Sabtu, 29 Oktober 2011

Terimakasih 'Lima Menit' Yang Berharga

Seorang sahabat menulis di status fbnya yang isinya ngajak shalat dhuha, "... tidak lama, hanya lima menit saja", begitu akhir kalimatnya.

'Hanya lima menit", itu kata-kata sakti bagiku.  Saat kubaca status itu, aku memang sedang melupakan shalat dhuha, karena menunggu seseorang yang mau datang ke butikku. Akupun jadi ingat shalat dhuha, lalu ingin menjalaninya, tapi khawatir si tamu nanti jadi kelamaan nunggu, janjinya jam 9.00 pagi dan ini sudah tiba waktunya.  Untung sahabatku itu mengembel-embeli tulisannnya dengan 'hanya lima menit', akupun bangkit berdiri, ambil air wudhu dan shalat. Duhai ..... terimakasih 'lima menit' yang berharga.

Saat aku SMP, aku pernah mendapat kata 'hanya lima menit' dari bapak guru agamaku, kali ini untuk menggambarkan shalat tahajud yang bisa dilaksanakan dengan singkat.  Bapak guruku itu bilang." Cuma dua rekaat, lalu tidur lagi".  Ajaib!!! kata-kata bapak guru itu ampuh sekali memotivasiku untuk rajin melaksanakan shalat tahajud.

'Hanya lima menit',  tidak lama, tapi betapa besarnya efek lima menit yang kita laksanakan dengan sepenuh hati, memberikan banyak hal kepada kita selama bermenit-menit, berjam-jam, berhari-hari bahkan bertahun-tahun kemudian. 

Kuingat dalam tahajudku yang lima menit saat aku SMP itu, aku sering bermohon agar bisa bersekolah dengan  lancar, bisa membahagiakan orang tua. Kenyataan itulah yang terjadi, sekolah lancar sampai sarjana, dan orang tuapun bangga dengan prestasi-prestasiku.  Saat masih imut itu aku juga sering berdoa agar Allah memberiku suami terbaik yang bisa membimbingku dalam iman, dan begitulah kenyataan yang Allah berikan padaku hingga sekarang.

Efek lima menit shalat dhuha yang bisa kita rasakan mungkin tak sebesar berkah yang Allah berikan yang tak tertangkap oleh indra kita.  Shalat dhuha memberi kekuatan dan keyakinan akan karuniaNya yang amat luas, amat terasa efeknya saat kita berada dalam ujian ekonomi.  Shalat dhuha membentuk 'mind set', bahwa segala sesuatu dalam genggamanNya, memberi keyakinan, sifat sabar, tawakal hingga kita tak usah khawatir akan himpitan persoalan yang tengah mendera.

Hanya lima menit, dan anda merasakan hasilnya selama waktu yang tak terbayangkan oleh kita ....... Mau??

Jumat, 28 Oktober 2011

Kata Pertama Dan Kata Terakhir

Belasan tahun yang lalu suamiku pernah mengalami kecelakaan yang membuat mobilnya rusak parah, mobil bagian depannya ringsek, setirnya saja sampai nempel di jok depan, maklumlah bertabrakan sama bis.  Tetanggaku yang melihat hancurnya mobil suamiku setelah kecelakaan itu, segera meluncur ke rumah untuk menanyakan bagaimana keadaan suamiku.  Alangkah herannya tetanggaku itu ketika melihat suamiku sudah berada di rumah dalam keadaan utuh !!!!  Karena yang dia bayangkan, suamiku pasti masih berada di rumah sakit dengan perban di sana sini atau bahkan nyawanya sudah tak tertolong lagi .........

Tentang kecelakaan itu, suamiku bercerita, bahwa mobilnya ditabrak truk dari belakang, lalu dia terpaksa membelokkan setir ke kanan karena di depannya ada dokar, sedang di sebelah kiri dokar itu ada pejalan kaki, kontan dari depan dia 'disambut' bis yang muncul di hadapannya.  Saat itu suamiku berteriak, "Allahu Akbar !!!", dan memasrahkan nasib di hadapan Allah.

Yang menarik adalah, kata pertama yang terucap dari bibir suamiku dalam kegentingan situasi itu.  'Allahu Akbar', itu sebuah kata indah yang mengandung mu'jizat, kata yang memberi keajaiban dan keselamatan pada suamiku, kubayangkan seandainya aku berada dalam situasi itu, apa kata yang terucap dari mulutku ini?

Yang kutahu, manusia akan spontan mengucapkan apa yang mendominasi pikiran dan hatinya. Hati-hati saja dengan diri sendiri, waspadai isi pikiran dan perasaan kita. Yang bisa kita upayakan adalah berusaha untuk selalu mengingat Allah dalam segala situasi.  Coba berdoa dengan doa-doa yang dicontohkan Nabi, sejak doa bangun tidur, masuk kamar mandi, berpakaian, doa pagi petang ...... dan banyak lagi. Kita sungguh tak tahu, sedang dalam posisi apa kita, bila tiba-tiba Allah memberikan kita 'surprise' dengan peristiwa yang genting.

Banyak peristiwa genting yang bisa terjadi setiap saat, gempa bumi, angin kencang, kecelakaan ...... Belum lama terjadi gempa di daerahku, rumah sampai terasa bergoyang ..... kembali aku mendengar lantunan takbir dari mulut suamiku, sedang aku .... malah ribut mengajak karyawan keluar rumah !!!!

Setiap manusia pasti mengalami peristiwa tergenting dan paling mendebarkan, yaitu saat nyawa tercerabut dari badan kita.  Pikirkanlah, kata apa yang akan terucap dari mulut kita di saat yang pasti terjadi yang merupakan kata terakhir yang bisa kita ucapkan?

Beberapa waktu lalu aku menjalani pencabutan gigi geraham atas yang sudah terlalu parah kerusakannya, tak terasa sakit saat dicabut, tapi sesudahnya ..... owww..... beberapa hari masih keluar darah, dan rasanya adu duh  ........ Aku sampai bilang begini," Dicabut gigi saja begini sakitnya, sesakit apa ya saat dicabut nyawa?"
Saat sakit gigi itu, aku tidak khusyu' shalat, gak buka al Qur'an, kerjaannya 'sambat', dan yang terucap dari mulutku adalah ,"Mas.... pijeti dong .... elus-elus dong ....". 

Ya Allah..... kumohon, bagaimanapun keadaanku di dunia ini, bantulah aku untuk mengucap kata terakhirku 'La ilaha illallah' agar aku bisa kembali padaMu dalam keadaan ridha dan Engkau ridhai.  

Rabu, 26 Oktober 2011

Menciptakan Kebahagiaan

Sesungguhnya yang membuat kita bahagia bukanlah kenyataan-kenyataan indah yang sesuai dengan harapan dan keinginan kita, tapi bahagia itu diciptakan oleh diri kita sendiri dengan menemukan kenyataan-kenyataan indah yang bertebaran dalam kehidupan kita.

Dimanakah titik perhatian kita, itulah yang membuat kita bahagia atau menderita.  Bila titik perhatian kita berada dalam hal-hal yang membuat kita sedih, maka kitapun tak akan pernah bahagia. Saat kita tak bahagia dengan keadaan yang ada, maka ini akan membentuk 'rantai penderitaan' yang kita tak pernah sadari. 

Ingatlah ada hukum gaya tarik menarik di alam kuantum, dimana saat kita merasakan penderitaan, maka akan berdatanganlah penderitaan lain yang tak terbayangkan oleh kita.  Demikian pula sebaliknya, bila yang kita rasakan adalah kebahagiaan.  Makanya dalam tuntunan agama, kita diwajibkan untuk banyak bersyukur.

Rumahku yang di dekat bandara lokasinya terletak di ketinggian, dari sini terlihat perumahan dibawah, gunung, hutan, matahari pagi dan sore.....
Saat pagi datang, kubuka jendela dapur mungilku, maka aku akan disambut hembusan angin sejuk dan pemandangan indah di timur sana, gunung berjejer yang bermahkota langit merah dan mendung yang terbiaskan warna orange yang indah, di depannya kabut berseling di antara pepohonan hutan.  Mulutku tak henti mengucap syukur dan tasbih, "Subhanallah, indah sekali pemandangan yang Engkau ciptakan di pagi ini, Tuhanku".

Karena letaknya yang tinggi, perumahan ini jadi bermasalah di air.  Airnya menggunakan air PDAM sih, kalau pagi waktu sedang banyak-banyaknya orang mandi, airnya mampet deh, karena 'kalah' sama orang di perumahan bawah.  Siang nyala lagi, sore mampet lagi, untungnya saat malam hari airnya selalu lancar, jadi bisa nandon air saat malam.  Tapi sering terjadi saat siang hari mampet pet sepanjang hari, maka kami hanya mengandalkan air tandon.

Suatu hari pas ngobrol bertiga dengan tetangga kanan kiriku, tetanggaku itu mengeluhkan soal air yang byar pet itu.
"Kamu enak bu, kamar mandinya besar, sedang punyaku kamar mandinya asli pemberian perumahan, kecil, susah kalau siang air mati", begitu kata ibu A pada ibu B.  Kudengar ibu A tak henti-hentinya mengeluhkan soal air, seolah-olah hanya dia seorang yang mengalami kesulitan air, sedang orang lain tidak.
"Kalau yang punya tandon besar sih enak", katanya lagi, nah kan? dia selalu merasa orang lain lebih beruntung dibanding dirinya .......

Tipe orang seperti ibu A ini banyak sekali jumlahnya, merasa paling menderita, merasa orang lain lebih beruntung.  Dan umumnya orang seperti ini hidupnya dipenuhi berbagai kesulitan, dari kesulitan ekonomi, kesehatan, hubungan dengan keluarga .... dll.
Padahal, seperti kuceritakan tadi, perumahan ini lokasinya bagus sekali, dimanjakan dengan pemandangan indah layaknya sebuah resort.  Masalah air sebenarnya bukan masalah besar, karena tiap malam musti mengalir, dan tidak pernah 'pet' selama berhari-hari.  Tinggal penduduknya saja yang musti pintar menyiasati keadaan ini, toh sudah hafal dengan ritmenya.

Ibu A adalah orang yang menjadikan titik perhatiannya pada kesulitan-kesulitan hidup, hingga keindahan-keindahan dalam hidup ini tak tampak lagi olehnya.  Seberapapun nikmat Allah terlimpah, bila kita tak bisa melihat dan tak pandai mensyukurinya, maka yang terasakan hanyalah penderitaan.....  Berarti, orang yang menderita, bukanlah orang yang tidak memperoleh kenikmatan dari Tuhannya, melainkan orang yang tak pandai melihat nikmat Tuhannya.

"Sesungguhnya jika kalian bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepada kalian, dan jika kalian mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih". (QS. Ibrahim [14]: 7)
  

Senin, 24 Oktober 2011

Antara Kemiskinan dan Kemuliaan

Di dalam bis, dua orang pengamen beraksi, yang satu bernyanyi, satunya memainkan gitar sambil sesekali mengimbangi suara sang 'vokalis' dengan suara dua yang kompak.  Yang menarik bagiku bukan suara dan aksinya, tapi syair lagu yang mereka ciptakan sendiri. Kalau tidak salah syairnya ada yang berbunyi begini :

"Ngene iki rasane urip dadi wong melarat (Begini rasanya hidup sebagai orang miskin)
Nyandhang pangan tansah kangelan (Untuk membeli pakaian dan makanan selalu merasa kesulitan)
Duh Gusti muga keparingan urip mulya (Tuhan berilah hidup yang mulia)"


Menarik sekali lagunya, gambaran perasaan 'orang kebanyakan'. Hanya saja, sesuatu yang banyak orang merasakannya, bukan berarti itu sebuah kebenaran bukan?

Lihat saja caranya mempertentangkan antara kemiskinan dengan kemuliaan. Melukiskan cara pandang mereka tentang gambaran kemuliaan yang identik dengan kekayaan dan kemapanan, atau sesuatu yang serba materi, uang, kedudukan yang terpandang di masyarakat, limpahan harta benda ......

Jadi ingat kata-kata ustadz Virien padaku di suatu masa," Kadang orang miskin itu lebih matre daripada orang kaya".

Orang matre adalah orang yang menjadikan materi / dunia sebagai tujuannya. Jadi menurut ustadzku itu baik orang kaya atau orang miskin tetap disebut matre bila dalam hati dan pikirannya hanya terfokus pada materi.

Hidup mulia kalau menurutku adalah menjalani hidup sebagai manusia sesuai dengan fitrahnya.  Fitrah manusia adalah mengabdi pada Allah.  Jadi, saat kita memutuskan arah tujuan hidup kita untuk Allah, saat itulah kita telah menempuh hidup yang mulia.

Perlu diingat, dunia ini adalah tempat ujian.  Terkadang banyak hal membelokkan arah tujuan kita sehingga tak lagi murni karena Allah.  Untuk itu kita musti menyadari bahwa kita akan selalu diuji, berpegang teguhlah kepada Allah dan memohon pertolonganNya.

Hidup untuk Allah ibarat sebuah pendakian, sulit, melelahkan, banyak rintangan pula.  Anggaplah sebuah petualangan yang menarik, bayangkan saat kita tiba di puncak, keindahan demi keindahan terkuak, begitu mempesona hingga terbayar segala lelah letih selama pendakian.

Hidup untuk selain Allah ...... mudah-mudahan kita tak pernah mengalaminya. Hidup yang mengingatkanku pada sebuah film "Pirates of the Caribbean", di film itu ada bagian yang mengisahkan tentang perampok yang mendapat kutukan sehingga segala kenikmatan duniawi seperti wanita, makanan, minuman keras, emas dan permata tak lagi memberikan kenikmatan hidup kepada mereka .......

Ingatlah sahabat, dunia ini adalah tipu daya, dunia ini dijadikan indah dalam pandangan manusia.  Saat keindahannya tercerabut dalam kehendakNya, yang tertinggal hanyalah reruntuhan ....... Janganlah tertipu, temukanlah keindahan abadi dalam iman kepada Sang Pencipta, Allah swt.

Bila kita bisa selalu mengkondisikan pikiran dan perasaan kita untuk mengabdi padaNya, maka urusan sandang dan pangan bukan lagi menjadi masalah buat kita, karena Allah menjadi penjamin hidup kita, dan hanya Dialah satu satunya penjamin yang terpercaya.       

Sabtu, 22 Oktober 2011

The Power of Shalat Berjamaah

Di mushalla yang terletak di halaman gedung Jakarta Convention Centre, tak jauh dari hall B tempat Indocraft diselenggarakan, biasanya para peserta pameran yang sedang mendisplay barang melakukan shalat wajib.  Begitupun diriku di siang panas terik yang berniat melaksanakan kewajiban shalat asar. 

Tepat disaat aku berdiri bersiap melakukan takbiratul ikhram, seorang ibu di belakangku bertanya,"Ibu mau shalat asar?" Aku mengiyakan.
"Boleh ngikut berjamaah ya".
"Mari, ibu saja yang jadi imam ya, kan ibu lebih tua dari saya", kataku.
"Nggak nggak ...... ibu saja, ibu kelihatan lebih ......", wanita itu tidak melanjutkan kata-katanya, jadi muncul jiwa guyonku ,"Ya, saya lebih duluan disini kan?"

Mereka tersenyum mendengar guyonanku, tapi aku merasa jadi wanita paling egois sedunia. Selama ini aku jarang melakukan seperti yang dilakukan wanita itu yaitu mengajak orang yang belum dikenal untuk shalat berjamaah.  Biasanya di mushala ini wanita-wanitanya saling cuek satu sama lain, mungkin terbawa suasana tegang mempersiapkan pameran, bahkan untuk saling tersenyumpun jarang dilakukan.  Akupun tak sudi memulainya terlebih dahulu ..... duh ..... padahal sekedar tersenyum bukanlah hal yang berat.

Akupun berdiri mengimami mereka, ada empat orang yang jadi makmumku. Saat menjadi imam, muncul perasaan kasih dan tanggung jawab kepada mereka, kini aku berdiri di hadapan Allah bukan atas namaku sendiri, tapi berlima.  Di hadapan Allah aku menyampaikan seluruh harapan wanita-wanita ini, tak sulit menemukan titik temu dari kami yang punya satu tujuan di tempat ini walaupun kami tidak saling bicara. Rasanya harapan kami seragam, datang jauh jauh ke Jakarta mencari karunia Allah, semua pasti berharap akan pameran yang sukses, pulang dengan koper yang terisi oleh-oleh karena produk kami terjual habis, dan kamipun pulang dengan mendapat pelanggan baru yang banyak ......

Saat shalat berjamaah, terlepas keegoisan diri sendiri, menyatu dalam kepentingan jamaah.  Doa yang dilantunkanpun tak lagi doa untuk diri sendiri.  Doa yang dipanjatkan untuk sesama muslim tanpa mereka mengetahuinya, sungguh doa yang indah dan mengundang keajaiban.

Seusai shalat, aku ucapkan terimakasih pada wanita itu karena telah mengajak kami semua berjamaah, kamipun berkenalan satu sama lain ..... Sejak itu, tiap kali melakukan shalat di mushala ini, aku hampir selalu mengajak orang lain berjamaah.

Aku merasakan betul efek ajaib dari doa yang kupanjatkan saat shalat berjamaah pertamaku di mushala itu, powernya lebih nendang.  Buktinya, pada hari pertama pameran yang sepi pengunjung, aku masih bisa mengantungi hasil penjualan yang lumayan ... hehehe.... Hari kedua lebih ramai, ketiga lebih ramai lagi .... Pokoknya menyenangkan sekali, walaupun aku tidak bisa menunggu pameran sampai selesai, kan aku dapat laporan terus dari mas Yudhi. 

Makanya Nabi memerintahkan untuk shalat berjamaah di masjid/mushala bagi lelaki muslim, bahkan mengancam akan membakar rumah-rumah mereka bila mereka tidak menurut. Berarti keutamaan shalat berjamaah lebih besar dari yang bisa kita bayangkan, yang dilukiskan sebagai 27 dibanding 1.

Satu hal yang bisa kufahami dari keutamaan shalat berjamaah adalah bisa saling memberikan 'energi' satu sama lain. Contohnya : orang yang lebih khusyu' shalatnya bisa 'mendukung' pahala orang yang kurang khusyu' shalatnya. Bila dalam jamaah itu ada orang yang makbul doanya, maka yang lain akan 'kecipratan' rejeki didoakan olehnya. 

 Banyak keutamaan shalat berjamaah yang tidak kita mengerti, tapi kita tidak harus mengerti untuk mulai suka melaksanakan shalat berjamaah mulai sekarang .......

Jumat, 21 Oktober 2011

Hal Besar Yang Lebih Besar Dari ......

Seseorang bertanya tentang usahaku, lalu kujawab saja apa adanya.  Dia lalu bilang begini," Wah, usaha ibu sudah besar dong.... sudah skala menengah ".
Akupun tersenyum.

"Mungkin lebih tepatnya usaha kecil mau besar .....hahaha.  Tapi bagiku ada hal yang lebih besar daripada sekedar besar kecilnya skala usaha .... ", kataku.

"Apa itu?".

"Seperti halnya manusia yang punya tugas sebagai rahmatan lil alamin, menebar kasih pada semesta. Sebuah usahapun begitu, baru punya makna bila dia bisa bermanfaat pada sesama, usaha yang bukan hanya mencari keuntungan materi semata ".

Indah sekali bila antara pengusaha dan karyawan bekerja bersama-sama dalam mencari keridhaan Allah, memakmurkan bumi, menebar kasih dan kebaikan.  Manusia adalah hamba Allah, kebahagiaannya adalah saat dia bisa mengabdi pada Allah dengan segenap kemampuannya.

Untuk bisa menjalani hal besar sebagai 'agen kasih sayang', seseorang tidak harus mempunyai pekerjaan yang besar dan 'wah'.  Tidak harus jadi pengusaha atau pejabat ....  Manusia bukan dinilai dari besar kecilnya pekerjaan atau besar kecilnya peran di masyarakat, tapi dari NIAT di hatinya untuk menjalani apapun yang Allah takdirkan padanya dengan penuh keikhlasan dan penuh tanggung jawab sebagai rahmatan lil alamin.

Jangan sesali bila saat ini Allah masih memposisikan anda sebagai 'orang rendahan' di mata masyarakat, jalani peran anda dengan ikhlas dan penuh tanggung jawab di hadapan Allah.  Allahlah yang paling berhak untuk menilai anda, bukan manusia ....... 

Minggu, 16 Oktober 2011

Pamit Pameran Dulu yaaa

Indah mo pameran di JCC , Indocraft, dari tgl 19 sampai 23 oktober 2011.  Mohon maaf, mungkin selama pameran Indah belum bisa nulis di blog. Tapi akan sesegera mungkin nulis deh, setelah sampai rumah dan hilang capeknya.

Dibalik Sebuah Cobek Batu

Tgl 13 sampai 15 oktober 2011 aku mengikuti Diklat Cinderamata di Batu yang diselenggarakan oleh dinas pariwisata propinsi Jawa Timur.  Banyak kisah lucu, njengkelin dan juga berkesan selama tiga hari berbaur dengan teman pengusaha cenderamata dari berbagai kota di Jawa Timur ini.

Pagi, di restorant hotel, sembari menyantap hidangan sarapan pagi terakhir di Batu, sekelompok ibu-ibu ketawa ketiwi dan saling bercerita dengan riang, aku adalah salah satu dari mereka.

"Kemarin ibu dapat harga berapa cobek batunya?", tanya ibu S padaku.  Kemarin memang acara kunjungan ke kampung wisata keramik Dinoyo dan belanja oleh-oleh saat pulangnya.
"Sepuluh ribu", jawabku.
"Hah?? Aku dapat harga enam ribu".
"Hahh???", aku yang kaget sekarang, tapi disusul oleh ketawa kami semua.  Kuingat aku dan ibu S beli cobek batu dengan ukuran yang sama, kami berdiri bersisian, bahkan ibu S membantuku memilih.  Tapi kok???

"Ibu kelihatan gak tegaan gitu sih sama orang, makanya dimahalin", komentar ibu yang lain.
"Gak tahu deh, aku sering mengalami kejadian begini, dimahalin sama yang jual", kataku.
"Ibu gampang kasihan sih sama orang".
"Kalau beli sesuatu, mikirnya... sulit nih bikinnya .... trus gak nawar".
Berbagai komentar pun bertaburan disusul tawa berderai.

"Anehnya, aku kok gak sakit hati ya walau tahu dimahalin, ikhlas saja", kataku akhirnya.
"Kalau semua orang seperti ibu, ya makmur dunia......". tawa kamipun berhamburan.

Kedengarannya lucu ya, dimahalin kok ikhlas....... Gini nih, pas aku belanja cobek batu itu, kami belanja bukan di toko, melainkan di rumah pengrajin yang sederhana, bahkan dagangan mereka 'nylempit' di emperan samping rumah.  Dagangannya murah banget menurutku, gak tegalah hatiku menawar, walaupun semuanya menawar dan dapat harga yang lebih murah.

Aku mikirnya gini sih, di balik bapak penjual alat dapur itu, tentulah ada anak-anak yang bersekolah dan keluarga yang perlu dibiayai.  Kalau kita tidak menawar, tentu ada beberapa ribu rupiah uang lebih yang bisa dia terima yang bisa menambah belanja keluarga sederhana itu.  Bagiku ini sebuah kebaikan yang membuatku bahagia.  Sedangkan teman-temanku yang lain (semuanya menawar lo), mereka mikirnya aku bisa berhemat sekian ribu bila aku menawar.

Orang sering lupa bahwa ada hubungan vertikal dengan Allah (hablun minallah) dan ada pula hubungan horizontal dengan sesama manusia (hablun minannas).  Kedua pola hubungan itu terkait satu sama lain, kita tidak bisa menjalin hubungan baik dengan Allah tanpa menjalin hubungan yang baik dengan sesama.

Bila ingin disayang Allah, ya harus sayang pada sesama manusia.  Hubungan yang terjalin dengan sesama manusia dalam segala aktifitasnya mustinya didasari rasa kasih sayang.  Inilah caraku memaknai hablun minannas.  Dalam berjual belipun, tidak terlepas dari kasih sayang ini, baik berposisi sebagai penjual maupun pembeli.

Bagaimana dong bila kejadiannya kok kita sendiri yang berkasih sayang, sedang orang yang berinteraksi dengan kita tidak?  Hmm... gini nih, yang penting jangan merasa rugi memulainya dari diri sendiri.  Banyak orang yang luluh hati dengan kelembutan kasih sayang yang memancar dari sikap kita.  Bila orang yang berinteraksi dengan kita begitu menjengkelkan, maafkan saja dan jauhilah... mudah bukan?

Anda akan banyak mendapat limpahan kebahagiaan dengan lebih banyak memberikan kebahagiaan kepada orang lain.  Cobalah ....

Kamis, 06 Oktober 2011

Anak-anak adalah .... (4) Anak Seperti Yang Allah Mau

Yang sering kita temukan di masyarakat adalah orang tua yang menginginkan anaknya menjadi orang seperti yang orang tuanya mau, bukan menjadi orang seperti yang Allah mau.
Contohnya begini nih, orang tuanya dokter, kepingin anaknya meneruskan profesi orang tuanya menjadi dokter juga.  Orang tuanya pegawai negeri, ingin anaknya jadi pegawai negri juga.  Kadang orang tuanya guru, tapi ingin anaknya tidak menjadi guru ......  Orang tua sering sekali terlibat terlalu jauh dalam mengatur kehidupan anak-anaknya, sehingga terkesan memaksa dan bukannya mengarahkan saja.

Kadang orang tua juga menginginkan anaknya bersekolah di sekolah favorit, karenanya dia dileskan berbagai macam pelajaran sepulang dari sekolah.  Keputusan orang tua untuk mengikutkan anaknya ke berbagai macam les ini dipicu oleh kekhawatirannya akan masa depan anak-anaknya, sering kan kita mendengar kalimat ini,"Jaman sekarang kalau anak gak pintar, bisa kalah dalam persaingan  masuk kerja".

Kalau bagiku sih, mempersiapkan masa depan anak-anak bukan sekedar memberikannya pendidikan formal atau non formal,  musti tak boleh dilupakan pembentukan karakter dan kepribadian yang islami.

Soal paksa memaksa menjadikan anak seperti yang kita mau, pernah juga tergelitik di hatiku. Sebagai pengusaha yang merintis Cantiq dari nol hingga seperti ini, tentu aku ingin anak-anakku meneruskannya.  Aku merasa sudah menyekolahkan mereka, bila mereka lulus kuliah nanti kuharap mereka mau membantu ibunya mikirin Cantiq agar bisa lebih berkembang, bisa eksport sendiri misalnya.
Sebenarnya bila kupaksa, Aden dan Zeli mau-mau saja menuruti permintaan ibunya, tapiiiiii..... apakah ini sesuatu yang diinginkan oleh mereka berdua?

Ketika aku menggali keinginan kedua anakku yang gede-gede itu, tak ada satupun diantara mereka yang mau tinggal di Malang untuk mengurusi usaha ibunya.  Untungnya aku sudah menyiapakan hatiku untuk merelakan mereka menjadi seperti yang Allah mau, biar Allah saja yang menggerakkan hati mereka dalam mengambil keputusan.

