Kamis, 31 Oktober 2013

Keputusan Yang Tidak Populer (2)

Tentang tulisanku kemarin, aku menuai koreksi dari ustadzku . Aku harus menuliskannya disini untuk kalian, karena pandangan eyang Virien  lebih luas dan lebih menjawab berbagai kondisi yang barangkali kalian hadapi.

" Bunda sudah tidak curang di tengah kecurangan, itupun jihad. Menjaga diri sendiri untuk tetap jujur itu sudah perjuangan kita di jalan Allah ", kata eyang.

" Iya ya, aku ingat sebuah hadist, bila melihat kemunkaran, maka rubahlah dengan tanganmu, bila tidak bisa, maka dengan lisanmu, bila tidak bisa, maka dengan hatimu ", kataku.  Memang berada dalam sebuah kondisi kesemrawutan sistem yang membuat nurani kita tercabik, membutuhkan sikap bijaksana.  Tidak harus membuat keputusan yang kaku.

" Bunda itu lebih bermanfaat buat orang banyak bila tetap memberi pelatihan-pelatihan itu.  Bukankah yang bunda ajarkan adalah ilmu yang bermanfaat ", kata eyang.  Dan kupikir memang eyang melihat persoalan ini secara lebih luas, bukan cuma soal 'bekerjasama dalam kecurangan' yang mengusik pikiranku, melainkan betapa banyaknya manfaat , betapa banyaknya hati-hati yang tercerahkan.

Bila berada dalam sebuah sistem yang penuh kecurangan, ada banyak pilihan yang musti kita sikapi dengan bijaksana, apakah memilih keluar dari sistem, atau tetap berada dalam sistem itu untuk membuat perbaikan, bila tidak bisa , maka tetap berada dalam sistem dengan memegang teguh kejujuran, semua itu adalah perjuangan kita di jalan Allah.  Yang penting ternyata adalah NIAT nya.

Eyang melihatku sebagai orang yang bisa membawa banyak sekali orang untuk meniti jalan Allah, itulah point pentingnya.  Jadi aku musti mengikhlaskan diri menerima takdirku.

" Bukankah yang mendatangkan pelatihan-pelatihan itu Allah ? ".  Eyang benar, karena aku tidak pernah menyodorkan diri untuk menjadi nara sumber,  tapi akulah yang diminta menjadi nara sumber.

Kemarin siang, aku di-sms seorang bapak dari dinas K di kota B, memintaku menjadi instrukur.  Aku menyanggupinya, karena aku pernah diundang beliau dan beliau orang yang jujur dan amanah, tidak ada mark up anggaran sama sekali, uang hakku langsung ditransfer ke rekening dari bendahara kantor beliau.  Alhamdulillah, aku masih dipertemukan dengan pejabat jujur di negaraku tercinta.

Kesimpulannya, bersikap bijaklah.  Bila hidup ini sudah dipersembahkan kepada Allah, dimanapun kalian berada, pasti akan selalu dituntunNya dan dilindungiNya dari perbuatan yang membuat Allah murka.


Rabu, 30 Oktober 2013

Keputusan Yang Tidak Populer

Bulan oktober yang bersejarah.  Kemarin tgl 7 oktober aku ngasih pelatihan batik di Jombang, dan itu adalah jadwal pelatihan terakhirku di tahun 2013,  barangkali pula, itu untuk terakhir kalinya aku menjadi nara sumber kecuali Allah menghendaki lain.

Dengan kata lain, aku mengundurkan diri menjadi trainer kewirausahaan di propinsiku tercinta.  Tak perlu bertanya kenapa, karena aku akan menceritakan alasanku yang semoga bisa menjadi sesuatu yang manis buat kalian.


aku pasti merindukan suasana seperti ini

Lucunya, aku punya keberanian untuk menceritakan alasanku, gara-gara pak Ahok wagub DKI Jakarta ..... hahaha, aku memang kenal sama beliau, tapi beliau tidak kenal aku .... huahahahaha .... Kejujurannya yang tanpa tedeng aling aling membuatku amat terinspirasi, bagiku beliau adalah ayat-ayat Allah yang musti dipelajari.  Sejujurnya aku kalah jujur dibandingkan beliau, jauuuuuh malah, seperti Malang - Jakarta ditempuh dengan jalan kaki .... hiks hiks hiks.

Sudah 3 tahun aku menjadi nara sumber dari beberapa instansi pemerintah, dan disini honornya gedeeee .... menurutku loooh. Dan selama itu aku pernah bertemu dengan pimpinan yang jujur, yang korup, yang amat sangat tega menyunat uang rakyat, yang curang, yang ...... yang kadang aku tak punya pilihan lain selain menandatangani form yang isinya amat membuatku terkaget-kaget karena mark up-nya sungguh luar biasa.

Intinya, aku merasa telah bekerjasama dalam kecurangan, walau sempat mengalami berada di bawah pimpinan yang jujur.  Dan berhubung di masa mendatang aku tidak tahu, apakah aku bakalan bekerjasama dengan pejabat jenis mana (kecuali aku mengenal mereka), aku memutuskan untuk mengundurkan diri saja.

Keputusanku ini bila dihitung secara matematis, sungguh merugikan cash in flow  keluargaku, dan ini merupakan keputusan yang gak populer.  Menjadi nara sumber merupakan prestasi tersendiri bagi seorang pengusaha kecil sepertiku, disamping honornya yang gede itu.  Tapi hidup ini bukan soal matematika, hidup ini soal perjalanan menuju keridhaan Allah.

Sesungguhnya karunia Allah amat besar, demikian tertulis di kitab suci, tentu karunia Allah hanya bagi orang-orang yang istiqamah berada di atas jalanNya.  Dan rejeki Allah amatlah luas. Bila berani meninggalkan yang haram, pasti Allah ganti dengan yang lebih baik dan lebih banyak.

Aaah, pasti aku merindukan suasana pelatihan, dan juga perjalanan indah mengelilingi propinsi Jawa Timur berdua dengan suami tercinta, juga ibu-ibu peserta dari berbagai daerah yang aku telah jatuh cinta pada mereka . 

Sahabat,
Adakah di antara kalian sedang berada dalam dilema ? meneruskan atau berhenti dari pekerjaan yang disitu tempat orang bekerjasama dalam korupsi, manipulasi, dll ?

Jangan ragu, pilihlah jalan Allah dengan gagah berani, inilah jihadmu.  Allah akan mengampuni dosamu yang lalu dan yang akan datang, dan menggantinya dengan rejeki yang lebih baik dan lebih banyak Itulah janjiNya, dan Dia adalah Dzat yang Maha Menepati Janji.

tulisanku ini dikoreksi ustadzku disini


Jumat, 25 Oktober 2013

Mengikat Harta

Coba bertanya pada orang yang berhutang dan menjadikan rumahnya sebagai agunan di bank, apa kekhawatiran mereka ? jawabnya paling takut, bagaimana bila rumahnya disita ? dan rentetan kekhawatiran lain yang menyertai.  Itulah pertanyaan para pembacaku sejak lama, yang aku tidak bisa menjawabnya saat itu.

Padahal tidak musti berhutang, bila Allah menghendaki harta yang kita punya diambilNya lagi, ya pasti hilang.  Sebaliknya, walau hutang numpuk, bila Allah menghendaki harta itu masih dititipkanNya pada kita, ya pasti kita diberi jalan keluar dan harta itu  masih bisa kita nikmati.  Sebenarnya persoalannya bukan hutang kan ? tapi soal Allah masih mau nitip harta itu pada kita apa nggak ?

Pertanyaannya sekarang,  bagaimana cara mengikat harta biar tidak lepas ? Atau bagaimana caranya biar kita masih dititipi harta oleh Allah ?


senja di Ngantang     foto : Innuri

Seandainya sedang menerima  ujian dan cobaan yang berupa hutang,  apakah Allah bermaksud membuat kita putus asa dan kehilangan ? Tidak saudaraku ! Yang Allah inginkan adalah agar kita kembali kepadaNya, kembali meniti jalanNya, kembali berharap kepadaNya, bersandar kepadaNya.

Jadi, segala bentuk kekhawatiran itu, syetanlah yang membangkitkannya.  Sedangkan Allah tidaklah menginginkan kehancuran bagi hambaNya. Allah tidaklah menginginkan kita kehilangan rumah, karena yang dikehendaki Allah adalah kita kembali kepadaNya, berharap kepadaNya, lebih mengenalNya dan dekat denganNya.  Point ini difahami dan diyakini dulu.

Nah, setelah memahami dan meyakini,  kini bersyukurlah !!!  Bersyukurlah  dengan rumah yang  kita tempati, atau mobil yang kita punya, apa saja harta benda titipan Allah, syukurilah dan rasakan nikmatnya dalam-dalam. bersyukurlah. Bersyukur saja dan nikmati rasa syukur itu.  Sudah.

Bersyukur adalah salah satu cara untuk 'mengikat' harta yang masih berada dalam kekuasaan kita.

Jangan sekali-kali memberikan kesempatan pada rasa khawatir singgah di hati, musti rasa syukur total yang berada di hati kita.

Bangunlah rasa syukur yang sebenarnya karena hanya rasa syukur yang benarlah yang bisa 'mengikat' harta.  Menyadari bahwa segala harta benda itu adalah pemberianNya yang diberikanNya dengan penuh kasih. Balaslah kasihNya dengan menerima pemberiannya itu dengan rasa terima kasih yang penuh tanggung jawab merawat pemberianNya.   Hatipun akan merasakan nikmat dan menghaturkan ucapan terimakasih yang muncul dari kedalaman rasa.

Sederhana sekali bukan ? Karena sebanarnya hawa nafsu dan syetanlah yang membuat segalanya menjadi rumit dan menyesakkan dada.

Ayoo .... bangun rasa syukur itu.

Kamis, 24 Oktober 2013

Berburu Pahala (2)

Pahala itu apa ?
Waktu masih kecil aku membayangkan pahala itu tumpukan nilai-nilai kita di hadapan Allah yang bisa jadi modal masuk syurga.

Sekarang bila aku sarikan sendiri dari ayat-ayat al quran, pahala itu merupakan balasan Allah atas perbuatan baik yang kita lakukan. Balasannya bisa dialami di dunia dan di akhirat.

Pahala di dunia bisa berupa :
- dilipat gandakan 'modal'  berbuat baik
- dicukupi kebutuhannya
- dikeluarkan dari kesulitan
- diselamatkan dari bencana
- dimudahkan urusannya
- ditinggikan sebutan (diharumkan namanya)
- diberi kebahagiaan
- dihilangkan rasa sedih dan khawatir
- didekatkan dengan Allah
- dikabulkan segala permohonannya
- diberi kemenangan
- diangkat bebannya
- dijaga Allah
- dan banyak lagi

Pahala di akhirat berupa dimasukkan dalam syurga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dan diijinkan melihatNya.


kolam di pesantren Gubug    foto : Innuri

Pahala itu pasti mengiringi setiap kebaikan yang dilakukan karena Allah, ini adalah ketetapan Allah yang sudah pasti.  Jadi bila kita melakukan segala sesuatu, jangan karena ingin mendapat pahala, karena pahala itu sudah melekat di setiap kebaikan yang kita lakukan karena Allah.  Yang perlu kita cermati malah NIAT kita dalam melakukan kebaikan yang sering sekali dibelokkan syetan secara halus sekali.

Ada orang yang berprestasi, tapi untuk membuktikan kalau dia bisa. Ada orang yang ingin sukses tapi untuk membalas hinaan orang akan kondisinya.  Ada orang tua yang rajin beribadah, tapi niatnya untuk memberi contoh yang baik untuk anak-anaknya. Ada orang yang rajin membaca al quran, tapi niatnya untuk 'menerangi' rumahnya biar tidak disamperin jin.   Banyak sekali kasus pembelokan niat yang halus sekali, yang kadang kita tidak sadari, cobalah merenung, sudah benarkan niat kita ?

