Rabu, 28 Maret 2018

Sang Penguasa Jaringan Mobile Banking

Dear Allah lovers,

Pagi ini aku dibuat terpana oleh ... dan aku menulis ini sambil menitikkan air mata.

Ya, pagi tadi aku berkirim uang ke rekening sekolah Alni ntuk membayar SPP lewat mobile banking.  Sengaja aku melakukannya pagi pagi sekali biar cepat prosesnya, pengalamanku selama ini kalau transfer uang via mobile banking kesiangan bikin transaksi jadi lama dan 'muter-muter' saja. Apalagi transfer seperti ini berarti tidak bisa meninggalkan handphone karena ada konfirmasi yang musti di'klik' dan menulis pin.

Tapi pagi ini aduhai begitu menjengkelkannya si mobile banking, sudah aku ulang transaksi sampai 4 kali dan gagal melulu, gagalnya karena proses transaksi terlalu lama, loading terus, muter muter thok. Mataku sampai pedih melihat handphone, hasilnya nol.

Akhirnya aku tersadar, bukankah Allah adalah penguasa segala sesuatu? Ingat aku dulu pernah menghoponoponoin listrik mati dan wifi mati, yang menyadarkanku bahwa penguasa listrik bukan PLN dan penguasa wifi bukan Telkom, melainkan Allah.  Kali ini penguasa jaringan mobile banking bukan sistem informasi di bank, melainkan Allah.

Tapi aku tidak melakukan ho'oponopono, aku hanya mengucap basmallah dan dalam hati aku memohon pertolongan pada Sang Maha Penguasa Segala Sesuatu.  Dan ... Yes! Sekali transaksi berhasil, lanjut transfer untuk panahan Alni, dan berhasil lagi dalam sekali ketik. Horeyyy ...

Manusia sering lupa bahwa Allahlah penguasa segala sesuatu, bukan makhlukNya.
Terimakasih Tuhanku yang aku memanggilMu Allah. 

Minggu, 18 Maret 2018

Nol Saja

Meditasi masih dalam ramgka flu, tadi pagi pulang ke rumah butik sebentar untuk nengok Alni dan Insan,  balik lagi ke rumah bandara.

Di rumah bandara kucoba meditasi jalan dan berusaha terhubung dengan bumi, gagal ! Tak bisa merasakan apa yang aku rasakan kemarin kemarin.

Akhirnya berbaring dan merenung, mendapat petunjuk begini kira-kira.  Saat meditasi tak usah berharap dan tak usah berusaha, jalani saja dengan ikhlas, teserah Allah mau ngasih atau tidak ngasih sesuatu.  Pengharapan pada suatu hasil tertentu bisa menjadi penghalang datangnya pahaman baru yang hendak Allah berikan. Ya sepertiku yg berharap terhubung dg bumi, bisa menjadi penghalang datangnya anugerah lain karena blocking pikiran ke bumi mulu.

Nol saja, lakukan saja, rupanya inilah yang disebut 'gak ngapa-ngapain'.  Maksudnya tanpa berusaha, pasrah saja padaNya, pada proses yang telah dirancangNya.

Hasil meditasi yg sama bisa berbeda beda terus ketika dilakukan walau dilakukan dengan cara yang sama, semua terserah Allah memberi kita pemahaman dan anugerah spiritual.

Semakin kesini semakin aku sadari bila manusia itu hanya menjalankan rencanaNya saja, rencana Tuhan yang indah, menyatu dalam rencanaNya.  Manusia tidak perlu berencana, letakkan saja rencana-rencana manusia agar bersujud kepada Allah. Jalani rencana Allah dengan ikhlas dan bahagia saja.  

Diam Untuk Keseimbangan

Kemarin malam aku melakukan meditasi Vipassana bersama Alni, karena Alni belum betah meditasi lama, maka aku mengikuti kemampuan Alni saja, hanya 20 menitan. 20 menit yang sudah membukakan sesuatu padaku, aku tulis kesimpulan itu di memo handphone dan aku salin disini.  Tidak banyak yang aku tulis di memo karena mataku sudah lelah terpapar laptop seharian.

"Meditasi Vipassana bersama Alni malam ini sungguh luar biasa kesimpulan hati yang aku dapat.  Walaupun saat meditasi tidak berharap apa-apa, dan tidak juga ingin hasil tertentu.  Tapi meditasiku malam ini bisa sedikit demi sedikit menjelaskan tanda tanya di hatiku sehubungan dengan pengalamanku melihat Sang Budha di atas langit Jawa Timur tahun lalu.

Ternyata orang yang melakukan meditasi diam / hening, secara tidak disadarinya dia telah melakukan tugas "keterhubungan" di alam semesta.  Keterhubungan antara apa dan apa, secara garis besar antara 2 hal yang berbeda, yin dan yang. Untuk alam yang tetap bertahan, kedua hal yang berlawanan itu harus harmonis dan seimbang.

Makanya di dalam Saddharma pundarika sutra dikisahkan bahwa sang Budha menjaga beberapa negri.  Ternyata begitulah sedikit penjelasannya.".

Kalau gerak dan sibuk adalah yin, maka penyeimbangnya adalah diam. Di dunia yang sibuk dan selalu bergerak, maka orang yang duduk diam bermeditasi adalah penjaga keseimbangan alam. 




Sabtu, 17 Maret 2018

Dipaksa Nyepi

Dipaksa Nyepi
#innuriinspirasi

Di hari raya nyepi kemarin, aku ikut nyepi, lebih tepatnya dipaksa ikut nyepi.  Dipaksa yang enak dan aku suka.

Kemarin aku flu dan badanku meriang.  Untuk mencegah anggota keluarga yang lain tertular, terutama Alni, maka aku menyepi sendiri di rumah Graha Bandara. Benar-benar menyepi karena handphone aku titipkan mas Hary, jadi tanpa internet, tanpa handphone, tanpa tivi. Cuman masih menyalakan kompor karena gak betah lapar dan masih menyalakan lampu karena butuh kehangatan di suasana badan yang tidak karuan.

Ingat Ni Made Darmadi teman kuliah dulu, kalau nyepi dia di kamar kost saja, gelap, gak tahu dia ngapain. Pernah terpikir melakukan seperti itu asik juga.

Apa yang aku lakukan di rumah Graha Bandara ? Meditasi yang aku kombinasikan antara meditasi Vipassana dan meditasi hening. Diseling masak kalau lapar. Siangnya aku sempat melakukan senam untuk menyegarkan badan, mandi dan kembali meditasi sampai lepas isya' hingga tertidur, jeda shalat.  Meditasinya lebih banyak aku lakukan sambil berbaring dan berselimut 2 lapis karena badanku yang meriang dan merasa kedinginan, tapi aku menjaga konsentrasi agar tidak sampai tertidur.

Apa yang aku dapat selama seharian plus beberapa jam malamnya melakukan meditasi ?  Banyaaak hal, pencerahan dan pemahaman baru yang muncul ketika pikiran diistirahatkan itu sesuatu banget.

Yang sangat aku rasakan adalah shalatku jadi lebih khusyu', setiap gerakan shalat rasanya adalah kenikmatan menghambakan diri pada Tuhan Semesta Alam.

Aku mengenal Tuhan yang selama ini aku panggil Allah bukan sebatas konsep yang aku ciptakan sendiri di pikiranku, karena Tuhan itu tak terdefinisikan!!! Dan mengenalNya tak bisa pakai pikiran yang sangat terbatas ini, pikiran musti di off kan dulu biar Dia hadir sebagaimana adanya Dia.

"Sesuatu yang gelap, bila kau melihat Tuhan di setiap keadaan, maka menjadi teranglah itu".  Quote ini aku dapat ketika aku bermeditasi duduk dengan menghadap pada 8 penjuru mata angin. Dimulai dari arah tenggara, selatan, barat daya, berputar terus sampai berakhir ke arah timur.  Meditasi 8 penjuru mata angin ini aku gak tahu idenya siapa ... gak ada yang aku  contek juga sih, mengalir saja. Dan di setiap penjurunya aku mendapatkan sebuah pengertian, ketika satu pengertian aku dapat, aku menghadap beralih arah mata angin, begitulah sampai aku dapatkan 8 pemahaman baru yang salah satunya adalah quote di atas.

Nah malamnya nih, aku meditasi dengan berbaring saja, sebenarnya tubuhku berasa lebih sehat sih, tapi mungkin karena kecapean duduk meditasi 8 penjuru mata angin jadi aku turuti saja tubuhku maunya berbaring.

Saat inilah aku merasa seperti melayang di ruang yang luas sekali dan aku merasakan betapa selama ini Allah memperlakukanku sebagai sesuatu yang amat sangat berharga, dia menjaga yang lebih dari menjaga, memelihara yang lebih dari memelihara, mengasihi yang lebih dari mengasihi.  Pikiran tidak bisa menerjemahkan rasa ini.  Berada di dalam lautan kasih sayangNya dan aku merasa ringan, nikmat dan bahagia.

3 kali aku dibawa 'melayang' , setelah itu aku tertidur pulas sampai menjelang subuh.

Di grup WA School Of Life, dijelaskan pak Sonnie bahwa shaum itu adalah semacam retreat dalam pengertian sekarang.  Jadi shaum itu berbeda dengan puasa, kalau puasa kan menahan nafsu dan tidak makan dan minum selama waktu yang ditetapkan.  Shaum menyangkut puasa sekaligus nyepi, mengheningkan pikiran (yang memproduksi cipta dan karsa).  Sayangnya pengertian seperti ini tidak banyak yang tahu.  Makanya aku kasih tahu, karena memberi tahu sesuatu yang baik itu adalah kewajiban setiap muslim.

Aku jadi ingat bahwa Nabi melakukan shaum 3 hari di tengah bulan, yang diartikan puasa oleh sebagian muslim.  Seandainya shaum diartikan sebagai shaum, alangkah indahnya.  Sementara aku baru melakukan nyepi selama sehari saja, hasilnya sudah sangat luar biasa bagi perjalanan spiritualku, terbayang kalau setiap bulan 3 hari shaum. Rasanya mau aku menjalankannya.

Ramadhan adalah bulan puasa  yang 10 hari terakhirnya semestinya dipakai nyepi yang diajarkan sebagai i'tikaf di masjid.

Senin, 12 Maret 2018

Keajaiban Grafitasi Bumi

Dear Allah lovers,

Entah sudah kali ke berapa aku menjalani meditasi jalan dalam meditasi Vipassana, hari minggu kemarin aku jalani berdua dengan Alni, 30 menit meditasi duduk dan 30 menit meditasi jalan.  Alni bisa mengikutiku sampai selesai, walau sehabis itu dia mengeluh capek tangannya.

Nah, selama beberapa kali menjalankan meditasi Vipassana, aku merasakan kasih sayang bumi dan keajaiban grafitasinya.  Jadi grafitasi bumi itu pertama bisa membersihkan cakra, mulai cakra dasar sampai cakra mahkota, meliputi keseluruhan cakra yang ada di tubuh kita yang entah berapa jumlahnya.  Pembersihan cakra ini berjalan dari bawah dari bagian telapak kaki mengalir (aku melihat seperti pancaran cahaya putih) secara vertikal di tubuh sampai ke kepala atau cakra mahkota. Aku tidak tahu bagaimana kok pembersihan seperti ini bisa terjadi, yang jelas aku mengkombinasikan antara miracle walking atau RBA (Rahasia Berjalan Alami) dengan meditasi jalan Vipassana.  Keduanya hanya aku pelajari dari youtube dan internet.  Jadi bila ingin memperoleh hasil seperti ini sebaiknya memakai cara yang aku pakai, tanpa ditambah dan dikurangi.  Tanpa ditambah dan dikurangi ini penting, karena aku sempat menambah dan malah kacau dan tidak berhasil, aku akan ceritakan nanti.

Pembersihan yang kedua yang telah aku alami adalah pembersihan hal negatif yang berada di tubuh fisik kita dan sekaligus di tubuh non fisik kita.  Kita tahu di tubuh kita banyak 'sampah' yang musti dibersihkan, secara fisik berada di dalam darah atau tersembunyi di otot tubuh.  Sedangkan di tubuh non fisik ada hal negatif seperti rasa takut, trauma, khawatir, dendam, marah, karma, dll.  Aku melihat kotoran-kotoran ini berwarna hitam yang membuat berbagai masalah dalam kehidupan, bisa masalah kesehatan atau masalah kejiwaan.

Melakukan meditasi jalan secara benar, sekaligus menjalani RBA secara terus menerus selama 30 menit, telah membuatku kehilangan 'hitam-hitam' itu.  Rupanya grafitasi kasih sayang bumi telah menyerap semuanya, kali ini caranya adalah diserap perlahan-lahan seperti spons menyerap air tapi arahnya ke bawah.  Aku sendiri mengabaikan saja segala yang aku lihat secara batin itu, tetap fokus di langkah kaki.

Tentang cara meditasi jalan sudah pernah aku jelaskan di tulisanku sebelumnya, silahkan dicari sendiri, sedangkan RBA bisa dipelajari di youtube.

Sebelum melakukan meditasi jalan dan RBA sekaligus, lebih baik berdoa dulu menurut keyakinannya masing-masing, doanya memohon Allah untuk membimbing dalam melakukannya, sudah, doanya jangan diperlebar atau dipersempit ya, bisa tidak berhasil.

Kenapa kok harus pas dan tidak boleh ditambah dan dikurangi? Karena kalau ditambah atau dikurangi bisa tidak berhasil, aku telah membuktikannya.

Ceritanya, ketika aku tahu bila grafitasi bumi itu ajaib, aku sengaja berdiri untuk memulai meditasi jalan dengan berdoa dulu, doaku dengan memohon pada Allah dan meminta bumi untuk membersihkan darahku karena sedang gatal-gatal. Aku bayangkan histamin di dalam darahku akan terbuang dan dinetralisir bumi dan aku menyelesaikan meditasi dengan gatal-gatal yang sudah sembuh.

Ternyata oh ternyata, bumi tidak merespon sesuatu yang dilakukan dengan mengharap pamrih atau tidak ada ketulusan hati di dalamnya, sudah pembersihan tidak terjadi, pikiranku malah kacau dan susah fokus. Akupun buru-buru minta ampun pada Allah dan minta maaf pada bumi.  Pikiranku kembali tenang dan aku berjalan meditasi seperti biasa, mengembalikan niatku yang lalu-lalu yaitu  untuk lebih mengenal diri sendiri agar lebih mengenal Allah.  Aku menikmati saja meditasi jalan dan pikiran terfokus pada langkah kaki dan dalam hati mencatat 'step ... step ... step'.

Pada saat aku telah mengembalikan posisi hatiku seperti biasa, aku menikmati meditasiku yang indah, merasakan kasih sayang bumi dan bumi menyambutku, aku seperti dibawa terbenam di kedalaman dan keluasan kasih sayang Allah yang dititipkanNya di bumi, meraskan kasih sayang Allah menyatu dengan bumi dan aku berada di dalamnya, dalam kasih sayang Allah yang luasnya tak terperikan!  Melihat kasih sayang Allah yang menyatu dengan bumi itu susah dilukiskan dengan kata-kata ... bisa menimbulkan salah persepsi bagi yang membaca tapi tidak mengalami.  Jadi lebih baik ya mengalami sendiri.

Kesimpulan yang bisa aku ambil, alam semesta itu tidak bisa dibohongi, sekecil apapun akan ketahuan bila tujuan kita melakukan sesuatu sudah tidak tulus, tidak benar, dan menyimpang. Seperti kesalahan yang aku lakukan, bila tujuannya untuk sembuh, untuk dibersihkan atau untuk sehat, maka alam semesta tidak akan merespon. Alam semesta dan seisinya  ini diciptakan untuk beribadah kepada Tuhan, maka sebaiknya kita dalam melakukan apapun ya karena beribadah kepada Tuhan saja.

Tuhan telah menetapkan bagi diriNya kasih sayang, maka lakukan apapun atas dasar cinta dan kasih sayang.  Ketika kita melakukan meditasi jalan dengan kasih sayang dan ketulusan hati, maka bumi akan membalas kasih sayang kita dengan memancarkan kasih sayang yang lebih besar.  Kasih sayang kita dan bumi bertemu, disinilah terjadi segala kebaikan, maka ketika jasmani dan rohani kita membutuhkan sesuatu, bumi akan memenuhinya tanpa kita minta atau kita dikte.

Sederhana sekali sebenarnya.  Manusia suka sekali membuat yang sederhana menjadi rumit dan aku telah membuktikan kegagalannya.






Jumat, 09 Maret 2018

Tuhan Sebagaimana Adanya Tuhan

Tuhan Sebagaimana Tuhan
#innuriinspirasi

Pagi yang luar biasa di kesunyian rumahku di Graha Bandara.  Untuk pertama kalinya aku lakukan meditasi ala Vipassana, meditasi duduk dan jalan berselang seling setelah shalat subuh sampai jam 6 pagi. Sebelumnya aku hanya melakukan salah satunya saja, itupun hanya 15 - 30 menit saja.

Pagi ini aku merasakan kesadaran yang susah diungkapkan dengan kata-kata. Walau susah, aku akan coba jelaskan.

Semula niatku untuk meditasi di akhir malam, tapi rupanya aku terbangun ketika menjelang subuh. Jadi di tengah meditasi, aku mendengar suara adzan, saat itulah aku musti mencatat hal ini di dalam hatiku dengan catatan "mendengar". Spontan hatiku terbawa dalam kesyukuran yang dalam akan 'pendengaran'. Ingatanku langsung tertuju pada kalimat di Al Qur'an, bahwa Allah menciptakan pendengaran, penglihatan dan hati, tapi sedikit sekali yang bersyukur. Pagi ini aku terbawa dalam rasa syukur akan pendengaran, dalamnya rasa syukur itu susah dilukiskan, hanya dengan mengalaminya saja bisa memahami betapa dalamnya.

Aku berhenti untuk shalat subuh dan merebus air minum. Saat menunggu air minum mendidih itulah aku melakukan meditasi jalan. Kali ini aku merasakan bumi dengan gaya tariknya, bukan hanya bisa menarik fisik kita untuk tetap berada di atasnya, tapi gaya tarik bumi ini bisa menarik hal negatif dalam diri kita bila kita bersedia dibersihkan. Cara 'bersedia'nya hanya dengan terfokus pada langkah, hanya ini caranya dan jangan memikirkan. Pikiran terfokus pada langkah. Hatiku  sendiri melihat dalam diriku ada bulatan hitam, tapi aku abaikan saja, terus fokus pada langkah.

Aku mematikan api ketika air sudah mendidih. Lalu lanjut meditasi duduk dan fokus pada nafas, kali ini hatiku malah melihat bagian hitam dari diriku, lebih gede dari bulatan hitam itu, hampir membentuk sosok. Aku abaikan dan tetap fokus pada nafas. Ketika kaki sudah merasa kesemutan, aku bangkit untuk melakukan meditasi jalan.

Pikiran terfokus lagi pada langkah kaki. Ketika terjadi pertemuan antara pikiran dan langkah kaki inilah, kesadaran baru terbangkitkan.  Ternyata selama ini pikiranku belum sepenuhnya bersujud kepadaNya. Maka aku lanjutkan meditasi jalan dengan pikiran sudah 'berada' di kaki di atas bumi, tertunduk dan bersujud. Rasa haru luar biasa sambil terus melakukan meditasi jalan.

Lanjut meditasi duduk lagi, kembali konsentrasi ke nafas, mengembang dan mengempisnya perut. Mengamati yang terjadi pada diri, mencatat dan membiarkan ... agar bisa kembali konsentrasi di nafas.  Saat inilah aku sadari ternyata kita selama ini "menemui" Tuhan yang kita ciptakan sendiri di pikiran kita. Dengan konsentrasi pada nafas, maka tercerabut semua konsep di pikiran tentang Tuhan.  Disinilah Tuhan menghadirkan DiriNya sebagaimana adanya. Bertemu Tuhan dengan kehilangan semua konsep tentang Tuhan ... membiarkan Dia memperkenalkan DiriNya pada kita versi Dia sendiri. Bagaimana melukiskan ini ... tidak bisa!!! ... kata-kata tidak cukup.  Hanya air mata yang mengalir.

Dalam ajaran agama sifat-sifat Tuhan itu disebut dengan disertai kata Maha: Maha Kasih, Maha Kuasa ... nah, kata Maha ini adalah tak terdefinisikan, tak terjangkau pikiran. Hanya bisa dirasakan di hati, kecintaan dan kerinduan pada Tuhan mengembang di hati ketika kita mengijinkan Dia hadir versi Dia sendiri, bukan versi pikiran kita. Bahkan selama ini kita telah "merendahkan" Tuhan dengan memenjarakanNya di pikiran kita.  Selubung di pikiran kita itu harus dilepas untuk melihat Tuhan sebagaimana adanya.

Makanya ketika Sidharta Gautama ditanya tentang Tuhan, beliau hanya diam.  Ternyata diamnya beliau ini mengandung berjuta makna, seolah berkata, bahwa kata-kata tidak bisa mewakili Tuhan atau sifat Tuhan, temuilah Dia sendiri dan biarkan Dia menerangkan DiriNya sendiri kepadamu.

Aku mengakhiri meditasiku dengan berurai air mata. Dan walau sudah tak peduli dengan hitam-hitam yang tadi sempat aku lihat, aku bisa melihat bagian diriku yang hitam itu sudah lenyap, diriku tercerahkan!

Terimakasih Tuhan, Engkaulah yang selama ini aku panggil dengan "Allah", Allahku yang aku rindui dan aku cintai amat sangat.

Terjebak Meenuhankan Diri Sendiri

Terjebak Menuhankan Diri Sendiri
#innuriinspirasi

Menginjakkan kaki di pulau Lombok untuk ke lima kalinya, kali ini aku berangkat dengan sedikit terpaksa, tapi ternyata ini adalah cara Allah memaksaku ke dalam sebuah pembelajaran yang luar biasa.

Mas Yanto, kakak mas Hary mau pulang ke Lombok dengan membawa mobil sendiri, tapi tidak berani bila hanya berdua dengan mbak Lis, istrinya yang kakak iparku. Mas Hary diajaknya menemani dan mas Hary mengajak istrinya agar ada yang menemani pulang, nah, istrinya mas Hary itu adalah aku ... haha , yang merasa bukan diajak tapi dipaksa dengan cara yang halus sekali.  Bingung nggak ya dengan ceritaku?

Yang penting aku di Lombok sekarang, dengan sedikit terpaksa, banyak juga boleh, ehm. Pasalnya, aku meninggalkan Alni yang saat ini sedang menjalani Ujian Akhir Sekolah. Kepergianku ini berarti aku tidak bisa mendampingi cantikku belajar dan tidak ada yang mengawasinya menggunakan gadget. Aku meninggalkan butikku, walau sudah ada Windi yang mengurusnya. Aku meninggalkan warung ikhlasku walau sudah ada mak Rom yang mengurusnya.  Aku juga meninggalkan lap top dengan draft buku ketiga yang belum sampai separuh aku tulis. Meninggalkan wifi dengan aneka sajian renyahnya.

Aku merasa saat ini aku lebih nyaman dan bahagia bila berada di Malang dan aku merasa mas Hary sudah merenggut kebahagiaan itu. Pada hari kedua di Lombok kemarahanku sudah tidak tertahankan lagi.

"Kenapa sih ke Lombok saja minta ditemani? Aku pernah kan ke Lombok sendiri dan aku berani?", kataku pada suamiku, dan kamipun bertengkar.

Aku merasa perlu melakukan meditasi untuk meredakan gejolak hatiku sendiri. Bertengkar di rumah orang pasti terdengar sinetron banget atau ludruk banget deh.

Seketika hatiku merasa nyaman setelah sesaat mengheningkan pikiran. Rupanya aku sedang menjalankan "pendidikan" untuk melepaskan egoku dari setiap hal yang aku merasa akan kacau tanpa kehadiranku. Aku telah menuhankan diriku sendiri rupanya. Dimana di setiap hal yang aku urus seperti anakku, butikku, warung ikhlas, semua itu tergantung kepadaku.  Menurut anggapanku sendiri, semua tidak bisa meraih suksesnya tanpa peranku.  Disinilah letaknya, aku telah menuhankan diriku sendiri.

Saatnya mencerabut semua kesalahan itu.  Saatnya memasrahkan segalanya kepada Allah, saat mengikhlaskan semuanya kepada Allah dan membiarkan Allah menunjuk siapa saja dan bagaimana cara dan jalannya, agar semua menemukan sukses dengan arahan dan kendali dari Allah.

Rupanya, keberhasilan di masa lalu merupakan 'jebakan' memperbesar ego, menuhankan diri sendiri.  Ini memang halus sekali.  Tapi saat bisa terlepas dari jeratan ego semacam ini, rasanya keluar dari penjara gara-gara mendapat remisi, grasi dan rehabilitasi sekaligus dari Sang Maha Raja Diraja.  Dan aku bisa merasa disini, saat ini dan dalam keadaan ini aku bahagia.

Ajaibnya, ketika hati sudah ikhlas dan pasrah begini, Allah bukakan padaku cara mengendalikan urusan jarak jauh.  Walau bukan hal baru bagiku, tapi ketika pikiran sibuk menyalahkan suami, sedikitpun tak terlintas di pikiranku cara ini.

Terimakasih ya Allah. Biar kehendakMu saja yang terjadi atas diriku, anakku, usahaku dan siapapun yang terkait denganku. KehendakMulah yang terbaik, terhebat dan terindah.


Salam selamat pagi dari Lombok Timur.

Menyapa Yang Hidup dan Tidak Hidup

Menyapa Yang Hidup dan Yang Tidak Hidup
#innuriinspirasi

Hari ini sampai rumah setelah 6 hari tidak di rumah, dengan mas Hary ke Lombok via tol laut Tanjung Perak Surabaya - Lembar Lombok. Perjalanan yang wow.

Sengaja pulang pergi naik KMP Legundi karena penasaran pingin ngerasain 21 jam perjalanan laut.

Di malam teeakhirku di Lombok, di rumah kakqk ipar, aku ucapkan  terimakasih di hatiku pada hati semua orang yang sudah melayaniku selama disana, aku ucap terimakasih pada rumah kakak, pada gunung yang tiap pagi mengirimkan hawa sejuk dan pemandangan indahnya, pada langit dan pada buminya, pada matahari ... semuanya aku sapa dan aku sentuh dengan rasa terimakasihku.

Ketika aku injakkan kaki  di kapal, ketika kaki bersiap melangkah turun, ketika di dalam kapal besar yang indah dan bersih itu, ketika itu hatiku "bekerja" , dia doakan dan pasrahkan seluruh kapal dan seluruh penumpangnya dalam pengasuhan Allah. Aku ucap terimakasih yang dalam.

Hati kita punya kecerdasan yang tidak terbayangkan oleh pikiran kita sendiri.  Bagaimana cara hati berinteraksi dengan makhluk yang kita anggap hidup dan yang kita anggap benda mati, itu hati kita yang paling tahu, bahkan hati kita juga tahu bagaimana penerimaan mereka semua akan sapaan yang dilakukannya. Bagaimana pula cara hati berinteraksi dengan hati yang lainnya.Tak perlu memikirkannya. Lakukan saja, latih hati kita untuk merasakan keberadaan makhluk dan benda di sekelilingnya dan biarkan hati berinteraksi dengan semua itu.  Dan sapa hati orang lain dengan hati kita. Indah ! Indah sekali !!

Foto: tempat favoritku di kapal Legundi, ruang eksekutif depan cafetaria Merak, Untuk mendapatkan tempat disini tak perlu membayar lebih, cukup datang lebih awal saja.