Senin, 11 Oktober 2010

Di Wajahmu Kulihat Bulan

Di wajahmu kulihat bulan, itu sebuah judul lagu lama, lama sekali, diciptakan oleh Muchtar Embut, mungkin aku belum lahir waktu lagu ini tercipta.

Suatu sore, sepi, cuma aku seorang di rumah, kunyanyikan lagu itu sambil main gitar.

           di wajahmu kulihat bulan , yang sembunyi dibalik senyuman
           sadarkah tuan kau ditatap insan yang haus akan belaian
           di wajahmu kulihat bulan, menerangi hati gelap rawan
           jangan biarkan ku tiada berkawan
           hamba menantikan tuan


Tersentak, hatiku bergetar. Rasanya lagu ini diciptakan untuk seseorang yang begitu dekat, namun juga teramat jauh. Tak ada seorangpun yang pantas untuk lagu ini selain dia, wajah semenawan rembulan itu cuma miliknya seorang di dunia ini.

Mengingatnya membuatku rindu dan menangis. Namun mengingatnya pula membuatku tenang, bak sebongkah spirit diletakkan di dadaku. Andai aku harus menghancurkan gunung espun, serasa mampu melakukannya.

Dalam jauhnya dia begitu dekat. Dalam tiada dia hidup. Dia hidup di hati manusia dari generasi ke generasi, berabad .

Pernah kubertemu dia, dalam suatu mimpi yang damai. Dia berjalan diapit dua orang sahabatnya. Begitu bercahayanya dia hingga dari tiga orang itu hanya dia yang terlihat. Jubah putihnya berkilau seperti neon. Aku terpesona dan menangis, diakah rinduku yang menjelma?

Nyanyiankupun menghilang, berganti ucapan," Salawat dan salamku untuknya, sampaikanlah ya Allah".

Selasa, 05 Oktober 2010

Alnifolia

Alnifolia, anakku yang sekarang berumur 4 th. Sudah bisa menyanyi dengan benar.
Dulu, saat dia baru bisa menyanyi terpatah patah, "improvisasi"nya sering membuat kami tertawa.
Contohnya bila menyanyikan lagu Balonku Ada Lima, pas syair,  "Meletus balon hijau, dor!", tiba tiba dia bilang, "Aduh kaget Alni".

Bila menyanyikan lagu naik kereta api, syairnya jadi begini, "... ke Bandung, Surabaya, bolehlah naik dengan percuma, ayo kawanku lekas naik, keretaku tak brenti brenti..."  Haha , keretanya gak boleh berhenti sama dia.

Bila menyanyikan lagu burung kakak tua, maka dia merubah syair '"giginya tinggal dua" menjadi ,"... nenek sudah tua, giginya sudah gigis...".  Padahal tak ada yang mengajarinya syair seperti itu..... pintar dan lucu sekali ya dia.