Sabtu, 23 April 2016

Senyuman Hati

Dear Allah lovers.

Seseorang sedang terhimpit hutang dalam keadaan menganggur pula , mana orang yang memberinya hutang rajin sekali menagih sampai bikin risih. Jadilah dia murung dan gelisah berhari-hari . Eh , tiba-tiba ada yang menawarinya pekerjaan yang bayarannya bisa untuk melunasi hutang itu. Maka diapun bisa tersenyum lepas , berasa bisa keluar dari situasi sulit.

Dia tersenyum bahagia karena harapan bisa memperoleh pekerjaan dan uang untuk mengatasi kesulitannya.

Seandainya dia tidak memperoleh pekerjaan , masih bisakah dia tersenyum bahagia ?

Tersenyum itu mudah sih , yang sulit adalah tersenyum lepas yang muncul dari hati , tanpa beban , dalam keadaan bagaimanapun , hati tetap tersenyum. Senyuman yang terbit dari hati bahagia , aku sebut senyuman hati.

Coba ingat-ingat , sepertiku juga sedang mengingat-ingat. Kita pernah tersenyum lebar , bisa tertawa lepas , tanpa beban , dan keluar dari hati yang plong , itu karena apa ?

Ayo ingat-ingat juga , pernahkah tersenyum lepas saat himpitan - himpitan hidup datang bertamu ?

Jawab di hati kalian ya dan simak kalimat-kalimatku berikut . Innuri bukan sedang menggurui loh , tapi sedang mendoseni .... hihihi.

Saat sedang terhimpit persoalan apa saja , bila kalian mampu tersenyum lepas dan hati berasa tak ada beban , dan senyum kalian itu munculnya karena yakin akan pertolongan Allah , maka inilah yang namanya tersenyum karena Allah , bahagia karena Allah.

Bila kalian bisa melakukannya , ini berarti kalian sedang membangun prasangka baik kepada Allah , sedang membangun kehidupan indah dari alam bawah sadar . Allah pasti bersama kalian mewujudkan segala kehendakNya .

Bila kalian tidak bisa seperti itu , bersiaplah untuk diombang ambingkan keadaan. Karena segala sesuatu selain Allah itu tidak abadi. Hanya Allah yang selalu ada untuk kita.

Hanya Allah , alasanku untuk selalu tersenyum bahagia , apapun keadaannya Allah selalu ada. Kalian juga kan ?



Senin, 18 April 2016

Antara Bungkus dan Isi

Dear sahabat Innuri.

Wahai orang-orang yang beriman, hendaklah kamu menjadi orang-orang yang selalu menegakkan kebenaran karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah kebencianmu terhadap suatu kaum membuatmu tidak berlaku adil. Berbuat adillah karena ia lebih mendekati ketakwaan. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” (QS. Al Maa’idah: 8)

Adil . Menilai segala sesuatu dengan adil, dengan fakta dan data yang benar , tidak dengan hawa nafsu dan kebencian , berfihaknya hati kepada kebenaran (bukan pada golongan) ,  itu adalah salah satu ciri orang bertakwa. 

Sudahkah diri kita seperti itu ?
Aku melihat, banyak teman-teman di fb yang melanggar ayat ini , teristimewa menjelang pemilu gubernur DKI.  Teman yang biasanya baik-baik , mendadak jadi galak , sibuk mencari-cari kesalahan orang lain dan sibuk mengkafir-kafirkan orang lain. Lucunya lagi, sebagian mereka tidak ada hak pilih karena bukan warga DKI ..... hehehehe.

Alhamdulillah , berpuluh tahun yang lalu , Allah memperkenalkan aku dengan eyang Syamsul 'alam. Pemahaman beliau yang mendalam akan al quran , membuat beliau menghargai agama lain , tidak pakai mengkafir-kafirkan. Menurut beliau , yang penting adalah bertauhid , mengesakan Tuhan.

"Orang Hindu itu bertauhid loh , mereka menyebut Sang Hyang Widhi , Tuhan Yang Maha Esa ", beliau pernah bilang begitu.

Coba buka al quran surat al baqarah ayat 62

"Sesungguhnya orang-orang mukmin , orang-orang yahudi , orang- orang nasrani , dan orang - orang Shabiin , siapa saja di antara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal shaleh , mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka , tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati".

Allah juga yang menjadikan manusia beragama - agama , jadi menghargai agama orang lain menjadi bentuk penghargaan kita akan kebijaksanaan dan ketentuan Allah.  Tetaplah berkasih sayang karena Islam diturunkan sebagai rahmat / kasih sayang pada semesta alam , bukan hanya untuk golongan tertentu.

Menggunakan alasan agama untuk memusuhi orang yang tidak memusuhi kita , itu hanya sebuah pertunjukan yang memperlihatkan betapa sempit hati kita . Sampai menutup mata dari kebaikan orang lain yang tidak seagama dengan kita , membenci dan menebar kebencian atas nama agama .... kukira Islam bukan diturunkan untuk membutakan mata hati . Berhati-hatilah .

Bahkan , diri kita sendiri ini belum tentu orang yang beriman loh . Bila fokus hidup kita pada materi , maka sebenarnya tuhan kita adalah materi. Banyak tuhan lain yang patut diwaspadai yang bertebaran di sekitar kita , seperti jabatan , popularitas , pujian , dll.

Dan soal pertanyaan , bukankah kita tidak boleh mengambil pemimpin kafir ?
 Aku jawab dengan pertanyaan juga : Apakah orang yang berKTP Islam itu terjamin keislamannya dan kemukminannya ? Mukmin itu bagaimana sih ?

Apakah ada orang yang mengaku islam , ber-ktp islam tapi perbuatannya munafik ? Dari luar terbungkus dalam tampilan yang religius , kata-kata yang halus , tapi pembohong dan perampok uang rakyat ?

Ada dan banyaaaaakkkk ....

Jadi ... mau pilih bungkus apa isi ?
Jawabannya ada di ayat yang membuka tulisan ini , saksikan , dan mari menilai dengan adil , siapa yang lebih mukmin dalam hal perbuatannya.

Simak ayat ini :

“Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi wali dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti dari mereka. dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri (siksa)-Nya. dan hanya kepada Allah kembali (mu)”. (QS. Ali Imran : 28)


Artinya , boleh megambil pemimpin non muslim bila itu berupa siasat memelihara diri . Ironisnya bila itu karena memelihara diri dari kejahatan sesama muslim ... oh .
Allah Maha Tahu keadaan hambaNya , semua tanpa kecuali, keadaan lahir dan batin kita.  Allah juga lebih tahu siapa yang benar-benar muslim , siapa yang muslim cuma bungkusnya saja.

Barangkali ada di hati kalian yang bunyi :"Waah, mba Innuri berfihak ke pak Ahok ya ?".

Aku jawab tidak , dan aku pasti tidak pilih dia karena aku orang Malang .... hahahaha.

Aku berfihak pada kebenaran. Pada orang yang bilang bahwa :" Membiarkan rakyat berada dalam kemiskinan itulah kejahatan HAM". Lalu dia menyelamatkan mereka, orang-orang miskin itu dari perbuatan dhalim menduduki tanah yang bukan haknya , memindahkan mereka ke rusun yang fasilitasnya kayak hotel , menyediakan trasportasi gratis , bus sekolah gratis , dikasih alat dan lokasi usaha , dimanusiakan !
Aku juga berfihak kepada orang yang  mempedulikan lingkungan anak-anak bangsa yang tadinya belajar di lokasi prostitusi yang tidak sehat , 'memungut' mereka untuk dipindahkan ke lingkungan yang lebih nyaman dan ramah anak-anak.
Aku berfihak pada orang yang berhati lembut.

Bersabarlah , karena sabar itu fardu , wajib . Jangan tergesa-gesa menuduh kafir , melanggar HAM dll dll. Bersabarlah dan tataplah dengan adil .

Salam kasih

Innuri




Jumat, 15 April 2016

Antara sedekah dan rejeki

Dear Allah lovers.

Seorang sahabat yang rajin sekali bersedekah bercerita kalau usahanya sepi dalam beberapa bulan.

Beberapa waktu lalu, sahabatku yang lain  yang juga rajin bersedekah mengalami hal yang serupa tapi tak sama. Padahal omzet usahanya tahun lalu 1M setiap bulannya , tahun 2016 ini berasa terjun bebas. Tapi dia tetap konsisten dengan sedekahnya.

Akupun pernah mengalaminya , sepi order dalam beberapa bulan dan harus ekstra kreatif untuk mempertahankan kebiasaan berbuat baik.

Jadi ....

Di titik keimanan tertentu , Allah mengajari kita hal yang lebih besar daripada sekedar materi sebagai balasan dari perbuatan baik yang kita lakukan. Itulah pelajaran yang Allah berikan lewat peristiwa-peristiwa. Allah menuntun kita pada kedewasaan iman , sampai kita merasakan bahwa Allah lebih kita butuhkan dibandingkan makhlukNya.

Ibarat anak kecil saat melakukan hal baik , dia mendapat hadiah berupa kue yang disukainya. Ketika dia semakin besar , dia melakukan hal baik bukan lagi karena menginginkan kue , melainkan karena rasa tanggung jawab dan sesuatu yang lebih berharga daripada sekedar kue.

Ketika dulu rajin bersedekah , Allah limpahi kita dengan kemudahan-kemudahan yang sifatnya materi . Di 'tingkat lanjutan' , Allah memberi hal lain yang lebih besar dibandingkan materi.

Bisa jadi kita malah terhempas dalam masalah finansial , yang membuat kita dengan susah payah tetap bersedekah dan berbuat baik. Di kala kondisi jiwa dalam keadaan seperti inilah , pengenalan kita akan Allah menjadi semakin mendalam dan membekas. 'Bisikan-bisikan'Nya menjadi terdengar , kasih sayangNya menjadi terlihat. Kita tak hanya mengenal Allah sebagai Asy Syakur , melainkan juga sebagai Yang Maha Mencinta , Yang Maha Mendampingi , Yang Maha Lembut , ......

"Cukuplah Allah bagiku", kalimat ini menjadi begitu terhayati dan membuat hati terlepas dari ketergantungan pada makhluk dan materi.

Cukuplah Allah yang membuat kita merasa nyaman dan bahagia. Dekatnya hati dengan Allah akan mudah tercapai justru di saat kita dalam kondisi amat membutuhkan pertolonganNya, bukan pada saat kita sedang berada dalam kemudahan dan keberlimpahan.

Dan Allahlah sebaik-baik penolong. PadaNya saja hati bersandar.

Hidup ini bukan cuma soal bagaimana memperbesar rejeki atau melancarkan rejeki. Rejeki yang pada umumnya dimaknai dengan materi.

Hidup ini adalah ikatan kita dengan Allah , dan  segala yang kita lakukan adalah dalam rangka mendekatiNya dan meraih ridhaNya.

Allah melapangkan rejeki dan menyempitkan rejeki bagi siapa yang dikehendakiNya. Tapi kita diperintahkan untuk bersedekah dalam lapang dan sempit. Jadi ....

Ikhlas saja yaaa ....

Selasa, 05 April 2016

Bahagia Abadi

Pagi - pagi , perasaanku begitu riang , lalu aku berpikir :"Kayaknya bakalan ada berita menyenangkan buatku".  Yang terbayang olehku adalah pelanggan baru ,  kehadiran sahabat , berita dari kebun , pembayaran .... .

Lalu akupun berpikir :"Mengapa kegembiraan manusia kok digantungkan   pada makhluk ? Lantas apakah kehadiran Allah yang selalu menyertai hidupnya tidak membuat dia bergembira dan bahagia ?"

Akupun bilang pada Allah:"Kegembiraan dan rasa bahagiaku hanya dengan kehadiranMu ya Allah , dan aku merasa cukup dengan itu. Biarlah segala peristiwa hadir berdasarkan kebijaksanaan dan kasih sayangMu".

Perasaan bahagia karena Allah semata-mata , membuat dunia ini terlihat kecil dan kebahagiaan yang ditimbulkannya juga semu.

Bahagia karena Allah itu perlu ditumbuhkan secara sengaja di dalam hati kita , dipelihara dan dipupuk dengan jalan banyak mengingatNya. Inilah kebahagiaan yang abadi , karena Allah selalu hadir , selalu ada dan ada untuk kita.

Hingga hati bisa selalu nyaman dengan Allah. Perasaan nyaman karena Allah , bisa membuat orang lain merasa nyaman dengan kita . Orang-orang itu seperti 'dikirim' Allah untuk memudahkan urusan kita.