang terbungkus dalam kalimat-kalimat yang nelangsa.  Jangan menghayati penderitaan, tapi hayatilah sifat-sifatNya yang Maha Tinggi dan Maha Agung.

Jangan menghayati penderitaan, karena penderitaan yang dihayati tidak bakalah mau pergi. Hayatilah kebahagiaan dengan jalan mensyukuri nikmat-nikmatNya.
 


Sabtu, 27 September 2014

Antara Omzet Dan Sedekah Beras

Tulisan ini adalah repost dari blog memasak ala Innuri  :

Bisnis browniesku baru berjalan satu setengah bulan, setiap perjalanan aku tulis, biar terkenang bagaimana suka dukanya menjalankan usaha ini, dan agar bisa dipelajari oleh orang yang ingin belajar.

Sesungguhnyalah, dalam setiap kesuksesan pasti ada 'jalan terjal' yang musti dihadapi dan ditaklukkan.  Begitupun dalam bisnis baruku ini, sempat terjadi dimana pendapatan tidak seimbang dengan pengeluaran, itu terjadi berhari-hari dan rasanya begitu berat menaikkan pemasukan.



 Penyelesaiannya ternyata sederhana banget, itupun tidak sengaja.

Ceritanya, aku belum pernah zakati usaha browniesku ini, kupikir kan sudah bagi-bagi kue tiap hari, dan kupikir pula, usaha ini kan belum menguntungkan, bahkan masih dalam proses untuk mencapai titik impas, jadi belum wajib zakat.

Nah, pada suatu hari, tiba-tiba aku kepingin zakati saja usaha ini, gak peduli sudah untung atau belum, zakatnya aku belikan beras.  Maka pagi itu aku membeli beras 10 kg, yang 5 kg untuk sedekahnya Cantiq butikku, yang 5 kg untuk Innuri Brownies.

Tak kusangka, siangnya si Reza salesku pulang untuk mengambil brownies lagi karena brownies yang dibawanya pagi tadi tinggal 3. Dan sorenya ketika aku totalan hasil penjualan dari 2 out letku yang lain,  omzet hari itu ternyata adalah omzet pertamaku bisa mencapai  target yang aku inginkan. Kejadiannya seperti begitu mudah, setelah sebelumnya terasa alot sekali menaikkan omzet.

Aku kira itu adalah kemudahan dari sedekah yang berupa bahan makanan pokok, karena memberi makan fakir miskin itu banyak ayatnya di al quran.  Dan sejak itu setiap hari aku membeli beras (istilahku 'menjimpit', padahal aslinya 'mencomot' karena langsung 1 plastik 5 kg), niatnya untuk zakat dan sedekah Innuri brownies yang sekarang bertumbuh seperti harapanku.

Pengalamanku selama rajin sedekah beras ini , memang mengundang keajaiban , aku menulisnya dalam beberapa judul di  blog motivasiku , salah satunya silahkan klik disini .

Rabu, 17 September 2014

Cadel

Cadel itu bila mengucapkan huruf  'r' tidak jelas atau tidak bisa sama sekali.  Dan cadel itu adalah aku .... hmmm .... biar cadel tapi manis kan ? .... hehehe

Dulu sewaktu aku masih kecil, tentu jadi langganan diledekin teman-teman, dan sering 'dites' mengucapkan kata tertentu yang mengandung huruf 'r'. Diledek seperti itu rasanyaaa nano-nano banget .... tapi syukurlah aku tidak pernah menanyakan kepada Allah kenapa aku cadel,  aku sudah bisa menerima keadaanku apa adanya sejak dulu dan ini keren banget, anak kecil sudah bisa ikhlas. 

Bila anak kecil diledek, itu masih wajar dan lucu, tapi kalau sudah setua aku ini masih jadi bahan tertawaan karena keunikanku ini, itu sungguh terlaluuuu ...... kok sempat-sempatnya gitu loh ! dan aku memang tersinggung , kumat sensine huahaha ....

Tapi sebenarnya lidah yang cadel itu bukan masalah besar bagiku, wong aku masih bisa berkata-kata, bisa  berkomunikasi dengan amat baik, bisa jadi nara sumber, bisa membaca al quran, dan masih bisa cerewet ..... hahahaha.

Apakah orang yang tidak cadel lebih baik dalam menggunakan lidahnya dibandingkan orang yang cadel ? Nah ini dia yang perlu dibahas dan inilah hal terpentingnya.

Karena yang terpenting bukanlah cadel atau tidaknya, tapi bagaimana kita menggunakan lidah kita ? Apakah untuk menyakiti orang lain dengan kata dan kalimat yang menusuk perasaan (termasuk meledek kecadelan seseorang ) ?  Apakah untuk ngrasani / ghibah , mencela , mengkritik , mengadu domba dll ? Apakah untuk menyebarkan kebencian dan permusuhan diantara manusia ?

Kasihani si lidah, baik lidah cadel atau tidak , gunakanlah untuk hal-hal yang baik, mengucapkan kata-kata yang santun dan penuh kasih sayang, menebarkan inspirasi , menyatukan yang tercerai , menyejukkan siapapun yang mendengarnya. Begitulah semestinya cara kita menghargai pemberian Allah berupa si lidah yang ajaib ini.

Terimakasih ya Allah atas pemberianMu berupa lidah yang cadel ini, yang dengannya aku bisa mengungkapkan cinta dan pengharapan padaMu, yang dengannya aku bisa merasakan keajaiban nikmatMu berupa rasa-rasa makanan yang sungguh tak terperi keanekaragamannya, yang dengannya aku bisa bernyanyi dan bergembira, yang dengannya aku bisa .... oh, terlalu banyak tak mampu ditulis nikmatMu yang berupa lidah ini.


Selasa, 16 September 2014

Memaafkan Adalah ....

"Aku sudah memaafkannya, tapi aku perlu katakan semua ini padamu agar kamu mengerti", kata seseorang di suatu kesempatan.  Bagiku aneh saja, baru saja aku dengar dia mengungkit-ungkit kesalahan orang yang katanya sudah dia maafkan, membuatku jadi bertanya , apakah seperti itu cara memaafkan ? Mana orang yang diungkit-ungkit kesalahannya sudah meninggal dunia, tapi tetap dia katakan padaku agar aku mengerti. Lantas, kalau aku mengerti, apakah masih ada manfaatnya ?

Memaafkan itu adalah tereliminasinya rasa marah , hingga tidak mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, tidak di lisan, tidak juga walau cuma di hati.  Memaafkan membuat kita jadi memahami orang lain, kenapa dia berbuat seperti itu, lalu tumbuh rasa kasihan, setelahnya muncul rasa kasih sayang. Akhirnya terucap doa yang tulus memohon agar Allah berkenan membuka hatinya agar tidak lagi mendhalimi orang lain.  Kasih sayang yang tulus yang muncul saat memaafkan ini terasanya begitu indah, membasuh segala sakit hati dan menghasilkan keajaiban.

Apakah masih sulit memaafkan dan masih saja merasa terdhalimi oleh orang lain ?

Hati yang bersih itu hati yang mudah memaafkan.  Bila masih merasa sulit memaafkan, maka perlu segera 'bersih-bersih' hati, barangkali disana ada banyak kotoran seperti  iri , dengki, cemburu, marah, dll.

Bisa jadi, diri anda sendirilah yang telah mendhalimi orang lain dengan prasangka yang keliru.  Maka cobalah hapus segala prasangka buruk, itu hanyalah dusta syetan.

Syetan membangkitkan permusuhan diantara manusia dengan berbagai jalan dan cara.  Bisa jadi diri anda sendiri  yang paling merasa benar sendiri hingga menganggap orang lain salah dan selalu menyalahi diri anda.  Padahal yang sebenarnya tidaklah begitu, syetan telah membalik logika  hingga kebenaran tertutup rasa marah, iri dan dengki.