Yang kita kejar dari setiap hal yang kita lakukan adalah keridhaan Allah.  Lakukan segala hal karena Allah saja, mulai dari saat mata melek bangun tidur, sampai merem lagi, bahkan tidurpun adalah istirahat untuk menjaga amanah Allah yang berupa tubuh pinjamanNya. 

Persembahkan kehidupan kita , pasangan dan anak-anak kita kepada Allah, maka sudah pasti segala hal baik yang kita lakukan akan mengalirkan pahala yang tidak ada putus-putusnya.

Dikisahkan di dalam al quran, bahwa ayahanda Maryam telah mempersembahkan putri mereka kepada Allah. Dan kemudian putri itu ditakdirkan Allah  menjadi ibunda dari seorang Nabi, dan inspirasi wanita suci yang taat kepada Allah.

Kisah itu aku adopsi dalam hidupku, sejak hamil aku sudah mempersembahkan anak dalam kandunganku kepada Allah.  Dan jadilah mereka anak-anak hebat dalam tuntunan Allah. Kisah anak-anakku sudah sering aku tulis di blogku ini, sampai banyak yang bertanya bagaimana cara mendidik anak hingga menjadi anak-anak hebat ? Itulah awalnya, dari niat orang tuanya mempersembahkan anak-anak mereka untuk Allah.

Kesimpulan bahasanku kali ini :
Niatkan seluruh kehidupan kita dan keluarga kita untuk Allah, maka pahala akan mengalir tiada putus.


Senin, 21 Oktober 2013

Berburu Pahala (1)

Seorang temanku bilang bahwa dia mencari pahala dengan menaruh mukenanya di mushala kantor, tapi dia sendiri memakai mukena orang lain agar temannya juga mendapat pahala.  Bagiku ini temuan baru .... hehehe, aku merasa aneh, tapi anehnya dimana ya ? kan bener tuh kalau ada orang memakai mukena kita, kita mendapat pahala ? dan bila kita memakai mukena orang lain, mereka juga mendapat pahala.  Jadi tukar menukar pahala gitu.

Anehnya dimana ya ? Kupikir segala kebaikan mengandung pahala, bahkan sekedar menyingkirkan duri dari jalan.  Bukan melulu urusan ritual yang mengandung pahala, minjami sisir saja mengandung pahala. Intinya, kalau kita bekerja sama dalam kebaikan dan taqwa, itu sudah berpahala.  Dan yang namanya kebaikan itu banyak macam ragamnya, dari kebaikan kecil-kecil seperti membersihkan meja kerja kita sendiri, memungut sampah tanpa ngedumel dan memasukkannnya ke tempat sampah, mendengarkan dengan sabar curhat seorang teman, berbagi resep masakan, sampai kebaikan gede-gede seperti menyantuni ratusan anak yatim, membangun pesantren,  masjid dll dll.

Di hadapan Allah semua kebaikan itu ada harganya, walau sebesar dzarah (buka surat al humazah).  Allah selalu menghargai segala kebaikan yang dilakukan karenaNya.



Apakah menjadi orang tua asuh ribuan anak itu nilainya lebih besar daripada memberi makan seorang miskin yang kelaparan ? Tidak selalu ! karena Allah menilai berdasarkan NIATnya.  Kalau menjadi orang tua asuh itu niatnya karena ingin mendapat pujian dan penghargaaan dari masyarakat, kebaikannya itu menjadi tidak berarti di hadapan Allah.  Jadi segala kebaikan yang kita lakukan musti diniatkan karena Allah dan mengharap ridhaNya saja.

Tapi ada loh orang yang berbuat baik yang mengatakan itu karena Allah, tapi di hatinya tidak.  Tempatnya niat itu di HATI, apakah niatnya itu hanya tersimpan di hati atau sempat terucapkan, tidak menjadi soal, karena Allah Maha Mengetahui Isi Hati.

Barangkali kita sendiri pernah merasa kurang tulus dan kurang murni niatnya.  Biasanya Allah akan menguji niat kita.  Mungkin ada orang yang kita tolong malah tidak tahu berterimakasih, dan hati kita merasa terganggu, itu tandanya kita musti memperbaiki niat kita.  Bila niat kita murni karena Allah, kita tidak akan merasa sakit hati dengan reaksi model apapun. Itulah tandanya niat kita sudah murni, apapun kejadiannya kita bisa menghadapinya dengan kasih sayang (prinsip bismillah).

Oke sahabat, hari ini kita belajar dua hal yaitu :
- Kebaikan itu menyangkut aspek yang luas, bukan melulu persoalan ritual
- Kebaikan itu baru bernilai bila diniatkan karena Allah.

Besok insyaAllah aku mau membahas , sebenarnya pahala itu apa sih ? ....

(bersambung)




Minggu, 20 Oktober 2013

Ajaibnya Menahan Amarah

Aku tertegun ketika membaca sebuah artikel di internet (sayang aku lupa linknya) , yang mengatakan bahwa kesempurnaan otak seorang anak itu tercapai saat usia mereka 20 - 25 tahun.  Penjelasan yang telah menyentak kesadaranku , kenapa aturan al quran menyuruh kita tidak memarahi anak-anak, dan bahkan tidak memarahi siapapun dengan perintah menahan amarah.

Aku benar-benar bertobat dan memutuskan berhenti marah-marah ketika aku menghafal surat At Taghabun. Proses menghafal yang membutuhkan pengulangan-pengulangan, membuat maknanya nancep di hati.

[64:14] Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan berlapang dada serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

[64:15] Sesungguhnya hartamu dan anak-anakmu hanyalah cobaan (bagimu), dan di sisi Allah-lah pahala yang besar.

Inspirasi terbesarku dalam mendidik anak-anak adalah kisah Nabi Yakub di dalam al quran.  Beliau mempunyai 12 anak, dan sepuluh diantaranya bandel-bandel hingga berniat membunuh saudaranya sendiri.  Namun dikisahkan bahwa Nabi Yakub selalu sabar dan menahan amarah, hingga akhirnya keseluruhan putra beliau bertobat.

Anak-anak tidak butuh dimarahi, tapi butuh difahami.  Anak-anak yang dibesarkan dengan kasih sayang dan difahami orang tuanya, inilah awal dari lahirnya anak-anak hebat di masa depan. Kemampuan mereka tumbuh dengan optimal, karena tidak di bawah tekanan orang tuanya.

Anak anak dan pasangan hidup kita adalah ujian, bahkan ujian setiap saat.  Saat ini anakku nomer tiga sudah mogok sekolah, benar-benar mogok,  home schoollingpun tidak dia lakoni.  Padahal dia sendiri yang memutuskan HS.  Dan bila ditanya apa keinginannya, jawabannya adalah 'tidak tahu'. Padahal dia anak yang amat cerdas, kurasa perkara mengerjakan ujian bisa dia lakukan sambil merem dan nilainya tetap bagus. Ini benar-benar PR buatku dan aku tidak boleh marah-marah !!!  Benar-benar berat ....

 Suamiku malah memujinya ! Katanya, dia anak yang tidak punya ketakutan akan masa depannya, dan tidak menggantungkan masa depannya pada pendidikan formal.  Dia anak yang punya 'style' sendiri dan bisa belajar dengan caranya sendiri tanpa mengikuti kaidah umum.  Wedew .....Ya, tapi suamiku benar.

Yang namanya ujian ya pasti berat, sedangkan main game saja perlu perjuangan dan strategi.  Tapi aku semakin dikuatkan dengan pengalamanku sendiri saat mendapat  kejaiban dari menahan marah.

Saat memutuskan untuk menahan marah, memaafkan dan berlapang dada, banyak sekali keajaiban kualami.  Mungkin itulah yang disebut di surat al taghabun, 'ajrun adhim' atau pahala yang besar.


ini PR manisku yang nomer empat, Alni, sedang latihan bulu tangkis untuk pertama kalinya di klub Baranaga di daerah Blimbing Malang.

Selain keajaiban yang selalu bikin tertegun, perasaan dekat, disayang dan dijaga Allah, itu sesuatu yang amat besar dan tinggi nilainya. Juga dikaruniai hikmah / pengertian yang mendalam, akan segala yang terjadi, yang membuka tirai pandang kita menjadi amat luas.  Kadang seperti dibukakan Allah akan rahasia masa depan yang penuh anugerah dan karuniaNya.  Ini adalah kemampuan manusia yang baru tergali dengan ijinNya setelah mematuhiNya.

Kurasa dua ayat dalam surat at taghabun yang aku sebut di atas, merupakan salah satu tuntunan Allah dalam membentuk keluarga yang penuh rahmat dan kebahagiaan.

Persoalan apapun yang sedang kalian hadapi, duhai sahabat, cobalah untuk menahan marah, berlapang dada dan memaafkan, lakukan semua karena Allah.  Keajaiban sudah menunggumu terjatuh di pangkuanmu, tidak lama dan tidak ribet, tidak pakai birokrasi yang rumit .... hehehe.

Akupun menunggu 'ajrun adhim' berikutnya dan berikutnya .....

Rabu, 16 Oktober 2013

Zona Materi dan Zona Ilahiah (2)

Kesuksesan itu akan mengikuti kita seperti bayang bayang mengikuti tuannya, saat kita sudah terlepas dari belenggu duniawi, di saat itulah kita sudah keluar dari zona materi dan memasuki zona ilahiah.

Tak peduli apakah manusianya masih muda belia, atau sudah setu legi*) kayak aku ... ehm ... atau sudah kakek-kakek ... di saat dia sudah mampu melepaskan diri dari zona materi dan berada dalam zona ilahiah, di saat itulah dia akan diikuti oleh kesuksesan seperti bayang-bayangnya mengikuti kemanapun dia pergi ....

Kesuksesan, keajaiban, keindahan, kebahagiaan dalam hidup akan terbuka seperti tirai tersibak dalam pertunjukan wayang orang.  Atau seperti tersibaknya malam menguak keindahan pagi dengan sinar yang lembut menembus dedaunan.

Untuk sampai ke zona ilahiah lebih cepat,  kita musti berjuang melawan arus, karena arus yang deras mengalir adalah arus materialisme.  Kita musti menjadikan Allah sebagai tujuan satu-satunya dan ikhlas menjadi pribadi yang berbeda.  Ini bukan hal mudah, apalagi musti menjaga konsistensi hati sepanjang waktu ditengah godaan pola pikir materi yang berhembus di kanan kiri kita.  Namun kita akan tahu betapa indahnya saat sudah sampai pada tujuan.

Bagaimana cara mengenali apakah diri ini masih ngendon di zona materi atau sudah berada dalam keindahan  zona ilahiah ? Untuk itu mungkin kita perlu menjawab pertanyaan berikut ini :

Apakah  masih kerap merasa risau dengan materi ?
Apakah  masih nangis-nangis saat seseorang melecehkan kemiskinan kita ?
Apakah  masih suka ngiri melihat orang lain lebih berjaya secara materi ?
Apakah masih suka minder saat reuni dengan teman sekolah yang sukses secara materi ?

Bila jawabannya kebanyakan ya, berarti memang  masih jadi penduduk di zona materi. Bila jawaban tidak untuk semua pertanyaan, aku ucapkan selamat kepadamu sahabat.

Sedangkan pertanyaan-pertanyaan dibawah ini tolong dijawab di dalam hati saja dan coba direnungkan sendiri.

Apa yang selama ini sering membuat galau ?
Apakah kita merasa aman dengan banyaknya uang di rekening ?
Apakah kita dalam memberi sedekah merasa ada yang terkurangi ?


Pertanyaan selanjutnya, ................ bikin pertanyaan sendiri dong , aku capek ! .... hahaha.

Terimakasih untuk pembacaku yang hari ini curhat dan merasa dilecehkan karena dipandang miskin hanya karena memakai tas bikinan UKM , hingga menginspirasiku menuliskan ini semua.


*) setu legi : setengah tua lemu ginuk ginuk

Selasa, 15 Oktober 2013

Kesombongan Dibalik Kurban

Ini kisah tentang salah seorang sahabat eyang , kisah yang membuat aku merenung.  Sebut saja beliau sang saudagar.

