Senin, 28 September 2015

Mengatasi Trauma

Sahabatku di dalam kasih sayang Allah,

Tidak kusangka bila kejadian yang aku ceritakan di Ketika Hati tak tersentuh Al quran , membuatku mengalami trauma yang sampai mengganggu aktifitasku seharian.

Tadi pagi aku langsung ke butik setelah mengantar Alni ke sekolah pakai ojek pak Dari (suami bu Kot) karena mas Hary sakit.  Suasana di butik sepi, cuma aku seorang , yang membuatku terkenang lagi peristiwa kemarin, tangisku tak tertahan, sampai kaki dan tangan dingin.  Kenangan menakutkan itu kembali menyergapku.

Untung tak lama mak Rom datang, disusul bu Kot, yang kemudian menasehatiku macam-macam.

"Bunda, eling Alni ya , eling Insan", katanya.
 "Baca shalawat, ayat kursy", kata mak Rom.

Didoa-doain mak Rom membuatku lebih tenang dan kembali mengurus butik, walau di tengah-tengah kesibukan masih nangis-nangis lagi kalau ingat peristiwa itu.

Hari inipun bisa aku lalui dengan penuh perjuangan.  Giliran pulang ke rumah, bertemu suami yang orangnya ngeman (amat sayang dan menjaga) banget sama istri, lah malah membuatku nangis-nangis lagi .... hiks. Lalu aku putuskan untuk mencari cara lain agar terbebas dari belitan kenangan itu.

Akupun menenangkan diri , memohon petunjuk Allah, dan menganalisa bagian mana dari jiwaku yang sakit.  Dan aku melihat pikiranku didominasi peristiwa buruk , seperti mencengkeramku , dari memori di pikiran mengalir menyerang perasaan , itulah alurnya. 

Yang bisa membuatku lebih baik adalah bila kenangan itu terlepas, barangkali tak akan bisa terpisah sama sekali dari ingatan, tapi minimal tidak menyerang dan bermusuhan denganku.

Baiklah, akupun mengajak kenangan buruk itu 'berbicara'.  Dia adalah makhluk Allah yang didatangkan Allah padaku, jadi aku putuskan untuk hidup 'berdampingan' dengan damai bersamanya. Aku bilang padanya , aku menerima kehadiranmu dengan ikhlas sebagai tamu dari Allah.

Ajaibnya, ketika hati ini menekan tombol ikhlas , kenangan itu menjadi tidak semenakutkan sebelumnya. Lalu dia mengecil, mengecil, tertutup dan tidak terlihat.  Yang membesar di hatiku sekarang adalah rasa syukur, yang terlihat oleh mataku sekarang adalah wajah suamiku yang sabar dan  anak-anakku yang baik dan lucu.

Jadi jawaban untuk seorang yang sedang berperang melawan peristiwa yang traumatis adalah IKHLAS.  Entah bagaimana cara yang menyampaikannya pada ikhlas, yang perlu digali dari penderita adalah munculnya perasaan ikhlas, dan semuanya akan selesai dengan indah.

Tentu aku tidak akan mengulang lagi memakai jasa lelaki yang sudah membuatku begitu semrawut dan kacau.  Tapi aku sudah tidak ketakutan ketika namanya disebut , mengingatnya sudah tidak membuatku menangis dan aku tidak membencinya , tapi aku menerima dia apa adanya, tapi bukan untuk bekerjasama denganku.

Setidaknya pengalamanku ini bisa menjadi pelajaran buat orang lain bagaimana cara mengatasi perasaan trauma dan mengembalikan perasaan dan pikiran kembali normal.

Salam manis,

Innuri.




Minggu, 27 September 2015

Ketika Hati Tak Tersentuh Al Quran

Sahabatku sayang, para pecinta Allah.

Aku ceritakan pada kalian tentang seorang lelaki yang kemarin aku bersamanya sehari penuh, sehari yang mengerikan bagiku, dan aku sudah tidak berani lagi menggunakan jasanya.  Dia telah menghempaskan aku dalam rasa syukur yang bercampur trauma.  Bersyukur karena Allah selalu melindungiku , trauma karena bahaya yang hampir terjadi karena kecerobohannya.

Akupun menuliskan ini dengan air mata yang berderai.

Lelaki itu bersamaku seharian, aku membayarnya untuk membantuku menyelesaikan sebuah urusan yang tidak bisa aku jelaskan disini.  Sebenarnya aku sudah sering menggunakan jasanya, tapi baru kali ini aku begitu faham bagaimana sebenarnya dia.

Lelaki itu membaca al quran 2 jam sehari , di kampungnya dia mengajar mengaji, rajin mengikuti pengajian para kiai , pernah mondok dan 'ngenger' pada seorang kiai .  Itulah mengapa aku sering menggunakan jasanya , karena aku merasa nyaman bekerjasama dengan orang yang akrab dengan al quran.

Tapi, rentetan peristiwa yang terjadi di hari itu, membuatku melek mata dan melek hati.  Lelaki itu ternyata hatinya begitu kaku, kasar dan tidak bertanggung jawab. Kaget sekali aku, saat dia dengan begitu  ringannya melimpahkan kesalahan pada orang lain, padahal dia sendirilah yang telah bersikap ceroboh dan membahayakan orang banyak. Dan diapun tidak meminta maaf untuk kesalahannya yang lain lagi yang hampir membuatku rugi jutaan.  Dia tidak merasa bersalah sama sekali dan malah tertawa-tawa !

Oh ....

Malamnya aku tidur dengan gelisah, bagaimana mungkin orang yang akrab dengan al quran tiap hari, bahkan menghabiskan waktu berjam-jam untuk al quran setiap hari, hatinya tidak tersentuh oleh al quran ? Bagaimana itu bisa terjadi ?  Mengapa al quran tidak mau 'bersatu' dengan dirinya ?

Antara manusia dengan al quran, ada beberapa type interaksi, ada yang membaca al quran di lidahnya, ada yang sampai ke pikirannya, ada yang membaca al quran sampai menerangi hatinya dan ada pula orang yang tidak pernah membaca al quran sama sekali tetapi hatinya diterangi al quran !!!

... karena Allah memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendakiNya, dan kita musti mencari tahu , kepada siapa Allah kehendaki petunjuk itu sampai padanya ?

Perihal mengapa al quran tidak bisa menyentuh hati orang yang menghabiskan banyak waktu untuk membaca al quran, salah satu jawabannya ada di ayat ini.


[6:84] Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Simak kata per kata dari ayat tersebut, yang bila disimpulkan , petunjuk Allah diberikan sebagai balasan bagi orang-orang yang telah berbuat baik.  Berbuat baik adalah kuncinya.

Orang yang miskin perbuatan baik, dia jauh dari petunjuk Allah, meskipun kitab petunjuk itu berada di tangannya dan dibacanya pula setiap hari !

Semoga Allah melindungi kita dan anak cucu kita dari hal demikian.

Allah , perkenankan doa kami.  Masukkan kami semua dalam petunjuk dan cahayaMu.




Jumat, 25 September 2015

Keindahan di Titik Nol

Dear Allah lovers,

Tahun lalu , aku menentang suamiku yang ingin berkurban dengan beras, alasan dia karena yang berkurban dengan  kambing atau sapi sudah banyak .  Dan aku memenangkan perbedaan itu , sukses berkurban seperti orang-orang lain.

Sekarang, setelah aku lebih memahami makna qurban secara hakekat ( baca : dipaksa Allah untuk memahaminya) dan memutuskan berkurban dengan cara yang lain , kini giliranku menerima alasan dengan dalil-dalil .... hehehe .

Pernah menjadi orang yang begitu 'syariat' , sejak SMP bacaanku kitab-kitab terjemahan ualama terkenal, dari Bulughul Maram, Rhiyadhus Shalihin , Fiqh Sayyid Sabiq sampai buku-bukunya pak Hasby Ash Shiddieqi. Lalu mencoba memahami hakekat sejak bertemu eyang Syamsul'alam , pemahaman yang berjalan begitu lamban seperti jalannya kura-kura , aku tak kunjung bisa memasuki hekekat walau sudah puluhan tahun berlalu.

Dan ketika aku sedikit berhasil membuka pintu hakekat, melangkahkan kaki ke dalamnya , melihat pemandangan di dalamnya ... kurasa disinilah tempat terindah dari ajaran Islam yang dibawa sang Nabi. Kurasa, inilah intinya, tapi banyak orang (termasuk aku dulu) yang tidak memahaminya.

Simak al quran surat al kausar : Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.  Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.  Sesungguhnya orang yang membencimu itu terputus.

Allah yang Maha Adil memerintahkan berkurban, yang tentunya bisa dilaksanakan oleh SEMUA manusia tanpa kecuali.  Maka menjadi tidak adil bila berkurban hanya terjangkau bagi yang mampu membeli kambing , sapi atau unta.  Bagaimana dong nasib mereka yang tidak mampu ? padahal makna kurban secara bahasa adalah mendekatkan diri kepada Allah.  Apakah orang-orang yang tidak mampu membeli kambing, sapi atau unta tidak berhak untuk mendekatkan diri kepada Allah ?

Bertahun-tahun aku selalu berkurban dengan cara  mengikuti aturan syariat dan aku merasa tidak mendapatkan makna apa-apa , kecuali perasaan senang dan lega karena telah berhasil menjalankan perintahNya.  Dan ketika Allah memaksaku dalam sebuah kondisi tidak bisa berkurban seperti orang-orang , aku malah menemukan hakekat dan keindahannya.

Bahwa sebenarnya kita tidak boleh merasa memiliki apa-apa, tidak boleh merasa telah berusaha, tidak boleh merasa telah berbuat baik. Rasanya Allah telah memasukkanku dalam sebuah peran di sebuah kebijakanNya, lebur dalam skenarioNya.  Merasuk dalam tatanan harmoni alam semesta, semua ini sulit digambarkan dengan kata-kata , hanya bisa dirasakan.  Keindahan di titik nol , saat merasakan diri tiada , karena lebur dalam keberadaanNya , menyatu dalam kehendakNya , menari dalam irama semesta.

Maafkan bila mungkin aku ada menyakiti  perasaan  salah satu atau lebih dari kalian saat ada perbedaan pendapat kemarin,  aku amat memahaminya , dan yang pasti aku menyayangi kalian semua.

Allah, terimakasih untuk keindahan qurban yang Kau beri padaku tahun ini. 




Kamis, 24 September 2015

Tidak Bisa Berkurban (2)

Dear Allah lovers,

Apa arti berkurban bagimu ?

Di hari raya kurban tahun ini , aku serasa  mendapat sebuah pelajaran baru.

Seperti yang aku ceritakan di tulisanku kemarin, tahun ini aku tidak bisa berkurban. Aku terikat kontrak memberi pelatihan selama bulan Agustus - Oktober yang dana alat dan bahannya musti aku siapkan dulu, dan hingga saat ini  belum menerima uang pengganti yang nilainya puluhan juta, dan harus pula mempersiapkan beberapa pelatihan lagi ke depan yang nilainya juga puluhan juta ... 'ngempet ekonomi' ceritanya. Sampai Insan bilang , cara ibuk menabung sungguh spektakuler ..... hahahaha.

Bila aku baca di al quran tentang kurban, maka kurban itu dari binatang ternak. Dan yang kubayangkan adalah orang yang punya banyak ternak, lalu dia disyariatkan untuk berkurban dengan ternaknya . Ini bayangan orang awam , tapi bukankah al quran itu sesuatu yang mudah difahami meski buat orang awam sekalipun ?