Bagaimana bila sudah bisa memaafkan, tapi mereka tetap bikin perkara ?
Jawabannya adalah menjauh, menghindari  interaksi dengan orang-orang yang jahil

Senin, 15 September 2014

Misteri Shalat Jumat Terakhir Bapak

Bapak meninggal pada Minggu, 7 september 2014 jam 7.15 WIB.

InshaAllah bapak khusnul khatimah, bapak selalu berdzikir dalam saat-saat terakhirnya, dan bapak semasih sugengnya selalu shalat lima waktu berjamaah ke masjid, bapak juga orang yang baik.


Bapak dan Ibu di depan rumah ibu yang kuno di Ngantang

Ada kisah yang mengharukan sekaligus membuat merinding berkenaan dengan akhir hidup bapak.

Ceritanya, bapak pas hari Jumat tgl 5 september, merasa tidak enak badan lalu ke puskesmas, siangnya bapak tidur (mungkin obat dari puskesmas membuat bapak mengantuk).  Adikku Ida tidak membangunkan bapak untuk menunaikan shalat jum'at, karena tidak tega melihat bapak begitu pulas.  Jadilah hari itu bapak tidak menunaikan shalat jum'at.

Shalat jumat bapak terakhir sebelum meninggal adalah di masjid Mandjoeri dua minggu yang lalu, begitu cerita mbakku.

Tapi herannya setelah meninggalnya bapak, beberapa tamu yang datang untuk mengucap bela sungkawa, banyak yang bilang melihat bapak shalat jum'at di masjid baiturrakhiim pada tgl 5 septermber itu,  bahkan ada yang bilang shalat di samping bapak. Ajaib, seolah-olah bapak punya cloning .....

Aku langsung teringat kisah jaman dulu, ada seorang yang berniat naik haji, tapi urung karena memberikan seluruh biaya hajinya pada sebuah keluarga yang kelaparan.  Ajaibnya sepulang musim haji, banyak orang bercerita  melihat dia naik haji, padahal dia tidak menunaikannya.

Kisah bapak merupakan versi lain dari kisah jaman dulu, mungkin malaikat yang mewakili bapak.  Bukankah seseorang akan selalu mendapatkan apa yang diniatkannya ? niat shalat jumat yang tidak kesampaianpun masih terwujud dengan pertolonganNya.  Jadi mari kita punya niat yang baik dalam segala hal, tak masalah terwujud atau tidak, karena Allah pasti mewujudkan dengan caraNya.

Berpulangnya bapak inipun merupakan pengalamanku untuk kedua kalinya menyaksikan meninggalnya  orang yang selalu taat shalat 5 waktu berjamaah di masjid. Sungguh sebuah pengalaman yang indah.

Pengalamanku yang pertama adalah saat meninggalnya tetanggaku di Ngantang, almarhum pak Djai, beliau teman bapak, rumahnya tidak jauh dari rumah ibu,  aku pernah menceritakannya di blog, tapi baiklah aku ceritakan sekali lagi.

Beliau orang yang selalu shalat 5 waktu di masjid.  Wajahnya 'mencureng' karena 2 alisnya saling bertaut, kulitnya sawo matang, singkat kata beliau tidak ganteng sama sekali, bahkan terkesan 'angker'.  Tapi beliau meninggal dengan khusnul khatimah, tidak pakai sakit, berbaring langsung lessss ...... Dan kulihat wajah beliau di alam lain (aku diberi kelebihan Allah bisa melihat kesudahan orang yang meninggal dengan ijinNya), berubah jadi ganteng dan berseri-seri, saling bersalaman dengan banyak orang yang berwajah berseri-seri pula. Kesimpulannya, dengan 'komposisi' wajah yang sama, Allah merubahnya menjadi begitu tampan tanpa menjadikan orang yang mengenalnya menjadi pangling. 