Ceritanya, sang saudagar adalah pendatang baru di kampung Makmur, yang berada di sebuah kota kecil yang ramai dan dinamis.  Sudah beberapa tahun sang saudagar tinggal di kampung itu, walau dia tidak bisa berbaur secara intens dengan masyarakat disitu karena kesibukannya keluar kota bahkan keluar pulau mengurusi perniagaannya.

Kebiasaan sang saudagar saat hari raya Iedul Adha adalah berkurban, seperti layaknya keluarga muslim pada umumnya.  Namun bedanya, sang saudagar memilih menyerahkan hewan kurbannya di daerah miskin.  Selama bertahun-tahun, sang saudagar jarang menyerahkan hewan kurbannya di kampungnya sendiri karena di kampung Makmur sudah banyak disembelih hewan kurban, lagipula di kampung Makmur, orang-orang sudah mampu membeli daging dalam kesehariannya.

Disamping berkurban, sang saudagar juga menerima daging kurban, setiap tahun sang saudagar menerima pembagian hewan kurban dari panitia di kampungnya yang  diterimanya dengan senang hati.  Beliau sekeluarga bisa menikmati hewan kurban dari para tetangganya.  Hingga pada suatu ketika .....

Panitia kurban tahun itu melakukan penyembelihan tepat di depan rumah sang saudagar, ramai anak-anak menonton prosesi penyembelihan beberapa ekor sapi dan beberapa ekor kambing.  Cukup banyak hewan disembelih, melebihi jumlah tahun lalu, menandakan penduduknya bertambah makmur. 

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, kali ini sang saudagar tidak menerima pembagian hewan kurban, dan membuatnya begitu tercenung.  Bukan perkara dagingnya, karena sebenarnya sang saudagar bisa makan daging setiap hari, tapi persoalan yang mengusik perasaannya adalah , sang saudagar merasa diabaikan keberadaannya.  Biarpun secuil daging, baginya sudah menunjukkan penerimaan masyarakat akan kehadirannya yang bukan penduduk asli. 

Padahal dia sudah berusaha berbuat baik kepada para tetangga, dia termasuk orang yang suka berbagi. Lantas mengapa para tetangga seperti tidak peduli padanya ?  Perasaan terabaikan membuatnya sedih dan mengadu kepada Allah. 

Dalam pengaduannya itulah, dia mendapat jawaban Allah yang turun di hatinya, bahwa kejadian itu adalah bentuk perlindungan Allah terhadap keluarganya dari daging kurban yang dilakukan karena kesombongan !!!

Sang saudagar merasakan kesejukan yang indah menguasai hatinya.  Jawaban Allah itu telah membuatnya begitu terharu, didapatinya  Allah Maha Halus dan Maha Kasih. Betapa bersyukur dirinya mendapat perlindungan Allah dari makanan yang dipersembahkan karena kesombongan, dan bukan murni karena Allah.  Betapa Maha Halusnya Allah yang telah melindungi perutnya dan perut seluruh anggota keluarganya dari hal buruk yang begitu tersembunyi.

Kalian boleh percaya dan boleh pula tidak dengan ceritaku, tapi itu kisah nyata, aku mengenal dengan baik tokoh dalam cerita itu, seorang teman eyang yang memang benar-benar orang yang dekat dengan Allah. Aku tidak punya alasan untuk tidak mempercayainya, karena al quran juga menceritakan tentang kisah kurban yang tertolak, yang berarti  tidak semua hewan kurban yang disembelih, diterima disisi Allah.

Walaupun secara hukum agama, daging yang disembelih dengan membaca asma Allah adalah daging yang halal.  Tapi orang-orang tertentu, yang begitu dijaga kesuciannya oleh Allah, secara khusus mendapat perlindungan Allah dari hal haram yang amat halus dan tersembunyi.  Secara logika, daging yang diniatkan bukan untuk Allah, berarti diniatkan untuk selain Allah, yang identik dengan  untuk berhala, dan itu haram dimakan.  Mungkin berhala yang berwujud pujian manusia dan kesombongan.

Baru kutahu, ternyata ada orang yang berkurban karena ingin menyombongkan diri.  Mungkin dia merasa bangga karena telah menyembelih sapi, mungkin ada panitia qurban yang merasa berhasil dan bangga dengan jumlah hewan kurban yang banyak .... wallau alam.

Selain membanggakan diri dengan hewan kurbannya, ada juga orang yang berkurban karena ingin dipuji dan ingin dipandang terhormat di masyarakat, yang berarti dia  tidak tulus  mencari keridhaan Allah.

Inilah yang menjadi pertanyaan besarnya : Apakah kurban yang kita lakukan diterima Allah ?

Barangkali jawabnya nyelempit di hati kita masing-masing.

Semoga Allah mengampuni sesuatu yang 'nyelempit' itu, menyucikannya dan menerima ibadah kurban yang kita lakukan.  Aamiin.

Senin, 14 Oktober 2013

Menyembelih Pelit

Suami gantengku, mas Hary,  memelihara lele di kebun, dan pertumbuhannya bagus.  Dia merencanakan bisa panen lele setiap bulan, jadi lelenya ditebar dalam beberapa periode.  Ada banyak kolam plastik dia buat di kebun, dan ada juga kolam yang dia hadiahkan buat mas Saidi, penanggung jawab kebunku.

Tiap kali mas Hary membeli benih lele, dia membelikannya juga untuk mas Saidi, lalu dia bilang :"Ini aku sedang menyembelih sifat pelitku dik ".

Dan mas Hary memahami makna berkurban di hari Iedul Adha adalah menyembelih pelit itu tadi. Dan dia memahami berkurban itu bisa sewaktu-waktu, tidak harus hari raya Iedul Adha, dan berkurbannya juga tidak musti menyembelih kambing atau sapi !!!

Aku persilahkan anda protes dengan pendapat suami sayangku ini, tapi dalam hati saja yaaaa .... hehehe.  Tapi sebelum protes, coba bayangkan dulu jadi aku yang punya faham berkurban itu ya di hari raya Iedul Adha dan musti dengan hewan sembelihan, itulah syariatnya dan itulah 'contoh soal' dari Nabi. Nah, bayangkan perasaan seorang istri yang tidak sejalan dengan pendapat suaminya .......

Sejujurnya aku ingin meledak dan membanjirinya dengan berbagai 'dalil', lalu biasanya aku akan ngotot memperjuangkan pendapatku dan bisa jadi kami akan bertengkar.

Tapi aku tidak bisa seperti itu, karena  aku malu sama al quran.  Aduh, malu sama Allahnya nomer berapa ya ? tapi bukankan al quran adalah firman Allah, berarti boleh dong ya malu sama al quran ?

Iya, aku memang malu sama al quran, karena aku sedang menghafal surat at taghabun, yang disana dikatakan :

[64:14] Hai orang-orang mukmin, sesungguhnya di antara isteri-isterimu dan anak-anakmu ada yang menjadi musuh bagimu maka berhati-hatilah kamu terhadap mereka dan jika kamu memaafkan dan tidak memarahi (berlapang dada) serta mengampuni (mereka) maka sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Bila aku nurut sama ayat itu, aku musti memaafkan mas Hary dan berlapang dada dan tidak marah dengan pendapatnya yang berbeda denganku.

Oke ya Allah, aku mau nurut, aku mau memaafkan dan tidak marah dengan pendapat anehnya. Deal !!!

Makanya hari raya ini, aku  cuek saja melihat mas Hary tidak berkurban seperti tahun-tahun kemarin.  Tapi ketika beliau bersama ustadz Virien nganterin kambingku ke Gubug, aku melihatnya membeli beberapa perlengkapan untuk pembuatan kolam lele.  Oh, rupanya kurban ala mas Hary adalah modalin Gubug beternak lele .

Yaaaa, aku menghormati pendapat suamiku, seperti dia menghormati pendapatku.  Kurasa kurban mas Hary lebih panjang manfaatnya.  Bila dinilai dari jumlah nominal yang setara dengan kambing, maka kurban ala mas Hary  bisa lebih panjang manfaatnya.  Selain memberi penghasilan, juga mengajarkan ketrampilan yang bisa jadi sumber pendapatan di masa depan untuk pesantren Gubug.

Kalau menurutku sih, kedua macam kurban, sepertiku yang sesuai syariat, atau seperti mas Hary yang cenderung ke hakikat, bisa dilakukan keduanya , jadi dobel manfaat kan ?

Oh ya, kurban ala mas Hary juga dilakukan terus menerus sepanjang hidup ini, karena yang disembelih adalah sifat pelit.  Jadi setiap ada kesempatan si pelit memunculkan diri, segera ditebas dengan memberikan sebagian yang kita punya kepada orang lain.  Keren juga idenya .... I love u muach muach , suamiku terkonyong konyong .... hehehe.


Kamis, 10 Oktober 2013

Kasih Sayang Yang Ajaib

Doa dan permohonan yang tergerak karena kasih sayang sungguh ajaib ! Ini adalah kisah nyataku sendiri dan lucunya baru kusadari sekarang hikmahnya ....

 

Lebaran iedul adha yang sudah di ambang pintu telah mengingatkanku akan pengalaman kurban pada suatu masa.

Sepuluh hari menjelang Iedul Adha, aku sedang mendapat ujian finansial, beberapa tagihan bank tidak bisa aku bayar, bahkan ada yang bulan kemarin belum terbayar.  Tapi aku amat kepingin berkurban.

Ada sebuah kampung yang jarang dibagi hewan kurban, bahkan aku pernah menjadi satu-satunya orang yang membagi hewan kurban disana.  Jadi aku begitu ingin mereka ikut merasakan kegembiraan hari raya kurban. 

Akupun bermohon kepada Allah agar aku bisa berkurban.  Dalam waktu yang amat mepet, seperti tidak mungkin, karena aku juga musti menggaji karyawan dan memenuhi kebutuhan produksi biar karyawan tidak nganggur.  Disamping tagihan bank yang mendesak untuk dibayar.

Aku meyakinkan diriku bahwa semua itu mudah bagi Allah.  Aku banyak-banyak membaca ayat-ayat al quran yang menguatkan keyakinanku bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, hingga di hatiku yakin betul bahwa semua pasti terwujud dengan kebesaranNya.

Aku menjalani aktifitasku seperti biasa, mengerjakan pesanan-pesanan pelanggan dan pesanan retail dari teman-teman. Dan empat hari menjelang iedul adha , aku begitu kaget dengan jumlah uang di rekeningku  yang jumlahnya terlalu lebih untuk membayar tagihan bank, gaji karyawan, belanja kebutuhan butik dan hewan kurban !!!

Padahal rencanaku semula, bila ada uang, maka aku akan prioritaskan untuk hewan kurban dulu, banknya menyusul saja setelah dapat uang lagi.  Tapi Allah memenuhi semua kebutuhanku dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, dalam waktu yang mencengangkan .... Allah sudah mengatur sedemikian rupa sehingga terjadi 'akumulasi' transfer dari pelanggan-pelangganku, mereka seperti 'janjian' membayar pesanan mereka serentak, bahkan ada beberapa yang memberi uang muka dalam jumlah besar.

Baru sekarang aku sadari itulah dasyatnya doa yang digerakkan oleh kasih sayang , dan bukan hawa nafsu.  Aku berkurban , disamping karena itu perintah Allah, juga karena kasih sayangku kepada kampung miskin.  Aku bukan mengejar pahala dan bukan pula hal lainnya.

Allah menurunkan al quran dengan diawali kalimat basmalah di awal setiap surat, yang bila kita perluas maknanya, Allah menurunkan semua hal dengan kasih sayang.  Allah menurunkan perintah berkurban pun dengan kasih sayang, dan untuk mengajari kita berkasih sayang.

Sahabatku,
 Adakah doa-doa kalian yang kalian rasa belum terjawab ?

Ada baiknya saat kita berdoa, mencermati lagi hati kita, apakah yang sedang 'bekerja' disana ? apakah hawa nafsu ? apakah Allah ? Sedangkan Allah sudah menetapkan bagi diriNya kasih sayang, maka berdoalah dengan kasih sayang .


Sabtu, 05 Oktober 2013

Suatu siang di Terminal Batu

Beberapa hari yang lalu aku bertemu dia, lelaki yang menginspirasiku menulis 'Setelah Dua Puluh Tujuh Tahun',  di bukuku "Menciptakan Keajaiban Finansial".

Di suatu siang saat perjalanan pulang ke Ngantang, aku bertemu dia di terminal Batu, lelaki itu menjajakan keripik-keripiknya.  Alhamdulillah bisnya longgar, tidak banyak penumpang, jadi aku bisa memotretnya dengan imbalan beli 2 bungkus keripik  pakai uang gambar pak harto .... hehehe.

 Dan begitu sampai di rumah Ngantang, segera kutunjukkan foto lelaki itu ke bapak.

"Ini kan teman hansip bapak yang di Sisir itu?".  Bapak mengangguk.
"Bapak pernah ketemu dia dong kalau ke Malang".  Bapak memang suka naik bis kalau ke Malang.

"Iya, ketemu sih, tapi bapak malah pura-pura tidur", jawaban bapak mengejutkanku.
"Oh, bukannya malah ngobrol kangen-kangenan ?", tanyaku heran.  Aku menatap bapak yang tiba-tiba saja menampakkan ekspresi aneh, sulit ditebak.

"Bapak ini kasihan, gak tega kalau melihat dia.  Sudah setua itu, kok masih sengsara nyari uang ", akhirnya ketahuan juga isi hati bapak.

"Bapak juga kuatir kalau dia jadi malu ", kata bapak lagi.  Wah .... benar-benar susah menebak isi hati orang yaa.... Ternyata pura-pura gak kenal itu juga sebuah bentuk kasih sayang dan perlindungan terhadap teman dari rasa malu.

Padahal aku ingin sekali memajang hasil jepretanku disini, biar kalian juga mengenalnya .... Bukankah aku sudah minta ijin beliau ?  Tapi bila kupajang potretnya, apa berarti aku tidak melindunginya dari rasa malu ? Tapi benarkah dia malu dengan pekerjaannya ? .... Susah kan menebak isi hati orang ?

Yang jelas, semestinya kita tak perlu merasa malu dengan usaha halal yang kita lakukan. Bila kita ikhlas menjalankannya, malah bisa menginspirasi orang lain.




Alhamdulillah kemarin aku sempat memberinya bukuku 'Menciptakan Keajaiban Finansial', dan aku bilang padanya :"Aku menceritakan bapak di buku ini".  Beliau tersenyum, mudah-mudahan penglihatannya masih memungkinkan dia membaca, atau setidaknya ada yang membacakan buat dia.

Aaaah, tiba-tiba aku kangen padanya, seperti aku kangen ayahku.


Rabu, 02 Oktober 2013

Bukan Sekedar Permintaan Yang Terkabul

Seorang pembacaku menanyakan tentang hukum gaya tarik menarik di alam semesta yang sudah terkenal dengan istilah the Law of Attraction (LOA).

Dulu aku pernah membeli bukunya, yang berjudul the Secret kalau gak salah.  Buku itu sudah hilang dipinjam teman.   Seingatku buku itu secara garis besar mengajari kita untuk melepaskan mimpi ke alam semesta dalam bentuk bayangan visual, lalu merasakan alam mengabulkannya dan kita berterimakasih seolah-olah sudah mendapatkannya.  Setelah itu kita tinggal menunggu terkabulnya permohonan kita dari alam.



Selengkapnya aku menemukan tulisan ini di internet, silahkan klik disini .  Ini artikel berbahasa Inggris yang aku sendiri musti baca bolak balik untuk mengerti maksudnya ..., hehehe, maklum.

Ketika pembacaku bertanya tentang LOA, aku bilang itu bagus , aku juga percaya bahwa Allah menciptakan hukum seperti itu di alam, seperti halnya hukum archimedes, hukum Newton, hukum gravitasi dll.  Menurutku  LOA hanyalah salah satu hukum di alam semesta diantara ilmuNya yang tak terkira banyaknya.

Bila diamat-amati dengan teliti,  berdoa cara LOA adalah mempercayakan mimpi kita kepada alam semesta dan percaya bahwa alam akan mengabulkannya.  Padahal Allah memerintahkan kita bermohon hanya kepadaNya saja.

Kedudukan alam semesta adalah makhluk, sama seperti kita, dan sebagai sesama makhluk kita memang bisa saling meminta, seperti halnya seorang anak minta dibelikan mainan kepada ibunya, sang ibu pasti membelikannya bila punya uang.  Disini seorang ibupun bisa 'mengabulkan doa' walaupun ibu adalah makhluk, namun ibu bukanlah sumber terkabulnya permohonan.  Ada Allah dibalik semua itu, yaitu rejeki yang diberikanNya kepada sang ibu dan tergeraknya hati ibu mengabulkan permintaan anaknya.

Demikian juga halnya saat seseorang memvisualisasikan mimpi dan melepasnya di alam agar alam mengabulkannya, sebenarnya dia sedang meminta kepada sesama makhluk.  Tidak salah asalkan di dalam hati yakin bahwa Allahlah yang menggerakkan alam untuk mengabulkan permintaannya. Tapi jadi salah besar bila dia punya keyakinan bahwa alam semesta itu sendiri yang mengabulkan permintaannya.  Jadi terpeleset menuhankan alam semesta dong ceritanya, jangan sampai deh !

Bila ingin cari aman, berdoa langsung kepada Allah, dengan mengikuti tuntunanNya di al quran.  Tapi bila masih bisa memposisikan sebagai orang yang beriman kepada Allah saat melepas mimpi ke alam, ya silahkan saja.

Aku lebih suka mengambil hal baiknya saja dari hukum LOA. LOA mengajari kita kekuatan dasyat dari prasangka, dari sini kita bisa lebih hati-hati menata prasangka dan isi batin kita dan tidak mudah menyalahkan siapapun akan hal buruk yang menimpa kita, karena kita sendirilah yang telah 'menarik'nya.

Yang kita cari dari hidup ini bukanlah sekedar permintaan yang terkabul, atau menjalani hidup persis seperti yang kita inginkan.  Al quran mengajarkan bahwa hidup itu adalah ibadah kita kepada Allah, yang kita cari adalah ridhaNya.

LOA hanyalah salah satu ayatNya, sedangkan ayat-ayatNya yang lain tak terkira jumlahnya di alam semesta ini. Al quran adalah pelajaran lengkap mengenai ayat-ayat Allah yang perlu kita ketahui, yang meliputi dunia dan akhirat. 

Hukum apapun, bila itu bersesuaian dengan al quran atau menambah khazanah pengetahuan kita akan kebenaran al quran, boleh kita terima, tapi bila tidak, ya jangan, apalagi sampai memaksakan diri untuk menerima hanya karena sedang trend . Makanya kita perlu belajar al quran dulu sebelum membaca ilmu-ilmu yang lain. Hanya al quran kitab yang terbukti kebenarannya ditinjau dari segala sudut ilmu, yang membuktikan bahwa kitab ini memang datang dari Allah.

Dunia dengan segala isinya ini hanyalah tipuan, makanya yang kita cari adalah Yang Maha Menggenggam Dunia. Karena orang-orang yang beriman itu adalah orang yang pandai menggunakan akalnya. Ibarat orang ditawari biscuit, dia mau biscuitnya atau mau pabriknya biscuit ? Hmm hmmm .... orang yang menggunakan akalnya pasti memilih pabrik biscuit.  Begitupun saat kita ditawari, mau dunia atau pemilik dunia ini ? Tentu orang yang berakal memilih Allah, pemilik dunia ini.

Kehidupan ini bukan sekedar permintaan yang terkabul bukan ?




Selasa, 01 Oktober 2013

Memaafkan Itu Ajaib

Sudah beriman dengan benar, sudah berprasangka baik dengan Allah, sudah bersedekah dalam lapang dan sempit, sudah banyak-banyak berbuat baik, sudah memohon ampun, sudah memaafkan, tapi kenapa kok masih saja kehidupan ini terasa menyesakkan dada ?



Coba berdoa memohon kepada Allah, agar Dia membukakan kesalahan-kesalahan di masa lalu, yang terlewat kita mohonkan ampunan kepadaNya.  Kesalahan-kesalahan itu bisa jadi prasangka-prasangka buruk kita pada Allah atau pada orang tua, kerabat dll dll yang terjadi di masa lalu, atau pernahkah dulu kita menghina orang walau dalam hati kita ? Pernahkah kita merasa sombong walau tersamar ?

Dan yang tidak boleh ditinggalkan adalah memaafkan semua kesalahan orang, semua kesalahan dan semua orang tanpa kecuali.

Memaafkan itu ajaib, bila tidak percaya, dipraktekkan saja dulu.  Semua perintah Allah, bila dilakukan karena Allah, karena mematuhiNya, akan menarik keajaiban.

Memaafkan yang ajaib itu adalah memaafkan yang benar.  Yaitu memaafkan bukan hanya di ucapan saja, atau memaksakan diri untuk memaafkan tapi hatinya tidak ikhlas.  Memaafkannya musti dengan penuh keikhlasan hati.

Tandanya bila kita sudah berhasil memaafkan dengan benar adalah munculnya rasa kasih sayang yang menggantikan rasa jengkel dan kebencian.  Bila dulu saat bertemu dengan yang bersangkutan, kita merasa jengkel, dongkol dan benci.  Setelah memaafkan, lenyaplah segala rasa itu, terganti dengan kasih sayang yang tulus.  Kadang hati ini secara otomatis memohonkan ampunan untuknya dan mendoakannya sadar agar tidak mengulangi kesalahannya.

Kadang kita merasa sudah memaafkan, tapi saat ketemu ybs (yang bersangkutan), masih saja kebayang 'daftar kejahatannya' pada kita.  Walau bibir kita tersenyum dan hati kita bilang bahwa 'aku sudah memaafkan' , tapi sebenarnya hati kita belum ikhlas memaafkan.

Pernah saat aku merasa kesulitan membayar hutang, Allah membukakan kesalahanku.  Aku jadi ingat ada seorang tetangga yang duluuuu banget , bertahun yang lalu, mengambil barang dariku dan bilang akan membayarnya nanti, tapi ternyata dia tidak pernah membayar satu rupiahpun, dan saat bertemu dengankupun dia tidak merasa bersalah sama sekali, seolah tidak pernah terjadi apa-apa.

Begitulah, setiap bertemu dengannya, langsung terbayang bahwa dia dulu pernah nakalin aku.  Sepertinya reaksi seperti itu wajar saja dan bukan hal yang salah.  Tapi aku telah melecehkan orang lain dengan kekurangannya, walau cuma di hatiku.  Aku merasa, ini orang kok gak punya usaha untuk bicara baik-baik denganku ? dan hatiku sok menyimpulkan bahwa dia salah dan salah.  Perasaan-perasaan seperti itupun kesombongan pula.  Makanya aku dibalas Allah dengan 'diserupakan' dengan dia.

Lalu aku berusaha memaafkannya dengan tulus.  Setelah aku berhasil memaafkan dan mengikhlaskan, Allah membuka peluang demi peluang yang membuatku bisa menyelesaikan hutangku.

Memaafkan juga berarti kita tidak perlu mengungkit-ungkit kesalahan mereka pada kita, baik dengan membicarakannya atau menyimpan kata-kata itu di hati.  Hati yang bersih itu nikmat.

Ayolah sahabat, mudahkanlah hati ini untuk memaafkan orang lain, karena diri ini juga membutuhkan maaf orang lain dan ampunan dari Allah.  Diri inipun tak sempurna, maka terimalah orang lain dengan ketidaksempurnaannya.  Biarkan kasih sayang bicara.

Kedengarannya sulit ya ? Iya, kalau kita mengandalkan diri sendiri.  Makanya perlu memohon kepada Allah agar dikaruniai hati yang lapang dan mudah memaafkan.