[22:34] Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),

Dengan pikiran sederhana seperti itulah , aku dan suami memutuskan berkurban bebek ... ehm, jangan diketawain ya, bebekku itu jumlahnya puluhan , suamiku sedang trial memelihara bebek di belakang rumah , bila berhasil rencananya akan serius memelihara di kebun. Alhamdulillah dia berhasil , kata tetanggaku yang  sudah lama beternak bebek, bebek suamiku termasuk super.  Dan aku berniat untuk membaginya lewat Warung Ikhlas Malang , tentunya dalam bentuk mateng seperti biasanya .

Dan dengan pikiran yang sesederhana itu pula, kurasa kita bisa berkurban dengan apa saja , sesuatu yang  Allah rezekikan kepada kita , yang kita miliki dan kita cintai , sesuatu yang bila dibagikan kepada orang lain bermanfaat , diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Simak cerita Habil dan Qabil , salah satu dari mereka adalah petani yang berkurban dengan tanamannya , sedang yang satunya peternak yang berkurban dengan ternaknya. Jadi berkurban itu tidak musti dengan hewan ternak kan ? Intinya sesuatu yang Allah rezekikan kepada kita, yang bila kita keluarkan untuk orang lain menjadi bermanfaat.

Yang menarik dari kurban yang berupa hewan ternak adalah prosesi penyembelihannya, kurasa mengandung pelajaran yang dalam. Bila berkurban itu menyembelih, tidak cukup hewan ternaknya saja yang disembelih, melainkan juga sifat-sifat kebinatangan kita, rakus , serakah , mau menang sendiri , egois , tendang sana tendang sini .... dll.

Yang lebih halus lagi adalah menyembelih sifat 'ngaku-ngaku', merasa diri menjadi penyebab. Merasa kaya dan berhasil karena kepintarannya , merasa sukses karena ilmu dan pendidikannya.  Semua itu harus dibersihkan , karena semua itu sumbernya dari Allah.  Inilah yang harus dibersihkan dengan penuh kesengajaan , karena kita biasanya suka lupa bila kemilikan sifat 'ngaku-ngaku' ini. Coba dicermati lagi hatinya.

Salam manis,

Innuri.


Rabu, 23 September 2015

Tidak Bisa Berkurban

Dear Allah lovers ,

Bagaimana rasanya menyambut iedul qurban tanpa bisa berkurban ? .... tanyakan padaku sekarang .... ehm ...  rasanya campur aduk .

Ini salahku sendiri , hari raya qurban kemarin, aku berkurban di kebun karena disana tidak ada yang berkurban katanya . Lalu aku tambahi pula dengan mengirim daging kurban dari teman-teman , kupikir agar masyarakat sana bisa kebagian semua.  Eh, ternyata disana juga mendapat kiriman daging kurban dari tempat lain, singkat kata melimpah limpah sampek mblenger istilah jawanya. Kejadian seperti itu juga terjadi di pesantren Gubug.

Menyaksikan semua itu membuatku spontan bilang :"Baiklah, aku mau ngalah saja , tahun depan aku berkurban belakangan saja , tidak usah pas iedul adha atau hari tasyriq , asal lebih bermanfaat buat orang banyak , kurasa itu bakal lebih baik dan Allah Yang Maha Tahu pasti mengerti".

Eeeh , kalimatku menjadi kenyataan sekarang ... hiks , dan rasanya tidak enaaaak ! sungguh ! Aku tidak bisa berkurban karena sedang labil ekonomi ... haha ... Aku sedang 'mabuk pelatihan' , di bulan agustus sampai september , aku mendapat jatah proyek pelatihan belasan kegiatan, yang untuk itu aku harus menyiapkan dana duluan yang jumlahnya cukup besar bagiku , sampai gak bisa berkurban !

"Nah, kapoklah kamu Indah, ngomong jangan asal njeplak!", kata cicak di dinding.  Ya cicak, aku menyesal, tidak akan aku ulangi . Akupun sudah mohon ampun kepada Allah, semoga Allah mengampuni.

Tapi kedatangan eyang Virien tadi siang sungguh membuka mata batinku.  Saat aku bercerita tentang kepleset lidah yang membuatku benar-benar tidak bisa berkurban.

"Bunda-bunda , warung ikhlasnya bunda itu kan sudah melebihi qurban", kata eyang yang membuatku tercenung.

Iya ya , Allah memang tidak memampukan aku untuk berkurban tahun ini , tapi Allah telah memberi peluang padaku untuk berkurban yang nilainya (kata eyang) melebihi kurban.  Berkurban hanya sekali setahun , tapi kegiatan warung ikhlasku berlangsung hampir setiap hari di rumahku .  Bukankah itu sebuah penggantian yang luar biasa ?

Terimakasih Allah , aku terima keputusanMu dengan ikhlas dan senang hati.

Adakah kalian yang tidak bisa berkurban tahun ini ?
Jangan sedih , barangkali Allah sedang mengganti dengan hal lain yang lebih baik.

Salam manis,

Innuri.



Sabtu, 19 September 2015

Bahagia Cara Instant

Dear Allah lovers,

Sebenarnya ini bukan penemuan baru, sebuah cara instant untuk bahagia. Cuma akhir-akhir ini aku semakin menemukan kedalamannya , semakin aku mempraktekkan terasa semakin menentramkan dan memberi rasa bahagia .  Kurasa aku harus mengupayakan ini dari waktu ke waktu , dari detik menuju detik selanjutnya, sengaja memprogram diriku untuk selalu seperti ini.

Apa itu ?

Emh , sudah kubilang ini bukan temuan baru , banyak yang tahu tapi sering melupakannya dan mungkin menganggap itu tidak penting. Sepertiku dulu mungkin.

Berawal dari pertemuanku dengan seseorang yang sama sekali aku tidak berharap bertemu dengannya , sialnya lagi , aku harus bertemu dengannya untuk beberapa hari ke depan. Amat sangat tidak enak terasanya.

Lalu aku mencoba untuk memahami , bukankah ada Allah yang merencanakan semua ini berlaku padaku ? Bila aku mencintaiNya , pasti aku mencintai ketentuanNya , dan mencintai orang yang Allah kasihi .  Dan pasti Allah mencintai semua makhlukNya tanpa kecuali , termasuk yang satu ini nih.  Allah mencintai makhlukNya dengan caraNya , dan aku mencintai segala yang dicintaiNya dengan caraku.

Caraku adalah dengan menerima dia (dan semua orang yang terlibat dalam urusan denganku) dengan senang hati, menerima apa adanya mereka tanpa komplain , seperti tangan yang terbuka , siap menerima apapun yang diletakkan di atasnya , dan menerima segala pemberian dengan hati yang penuh kasih.

Aku mencoba untuk seperti itu , aku bilang pada Allah bila aku mencintaiNya , dan mencintai makhlukNya tanpa kecuali.

Barangkali ikhlas itu berjenjang , ikhlas menerima , ikhlas menerima disertai perasaan suka pada apapun pemberianNya , dan ikhlas yang terbit  berlandaskan rasa cinta kepadaNya .  Ikhlas yang model terakhir ini yang paling indah dan spontan memberi rasa bahagia. Bahagia cara instant kataku , tapi proses memahaminya tidak bisa instant, butuh pemrograman diri dengan sengaja.

Maka akupun sengaja memprogram diriku untuk suka dengan apapun yang terjadi dalam hidupku.  Pernah mau flu dan badan meriang tidak karuan , aku terima dengan suka , bukankah ini pemberian Dia yang mencintaiku dan aku mencintaiNya ? bukankah Dia memberikanku pengalaman ini karena kasih sayangNya.  Dan ketika keikhlasan itu muncul , hasilnya aku memahami di kedalaman makna bahwa rasa sakit diperlukan untuk mensyukuri nikmat sehat.

Dan perihal seseorang yang sebenarnya malas aku bertemu dengannya , yang nomor hp-nya pun sudah aku hapus dari hp-ku, akhirnya aku bisa menerima dia dengan senang , kebencian itu menguap entah kemana, berganti pengertian-pengertian yang indah dan kasih sayang. Dan lucunya , meskipun kami berada di acara yang sama , aku tidak bertemu dengannya !

Aku menyebutnya bahagia cara instant.

Karena mencintaiNya adalah cara terindah untuk bahagia .

Semoga kalian semua bahagia , sahabatku.

Salam manis ,

Innuri.


Jumat, 11 September 2015

Berbuat Baikpun Perlu Strategi

Dear Allah lovers ,

Berbuat baik itu ada saja ujiannya ya ? ...kedengarannya kok aku sedang mau curhat nih ... hehehe ,  tapi sekaligus bisa menjadi pembelajaran buat orang-orang yang ingin berbuat baik. Semoga curhatku yang berkenaan dengan kegiatan warung ikhlas Malang bermanfaat buat kalian.

"Makanya donasinya jangan cuma buat 1 orang saja, kan masih banyak yang parah", begitu katanya di inbox, kata seorang anak muda yang kemarin memintaku mengupload pak Jumain di lelang kebaikan .

"Memangnya selama ini cuman buat 1 orang ? ", aku menjawab dengan emosi.  Ini anak sebelumnya  sudah mencerewetiku dengan mengatakan kalau caraku kurang adil , sedekahnya juga harus 100 % diberikan ke yang bersangkutan (aku jawab aku memberikan 112% karena tak tambahi ... hahahaha).

Akhirnya aku bilang padanya bahwa berbuat baik itu perlu sistem, perlu proses, dan tidak bisa grusa-grusu (tergesa-gesa).  Target yang jelas , disertai strategi dan perhitungan agar perbuatan baik kita bisa mencapai target yang ditetapkan.  Walau yang terjadi di lapangan lebih banyak hal yang tidak terduga, suka meleset dari perhitungan , karena dimanapun kita berada tidak lepas dari kekuasaan Allah, tapi bukankah Allah telah memberikan kita panduan di al quran ? artinya bila kita berjalan sesuai dengan ketetapanNya , pasti ada kemudahan dan pertolonganNya.

Diantara panduannya adalah dalam hal UKURAN , Allah menciptakan segala sesuatu berdasarkan ukuran :

[Al quran Surat 5:21] Dan tidak ada sesuatu pun melainkan pada sisi Kami-lah khazanahnya ; dan Kami tidak menurunkannya melainkan dengan ukuran yang tertentu.

Artinya , dalam berbuat baikpun tidak bisa serakah meskipun serakah dalam kebaikan, karena masing-masing orang / lembaga / yayasan punya ukuran tertentu, jadi perbuatan baiknya sesuai dengan ukuran mereka masing-masing.

Untuk  warung ikhlas Malang karena lebih banyak dikenal di dunia persilatan ... ups !  di dunia maya maksudku, ukurannya bisa terlihat dari jumlah page like nya yang hanya 1000 an lebih , dari people reached setiap kali posting yang hanya ratusan.  Dari situlah aku menghitung berapa ukurannya , berapa kali dalam sebulan aku bisa mengupload orang-orang yang perlu ditolong dalam lelang kebaikan.

Dari seratus orang yang melihat peluang berbuat baik , anggap 1 % saja yang bisa membantu , berarti prediksinya ya hanya 1 orang saja yang ikut membantu.  Tinggal mengalikan saja berdasarkan jumlah people reachednya. Entah nanti yang terjadi di lapangan terserah kebijakan Allah, tapi inilah caraku mengukur seberapa jauh bisa tercapai target.

Mengingat pula , usia warung ikhlas Malang yang baru sebulan lebih  2 minggu , selain masih belum dikenal luas, juga masih belajaran, jadiiiii .....

Jadi tolong deh , aku jangan dicereweti , kok mbak Innuri cuma mengupload satu orang dalam seminggu padahal banyak sekali orang yang membutuhkan ? Biarkan aku tenang menyusun rencana baikku

Dalam kesempatan yang berbahagia ini , aku juga ingin menyampaikan bahwa warung ikhlas Malang bukan cuma berbagi nasi ,  tapi juga berbagi kebaikan . Dan siapapun bisa terlibat dalam kegiatan kita tanpa pandang kuping ... eh ... hahaha , tanpa pandang tempat tinggal , suku , agama, ras , golongan dll . Islam itu rahmatan lil alamin , kasih sayang buat alam semesta .

Kata Malang di dalam Warung Ikhlas Malang  hanya menunjukkan lokasi markasnya berada, bergeraknya sesuka hati .  Selama ini donaturnya juga banyak yang dari luar Malang, sementara ini kebanyakan masih teman-temanku ... terimakasih yaaaaa ....

Contoh kasus yang baru terjadi , lelang kebaikan untuk Suami Setia yang orang Bandung, pendonasinya dari Jakarta , Nganjuk dan Malang , dan entah kota mana lagi .... Duh indahnya kebersamaan.

Maafkan ya , karena sebagian tulisan ini isinya curhat ....  tapi  boleh kan ? gak kena tilang kan ? ... hahahaha.

Salam kasih

Innuri

Rabu, 09 September 2015

Haji Itu Tidak Penting

 Dear Allah lovers,

Aku pernah menulis tentang haji di 3 tulisan , coba simak dulu : Mabrur sebelum haji 1 , Mqbrur sebelum haji 2 dan Mabrur sebelum haji 3  .

Pernah terpikir olehku, mungkin dengan adanya warung ikhlas Malang yang aku kelola, aku bakalan bisa 'tega' untuk naik haji. Karena aku sudah memberi makan fakir miskin, sudah pula menganjurkan orang lain untuk memberi makan fakir miskin. Tapi kenyataannya aku kok malah jauh dari keinginan ingin naik haji ... hiks .. apa yang salah pada diriku ini ?  begitu pikirku .

Tapi kan untuk berhaji memang ada syarat tertentu , yaitu mampu , mampu secara finansial, mampu secara fisik , mampu secara keamanan .  Dan satu lagi menurutku dia harus mampu secara mental , dalam arti tidak gila dan dalam arti khusus yang aku artikan sendiri : cukup mampukah mentalnya melihat orang di sekelilingnya tinggal di gubug reyot yang tidak bisa disebut gubug apalagi rumah ? cukup mampukan mentalnya melihat orang berjuang menahan rasa lapar dan terpaksa makan dari tong sampah ? cukup mampukah mentalnya melihat orang yang untuk makan saja musti ngasak dari sawah sehabis panen ?

Dan itulah yang terjadi padaku , aku tidak cukup kuat untuk menikmati 'romansa' spiritual bersama Allah, kangen-kangenan dengan peninggalan Rasullullah, sementara di belakangku ada tukang becak yang tidur di becaknya karena tidak mampu bayar kontrakan , ada tetangga yang ngasak di sawah untuk makan, ada manusia yang tinggal di kandang ayam dan di emperan toko.

Ka'bah itu pusat bumi , adalah titik nol yang sebenar-benarnya (bukan Greenwich London) , disana ada semacam arus listrik yang tercipta dari kumparan magnet bumi yang naik ke langit .  Begitu yang pernah kubaca , yang menjadi alasan ilmiah kenapa doa-doa yang dipanjatkan disana adalah doa doa yang makbul .

Nah, dalam diri kita yang kecil inipun ada kumparan magnet dan arus listrik yang bisa naik ke langit, yang secara spiritual kita sendirilah yang menciptakan kumparan itu hingga tercipta 'panah cahaya' yang naik ke langit dari doa-doa kita. Kumparan itu adalah lingkaran dzikir, dzikir dalam arti penghambaan diri kepada Allah yang diwujudkan dalam segala sikap dan perilaku keseharian yang mengabdi kepada Allah. Coba temukan itu dalam diri kita masing-masing.

Haji itu tidak penting bagiku, dan tolong pendapatku jangan dipelintir (haha ... bergaya ala orang penting) , karena yang penting mabrurnya kan ?

Mari renungkan, jumlah jamaah haji Indonesia yang bejibun sampek nunggu 'ratusan tahun' itu bukankah menunjukkan kalau di Indonesia pusatnya orang kaya ? Tapi mengapa masih banyak orang yang hidup di bawah garis kemiskinan ? Lah orang-orang kayanya  pada kemana ? Helloooww !!!

Jadi banyaknya jamaah haji di Indonesia itu tidak bisa menjadi tolok ukur kemakmuran sebuah bangsa, hanya menunjukkan banyaknya orang kaya yang egois.  Maaf banget nih, ucapanku jadi kasar begini , kena dampak tsunami hati ... hehehe.

Rasanya tuh, semakin aku mengurusi orang-orang miskin, semakin jauh aku dari keinginan naik haji atau umroh sekalipun. Entahlah bila suatu saat Allah merubah hatiku, aku pasti tidak berdaya. Untuk saat ini tidak .
Keinginanku saat ini adalah membuat tempat tinggal untuk dhuafa , agar mereka tidak perlu lagi tidur di emperan toko, di becak , di bangku pasar, di gubug derita .... Aku masih memikirkan bagaimana caranya , atau ada yang punya usul ? punya uang juga boleh ... hahahahaha.




Selasa, 08 September 2015

Sepi Pasar

Dear Allah lovers ,

Maaf ya, beberapa hari tidak ngeblog sampai diinbox sama pembacaku yang cantik.  Aku lagi sibuk dengan warung ikhlas , pagi-pagi biasanya ngeblog, jadi masak di dapur, siang di butik, sore ngerjain pembukuan di rumah, malam di samping suamiku .... hahaha.

Ada yang risau soal harga-harga yang naik dan kondisi pasar yang sepi .  Apa yang harus dilakukan ? 

Ada yang menyalahkan pemerintah nggak ? ... hihi ...

Yang pertama disadari , keadaan ini terjadi atas ijin Allah dan berlaku atas skenarioNya , jadi ya ikhlas saja. Cobaan berupa kekurangan harta itu sudah menjadi ketetapanNya.

[2:155] Dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.
 
Solusinya adalah sabar, artinya kalau kita sabar ya pasti digembirakanNya alias ditolongNya.  Sabar itu artinya ya sabar ... hehehe, menikmati prosesnya dengan ikhlas, dengan rela, dengan senang , tetap bersyukur, sambil mendekatkan diri kepadaNya.  Hanya Allah segala-galanya, tempatkan Allah sebagai yang ternomer satu di hati kita . Bila cobaan ini bisa mendekatkan diri kepadaMu, aku rela ya Allah, begitu hati kita berbisik kepadaNya.

Lihat yang di bawah kita , banyak yang lebih menderita kan ? dan tetap bersedekah dalam lapang dan sempit.
 
Harta itu milik Allah, walau sedang 'singgah' di dompet atau di rumah kita.  Begitupun persoalan harta, itu juga milik Allah, makanya tidak usah merasa memiliki harta atau persoalan harta, bersyukur saja dan tetap bahagia dalam kondisi apapun. Tetap bersedekah walau dalam kondisi sempit.  Bersedekah dalam sempit itu untuk membuka kelapangan.  

Salam manis,

Innuri