Rabu, 06 April 2011

Tak Pernah Kehilangan

Hand phone yang kupakai sekarang adalah hp jadul banget, jaman majapahit pokoknya. Tapi aku masih malas menggantinya dengan yang baru, karena hpku ini mengandung nilai sejarah dan dia pernah mengajarkanku satu hal.  Pelajaran yang sangat bernilai, bahkan hingga sekarang aku masih menggunakan 'ilmu' ku itu dalam menjalani kehidupan.

Gini nih ceritanya.
Saat suamiku membelikanku hp ini, dia termasuk generasi awal hp yang slim dan bisa ngapain saja, bisa internetan, ada kamera 3 megapixel, video, memory internal yang lumayan hingga aku bisa menulis banyak hal di hpku ini. Jaman duluuuu harganya 2 jt lebih, termasuk mahal untuk ukuran saat itu.

Aku kadang menulis ringkasan buku yang kubaca di hp itu, biasanya sih buku islami. Kadang pula aku tulis berbagai peristiwa mengesankan dan kesimpulan-kesimpulan hati yang perlu aku ingat dalam mengarungi kehidupan.  Yang banyak adalah pelajaran tasawuf dari ustadz Virien, biasanya beliau memberi pelajaran lewat sms yang kemudian aku simpan sampai sekarang.  Intinya, aku menggunakan hpku itu untuk mendekatkan diri dan membaguskan diri di hadapan Allah, selain untuk berkomunikasi dengan pelanggan, karyawan, keluarga dll.

Suatu hari, aku bersama suami, Insan dan Alni bermaksud pergi ke rumah ustadz Virien. Saat itu Insan masih SD dan dia hanya mau belajar kalau sama ustadz Virien, yang berarti menambah kesibukanku, wira wiri mengantar Insan les ke rumah mas Irin -begitu Insan memanggilnya-.

Sudah habis maghrib waktu itu, kami belum makan malam semua.  Melihat ada warteg bakso di pinggir jalan, suamiku berhenti, aku turun duluan sementara suamiku memarkir mobilnya.  Saat turun itu aku tidak sadari kalau hp yang kutaruh di pangkuan terjatuh di pinggir jalan. 

Baksonya sudah habis ternyata, suamiku belum sempat turun, aku mengajaknya nyari warung bakso yang lain. Kira-kira dua ratus meter dari tempat itu, aku menemukan warung bakso yang bersih dan kelihatannya enak.  Saat mau bayar, aku nyadar kalau hp dan dompetku hilang.  Aku khawatir juga, selain ga kebayang  untuk beli hp lagi, aku juga merasa sangat kehilangan banyaknya catatan penting di hp itu.
"Mungkin terjatuh saat turun dari mobil di bakso sana mas", kataku.

Lega sekali rasanya bisa kutemukan lagi hp kesayangan dan dompet merah muda yang tergeletak di pinggir jalan dekat beberapa orang bapak-bapak yang duduk di warung tak jauh dari tkp.  Sewaktu aku pungut, ada panggilan tak terjawab dari butik langganan.  Berarti saat hilang tadi, hpku sempat bunyi dan nyala, tapi tak seorangpun di dekat sini yang mendengar dan melihat, padahal jarak antara lokasi jatuh dan orang-orang yang duduk-duduk di warung hanya beberapa langkah saja.  Benar-benar tidak masuk akal.......

Dari situlah aku mendapat pelajaran berharga, bahwa :

Segala sesuatu yang kita persembahkan untuk Allah, tidak akan pernah hilang.

Kesimpulan batinku ini selalu kuingat hingga kini.  Aku jadikan patokan dalam menjalankan usaha dan menjalani seluruh kehidupanku.  Aku persembahkan Cantiqku untuk mengabdi pada Allah, bahkan aku merasa tidak ikut memiliki usaha ini, semua milik Allah, aku sudah memasrahkan seluruh diriku kepadaNya.  Aku sediakan diriku untuk mengabdi padaNya dengan cara yang Dia kehendaki.
 
Perjalanan mendekat dan mengabdi pada Allah kadang mengalami 'pembelokan arah', untuk itu  Allah perlu mengembalikan aku lagi pada tujuanku semula dengan berbagai jalan.
Bila aku mengalami kehilangan atau kegagalan, yang pertama aku koreksi adalah imanku dan sudah benarkah arah tujuan batinku ?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar