Dear Allah lovers,
Saat ibuku berpulang ke rahmat Allah, ada pelayat spesial yang datang bersama istri, anak dan ibu mertuanya. Beliau bukan sanak saudara, tapi kayak saudara.
Namanya mas Joko, perawat yang datang ke rumah untuk merawat ibu tiap 3 hari sekali. Seiring membaiknya kondisi ibu, mas Joko hanya datang seminggu sekali, rencananya mas Joko datang ke rumah Ngantang hari Senin atau Selasa, tapi hari Minggunya ibu meninggal, justru saat kondisi ibu amat baik. Akhirnya mas Joko datang sebagai pelayat ... hiks.
Yang aku ingat dari mas Joko adalah ceritanya tentang teman-temannya sesama perawat. Inti dari ceritanya mengajarkanku bahwa pekerjaan yang dikerjakan dengan keikhlasan dan ketulusan hati akan memberikan umpan balik / balasan yang sempurna.
"Pekerjaan perawat itu resikonya tinggi, tidak seimbang dengan gajinya. Setiap hari bergelut dengan penyakit yang bagi banyak orang terlihat menjinjikkan, kadang berhadapan dengan keluarga pasien yang begitu cerewet dan tidak kooperatif, dan bagian terburuknya adalah resiko tertular penyakit berbahaya seperti tbc, aids. Tapi bila melakukannya dengan tulus dan ikhlas karena Allah, pasti Allah selalu melindungi", pernah dia bilang seperti itu.
"Di dunia medis yang terlihat sebagai pekerjaan yang penuh jiwa kemanusiaanpun susah menemukan orang-orang yang tulus. Kebanyakan mereka bekerja untuk mencari uang, dan hasilnya ....", katanya.
"Dan hasilnya ?", aku yang penasaran jadi tidak sabar.
"Beberapa temanku seangkatan waktu kuliah, sampai saat ini hidupnya masih mengontrak, itupun mengontrak kamar. Aku amati, mereka ini perawat yang memandang pasien sebagai obyek mencari uang. Sedangkan aku dan beberapa teman seide, memandang pasien sebagai ladang berbuat kebaikan. Itulah bedanya, dan hasilnyapun berbeda", lanjutnya, aku diam menyimak.
"Bukan menyombongkan diri, aku sudah punya rumah sendiri, kendaraan dan tanah. Kupikir kalau kita bekerja dengan tulus dan ikhlas, Allah pasti memberikan yang terbaik", katanya.
"Dulu aku pernah begitu matre, mengejar uang. Banyak pasien aku tangani sampai diprotes sama istri karena jarang di rumah. Puluhan juta aku peroleh dalam sebulan, lalu setelah itu aku ditipu orang waktu mau beli tanah, sebagian uangpun melayang. Lalu setelah itu pasienku sepi ... hehe ... Sejak itu aku tidak lagi bekerja mengejar setoran , yang penting dijalani dengan penuh rasa syukur ", katanya.
Masih banyak cerita dari mas Joko yang penuh hikmah, tapi banyak yang aku lupa .... Jadi cukup sampai disini dulu ya.
Waktunya membangunkan Alni untuk sekolah nih.
Salam manis.
Saat ibuku berpulang ke rahmat Allah, ada pelayat spesial yang datang bersama istri, anak dan ibu mertuanya. Beliau bukan sanak saudara, tapi kayak saudara.
Namanya mas Joko, perawat yang datang ke rumah untuk merawat ibu tiap 3 hari sekali. Seiring membaiknya kondisi ibu, mas Joko hanya datang seminggu sekali, rencananya mas Joko datang ke rumah Ngantang hari Senin atau Selasa, tapi hari Minggunya ibu meninggal, justru saat kondisi ibu amat baik. Akhirnya mas Joko datang sebagai pelayat ... hiks.
Yang aku ingat dari mas Joko adalah ceritanya tentang teman-temannya sesama perawat. Inti dari ceritanya mengajarkanku bahwa pekerjaan yang dikerjakan dengan keikhlasan dan ketulusan hati akan memberikan umpan balik / balasan yang sempurna.
"Pekerjaan perawat itu resikonya tinggi, tidak seimbang dengan gajinya. Setiap hari bergelut dengan penyakit yang bagi banyak orang terlihat menjinjikkan, kadang berhadapan dengan keluarga pasien yang begitu cerewet dan tidak kooperatif, dan bagian terburuknya adalah resiko tertular penyakit berbahaya seperti tbc, aids. Tapi bila melakukannya dengan tulus dan ikhlas karena Allah, pasti Allah selalu melindungi", pernah dia bilang seperti itu.
"Di dunia medis yang terlihat sebagai pekerjaan yang penuh jiwa kemanusiaanpun susah menemukan orang-orang yang tulus. Kebanyakan mereka bekerja untuk mencari uang, dan hasilnya ....", katanya.
"Dan hasilnya ?", aku yang penasaran jadi tidak sabar.
"Beberapa temanku seangkatan waktu kuliah, sampai saat ini hidupnya masih mengontrak, itupun mengontrak kamar. Aku amati, mereka ini perawat yang memandang pasien sebagai obyek mencari uang. Sedangkan aku dan beberapa teman seide, memandang pasien sebagai ladang berbuat kebaikan. Itulah bedanya, dan hasilnyapun berbeda", lanjutnya, aku diam menyimak.
"Bukan menyombongkan diri, aku sudah punya rumah sendiri, kendaraan dan tanah. Kupikir kalau kita bekerja dengan tulus dan ikhlas, Allah pasti memberikan yang terbaik", katanya.
"Dulu aku pernah begitu matre, mengejar uang. Banyak pasien aku tangani sampai diprotes sama istri karena jarang di rumah. Puluhan juta aku peroleh dalam sebulan, lalu setelah itu aku ditipu orang waktu mau beli tanah, sebagian uangpun melayang. Lalu setelah itu pasienku sepi ... hehe ... Sejak itu aku tidak lagi bekerja mengejar setoran , yang penting dijalani dengan penuh rasa syukur ", katanya.
Masih banyak cerita dari mas Joko yang penuh hikmah, tapi banyak yang aku lupa .... Jadi cukup sampai disini dulu ya.
Waktunya membangunkan Alni untuk sekolah nih.
Salam manis.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar