Senin, 29 Agustus 2022

Catatan untuk Penulis

Tuliskanlah tujuanmu, untuk apa kamu menulis.

Untuk apakah aku menulis? 

Kalau aku, untuk berbagi kebahagiaan dan membantu orang lain menemukan jalan bahagianya.  Maka menulis juga merupakan jalanku sendiri untuk bahagia, tak peduli berapa pun pembacanya, aku akan terus menulis.

Vibrasi bahagia itu harus dimulai dari diri sendiri, agar tersampaikan ke pembaca. Lepaskan diri dari beban saat menulis, beban apa pun itu, view? jumlah kata? pendapatan? apa pun.  Bebaskan pikiranmu dari itu semua, maka kamu akan menulis bersama Tuhan.  Yak, menulislah bersama Tuhan, seperti orang Islam yang memulai segala sesuatu dengan ucapan basmallah, itu artinya dia mempersembahkan segala yang dilakukannya untuk Tuhan.  Aku mengartikannya melakukan segalanya bersama Tuhan.  Mungkin bisa diartikan bersama ridha Allah, dengan ridha dan kasih sayang Allah.  Aku lebih suka mengartikannya bersama Allah, karena antara aku dan Dia lebih dekat dari pada urat leherku sendiri.

Ketika kamu melahirkan karya, yakinlah bahwa karyamu punya nilai di hadapan Allah dan manusia. Maka dengan demikian kamu telah melahirkan sebuah kehidupan.  Kehidupan yang berbentuk tulisan, apa pun itu, novel, buku motivasi, cerpen, cerita anak, buku spiritual, dll.  Lalu sadari bahwa setiap kehidupan punya jalan takdirnya sendiri, maka tulisan yang kamu hasilkan pun akan menemukan jalan takdirnya sendiri yang telah ditentukan oleh kebijaksanaanNya yang Maha Agung. Biarkanlah Allah yang menuliskan takdirNya, Beliau lebih tahu segala yang terbaik dan terindah.  

Perlakukan tulisanmu seperti kamu memperlakukan anak-anakmu, kamu rawat dan sayangi sepenuh hatimu, karena tulisanmu adalah gambaran dirimu dalam versi yang lain.

Bila tulisanmu tidak dilirik orang di saat ini, jangan sedih, karena bisa jadi dia dibutuhkan orang beberapa tahun kemudian, tergantung jalan takdirnya sendiri.   

Jangan membandingkan dirimu dengan orang lain, karena setiap orang punya jalan indahnya masing-masing. Hanya Allah yang tahu yang paling pantas dan indah untukmu, terimalah dengan bahagia.  

Salam untuk hatimu yang bahagia.


Ini adalah novel terbaruku, judulnya "Kekasihku Indigo" , silahkan berkunjung di aplikasi Fizzo, ketik Innuri atau Kekasihku Indigo.  Terimakasih.

Minggu, 21 Agustus 2022

Kisah dibalik Mysterious Raka

Novel pertamaku -yang selesai dan bisa dibaca orang normal di dunia nyata- yaitu Mysterious Raka, sudah tamat, selesai dengan happy ending.  Jadi kali ini aku mau bercerita tentang diriku dan kisah dibalik novel yang manis ini, bukan karena aku terlalu menarik untuk diceritakan, tapi karena terlalu amazing ... bhahaha, Innuri cuma guyon kok! Jangan sakit perut ya!

Nama asliku Indah Nur Qoriah, aku singkat Innuri, karena nama Indah terlalu mainstream (maafkan aku ibu bapak).  Sulamono itu nama ayahku, karena semasa beliau hidup, beliau berpesan kalau aku jadi penulis dan pelukis, beliau minta agar nama beliau dicantumkan di belakang namaku.  Aku memenuhi pesan beliau itu hingga sekarang, karena aku cinta banget dan rindu berat sama bapakku, Djoko Eko Sulamono.  Panjang ya nama bapakku, bertentangnan dengan nama ibuku, Soemi, dibacanya Sumi.  Pertentangan nama yang menghasilkan Indah Nur Qoriah ... hehehe.

Saat ini tgl 22 agustus 2022 aku adalah ibu dari 4 orang anak, istri dari seorang suami, dan nenek dari seorang cucu. 

Aku suka menulis di blog sejak 2010, dari blog itu sudah lahir dua buah buku, yang satu Menciptakan Keajaiban Finansial, satunya lagi Energi Murni Alam Semesta.  

Nah, dari blog itulah perjalanan novel itu berawal.  Gara-gara seorang pembaca yang sudah menjadi sahabatku, mbak Rini, mengatakan sebaiknya aku menulis novel saja.  Pasalnya di blog aku banyak menulis tentang pengalaman ghaib, horor, aneh, ajaib, maklum aku indigo dari kecil.  Kalau kisahku dijadikan novel, pasti menarik, banyak dibaca orang, dan semakin memberi banyak manfaat buat orang banyak, begitulah alasan mbak Rini.  Aku memang bukan sekedar menulis di blog atau curhat di sana, tetapi aku menulis untuk membagikan hikmah kehidupan dari pengalaman yang Allah berikan kepadaku.

Yak! Karena itulah aku menulis, karena Allah, karena cintaNya yang Dia instal ke dalam jiwaku. Cinta itulah yang menggerakkan tanganku menari-nari di atas tuts keyboard lap top manisku.  Lebih jauh bagaimana "cinta itu menggerakkan tanganku" akan aku ceritakan kemudian ya, itu sesuatu yang amazing.

Baik. Kisah selanjutnya aku menulis novel dan memutuskan untuk terdampar di Fizzo.  Itu sudah kehendak Allah kok, aku menulis di mana.  Semoga Fizzo semakin baik saja deh, menjadi bacaan yang mendidik dan bermanfaat buat masyarakat dunia, itu doaku.  Semoga tercapai.  Aamiin.  Bila nantinya aku menulis di platform lain, itu urusan lain yang aku tidak tahu ketentuanNya untuk hidupku selanjutnya bagaimana.  Yang penting, di mana-mana nama penaku tetap  Innuri Sulamono, agar kalian mudah menemukan aku di dunia literasi internasional ... wuih! Ngayal ya Innuri, haha ... padahal maunya lebih dari itu, bisa eksis di dunia nyata dan dunia ghaib sekaligus, kalau ada platform menulis di dunia ghaib, mau aku ... hahaha.

Kembali cerita tentang novelku ya.  Dalam perjalanan hidupku, Allah mempertemukan aku dengan Prof. Y.F. La Kahija , beliau guru besar psikologi Universitas Diponegoro, Semarang.  Ketemunya di channel Youtube Eling lan Awas, kemudian lanjut mengikuti kuliah online beliau melalui zoom meeting.  Aku menemukan benang merah yang menghubungkan antara guru spiritualku eyang Syamsul'alam dengan Pak Hans (panggilan untuk Prof. Y.F. La Kahija).  Benang merahnya apa?  Eyang Syamsul'alam banyak menghubungkan antara tasawuf dengan psikologi dan parapsikologi, sedangkan Pak Hans banyak membahas tentang psikologi timur yang di dalamnya ada sufismenya alias tasawuf.  Pak Hans juga membicarakan tentang parapsikologi.  Jadi keduanya saling melengkapi, seandainya masakan, menghasilkan kombinasi rasa yang utuh.  

Kelanjutan masakan itu apa? Aku meramu bumbunya ke dalam novel Mysterious Raka.  Sengaja aku menulis novel itu untuk genre remaja, karena pengalaman semasa remaja dulu, pernah merasa kesulitan menemukan panduan hidup yang bisa mengantarkanku ke makna terdalam tentang Tuhan dan diri sendiri.  Sejak SMP bacaanku seabreg, Bulughul Maram, Riadhus Salihin, Al Islam, dan lain-lain, di SMA sudah minta dibelikan bapak Ihya' Ulumuddin.  Sejak SMP itu pula aku membaca rubrik Tasawufnya Eyang Syamsul'alam di majalah jawa Panjebar Semangat, waktu kuliah bahkan pernah masuk ke Islam garis keras sampai dipanggil PR 3 (Pembantu Rektor 3 Universitas Brawijaya).  Aku mengalami masa pencarian yang panjang tentang Tuhan dan diri sendiri.

Di masa tua inilah aku baru menemukan sebuah formula baru mengenal diri sendiri lewat pelajaran psikologi timur dari Pak Hans.  Aku dedikasikan novel Mysterious Raka untuk membantu semua orang khususnya remaja, untuk bisa menyelam ke dalam dirinya sendiri.  Barangsiapa mengenal dirinya, mengenal Tuhannya, itu adalah salah satu hadits Nabi Muhammad yang terkenal.

Banyak hal yang bersifat spiritual religius yang masuk ke dalam Mysterious Raka.  Namun sengaja aku buat tokohnya tidak berhijab, seperti kebanyakan novel religi, karena masalah hijab itu di kalangan para ulama ada perbedaan pendapat, ada yang mewajibkan ada yang tidak (aku berhijab, tetapi aku cenderung mengikuti pendapat yang tidak mewajibkan hijab).  Selain itu aku ingin novelku bermanfaat pula bagi mereka yang non muslim.  Pembaca blogku dari beragam agama, dan aku bersahabat dengan teman-teman biarawati juga.  Bagiku Islam adalah rahmatan lil alamin, kasih sayang untuk semesta alam.  Jadi Mysterious Raka adalah salah satu perwujudan kasih sayang untuk alam semesta.

Banyak keajaiban yang aku alami selama menulis novel ini.  Aku yang tidak pernah menyelesaikan novel dengan puluhan ribu kata sebelumnya, tiba-tiba saja bisa merangkai kata demi kata, kalimat demi kalimat, sampai ketika tamat, novel ini lebih dari 100 ribu kata. 

Bila kebanyakan penulis adalah sutradara bagi para tokoh di dalam ceritanya, maka aku sebaliknya.  Aku tak tahu apakah sebelumnya pernah ada penulis kayak aku gini, yang rela diatur-atur sama tokoh di dalam ceritanya.  Mereka bukan seolah-olah hidup, tapi mereka hidup, bukan hanya di dalam imajinasiku, mereka bangkit dari alam ketidaksadaranku, menjelma menjadi manusia-manusia astral yang mengelilingiku dan mengatur-atur aku.  Kedengarannya horor banget ya, tapi itulah yang senyatanya. Kenyataan di dunia manusia normal dengan kenyataan di dunia orang-orang sepertiku itu hanya terpaut tirai tipis, manusia kebanyakan tidak melihatnya, aku bisa, hanya itulah perbedaannya.

Baik.  Kali ini aku mau kisahkan bagaimana mereka mengaturku.  Kalau kalian baca bab 1, Cinta si Raja Kentut.  Bagiku itu adalah bab yang terlalu panjang, bertele-tele dan muter-muter saja, kenapa sih Sevda tak kunjung menolak saja cinta Aman? Bukankah itu jalan ceritanya, tetapi mereka berdua maunya begitu, sampai di bagian akhir bab, Sevda memotivasi Aman untuk berprestasi karena Allah.  Jadi, jalan cerita yang muter-muter saja itu, untuk menegaskan pesan, jangan berprestasi karena manusia, tetapi berprestasilah karena Allah.  Kalimat motivasi dari Sevda diulang Aman untuk memotivasi timnya.

"Berprestasilah untuk dirimu sendiri karena kamu berharga, karena hidupmu berharga, karena kamu diciptakan untuk maksud yang mulia. Raihlah prestasi untuk berterimakasih kepada Allah.  Buktikanlah bahwa Dia tak sia-sia menghadirkanmu ke dunia ini."

Hampir di semua bab, aku hanya mengikuti saja kemauan tokoh-tokoh di dalamnya, bahkan ketika mengetiknya, aku sendiri tidak tahu ke arah mana mereka membawa novelku, baru ketahuan pesan apa yang ingin mereka sampaikan tepat ketika pesan itu harus aku ketikkan.

Contohnya kisah di bab-bab akhir, aku sungguh tidak tahu mengapa Raka minta diskenariokan mengalami kecelakaan menabrak Johanes Amos.  Saat itu aku sudah berniat mengakhiri novel ini, tetapi mengapa Raka pakai kecelakaan segala?  Ternyata itu untuk menyampaikan sebuah pesan tentang kelembutan hati seorang non muslim dari wilayah Indonesia Timur, yang pada saat Jo disalahi Raka, dia tidak menyalah-nyalahkan Raka, tidak marah, bahkan malah menolong Raka.  Sungguh sebuah pelajaran akan keluhuran budi yang indah, sekaligus aku disuruh menyampaikan manisnya keberagaman di tanah air tercinta ini.  Nih lihat, Innuri sampai merinding ketika menuliskan ini.

Bila masih sempat, Innuri besok akan bercerita lebih lanjut tentang Kisah dibalik Mysterious Raka.  Bila tidak sempat, ya cukup ini saja ya.  

Jangan lupa mampir di keajaiban novel Innuri berikutnya, yang berjudul "Kekasihku Indigo" , ini pun tak kalah ajaibnya dengan "Mysterious Raka".