Selasa, 26 Mei 2015

Dalam Sebuah Perlombaan

Dear Allah lovers,

Pernahkan kalian mengalami , disaat menginginkan X,  Allah memberi Y yang nilainya jauh lebih besar daripada X. Tapi disaat kita menginginkan Allah, kita mendapat Z yang nilainya jauh lebih besar daripada X dan Y yang digabung jadi satu.

Hari minggu kemarin aku ikut lomba menata hantaran dan tidak menang ... hehehe, tapi dalam ketidak menanganku aku amat menang sekali .... hahaha ... Penasaran kan ?

Sebenarnya saat aku diminta ibu RW untuk mengikuti lomba menata hantaran di kelurahan, aku sudah merasa perlu untuk menata niatku.  Aku tidak mau pergi mengikuti lomba dengan niat ingin menang ..... ehm, kok ? Iya, aku tidak mau melakukan sesuatu dengan niat lain selain untuk Allah.

Jadi niat apa dong yang perlu aku taruh di hatiku saat berangkat lomba ? kalau niatnya ingin menang, berarti bukan niat karena Allah.  Bila aku menang dan membuat peserta lain merasa sedih dan gagal , ini namanya tidak menang.  Aaaah , ribet banget ya jadi Innuri ... makanya Innuri cuma satu saja di bumi ... hahahaha.

Jadi bagaimana caranya menemukan niat karena Allah dan hasilnya menang ? ini dia yang aku gak tahu, bila kalian tahu , kasih bocorannya ke aku ya .

Nah, akhirnya aku memutuskan niatku adalah untuk menjalin tali silaturahim dengan ibu-ibu di perumahan ini, bukankah Allah yang menyuruh kita menjalin silaturahim? yang berarti niatku sudah niat karena Allah.  Kupikir bila tidak ada acara seperti ini, aku juga tidak bisa mengenal lebih akrab dan dekat dengan ibu-ibu disini, mengingat aku termasuk penduduk baru.

Begitulah niat yang tertata di hatiku yang membuat aku tidak kecewa saat tidak menang, malah ikutan senang melihat histeria ibu-ibu yang menjadi juara .... hahaha ...

Allah memberiku hal yang lebih berharga dibandingkan kemenangan , Allah menghadiahiku 'sesuatu'.  Bahkan seandainya di tanganku diletakkan 2 pilihan antara menang atau 'sesuatu' ini, maka aku lebih memilih sesuatu. Apakah sesuatu itu ? ... jangan kemana-mana ya , tetap di saluran .... hihihi.

Dalam lomba itu aku dipasangkan dengan bu Ardi dari perumahan Pondok Wisata, perumahan yang berada di seberang jalan perumahanku.  Saat berlatih menata hantaran bersama bu Ardi ditemani bu Tresna, kami ngobrol tentang TPQ di perumahanku (perum Graha Bandara).  Aku bercerita tentang ideku menghadirkan guru les saat anak-anak mengaji, agar mereka tidak berlarian kesana kemari saat menunggu giliran membaca.  Mereka bisa mengerjakan PR atau sekedar menanyakan pelajaran yang mereka kurang fahami.  Tak kusangka bu Ardi menawarkan diri menjadi sukarelawannya !

"Aku mau membantu bu Indah, aku bisa ngasih les sampai pelajaran anak SMA", katanya , dan gak pakai dibayar pula! ... wahaha ... ini loh yang namanya rejeki ndemblok.  Benar-benar hadiah yang luar biasa buatku, hadiah dari Allah, sudah dapat guru les, juga  teman yang bisa bantuin aku mikir TPQ ... sesama remadja harus saling bantu kan ? hahaha .....

TPQ Anak Saleh, itu judulnya , aku merasa selama ini cuma Windy karyawanku yang memikirkannya, aku cuma bagian ngasih uang saja. Dan Allah memberiku teman disaat aku punya niatan lebih serius memikirkan TPQ.  Betapa Allah Maha Baik.

Kamis, 21 Mei 2015

Mensyukuri Kematian

Dear Allah lovers ,

Ijinkanlah aku bicara soal kematian, karena sedikit orang berpikir tentang kematian seperti caraku memandang kematian.  Semoga Allah menuntun pemahaman kita semua.

Ceritanya, saat bapak meninggal, aku dan mas Harylah yang menungguinya di  ruang ICU di sebuah Rumah Sakit di Batu. Keluar dari ruang ICU , aku disambut keluarga pasien lain yang sama-sama menunggu keluarga mereka. Mereka menanyakan kabar bapak, dan aku menjawab dengan tenang bahwa bapak sudah meninggal.

"Mbak kok bisa ikhlas begini ? Kemarin ibu yang di ruang situ meninggal dunia, anaknya menjerit sampai nggeblag nggleblag (pingsan)", katanya.  Aku jawab :"Bapakku meninggal dengan akhir yang baik, dalam keadaan bahagia dan dibahagiakan Allah hingga akhir hidupnya.  Bapak juga meninggalkan perbuatan baik yang masih bisa dinikmati masyarakat banyak walaupun bapak sudah meninggal.  Jadi ya ikhlas saja".

"Iya ya, enak kalau begitu. Anaknya pasien yang kemarin meninggal itu katanya punya kesalahan besar pada ibunya dan belum sempat meminta maaf, sampai jerit jerit", lanjutnya.

Banyak cerita tentang histeria kehilangan orang-orang yang disayangi. Aku menjumpai seorang anak yang bahkan menuding nuding dan memaki-maki tetangganya yang telah menolong ibunya saat ibunya meninggal dunia, padahal selama ibunya sakit, anak ini juga tidak merawat ibunya dengan semestinya.  Seperti tangisan penyesalan, atau mungkin  tangisan buaya untuk menutupi kesalahan besar yang telah dilakukannya pada orang tuanya (maaf bila kalimatku ini kasar sekali).

Tangisan dan rasa cinta itu berbeda, belum tentu yang tangisannya keras punya rasa cinta yang lebih besar daripada yang sekedar menitikkan air mata, Tingginya nada lengkingan bukan menunjukkan tingginya rasa kasih sayang, ataukah mungkin malah menunjukkan lemahnya diri mengendalikan emosi.

Lagi-lagi menurut Innuri, saat seseorang meninggal dunia dengan khusnul khatimah (akhir yang baik), sebenarnya ini adalah saat graduated , saat kelulusan seseorang dari alam dunia dengan predikat summa cum laude ....... ehm , jadi jangan ditangisi , orang sedang berbahagia, orang lulus  kok ditangisi, orang mau bertemu Sang Maha Raja yang dicintainya  kok ditangisi , yang bener itu disyukuri dan boleh traktiran ayam bakar buat seluruh tetangga (= selamatan).

Lain persoalannya kalau yang meninggal dunia su'ul khatimah (akhir yang buruk), ini juga tidak perlu ditangisi .... hihi ... , yang khusnul khatimah gak boleh ditangisi, yang su'ul khatimah kok ya gak boleh ditangisi, apa sih maunya Innuri ? ... hihi. Maunya Innuri ya ikhlas saja, menangis tidak merubah keadaan, jadi ya didoakan saja dan dijadikan pelajaran buat yang masih hidup ,  berusaha agar semasih hidup sudah 'khusnul khatimah', belajar mati gitu .... hehehe ... Duh , emangnya mati bisa dipelajari ? pakai trial gitu , mencoba-coba mati .... ah , jangaaaaannnn !!! gak ilok kata orang jawa ... hahahaha.

Doa seorang anak yang shaleh bisa kok merubah keadaan orang tuanya yang sudah meninggal, agar  terampuni dosa-dosanya dan mendapat tempat yang indah di sisi Allah, bila dosanya sudah kebacut alias keterlaluan , minimal bisa meringankan siksa orang tuanya. Jadi daripada menangis menjerit-jerit, lebih baik berdoa atau kirim-kirim al fatihah buat yang meninggal.

Doa yang dipanjatkan oleh siapa saja, bila si mati semasa hidupnya beriman, inshaAllah sampai, jadi tak perlu membatasi karena bukan anaknya , maka tidak mau mendoakan. Bukankah di dalam al quran banyak contoh doa untuk sesama muslim ? Dan tentunya boleh mendoakan aku, baik aku dalam kondisi hidup atau mati .... haha ....

Pernah membayangkan saat kematian tiba ?
Bagaimana perasaanmu saat membayangkan kematian ?
Pernahkah kamu bersyukur karena Allah menciptakan mati ?

Ya, umumnya orang bersyukur dengan kehidupan, kesehatan , kesejahteraan .... mana ada orang mensyukuri kematian ? Bisa-bisa dipelototin setiap orang , kecuali yang matanya sipit , karena yang sipit gak bisa melotot ... hehe. 

Matinya sebuah kesombongan, itu patut disyukuri. Makanya orang yang sombong , adigang adigung adiguna , kalau mati pasti disyukuri banyak orang. Jangan sampai terjadi deh, kita mati dan disyukuri banyak orang dan disyukuri malaikat pula .... Lebih baik mematikan kesombongan dalam hati kita selagi masih hidup.

Kalau tidak ada kematian , mungkin hari ini kita masih gemes melihat  tingkah polah Firaun yang dengan sombongnya mengangkat dirinya jadi Tuhan , juga kekejaman Hitler , Napoleon Bonaparte , Daendles , ......... dan aku masih bisa ketemu sama Ken Arok dan keris empu gandringnya  .... hiiiiii ..... Eh, tapi mungkin Ken Dedesnya berteman dengan aku di facebook dan berbagi resep masakan .... hahahahaha. Makanya kita perlu juga mensyukuri kematian.

Udah dulu aaaah.


Rabu, 20 Mei 2015

Keajaiban Itu Mendatangi

Dear Allah lovers,

Ada yang bertanya padaku , "Kok mbak Indah cuma bilang pasrah saja, memasrahkan pada Allah, sudah.  Tapi bukankah kita dikaruniai akal pikiran dan tenaga untuk berusaha ?".

Sebenarnya jawaban atas pertanyaan itu bisa ditemukan tersebar di banyak tulisan-tulisanku sebelumnya. Silahkan dibuka-buka lagi. Sekarang aku mau menambahkan dan menegaskan saja.

Usaha yang pertama kali harus dilakukan adalah membenahi mind set dan heart set dulu, lewat memahami ayat-ayat al quran.  Bukan usaha mencari solusi kesana kemari .

Setelah terbentuk settingan yang benar di pikiran dan perasaan kita , pasrahkan persoalan pada Allah dan jaga keyakinan dan ketenangan.  Pertolongan Allah itu MENDATANGI kita, tidak perlu repot mencari .  Andaipun perlu mencari, itupun sudah DISEDIAKAN fasilitasnya oleh Allah. Jadi tidak usah bingung, panik atau mikir.

Di dalam al quran disebut barang siapa bertawakal (memasrahkan persoalan) kepada Allah, maka Allah akan menjadikan mudah urusannya dan memberi jalan keluar dari arah yang tidak disangka-sangka.  Tinggal pasrah saja bukan ? Tidak repot kan ? Mudah kan ? Jadi mengapa musti mempersulit diri dengan pusing memikirkan jalan keluarnya ?

Tinggalkan logika .  Akal pikiran dan tenaganya digunakan pada saatnya nanti , bukan pada saat berada di jalan buntu dan tidak tahu mesti ngapain.  Pasrahkan pada Allah dan yakin. Keajaiban itu mendatangi , bukan dicari .


Kamis, 14 Mei 2015

Berprasangka Buruk Kepada Diri Sendiri

Dear Allah lovers,

Ingat ayat yang menyuruh kita menjauhi prasangka buruk ? karena sangka-sangka buruk itu sedusta dusta pembicaraan.

Nah, kadang kita bisa menjauhi sangka-sangka buruk ke orang lain, tapi kita mengabaikan satu hal, yaitu berprasangka buruk pada diri sendiri. Kok bisa ya ? Contohnya , berprasangka bahwa dirinya tidak bisa sukses, sudah garis nasib hidupnya begini, tak akan bisa berubah , dll dll.

Terkurung dalam persangkaan yang salah tentang dirinya sendiri, sementara dia belum mencobanya.  Dan bila dia mencobanya dan gagal, maka dia semakin membenarkan prasangkanya dan dengan yakinnya dia bilang dalam hati : "Nah kan ? sebelumnya aku sudah merasa , memang rejekiku cuman segini, aku gak bakat jadi orang sukses".

Kegagalan demi kegagalan kadang membentuk kesan di bawah sadar, membangun penjara pemikiran negatif tentang diri sendiri.  Inilah yang aku sebut berprasangka buruk kepada dirinya sendiri, yang berarti merendahkan kemampuan dirinya, yang berarti juga meremehkan yang menciptakan dirinya, yang sama artinya dengan berprasangka buruk kepada Allah.  Ini bahaya saudara saudara !!!

Untuk keluar dari penjara pemikiran seperti itu, mulainya dari NIAT , niat hidup karena Allah dan mempersembahkan hidupnya kepada Allah.  Ini adalah gebrakan pertama yang membuat dirinya keluar dari 'cangkang' prasangka buruknya kepada dirinya sendiri.  Selanjutnya jadikan al quran sebagai panduan , dan jaga niat dan prosesnya untuk selalu di jalan Allah.  InshaAllah semuanya dimudahkanNya.

Salam manis di jumat cerita.

Selasa, 12 Mei 2015

Kisah Seorang Perawat

Dear Allah lovers,

Saat ibuku berpulang ke rahmat Allah, ada pelayat spesial yang datang bersama istri, anak dan ibu mertuanya.  Beliau bukan sanak saudara, tapi kayak saudara.

Namanya mas Joko, perawat yang datang ke rumah untuk merawat ibu tiap 3 hari sekali.  Seiring membaiknya kondisi ibu, mas Joko hanya datang seminggu sekali, rencananya mas Joko datang ke rumah Ngantang hari Senin atau Selasa, tapi hari Minggunya ibu meninggal, justru saat kondisi ibu amat baik.  Akhirnya mas Joko datang sebagai pelayat ... hiks.

Yang aku ingat dari mas Joko adalah ceritanya tentang teman-temannya sesama perawat.  Inti dari ceritanya mengajarkanku bahwa  pekerjaan yang dikerjakan dengan keikhlasan dan ketulusan hati akan memberikan umpan balik / balasan yang sempurna.

"Pekerjaan perawat itu resikonya tinggi, tidak seimbang dengan gajinya. Setiap hari bergelut dengan penyakit yang bagi banyak orang terlihat menjinjikkan, kadang berhadapan dengan keluarga pasien yang begitu cerewet dan tidak kooperatif, dan bagian terburuknya adalah resiko tertular penyakit berbahaya seperti tbc, aids.  Tapi bila melakukannya dengan tulus dan ikhlas karena Allah, pasti Allah selalu melindungi", pernah dia bilang seperti itu.

"Di dunia medis yang terlihat sebagai pekerjaan yang penuh jiwa kemanusiaanpun susah menemukan orang-orang yang tulus.  Kebanyakan mereka bekerja untuk mencari uang, dan hasilnya ....", katanya.

"Dan hasilnya ?", aku yang penasaran jadi tidak sabar.

"Beberapa temanku seangkatan waktu kuliah, sampai saat ini hidupnya masih mengontrak, itupun mengontrak kamar. Aku amati, mereka ini perawat yang memandang pasien sebagai obyek mencari uang.  Sedangkan aku dan beberapa teman seide, memandang pasien sebagai ladang berbuat kebaikan.  Itulah bedanya, dan hasilnyapun berbeda", lanjutnya, aku diam menyimak.

"Bukan menyombongkan diri, aku sudah punya rumah sendiri, kendaraan dan tanah.  Kupikir kalau kita bekerja dengan tulus dan ikhlas, Allah pasti memberikan yang terbaik", katanya.

"Dulu aku pernah begitu matre, mengejar uang.  Banyak pasien aku tangani sampai diprotes sama istri karena jarang di rumah. Puluhan juta aku peroleh dalam sebulan, lalu setelah itu aku ditipu orang waktu mau beli tanah, sebagian uangpun melayang. Lalu setelah itu pasienku sepi ... hehe ... Sejak itu aku tidak lagi bekerja mengejar setoran , yang penting dijalani dengan penuh rasa syukur ", katanya.

Masih banyak cerita dari mas Joko yang penuh hikmah, tapi banyak yang aku lupa .... Jadi cukup sampai disini dulu ya. 

Waktunya membangunkan Alni untuk sekolah nih.

Salam manis.

Sabtu, 09 Mei 2015

Kematian itu .....

dan diapun menyerah dengan peristiwa yang tidak bisa dimajukan atau dimundurkan
berjalan  dia tanpa menengok air mataku

maka bernyanyilah gerimis di pipi
pilu tak mampu menahan

kepergianmu

Dear Allah lovers,

Ibuku tersayang meninggal hari minggu tgl 3 mei , seminggu yang lalu.  Alhamdulillah ibuk meninggal dalam keadaan yang baik , beberapa bulan teakhir ibu 'bau bayi' , dari bau nafasnya sampai bau tubuhnya.

Ibu dimakamkan disamping makam bapak dan nenek , sebuah akhir yang indah. 

pemandangan yang terlihat dari makam begitu indahnya, hawa sejuk dikelilingi gunung membiru

"Kematian itu kondisi yang stagnant", begitu kata eyang Virien pada suatu kesempatan setelah usai ngobrol dengan salah seorang ibu pelangganku yang curhat karena suaminya berselingkuh.  Si ibu terlihat begitu sedih dan hancur.

"Bila dia meninggal dalam keadaan seperti ini, jelas masuk neraka", kata eyang sesaat setelah si ibu berpamitan.

"Gitu ?? Padahal orangnya rajin beribadah, dzikir, shalat tahajud", kataku.  Dan eyang cuma tersenyum, membiarkan aku berpikir dan mencerna kalimatnya.

Yak ! Eyang benar.  Orang yang meninggal dunia dalam keadaan sedih dan hancur adalah orang yang hanya melihat kehidupan ini dari sisi negatifnya, mengabaikan pemberian Allah yang lain, karunia dan rejekiNya yang amat besar.  Ini adalah orang yang tidak bersyukur, artinya orang yang kufur nikmat, dan tempat orang yang kufur adalah di neraka.

"Itulah makna khusnul khatimah, akhir yang baik.  Saat terakhir adalah saat yang menentukan dan itu berlangsung tetap", kata eyang lagi.

Itulah perjuangan kita, menjaga perasaan selalu dalam rasa syukur.  Orang yang bersyukur pasti orang yang bahagia.  Tak cukup dengan kata-kata :"Aku sudah bersyukur dengan kehidupanku", sementara dalam hatinya merasa nelangsa,  bila kondisinya seperti itu, berarti dia belum bersyukur. Tandanya orang yang bersyukur adalah orang yang di dalam hatinya penuh perasaan ikhlas dan bahagia.