Akan halnya bapak, beliau dasarnya ganteng, berkulit bersih, kuning langsat, tinggi , tampan dan awet muda. Dan bapak lebih terlihat ganteng di saat-saat terakhir hidupnya.

Aku di rumah Ngantang sampai selamatan 7 hari meninggalnya bapak.  Di hari ketiga, aku melihat bapak seolah-olah datang menghampiri ibu, mencium keningnya seakan mengucap selamat tinggal, lalu bapak pergi menaiki kuda putih (tanpa sayap tapi bisa melesat terbang cepat sekali) , di belakang bapak ada 2 orang pengawal. 'Adegan' itu begitu nyata, lalu setelah itu aku tidak bisa lagi melihat bapak, walau aku paksakan, tetap saja tidak bisa, mungkin karena bapak sudah berada di tempat yang telah dijanjikan Allah untuknya.

Selamat jalan bapak, teriring doa dan cintaku.  Aku bangga menjadi anakmu, pasti kita bertemu lagi di tempat yang dijanjikan Allah untuk kita, seperti janjiNya dalam al quran.


Sabtu, 23 Agustus 2014

Seni Memandang Hidup Sebagai Sebuah Keindahan

 "Semua akan indah pada waktunya " , itu bunyi sebuah ungkapan yang sangat populer, ungkapan yang bisa menghibur diri sendiri saat galau.

Tapi bagaimana bila kenyataannya tidak kunjung indah ? atau merasa lamaaa sekali menunggu kapan waktunya hal yang indah itu datang ? hmm. Bagaimana kalau ungkapannya diganti : "Segala yang terjadi pasti mengandung hal yang indah".  Setuju atau setuju banget ?

 Sahabat,
Salah satu hal yang memperindah hidupku adalah bergabung di grup fotografi, dan mungkin di grup tersebut cuma aku seorang yang bukan fotografer. 

Seorang fotografer pasti punya kehidupan yang indah,  coba tebak kenapa ? Menurut pengamatanku, karena mereka selalu bisa melihat keindahan dalam obyek apa saja yang mereka temukan. Jelasnya, mereka melihat kehidupan dari sisi estetisnya / keindahannya. Bukan hanya obyek yang sudah indah yang bisa mereka temukan keindahannya, mereka juga mampu menampilkan sesuatu yang amat sederhana menjadi begitu mengagumkan dengan sedikit efek cahaya yang bagus atau sisi pengambilan gambar yang tepat (apa ya istilahnya ?). Bahkan sesuatu yang 'jorok' pun bisa jadi bernilai dalam bingkai kamera seorang fotografer.

Barangkali kita perlu belajar bagaimana cara pandang  seorang fotografer, tentang bagaimana cara  mereka menemukan keindahan dari semua sisi kehidupan.  Bagaimana cara mereka 'mengedit' sesuatu yang biasa-biasa saja menjadi tampilan yang memukau. Coba kita belajar menikmati kehidupan kita sendiri sebagai sebuah keindahan.

Bila kekasih / istri / suami sedang marah misalnya, coba diam , keluarlah dari persoalan yang sedang dihadapi, tatap pasangan kita dengan penuh kasih , lalu temukan di sisi mana keindahan itu tersembunyi , lalu katakan :" Sayang, kamu cantik kalau lagi marah", atau :"Mas kalau kau marah bikin aku kangen, kangen dengan kelembutanmu yang dulu".  Barangkali hasilnya pasangan anda tidak jadi marah .. hehehe.

Seorang anak yang rewel dan menjerit-jerit  biasanya menjengkelkan hati ibunya, tapi bisa jadi ibunya malah tertawa  seandainya sang ibu bisa melihat betapa lucunya ekspresi anak yang bawel, hingga dia bisa  bilang :"Boleh kok nangis, kan nangis gak pakai beli ?", hahaha.

Belajarlah menemukan keindahan dari hal-hal yang menjengkelkan sekalipun, anggap sedang berada di balik kamera, sedang membidik sebuah obyek yang menarik, hingga bisa menemukan keindahan yang bisa dinikmati.  Ini bisa memudahkan diri sendiri ikhlas akan apa yang terjadi.

Yuuuuk !!!

Rabu, 20 Agustus 2014

Merenungi Sistem

Suatu pagi saat memberi santapan rohani ke karyawan, eyang Virien bilang begini :" Ada yang tahu kenapa Allah punya malaikat-malaikat ? padahal Allah tidak membutuhkan dibantu,  tanpa malaikatpun semua bisa berjalan sesuai kehendak Allah ".

Karyawanku tidak ada yang menjawab.

"Karena Allah hendak mengajari kita sistem ", jawab eyang singkat. Kubayangkan apa yang dipikirkan karyawan, ..... hmmm .... mereka telah bersiap mendapat 'kuliah' bagaimana pekerjaan di butik  musti berjalan sesuai  sistem yang telah terbentuk, dan bila mereka bekerja semaunya sendiri pasti terjadi kekacauan, kerusakan atau hal lain yang tidak diinginkan.

Renungkanlah bagaimana cara Allah membentuk sistem di alam semesta , dari  tugas para malaikat yang spesifik, kesesuaian hubungan antara organisme terkecil dengan makrokosmos hingga tidak ada satu molekulpun yang tidak punya peranan di alam luas ini.  Juga diturunkannya para Rasul dari jaman ke jaman, dengan syariat yang berbeda tapi dengan satu misi, beribadah dan mengabdi kepadaNya. Terlalu panjang bila dijelaskan , karena  tidak ada habisnya ilmu Allah bila dituliskan. Yang pasti pandangan kita jadi tertunduk mengakui betapa  semuanya begitu padu dan sempurna.



Dalam sebuah keluargapun ada sistemnya, suami sebagai kepala keluarga yang bertugas mencari nafkah yang wilayahnya di luar rumah , istri sebagai ibu rumah tangga yang wilayah kerjanya di dalam rumah, anak-anak musti mematuhi sang ibu, sang ibu bertanggung jawab terhadap anak-anak, sang bapak bertanggung jawab terhadap istri dan anak-anaknya.  Seorang suami wajib berbakti kepada orang tuanya , sedangkan seorang istri wajib berbakti kepada suaminya di atas orang tuanya.

Sistem dalam keluarga adalah sebuah sistem terkecil di masyarakat manusia , di atas itu ada sistem pemerintahan yang berjenjang.  Dalam bisnispun ada sistemnya , juga dalam sebuah organisasi,  komunitas atau hanya sebuah kelompok kecil.

Ada sebuah 'clue' di al quran yang merupakan kunci kesuksesan dalam sebuah sistem , simak ayat ini ;

QS. Al-Israa' (Al-Isra') [17] : ayat 44
[17:44] Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun.

Rahasia sebuah sistem yang berhasil adalah saat semua komponen di dalam sistem bekerja untuk Allah. Ini pernah aku dan eyang Virien alami dengan Cantiq-ku dan pesantren Gubug.  Makanya yang penting buat kami adalah bagaimana membuat mereka bekerja di bagiannya masing-masing dengan penuh tanggung jawab kepada Allah.

Bila seluruh komponen di dalam sistem bekerja dengan maksimal, hasilnya adalah kesuksesan.  Bila belum sukses, coba diaudit , apakah sistemnya sudah berjalan dengan baik ? apakah seluruh bagian di dalam sistem telah menjalankan perannya dengan maksimal ? dan apakah seluruh komponen di dalam sistem sudah diajak mempersembahkan seluruh karyanya untuk Allah ?

Tentang bagaimana membuat sebuah sistem yang sederhana untuk usaha kecil, aku menuliskannya di link di bawah ini, semoga bermanfaat :

Membangun Sistem Usaha 1
Membangun Sistem Usaha 2
Membangun Sistem Usaha 3