Sabtu, 09 April 2011

Pertemuanku Dengan Bioenergi

Setahun yang lalu, aku kena batuk dan berobat ke dokter langganan di RS Muhammadiyah.  Sekali berobat kok batuknya masih bandel, aku bermaksud untuk kembali lagi untuk kedua kalinya.  Ternyata dokter langganan sedang tidak ada, digantikan oleh dr. S.  Dari beliau ini aku bertemu dengan bioenergi yang digunakan untuk penyembuhan.

Kali pertama bertemu dengan dr. S, aku ditanya tentang sakit yang kuderita, lalu beliau mengeluarkan sesuatu, semacam kalung dengan bandul kristal besar.  Pikiranku langsung nangkep, ini kan pendulum?

Beliau mengangkat pendulum itu di hadapanku, kristalnya bergoyang-goyang ke kanan dan ke kiri.  Lalu dr S bicara sendiri, kukira dia sedang bicara dengan pendulumnya, dan pendulum itu menjawab dengan cara bergoyang ke kiri dan ke kanan yang bermakna tidak, atau bergoyang lurus ke arahku bila bermakna ya.  

Dan aku mengerti pendulum itu menjawab dengan benar!  Yah tentu aku mengerti bila jawaban itu benar karena yang ditanyakan dr S ke pendulum itu ttg perasaanku.  Begini nih kalimatnya,
" Perasaan pasien ... tenang ...(pendulum itu bergerak lurus ke arahku yang berarti ya) ... gelisah (pendulum itu bergerak ke kanan dan ke kiri seolah anak kecil yang menggelengkan kepala) ...."

Beliau memberiku obat, tapi beliau meganjurkanku untuk tes alergi, karena batuk yang tidak kunjung sembuh dengan antibiotika, kemungkinan karena alergi makanan atau zat tertentu.

Begitulah, setelah obat itu habis, batukku memang berkurang, tapi masih ada sisa batuk yang cukup mengganggu, mungkin aku perlu tes alergi ke tempat praktek dr. S di poli BIO E di RSI Aisyiah.
Akupun kesana, ternyata selain di tes alergi, aku juga diterapi dengan bio energi selama kira-kira setengah jam.

"Tes alergi dan terapi disini menggunakan energi kwantum. Ini tehnologi canggih.  Kalau dalam fisika klasik, kita menulis surat memakai kertas dan mengirimkannya lewat pos, kalau fisika kwantum, kita menulis sms memakai hp dan pesan kitapun terkirim dalam hitungan detik". Dr. S menjelaskan padaku panjang dan lebar mengenai prinsip penyembuhan dengan terapi bio energi.

Untuk melakukan tes alergi, beliau menggunakan semacam logam yang lentur, yang dipegang beliau antara aku dengan serum alergen, bila aku tidak alergi dengan benda tersebut, maka logam itu akan bergoyang lurus, tapi bila aku alergi maka logam itu akan berderak ke kanan dan ke kiri seperti anak yang menggeleng.  Cara kerjanya hampir sama dengan pendulum yang kemarin beliau gunakan untuk mendeteksi perasaanku (rupanya perasaan amat berpengaruh dalam penyembuhan).

Ternyata aku alergi dengan beberapa jenis makanan selain dengan debu, salah satunya adalah wortel. Oh, pantas saja batukku tidak sembuh-sembuh karena tiap pagi aku dibuatkan jus wortel campur apel oleh pembantuku.

Begitulah perkenalanku dengan bioenergi.

Aku yang suka iseng, pernah mencoba memakai kalungku sebagai 'pendulum'.  Kalung ini terbuat dari manik-manik jepang yang kurangkai sendiri dengan bandul batu kalimaya yang indah yang dibelikan suamiku, corak alami batu kalimaya ini bertuliskan kata Allah dalam huruf arab. 
 
Aku coba menghubungkan batinku dengan batu kalimaya ini sambil menggantungnya dengan tanganku. Aku suruh bandul itu berputar searah jarum jam, dia nurut, aku suruh berhenti, nurut juga, aku suruh bergerak ke kanan dan kiri.  Lalu aku bertanya tentang perasaanku dan dia menjawab dengan benar.

Ini bukan magic atau animisme, ini hanya salah satu kebenaran dalam prinsip kuantum, bahwa setiap benda mempunyai kecerdasan dan setiap benda bisa menerima dan mengirim sinyal.

Kadang bila aku ingin tes alergi untukku atau anakku, aku gantung kalungku antaraku dengan alergen, maka kalung itu bisa bergerak yang menunjukkan apakah aku cocok dengan makanan itu atau tidak. Dengan begini aku telah bisa tes alergi sendiri tanpa keluar uang, cerdas bukan? Tapi biasanya sih, biar alergi kumakan juga kalau aku kepingin ... hehehe, ndableg ya Innuri?

Ternyata bukan hanya makanan yang bisa dideteksi kesesuaiannya dengan tubuh kita, obat-obatan juga. Kemarin aku pulang dari Ngawi, batuk hingga tenggorokanku terasa 'kental' dan sakit saat dipakai nelan.  Padahal aku baru saja dua hari sembuh dari batuk, masak harus ke dokter lagi, membayangkan minum pil yang gede-gede sudah membuatku malas.  

Akupun mencoba memakai kalungku untuk mendeteksi kesesuaian tubuhku dengan obat batuk yang tersedia di rumah.  Ternyata... aku cocok dengan sirup obat batuk anak-anak yang bertuliskan di labelnya tanpa alkohol, maka aku minum saja sirup obat batuk Alni dan berhasil, tenggorokanku terasa ringan. Bila malam mulai terasa dingin biasanya batukku akan menjadi-jadi, sekarang bahkan aku bisa menulis blog ini tanpa batuk. 

Sebagai penutup, aku cuplik pendapat seorang filsuf Yunani, Hippocrates (500 th SM) , let food be your medicine and medicine be your food.  Jadikan makanan itu obatmu dan obatmu itu makananmu, karena keduanya memiliki sumber yang sama.  Kukira, makanan yang bisa menjadi obat adalah makanan yang sesuai dengan tubuh kita, yang dalam Islam disebut halalan thoyiban, halal dan baik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar