Rabu, 28 Oktober 2015

Kisah Orang-Orang Kecil

Dear Allah lovers,

Dengar kisah perjalananku hari ini .

Aku punya tugas meng-cover mbah Usman (mbah Man) dari sebuah grup fb Kuliner Kasih,  tugasku mengantar bantuan buat dia berupa paket sembako senilai 300 ribu dan tambahan modal senilai 300 ribu.

Mbah Man adalah pedagang barang bekas yang mangkal di trotoar di samping kiri fly over di seputar RS Panti Nirmala.  Aku menemukan dia saat sedang ngiderin nasi Warung Ikhlas Malang. Dia hidup sebatangkara sejak tahun 1972, istrinya sudah meninggal , anak-anaknya 'hilang'.

Maka seperti biasanya , aku minta antar suamiku, ditemani mas Singgih , relawan warung ikhlas Malang.

Sampai di tempat mbah Man jualan, aku tidak menemukannya, hanya dagangannya yang ditunggui seorang pemuda.  Pemuda itu namanya mas Wawan, jualannya  ngisi korek api gas di sebelah mbah Man.

"Mbah Man lagi kulakan, nanti habis dhuhur baru kembali", katanya.  Aku merasa lega , mbah Man kulakan, yang berarti dia punya modal , yang berarti juga dagangannya laku.  Jujur, saat pertama bertemu mbah Man , saat melihat dagangannya, aku sempat berpikir :"Laku nggak ? ada yang beli nggak?".

Dagangan mbah Man saat aku pertama melihatnya adalah baju bekas yang sama sekali tidak layak pakai, dan sepatu bekas yang juga tidak layak pakai, dan spare part elektronik yang aku gak tahu fungsinya apa. Dan siapa pembelinya ? itu menjadi pertanyaan besarku .

Akupun diantar mas Wawan ke tempat mbah Man kulakan , kubayangkan dia kulakan di toko walau toko barang bekas , tapi begitu sampai .... Oh ternyata , mbah Man kulakan di sebuah tempat pembuangan sampah !

Satu karung barang ditambah satu tas yang dicangklong di pundak, itu adalah kulakan mbah Man hari ini , dituntun mas Wawan karena penglihatannya sudah amat rabun, dia masuk ke dalam mobil kami. Kuintip salah satu kulakannya berupa jaket kulit yang sudah 95% kulitnya mengelupas , pasti dipungut dari pembuangan sampah.

Di dalam mobil dia bercerita, tentang anak-anak tetangga yang dulu pernah disekolahkannya. Bayangkan , dia sendiri hidup dalam kesederhanaan, masih bisa berbuat kebaikan seperti itu.

"Nandur bakal cukul, nek nandure apik yo cukul apik", katanya. Maksudnya , kalau kita menanam kebaikan, yang tumbuh juga kebaikan. Aku mendengarkan mbah Man bercerita sambil memperhatikan bajunya yang amat lusuh, kumal dan kotor , tas cangklongnya yang sudah sobek di sana sini ... tak bisa kutahan , mataku mbrebes mili.

Tanduran itu cukul (tanaman itu tumbuh) sekarang, ketika sudah tua dan sendirian, banyak yang menolongnya , sampai kopi dan makanan saat di 'lapak' pun dia tidak pernah beli , ada saja yang ngasih. Ketika 3 tahun lalu rumahnya yang di bantaran kali kena gusur , ada tetangga yang baik hati yang memberi dia tumpangan. Padahal si tetangga juga dalam kondisi yang amat sangat sederhana , masih mau berbagi.  Sungguh kisah mengharukan dari orang-orang kecil.

Setelah menyerahkan bantuan dari Kuliner Kasih, akupun berjalan ke tempat mbah Man tinggal. Jalan yang menurun dan sempit , di sebelah sungai yang penuh sampah, disitulah berderet rumah-rumah yang kecil dan sederhana , padat dan berdesakan.

"Itu kan cuma dapur mas, bukan rumah tinggal", kataku ketika suamiku menunjuk sebuah  'rumah banner' yang amat kecil.

"Itu rumah tinggal dik ".  Lalu kulihat seorang ibu menggendong anaknya keluar.

Ibu itu tinggal disitu bersama suami dan 5 orang anaknya, yang 3 bersekolah, suaminya bekerja serabutan, kalau tidak ada kerjaan dia jualan stiker di lampu merah lapangan Rampal.  Rumah bannernya lebih tepat disebut kamar banner, karena hanya seluas kamar yang dibagi jadi dapur super kecil dan tempat tidur ngepres yang hanya beralaskan banner (tidak ada kasur).  Ditinggali oleh 7 orang ! Oh ....

Tak lama kemudian, ada seorang ibu membawa baki berisi bungkusan, kukira nasi bungkus, ternyata isinya mie yang dijual 2500 / bungkus .Harganya membuatku heran , murah sekali , tapi memang porsinya kecil banget .  Aku borong untuk dibagi ke anak-anak yang bermain disana, mereka senang sekali.  Suami ibu yang berjualan itu juga pedagang rosokan di 'kompleks' mbah Man jualan.

Aku sempat menengok sepasang kakek nenek yang tinggal cuma berdua, dan si kakek sedang sakit parah. Sempat mampir mengunjungi ibu yang memberi tumpangan ke mbah Man.  Rumah yang kecil sekali, ruang tamu yang kecil tapi isinya kasur tempat ibu itu tidur , dia mengalah tidur di ruang tamu karena kamarnya sendiri ditempati mbah Man, sedang anaknya tidur di kamar belakang , ukuran kamarnya kecil-kecil juga, di depan kamar belakang ada dapur kecil yang lebarnya ngepres kompor .

Dalam kesederhanaan , mereka tetap bisa berbagi.  Bagaimana dengan kita yang dikaruniai hidup berkelimpahan ?

Selasa, 27 Oktober 2015

Pola Pergerakan Pertolongan Allah


Sahabatku para pecinta Allah,

Ada sebuah usul yang cukup cerdas berkenaan dengan warung ikhlas Malang yang aku kelola.

"Bagaimana kalau  warung ikhlas membuat sebuah usaha untuk mendanai proyek proyek sosialnya ? menerbitkan buku misalnya".
"Bagus lah itu, usul diterima".
"Agar kita tidak tergantung sama donatur", begitu kata team kami.

Akupun membicarakan hal itu dengan gantengku suamiku ... hehehe.  Dan jawabannya sungguh menyejukkan hati.

"Kita ini kan sedang menjalankan al quran , yaitu berbuat baik dan mengajak orang lain untuk berbuat baik.  Dan kita bukan sedang mencari donatur, tapi sedang mengajak orang lain untuk bersama-sama berbuat baik.  Itu adalah perintah Allah di al quran", kata suamiku.  Dan aku sudah tak berkutik nek wes disodori ayat.

Dan begitulah, kitapun tetap berjalan seperti kehendak Allah, membiarkan tangan kami untuk dituntunNya, menyerahkan hati kami untuk diisiNya dengan kasih sayang,  karenaNya kita bergerak , untukNya kita persembahkan segala hal yang kami lakukan di muka bumi, di tiap hembusan nafas kami.

Aku sendiri , yang tukang upload di lelang kebaikan, yang tukang mendeliki internet banking untuk memilah milah donasi yang masuk, akhirnya lebih faham lagi bila pergerakan pertolongan Allah itu ada 'pola'nya.  Sebenarnya polanya sudah tertulis di al quran , pengalamanku di lapangan hanya menegaskan , membuktikan dan lebih meyakinkan bagi imanku kepadaNya.

Bagaimana pola itu ?

Aku mengamati, orang-orang yang cepat sekali mendapat aliran donasi , adalah orang-orang yang tulus dan banyak berbuat kebaikan. Sampai-sampai , donasi yang masuk melebihi target yang aku tetapkan, bahkan ada saja yang 'nyangoni' ketika lelang kebaikan sudah aku tutup.

Ada juga yang donasinya begitu seret, sampai di-share belasan sahabat warung ikhlas Malang, di-share orang yang berbeda-beda loh. Sampai suamiku menelepon sahabat-sahabatnya untuk menolong si target , dan tetaaap saja , seret ! Akhrinya kami putuskan untuk mengelola saja dana yang ada, tetap kami tambah sih seperti biasanya , tapi masih kurang ...

Aku melihat kenyataan yang tidak terbantah , bahwa orang yang tidak pandai bersyukur , yang dalam hidupnya selalu merasa kurang , yang pelit berbuat baik , mereka inilah yang susah mendapat pertolongan.  Meskipun kami mengusahakannya dengan berbagai cara.

Jadi , kesuksesan proyek-proyek warung ikhlas Malang, bukan terjadi karena kepintaran kami , atau karena banyaknya sahabat yang menge-share , atau karena program yang  bagus dan tepat sasaran, atau karena page like yang banyak , .... bukan karena itu semua.  Melainkan karena 'pola pergerakan' pertolongan Allah, dan pola itu mengikuti perbuatan baik mereka masing-masing.  Kami warung ikhlas Malang cuma perantara saja , agen dan distributor proyek Allah.  Kepada siapa aliran pertolongan itu mengalir, itu sudah skenarioNya.

Inilah kenyataan itu , ayat-ayatNya di alam semesta , hukum-hukumNya yang tetap dan tidak bisa ditawar-tawar.

Pernah aku menjadwalkan target untuk ndandani omah (semacam bedah rumah) untuk si X, tapi temanku mengajak ke Pakisaji dan bertemulah kami dengan  mbah Solihin (mbah Kin) , akhirnya rumah mbah Kin inilah yang digarap. Rencana selanjutnya, setelah rumah mbah Kin , baru  rumah si X.  Tapi ternyata ketika aku ke kebun , aku disodori rumah pak Marwan oleh mas Saidi dan pak Izar. Maka batal lagi untuk kedua kali menggarap rumah si X , sekarang kami sedang dalam proses menggarap rumah pak Marwan.  Apakah nanti rumah si X akan terlewati lagi untuk ketiga kalinya ? Sungguh kami tidak tahu , kami  sudah merelakan diri berjalan berdasarkan skenarioNya , seperti menari dalam tarian indah alam semesta , ikuti saja iramanya.

Di warung ikhlas Malang , ternyata disini kami tidak hanya bisa berbuat baik, tapi disini kami sedang menyaksikan kebesaran Allah di alam semesta , menyaksikan hukum-hukumNya, dan mempelajari banyak hal .

Terimakasih Allah untuk semua pembelajaran yang Engkau berikan.

Senin, 26 Oktober 2015

Ukuran Perbuatan Baik

Dear Allah lovers,

Pernah suamiku bilang begini :"Dik , kamu tahu nggak perbuatan baik itu seperti apa ? ukurannya bagaimana ?".

"Ya pokoknya berbuat baik , kan perbuatan baik itu universal ", jawabku, suamiku tertawa dan menyodorkan padaku satu ayat.

Jadi ukuran berbuat baik itu sebagaimana ?  buka ayatnya yuk !

" Dan tempuhlah kebahagiaan akhirat seperti yang dianugerahkan Allah kepadamu, tapi juga jangan kau lupakan kebahagiaan hidup duniawi. Dan berbuat baiklah kepada orang lain seperti Allah telah berbuat baik kepadamu. " ( QS Al Qashash 28:77 )

Jadi itulah ukurannya :'berbuat baik seperti Allah telah berbuat baik kepadamu'.  Mudah untuk diingat , semoga dimudahkan untuk melakukannya.

Allah sudah memberi kita kebahagiaan , maka bahagiakanlah orang lain.
Allah sudah memberi kita makan, maka berbagi makananlah kepada orang lain.
Allah sudah memberi kita tempat tinggal, maka bantu orang lain untuk tempat tinggalnya.

 Allah sudah memberi kita  pasangan , maka bagilah kepada .... ups !!! maaaaappp , maka setialah kepada pasanganmu  maksudku .

Khusus untuk membantu orang lain mempunyai tempat tinggal yang lebih layak , bisa bantu lewat warung ikhlas Malang proyek, yang dijuduli ndandani omah , bisa transfer ke BCA Indah Nur Qoriah 3312121317 dengan tulisan 'omah' di kolom berita.

Ayo berbuat baik !





Minggu, 25 Oktober 2015

Alam Hanya Menerima Ketulusan

Dear Allah lovers,

"Kita hidup bergantung pada alam , mulai dari oksigen yang kita hirup, makanan yang kita makan , pakaian yang kita kenakan, keindahan yang kita nikmati, tapi pernahkah kita memberi kontribusi untuk alam ?", itu adalah sepenggal kalimat yang menohok perasaan yang diucapkan oleh pak Izar, seorang praktisi lingkungan yang mengabdikan hidupnya untuk Allah, di Bajulmati Malang Selatan.

"Menanam pohon adalah cara bersedekah kepada alam dan kepada umat manusia, adalah amal jariyah yang kebaikannya terus mengalir sepanjang pohon itu hidup", kalau ini kata Innuri.

Tapi persoalannya, bagi yang hidup di kota, yang tidak punya lahan untuk ditanami, mau menanam dimana ? bagaimana dong caranya bersedekah untuk alam ?

Alhamdulillah Sabtu tgl 24 oktober kemarin aku berkesempatan menyusuri sungai dengan kano dan dayung , sambil  membawa bibit pohon bakau untuk kami tanami di beberapa tempat yang kami lewati. Bersama mas Hary tentunya, si tomboy Alni dan bulik Rini dari Jakarta, ditemani pak Izar, bu Leha istrinya, pak Saidi dan pak Marwan.

Sudah tahu manfaat hutan bakau kan ? kalau belum tahu , ya tinggal googling saja.  Singkat cerita hutan bakau itu diperlukan untuk menahan abrasi pantai, mencegah intrusi (meresapnya) air laut ke daratan, untuk perkembang biakan berbagai biota laut, tempat mereka berpijah dan menempelkan telur-telurnya , sebagai penyaring alami dari berbagai limbah yang masuk ke air, sebagai sumber oksigen untuk manusia, dan banyak lagi.

Cerita serunya, kami menyusuri sungai dan menikmati keindahannya yang sungguh wow ! kadang ada ikan-ikan melintas di sebelah perahu kami. Mengemudikan kano yang merupakan pengalaman tersendiri buat kami. Setelah berperahu sekitar 500 m , kami bertemu muara sungai yang lebih besar , disini kami lihat keindahan itu mulai memudar, hutan bakau yang sepanjang 500 m tadi kita nikmati dengan penuh kekaguman, tiba-tiba menghilang .... dan hilangnya cukup panjang , yaitu sejauh 4 km !!! Oh , alamku sayang, alamku malang .... Di titik inilah hatiku mulai terketuk .

"Sudah baca basmallah bu ?", tanya pak Izar ketika melihatku selesai menanam sebuah pohon kecil.
"Sudah lah pak, malah sudah saya ajak ngomong, saya suruh cepat bertumbuh lebat".
"Hahaha, iya bu, betul, mereka makhluk hidup yang bisa merespon kasih sayang yang kita berikan".

"Bu Indah tahu ? orang-orang yang saya ajak menanam pohon bakau disini, bila niat mereka tidak tulus, tanamannya malah mati", kata pak Izar.
"Masak pak ? berarti alam hanya menerima ketulusan hati", kataku.
"Iya, begitulah.  Pernah ada instansi pemerintah menaman 1000 pohon bakau di daerah sana (pak Izar menunjuk daerah pantai di seberang pantai Ungapan) , dan mati semua diterjang banjir".  Aku tertegun mendengarnya , 1000 bakau itu jumlah yang tidak sedikit , butuh biaya, waktu dan tenaga yang banyak.

"Mungkin mereka menanam hanya sebatas acara seremonial atau untuk membuktikan pada masyarakat bahwa instansi mereka peduli pada alam , atau mungkin juga hanya untuk menyalurkan dana CSR mereka", kataku koyok pinter pintero dan pak Izar menggut manggut koyok ngerti ngertio ... hahaha.

Sudah bertahun-tahun pak Izar melakukan penanaman pohon bakau di kanan kiri sungai, mengajak anak-anak TK binaannya , mengajari mereka berkontribusi untuk alam dengan tindakan nyata.  Dan bukan hanya pohon bakau, pohon rindang di kanan kiri jalan di desa mereka, itupun hasil karya tangan-tangan mungil anak-anak TK .  Sungguh menginspirasi , berbuat sesuatu tanpa banyak ngomong.

Dan lebih malunya lagi aku, saat mengetahui  bahwa pak Izar mendanai sendiri segala kegiatannya untuk alam ! Dia mondar mandir ke Sidoarjo untuk mengambil benih, membiakkannya di polybag, menanamnya dengan mengajak anak-anak dan orang-orang yang dikenalnya.  Lalu dia pula yang melakukan kontrolling apakah bakaunya bersemi dan bertumbuh ? begitu sayangnya pak Izar pada alam.

"Ada yang jual benih bakau ta pak ?", tanyaku.
"Di Sendang biru dijual 6000 an bu, tapi ibu belikan saya polybag saja sudah senang kok", katanya.

Pendapatan pak Izar sekeluarga dari membuat paket wisata ,  menyusuri gua dan menyusuri sungai , kedua paket ini terpisah. Guanya pernah aku tulis di blog , gua Coban yang amat cantik dengan sungai bening yang mengalir di bawahnya , sepanjang 200 m kita akan diajak  berpetualang di bawah tanah dengan disuguhi keindahan stalagtit dan stalagmit yang amat indah, berbasah basah dan akhirnya sampai di ujung gua dengan lubang bulat di atasnya. Untuk menikmati paket wisata ini , bisa menghubungi pak Hary di nomor 081 252534505.

Ada yang ingin bersedekah pohon ? silahkan berdonasi kelipatan 6000 ke BCA Indah Nur Qoriah 3312121317 , tulis 'pohon' di kolom berita , atau inbox di page Warung Ikhlas Malang , kami akan menyalurkan donasi anda ke pak Izar .  6000 untuk 1 pohon ya, terserah mau bersedekah berapa pohon untuk alam.

Yuuuuk , sayangi alam kita .


Sabtu, 24 Oktober 2015

Tangan Yang Tertuntun

Dear Allah lovers,

Kusapa pagi dengan mata yang pedih ... karena kebanyakan mendeliki lap top ... hahaha ... Bagaimana pagimu sahabat ?

Dan mata pedihku tertuju pada berbagai komentar atas postingan temanku yang membagikan lelang kebaikan dari wall warung ikhlas Malang.

Semalam aku share di lelang kebaikan tentang rumah banner pak Marwan , sebuah rumah yang didominasi banner , dari dindingnya sampai alas tempat tidurnya ! Rumah banner itupun hasil sumbangan warga sekitar karena pak Marwan adalah pendatang yang tidak punya apa-apa disana, berdiri di atas tanah yang dipinjami pak Nur.  Dan status tanah itu adalah milik perhutani yang 'disewa' warga untuk selama lamanya ... hehe.

Pak Marwan pendatang dari Palembang, ke Jawa berharap kehidupan yang lebih baik , dan terdampar di seputar pantai gua Cina Malang selatan.  Pekerjaannya serabutan , dari bersihkan kebun , macul , buruh tani , nganterin tour menyusuri gua dan sungai, dll.

Nah, kami team warung ikhlas Malang ingin membantu pak Marwan memperbaiki kualitas tempat tinggalnya, makanya kita share di lelang kebaikan. Tak tega banget melihat gubug pak Marwan, yang tempat tidurnya gak pakai kasur dan spreinya dari banner pula. Aku sampai mbrebes mili sepulang dari rumah pak Marwan , mbrebes mili karena kasihan , juga terharu karena Allah telah mengirimku untuk menjadi penghubung bagi orang-orang yang ingin berbuat baik. Sudah setahun aku bertetanggakan pak Marwan dan aku tidak tahu ternyata sebegitu memelas kondisinya , betapa parahnya aku ! (nih aku mulai nangis lagi)

Dan begitulah ceritanya, cerita orang-orang yang ingin berbuat baik dan mengajak orang untuk berbuat kebaikan , mereka akan mendapatkan ujiannya , ujian sabar dan ikhlasnya ... Duh, huruf-hurufnya kok jadi memburam , mataku basah lagi rupanya.

Jadi di komunitas tempat temanku mas Prayono membagi cerita ini, banyak komentar negatif, yang kalau dirangkum, kesimpulannya begini :

- mengapa tidak membantu orang yang asli malang saja ?
- di pantai gua Cina itu banyak gubug, tapi pemiliknya kaya-kaya karena itu hanya rumah singgah.
- mengapa tidak konfirmasi ke pak RT dulu agar tahu kondisi yang sebenarnya ? takutnya salah sasaran.

Untungnya , aku sudah terbiasa dengan komentar seperti itu sejak aku membuka warung ikhlas Malang, jadi sudah siap dengan resikonya , dan ada yang sudah menyediakan tangannya untuk memeluk dan membelaiku saat aku berada dalam perasaan down , itu tuh orangnya , suamiku !

Ketahuilah sahabat,
Aku berjalan dengan hati yang aku hubungkan dengan Allah. Allahlah yang menggerakkan raga dan jiwaku dan kepadaNya saja aku mempersembahkan semua yang aku lakukan, kubiarkan tangan ini tangan yang tertuntun olehNya. Hingga  Allah pulalah yang mengirimi aku sahabat-sahabat dalam irama dan ritme yang sama , dalam kerja sama yang manis.

Hanya sekedar like, share , komentar positif negatif , bagi kami itu sudah merupakan kerja sama yang menawan.  Dan Allah pulalah yang menggerakkan tangan-tangan kalian untuk merogoh kartu atm dan mentransfer sejumlah dana untuk kegiatan kami.  Kami salurkan 112 % lebih .... haha, karena selalu ditambahi sama team kami.

Dalam kasus pak Marwan, aku ini punya kebun disana sudah 3 tahun, dan aku faham siapa yang kaya siapa yang memelas. Tidak semua pemilik kebun disana kaya dan punya rumah di desa yang mboiz , dan menfungsikan gubug disana hanya sebagai rumah singgah.  'Mama tahu sendiri' ... hehehe. Hanya beberapa orang saja yang kaya, salah satunya aku ...ehm , dan biasanya orang yang kaya tidak menunggui sendiri kebunnya, mereka membangun gubug untuk karyawannya.  Dan yang merawat kebunnya sendiri , biasanya juga tidak kaya kaya amat, aku juga tahu sendiri, karena nyemplung sendiri.

Pak RT dan para tetangga sudah berusaha membantu pak Marwan dengan membangun gubug dan seperti itulah hasil maksimalnya, maklum masyarakat sana juga masyarakat yang sederhana pakai banget (baca: sama miskinnya). Jadi kita ini sebenarnya cuma mau membantu perbaiki rumahnya dikiiiit aja biar mereka sekeluarga ga kehujanan, bukan mau bikin rumah gedong magrong magrong buat dia ... Kok gini aja diprotes ya ? Padahal donaturnya yo ikhlas loh , yang membantu dia juga ikhlas , ada relawan yang gak mau dibayar juga ikhlas , kok penontonnya gak ikhlas ya ? Hahahaha .... muaaaf banget , guyon.

Jadi yang mau membantu silahkan , yang tidak juga silahkan, kita cuma tukang ngajakin orang untuk berbuat baik , itulah pilihan 'profesi' kita diantara berbagai pilihan profesi 'tukang-tukang' lainnya.  Yaaa , pengalaman kami yang baru sekali ndandani rumah fakir miskin, memang kita butuh tukang kayu, tukang batu , tukang gergaji , tukang ndelok , tukang nyuruh (nunjuk diri sendiri) , tukang maido , dll .... Anda pilih jadi tukang apa?

Akan halnya pertanyaan , mengapa tidak membantu orang yang asli Malang saja ? bukannya pendatang.  Nah ini nih , aku harus jelaskan bila dalam berbuat baik, dalam setiap pergerakan kami, panduan kami adalah al quran .

Kami ingin menjadi rahmatan lil alamiin, kasih sayang bagi alam semesta.  Jadi kami tidak membatasi apakah penduduk Malang atau bukan , yang penting dia adalah bagian dari alam semesta dan makhluk ciptaan Allah. Lihat saja kegiatan kami di page Warung Ikhlas Malang , kegiatan kecil kami pernah sampai ke Mojokerto, pernah bantu orang Pasuruan, mukena kami sudah nyampai ke Aceh .... yaa , masih sedikit ya yang kami lakukan ? Ampuni kami ya Allah dan beri kami kesempatan menjadi kepanjangan tanganMu yang Agung dan penuh kasih.

Maafkan Innuri ya, bila ada yang tersinggung dengan tulisan ini.

Salam manis,

Innuri

Minggu, 18 Oktober 2015

Tak Bisa Lepas Dari Allah.

Dear Allah lovers,

Saat aku share tulisanku dari blog ke teman-teman fb , kata pengantarnya begini :

"Niatnya sekolah ya untuk Allah, bukan untuk mencari kerja. Niatnya berusaha ya untuk Allah, bukan untuk nyari uang. Soal rejeki berupa sandang pangan papan dan materi, itu sudah dijamin Allah buat yang beriman dan bertakwa, bukan usaha dan pekerjaan kita yang bisa memenuhinya, tapi Allahlah yang memberikan karunia itu".

dan aku mendapat komentar begini :
"tapi realitanya, kudu bekerja dulu baru bisa dapat rizki".

Sayangnya, realita yang lainnya , kita tidak dapat bekerja tanpa tangan , kaki ,otak , mata, penglihatan, pendengaran , hati   dan itu pemberian Allah. Kita juga tidak dapat bekerja tanpa badan yang sehat, dan kesehatan itupun pemberian Allah.  Itu belum termasuk peluang kerja dan banyak hal yang juga diberikan Allah pada kita.

Jadi rejeki itu sebenarnya sudah melekat di dalam diri kita berupa kelengkapan anggota tubuh dan jiwa, kesehatan, peluang dan segalanya. Bila proses bekerja ditujukan untuk mencari rejeki, maka kita sebenarnya cuma melakukan perluasan rejeki saja, yaitu menggunakan rejeki yang ada di dalam diri dan lingkungan kita untuk rejeki yang lain berupa uang, materi, gaji , dll .  Seperti teori energi, bahwa energi tidak dapat dimusnahkan, hanya berubah bentuk, dari energi listrik menjadi energi panas, dari energi gerak menjadi energi listrik , dll.  Dalam hal rejeki, rejeki berupa kepintaran berubah menjadi rejeki berupa gaji, begitulah penjelasan sederhananya.

Rejeki berubah menjadi rejeki dalam bentuk yang lain, sementara rejeki aslinya masih tetap bisa dimanfaatkan lagi dan lagi, terus dan menerus ... hehe , terus menerus maksudnya, sampai waktu yang ditentukan Allah.  Kurang enak apa hayo ? Ayo bersyukur sana ! jangan mengeluuuh saja dan jangan cerewet aja ... hahahaha.

Dalam hal apa saja, kita tidak bisa lepas dari Allah.  Seandainya kita melepaskan niat untuk selain Allah, yaaaa .... Allah gak bakalan kenapa-kenapa, tapi kitanya yang bakalan kenapa-kenapa, musti siap dengan resikonya, dilepas Allah.  Dan yang namanya dilepas sama Allah itu sungguh suatu hal yang amat mengerikan !!! Dan ini jangan dibuktikan loh ya!

Sebenarnya rejeki itu apa siiiih ? makhluk Allah yang banyak diburu manusia ?

Sesuatu yang bisa kita manfaatkan dan kita nikmati, itulah rejeki.  Seorang yang kaya raya, belum tentu rejekinya luas loh ! lah kalau sakit, jadi gak bisa makan ini itu ? Atau orang kaya yang pelit meskipun kepada dirinya sendiri, dan lebih bahagia dengan jumlah uang di rekening yang gendut, lalu setelah dia meninggal , uangnya jatuh ke tangan anak-anaknya, yang berarti dia hanya jadi penjaga rejeki anak-anaknya doang.

 Salam manis,

Innuri.



Kamis, 15 Oktober 2015

Berpikir Pakai Iman

Dear Allah Lovers,

 Sepotong pesan masuk di fb-ku, sebuah tulisan yang terlalu banyak singkatannya hingga aku harus mengerutkan kening untuk membacanya, isinya intinya begini :

"Mbak Innuri, tidak lama lagi hutangku di bank lunas.  Inginnya punya rumah sendiri dan membeli via KPR, tapi untuk membayar cicilan bulanannya aku harus meningkatkan pendapatan.  Untuk meningkatkan pendapatan, aku perlu modal dan itu dari bank.  Jadi bingung antara hutang untuk modal, ambil KPR , atau keduanya".

Sebenarnya jawabannya sederhana saja, jangan mengambil KPR kalau masih merasa belum mampu , lebih baik fokus meningkatkan usaha dulu, dan untuk meningkatkan usaha apakah cuma ngutang di bank alternatifnya ?

Itu tadi adalah jawaban singkatnya, jawaban panjangnya adalah ...

Dari curhatannya yang panjang , aku bukannya mendapat jawaban, tapi malah mendapat pertanyaan :"Lantas dimanakah Allah berada ?".  Temanku sedang dalam dilema,  antara ingin meningkatkan kehidupannya tapi  yang dia takutkan adalah bagaimana nanti bila terjerat hutang.

Seseorang yang menempatkan Allah di hati dan pikirannya, hal pertama yang menjadi pertimbangan dan ketakutannya adalah bagaimana bila Allah tidak ridha ?

Banyak orang terjebak dalam pemikiran seperti ini, untuk bisa mencicil rumah, perlu meningkatkan pendapatan, untuk meningkatkan pendapatan  perlu modal, entah modal dari hutang atau dari menjual aset , dll.  Ini adalah cara berpikir logis , pakai logika.  Sedangkan tuntunan al quran, berpikirnya pakai iman.

Allahlah yang menggenggam rejeki, menahannya atau melebihkannya.  Sedangkan binatang melatapun dijamin rejekinya sama Allah, apalagi manusia.

Allah yang Maha Kasih, hanya meminta kita untuk beriman dan bertawakal kepadaNya, bertakwa dan berbuat kebajikan, bekerja untuk bersyukur kepadaNya.  Dan Allah akan memberi jalan keluar (dari masalah atau dari keinginan kita yang terpendam) dari arah yang tidak disangka sangka.

Berpikir logika akan memenjarakan kita dalam sebuah keadaan yang terbatas , pikiran kitalah yang membatasinya..  Sedangkan iman akan membebaskan kita untuk menerima seluas apapun pemberianNya. 

Banyak hal yang kita tidak tahu dan banyak sekali hal yang kita amat sangat tidak tahu, dan hanya Allahlah yang menggenggam ilmunya,  termasuk ilmu untuk memiliki rumah.  Jadiiii ....

berpikirlah pakai iman.


Salam manis,


Innuri






Selasa, 13 Oktober 2015

Sulit Mencari Pekerjaan

Dear Allah lovers,

Ada seorang sahabat yang curhat, soal seorang saudaranya yang sulit mendapatkan pekerjaan dan sulit mencari nafkah, padahal sejak kecil dia anak yang shaleh, pintar, lulusan fakultas tehnik dari perguruan tinggi ternama, lalu menlanjutkan kuliah di luar negri.

"Adekku ini tadinya SMA dan kuliah sholeh banget dan rajin sholat. Saat kuliah dia malah rajin menghafal  Alquran,  tapi sedihnya, karena cobaan sulit mencari nafkah, dia sepertinya jadi skeptis tentang Allah... dia jadi pelit sekali (ga mau beramal) dia jadi sangat pemarah, dan males sholat.. seolah-olah protes, salah saya apa ".

Apakah Allah salah dalam menentukan nasib seseorang ? Tidak pernah ! karena Dia Maha Bijaksana dan Maha kasih sayang.

Lantas ?

Aku jadi  teringat akan seorang teman kuliah yang nasibnya memelas banget, begitu sulitnya mencari nafkah sampai pernah menjadi cleaning service , sarjana lulusan perguruan tinggi yang saat itu susah sekali masuknya ! yang lulusannya paling gampang cari kerja.

Aku juga teringat cerita seorang teman, yang punya kenalan sekeluarga lulusan perguruan tinggi negri terfavorit di Jawa Timur, tapi tidak sukses secara finansial setelah lulus kuliah, 3 bersaudara yang pintar-pintar dan semuanya tanpa kecuali  gagal di dunia kerja !

Apa yang salah ?

Barangkali kita perlu mendengarkan cerita salah seorang temanku .  Dia adalah senior di sebuah bank pemerintah, dia pula yang menangani rekruitment karyawan baru.  Dan dia bilang, dia tidak menerima lulusan dengan IPK tinggi tapi tidak punya pengalaman berorganisasi, karena biasanya itu  menandakan dia  tidak bisa bekerja sama dalam sebuah team, padahal bekerja di sebuah perusahaan membutuhkan ketrampilan berorganisasi yang baik.


Dan ternyata benar, si adik sahabatku itu memang pendiam dan tidak punya pengalaman berorganisasi.

Itu tadi adalah jawaban logisnya.  Jawaban spiritualnya membuatku bercerita tentang Aden dan Zeli, anak-anakku.

Aden itu lulus ITB dengan waktu yang 'tepat sekali' yaitu 6 tahun.  Tapi begitu lulus, dia tidak mencari pekerjaan, tapi pekerjaan yang mencarinya. Dia ditawari bekerja di sebuah bank pemerintah, ditelepon langsung dari Jakarta dan dia juga ditawari menjadi dosen di sebuah Perguruan Tinggi Negri di Malang.  Keduanya tidak dia tanggapi ... hehehe, memilih menjadi tukang gambar.  Dia founder dari Next Heaven , sebuah komunitas yang menerbitkan majalah anime pertama di Indonesia, juga menerbitkan berbagai karya buku anime yang pemasarannya ke seluruh dunia, sempat berpameran hingga ke Jepang. Keren ya ....

Begitupun Zeli, sejak SMA dia sudah berjualan online dan laris , bisa untung jutaan dalam sebulan masa liburannya. Sekarang dia sudah lulus ISI Yogyakarta dan sudah berkeluarga dan masih berjualan online, tapi memproduksi sendiri dagangannya, produknya bantal lukis, cuma bantal lukis dan sudah punya 2 karyawan.  Itu sebuah prestasi tersendiri untuk pebisnis pemula seperti dia.

Pernah aku ngomong ke suamiku, ngrasani anak-anak :"Kok mereka gampang sekali ya cari uang, kayak ibunya ", .... hahahaha .

Sebenarnya rahasianya terletak di pola berpikir dan pola berperasaan. Sederhana gak pakai ribet, aku mendidik anak-anakku untuk mempersembahkan semua yang dia lakukan untuk Allah. Niatnya sekolah ya untuk Allah, bukan untuk mencari kerja. Niatnya berusaha ya untuk Allah, bukan untuk nyari uang. Soal rejeki berupa sandang pangan papan dan materi, itu sudah dijamin Allah buat yang beriman dan bertakwa, bukan usaha dan pekerjaan kita yang bisa memenuhinya, tapi Allahlah yang memberikan karunia itu.

Bila niat hidup ini untuk mengejar materi, maka lari menjauhlah dia , takut, wong dikejar.  Kalau yang dikejar Allah, maka mendekatlah Dia lebih cepat dari langkah kita, sedangkan Allah adalah pemilik materi yang bisa memberikan apa saja kepada mereka yang dipilihNya. 

 Sudah terjawabkan pertanyaan sahabatku ?


Kamis, 08 Oktober 2015

Dunia Itu Ilusi

Dear Allah lovers,

Kemarin aku membaca artikel tentang pendapat para ilmuwan dunia yang mengatakan kalau dunia itu ilusi, persis kisah dalam film Matrix , cuma kita gak perlu ditancepin kabel-kabel, karena 'kabel kabel'nya sudah terbangun saat kita diciptakan.

Walau tidak semua yang dikatakan ilmuwan itu aku setuju, bahkan ada pendapat mereka yang bikin gemes juga , masak Allah Yang Maha Agung disebut Robot Tuhan, tapi soal dunia itu ilusi  memang benar tersirat di al quran.

"Dunia itu hanya main-main dan senda gurau" , itu salah satu yang tertulis di al quran.
"Kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan di akhirat", yang ini lebih tegas lagi mengungkapkan bahwa kehidupan dunia ini bukan kehidupan yang sebenarnya.
"Kita hidup di dunia sehari saja", itu kata manusia di ahirat nanti yang diterangkan di al quran.

Hanya saja , para ilmuwan tidak punya cukup ilmu untuk keluar dari ilusi , atau sekedar trik untuk merubah ilusi menjadi sesuatu yang benar-benar nyata.

Lantas, bagaimana cara cerdas menyikapi kehidupan yang cuma ilusi ini ?

Ilusi itu tipuan, jadi  jangan tertipu dengan tipu daya dunia,  cari kesejatian !

Nyari dimana ? ... haha ... sebenarnya kita tidak perlu mencarinya, karena sudah ada dan kita hanya perlu menemukannya,  harus pandai melihat mana yang tipuan dan mana kesejatian, melihatnya pakai buku manualnya manusia, al quran.  Kalau nggak pakai buku manual, tertipu lagi nanti, atau mentog di jalan buntu

Persoalan dan masalah itu tipuan, makanya kita disuruh memasrahkannya pada Allah, karena Allahlah yang akan 'bertugas' mengaturnya lewat sistem yang Dia ciptakan.  Jangan bayangkan Allah turun langsung mengatasi persoalan kita kayak 'superman', tapi Allah menciptakan sistem yang pasti, kayak komputer raksasa yang kalau kita masukkan 'input' pasrah, maka segala komponen di alam semesta , atom-atom, kabel kabel , aliran energi, semuanya akan merespon dan bergerak secara otomatis sesuai ketetapanNya.

Jadi jangan tertipu masalah dan persoalan yang cuma membuat kita terjerat di dalamnya, kebulet kayak kepompong tak kunjung jadi kupu kupu.  Kita hidup bukan untuk persoalan, karena persoalan itu ilusi, kita hidup untuk Allah, karena Allahlah kesejatian itu. Jadi keluarlah dari persoalan , terbanglah kayak kupu-kupu yang menemukan udara segar dan pemandangan yang luas.

Tandanya kalau kita sudah tidak tertipu dunia adalah kita merasa bebas , perasaan yang bebas, pikiran yang bebas dari segala masalah.  Yang ada di pikiran dan perasaan kita adalah kesejatian dan Allahlah kesejatian itu.

Segala yang kita lihat, dengar dan rasakan yang merupakan ilusi musti bisa mengantarkan kita pada kesejatian dan Allahlah kesejatian itu.

Segala sesuatu yang kita lakukan, bila itu diniatkan untuk selain Allah, maka itu akan lenyap karena kita melakukan ilusi untuk sesuatu yang ilusi. Tapi bila kita mempersembahkan apa yang kita lakukan untuk Allah, itulah yang mengeluarkan ilusi menjadi kesejatian, itulah hukum Allah yang pasti, yang tetap.

Bahkan sekedar berpikirpun bisa mengantarkan kita pada kesejatian, bila yang kita pikirkan soal penciptaan langit dan bumi hingga menyampaikan pada kesimpulan bahwa tidak sia-sia Allah menciptakan ilusi itu.

Yups, dunia itu adalah ilusi yang diciptakan dengan tidak main-main, ilusi yang amat indah, merupakan  tanda-tanda kebesaran Allah yang mengantarkan kita pada keyakinan bahwa kebesaranNya juga yang nanti akan mengantarkan kita pada kehidupan yang sebenarnya di akhirat.

Al quran juga mengajarkan pada kita agar kita tidak mencintai dunia, tapi mencintai Allah dan lebih mencintai kehidupan akhirat dibandingkan kehidupan di dunia.

Bagaimana caranya lebih mencintai akhirat sedangkan akhirat itu tidak pernah kita tahu ? Caranya dengan banyak-banyak berbuat kebaikan untuk Allah, maka Allah akan bukakan pengertian-pengertian indah di hati kita.

Jangan terbiasa berpikir logika , karena logika itu juga tipuan, berpikirnya pakai iman.  Contohnya : saat bersedekah, jangan merasa uang kita berkurang, karena kekurangan itu adanya dalam ilusi, jadi cuekin saja  ilusi 'kurang' atau merasa 'nanti tidak cukup'.  Sedekah yang ikhlas itu akan melepaskan pikiran kita dari jeratan ilusi, saat pikiran kita terlepas dari ilusi, saat itulah kita akan menemukan kesejatian.

Temukan tempat terindahmu di dunia, itulah tempat kesejatian berada, tempat yang terindah itu adalah di sisiNya, saat kita mengingatNya sambil berdiri, berbaring atau duduk, saat bersujud dan ruku kepadaNya. Rindunya kita akan saat-saat itu adalah pertanda bila kita mencintaiNya, sebaliknya bila kita sering lalai, malas dan tidak fokus saat menghadapNya, itu merupakan peranda bahwa kita telah terjerat dalam ilusi, jadi keluarlah dari ilusi dan berjuanglah untuk menemukan kesejatian.

Ternyata aku pernah menulis tentang ilusi dunia di tulisanku yang ini nih Jangan Berpijak Di atas Ilusi , tulisan ini lebih jelas lagi mengungkap bagaimana cara memenangkan diri keluar dari ilusi.

Kamis, 01 Oktober 2015

Menyandarkan Diri pada Allah

Dear Allah lovers,

Beberapa hari ini aku dicurhati seorang ibu rumah tangga yang punya hutang ratusan juta dan tidak tahu musti bagaimana.

"Suami sakit TBC dan sering ngedrop kalau kena masalah sulit, dan aku hanya ibu rumah tangga saja dengan 3 anak.  Kami hidup dengan usaha kecil dan berhutang selama sepuluh tahun gali lobang tutup lobang sampai ratusan juta. Suami dan keluarganya tidak ada yang tahu bahwa aku sudah berhutang begitu banyak, jadi aku menanggungnya seorang diri.  Sekarang aku sudah lelah".

Kalimat yang sering diulang-ulangnya adalah suami yang sakit , hanya ibu rumah tangga , usaha apa lagi ?

Aku bilang, ibu harus merubah mind set dengan cara banyak membaca terjemahan al quran dan juga mempelajari tulisan di  blogku lebih banyak lagi.  Dan dia jawab sedang mengamalkan surat al waqiah ....

Apa mind set yang harus dirubah ? tanyanya ... dan aku susah menjawab karena sebenarnya jawabannya sudah sering aku tulis di blog.

Yang aku baca dari curhatnya, isinya sedih melulu ... hehehe, namanya juga curhat. Maksudku, dia type orang yang menatap kehidupan dari kacamata sedih, barangkali inilah yang membuat hidupnya malah makin didatangi kesedihan.  Fokus pada persoalan, dan bukan fokus pada nikmat-nikmat Allah.  Bingung mencari solusi, bukan yakin dan pasrah akan pertolongan Allah.  Merasa diri paling menderita sedunia, padahal kalau dia mau melongok ke samping kiri kanan, banyak orang yang lebih menderita hidupnya.

Selama sepuluh tahun dan melompat dari hutang ke hutang yang lebih besar.  Pola pikirnya sudah harus dirombak total.

Ingat pelajaran ustad Virien, ada beberapa tipe orang dalam pola pikirnya.  Ada orang yang menyandarkan diri pada logika , ada yang menyandarkan diri pada ilmunya dan ada yang menyandarkan diri pada Allah.  Nah, menyandarkan diri pada Allah inilah yang disebut tawakal.

Hidup dari hutang ke hutang, itu menunujukkan bahwa dia bersandar pada logika, dan Allahpun berlepas diri dari kehidupannya. Saatnya bertobat dan kembali bersandar pada Allah sepenuh keyakinan!

Suami sakit dan dia hanya ibu rumah tangga, pemikiran inipun perlu dirombak total ! "Hanya ibu rumah tangga" ... kedengarannya dia sedang menghina profesi yang diamanahkan Allah padanya dan sekaligus menghina ciptaan Allah yang berupa dirinya sendiri.  Makanya gak keluar potensinya, karena dia sudah mengklaim  dirinya adalah orang yang lemah.  Bagaimana Allah mempercayakan padanya sebuah proyek besar bila dia sendiri sudah menolak dengan perasaan ketidak mampuannya ?

Cerita tentang suaminya, mengesankan dia dan sang suami belum bisa menyebut 'kami' , tidak ada kebersamaan yang saling menguatkan, seolah-olah dia bilang bahwa aku lebih kuat dari suamiku. Sebuah kesombongan yang halus sekali dan  sudah pula merendahkan suami pemberian Allah. Coba bayangkan bagaimana 'perasaan' Allah ? pemberianNya yang luar biasa kok direndahkan seperti ini ?

Potensi seseorang inshaAllah bisa keluar saat kita mempercayainya.  Percaya bahwa Allah memberikan suami yang tepat, percaya dalam kelemahannya pasti ada kekuatannya, lebih banyak mensyukurinya, lebih fokus melihat kebaikan-kebaikannya, mengabaikan kekurangannya.

Untuk bisa menyandarkan diri pada Allah (tawakal) , dia harus banyak mensinkronkan pikiran dan hatinya dengan al quran.  Segala sifat Allah yang tertulis di al quran musti diimani dengan penuh rasa percaya. Seperti sifat Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, harus melahirkan perasaan yakin bahwa Allah juga Maha kuasa untuk mengatasi persoalan keuangannya.  Allah yang Maha memberi jalan keluar yang tidak disangka-sangka , harus membuat perasaan menjadi tenang.  Kekuasaan Allah adalah lebih besar dari persoalan manusia , inilah mind set yang harus terbentuk.

Semoga si ibu bisa segera menemukan perasaan ikhlas dan tawakalnya dan semoga kita semua selalu menyandarkan diri pada Allah di sepanjang kehidupan ini.

Salam manis,

Innuri.