Saat hatiku ikhlas dengan keputusan anak-anakku, aku jadi mengerti, bahwa Allahlah yang akan menuntun kehidupan mereka di masa depan, lebih dan lebih baik dari yang kupikirkan.  Bila kupikir lebih jauh, bagaimana mungkin Aden yang amat pintar itu bisa mengembangkan dirinya di usaha kecil milik ibunya? Dia akan lebih hebat di 'dunia luar' yang disiapkan Allah untuknya.  Juga Zeli yang ingin mendirikan 'bendera' sendiri di dunia mode, dia tentu akan lebih 'berjaya' dengan ciri khasnya sendiri, bukan bayang-bayang ibunya.

Apapun keputusan mereka, hal yang basic musti mereka pegang, bahwa mereka melakukannya karena Allah, mempersembahkan hidup dan karya mereka kepada Allah.

Menginginkan anak-anak menjadi seperti yang kita mau, hanyalah refleksi dari kesempitan cara berpikir orang tuanya.  Contohnya, seorang TNI menganggap bahwa kehidupan sebagai tentara itu enak dan terjamin masa tuanya, lalu mengharap anaknya akan mengikuti jejaknya.  Seperti katak dalam tempurung dong..... maaf... hehehe......  Yuuuuk, buka hati, buka mata, buka telinga, buka pikiran ...... peluang sukses yang Allah bukakan untuk anak-anak kita di dunia ini sungguh luar biasa jumlahnya.... tak sesempit ruang di otak kita.  Pasrahkan pada sang Penentu Kehidupan yang mempunyai sifat Al Wasii (Maha Luas Karunianya).  Di tanganNya, anak-anak akan lebih terjamin masa depannya, percayalah....

Sepertiku ini, meskipun kedua anak gedeku itu tak ada yang mau meneruskan usaha ibunya, secara tak terduga aku mendapati mereka ikut mikir juga.  Suatu hari Aden mengajakku bicara tentang masalah ini, dan tiba-tiba saja aku mendapatkan jawaban dari masalah 'penerus' usaha Cantiq butikku.

"Kan Cantiqnya ibuk sudah ISO, kalau Aden mau meneruskan usaha ibu, bukan berarti Aden menetap di Malang.  Aden bisa tetap berkarier di mana saja dan di bidang apa saja.  Aden cuma perlu belajar tentang sistem di Cantiq, jadi bisa melakukan audit internal.  Cantiq sudah punya sistem yang memungkinkan  ditinggal-tinggal pemiliknya kok. Aden bisa kunjungi Cantiq sebulan sekali,  Zeli juga.  Mungkin yang diperlukan Cantiq cuma desain yang banyak, karena sementara ini desainernya kan ibuk thok. Desain juga bisa dikirim lewat email atau diposkan saja", kataku panjang lebar pada Aden.

Akhirnya...... ketika hati kita ikhlas menerima, dan bukan hati yang memaksa karena kesempitan berpikir kita,  Allahpun bukakan jalan.  Alhamdulillah, Allahu Akbar.  Kurasakan, dengan cara terakhir ini, bila Cantiq kutinggal mati dan itu pasti terjadi, Cantiq tetap punya penerus dan tetap bisa memberi manfaat ke sekitar 50 orang karyawannya, Aden dan Zelipun tetap bisa berkarier di dunia yang menjadi pilihannya, yang akan memberi manfaat ke banyak orang juga.  Bila kubayangkan, manfaatnya jadi lebih meluas dan lebih indah..... 
  

Berhenti Memikirkan Diri Sendiri

Lebaran yang lalu, seorang bapak beserta istri dan dua putrinya datang bersilaturahim ke rumah ibu di Ngantang, beliau tetangga ibu yang kukenal dengan baik.  Kamipun ngobrol tentang sekolah anak-anak.  Tercetuslah keluh kesah dari lelaki itu, tentang mahalnya biaya pendidikan dan pusingnya dia memikirkan masa depan putri bungsunya yang menurut perhitungannya akan mengalami  kesulitan karena saat si bungsu kuliah, beliau sudah pensiun.

Lelaki itu adalah potret dari banyaknya orang tua yang meresahkan pendidikan anak-anak mereka di negeri ini. Seperti sebuah kisah klasik, kita disekolahkan orang tua kita, setelah lulus dan bekerja, menikah, punya anak, lalu dipusingkan dengan biaya sekolah anak-anak kita.

Setiap hari kita disibukkan dengan kegiatan mencari nafkah untuk keluarga, untuk biaya sekolah anak-anak, cicilan rumah, cicilan mobil, cicilan sepeda motor, cicilan kartu kredit... wiiih banyak yaaa, lalu kapan berhenti memikirkan diri sendiri?  Padahal kita tidak boleh lo memikirkan diri sendiri.

Berhenti memikirkan diri sendiri itu bukan berarti berhenti bekerja dan berhenti mencari nafkah untuk keluarga.  Berhenti memikirkan diri sendiri itu berarti kita yakin bahwa rejeki kita dan keluarga kita sudah dalam jaminan Allah, kita hanya melakukan pekerjaan kita saja dengan penuh tanggung jawab kepada Allah.  Saat itu pikiran kita berhenti khawatir tentang terpenuhinya kebutuhan hidup keluarga.  Sekarang tugas kita adalah memikirkan Allah dan tugas Allah adalah memikirkan kita. 

Memikirkan Allah berarti merenungkan makna ayat-ayatNya dalam kitab suci, memahami dengan hati kita, melaksanakannya dengan cinta kita.  Memikirkan Allah juga memikirkan maksud Allah dalam menciptakan kita, manusia yang diciptakan untuk beribadah kepadaNya saja. 

Secara khusus seorang manusia itu unik, mempunyai bakat dan potensi yang berbeda satu dengan lainnya, semua terkait dengan kebijaksanaanNya di alam semesta.  Jangan menjadi orang yang biasa-biasa saja dengan bekal yang Allah berikan, jadilah rahmat bagi semesta.  Bagaimana dong caranya?

Yaa, itu tadi sudah aku katakan, berhentilah memikirkan diri sendiri,  Allah adalah 'pengurus' kehidupan kita yang terbaik, pasrah dan nurut saja sama Allah.   Saat anda memutuskan menjadi lebih baik di hadapan Allah, saat itu anda sudah menjadi rahmat bagi semesta.  Saat anda memutuskan untuk menjadi orang yang lebih berguna buat orang lain atau menjadi orang yang bisa menginspirasi orang banyak, maka kesempatan itu akan Allah bukakan untuk anda.

Bila ini anda lakukan, maka urusan biaya sekolah anak dan tetek bengek kehidupan duniawi ini akan minggir dengan sendirinya, dengan ijin Allah. Jadikan masa depan anak-anak dan keluarga kita di akhirat nanti menjadi urusan yang paling penting yang paling pantas meresahkan anda.

Salam manis yaaaa..... dari Indah yang manis dan cantik dan baik dan lugu dan .....   

   

Rabu, 05 Oktober 2011

Anak-anak adalah .... (3) Memaksimalkan Potensi Anak

Anak-anak adalah makhluk luar biasa yang begitu berharga dalam pandangan Allah.   Anak-anak tidak boleh tidak jadi anak yang hebat.  Di tangan orang tuanya terletak amanah yang agung ini, bagaimana 'mengolah bahan dasar' yang sudah luar biasa ini menjadi 'bentuk jadi' yang luar biasa pula.

Aku punya cerita tentang Zelika, gadisku yang sekarang kuliah di ISI Yogyakarta itu.
Dulu semasa dia masih SMP pernah mengikuti lomba rancang busana muslimah yang diikuti oleh mayoritas pemilik butik se Malang Raya.  Dia adalah peserta termuda dan satu-satunya peserta yang masih berstatus pelajar.  Saat mengikuti lomba itu, tak pernah terpikir dia bakalan keluar sebagai salah satu juara, wong dia musti beradu dengan ibu-ibu pengusaha butik yang sudah berpengalaman.

"Zeli mengikuti lomba ini musti diniatkan karena Allah, agar perintah Allah untuk menutup aurat ini semakin memasyarakat dan dengan rancangan Zeli yang bagus, wanita jadi tertarik untuk memakai busana muslimah", kataku pada Zeli, pesanku ini rupanya merasuk ke dalam hatinya dan bisa dia 'terjemahkan' dengan baik di hatinya.

Zeli membawakan sendiri busananya, tanpa latihan sebelumnya, karena dia tidak bisa meninggalkan sekolahnya untuk melakukan latihan dan gladi bersih.  Siang itu saat berada di ruang rias, Zeli tidak mau dirias sebelum melaksanakan shalat dhuhur, sementara peserta lainnya rela hati meninggalkan shalat dhuhur demi sebuah peragaan busana !!

Gadis imutku itu memperagakan busana rancangannya dengan penuh percaya diri dan dengan baik sekali.  Akhirnya dia bisa keluar sebagai juara, walaupun juara harapan 2, bagiku itu sebuah pencapaian yang luar biasa karena anak SMP bisa mengalahkan banyak peserta yang sudah bertahun-tahun sebagai pekerja mode.....

"Tadi waktu di panggung, Zeli ingat terus pesan ibuk untuk mempersembahkan karya Zeli buat Allah. Mulanya grogi, begitu ingat Allah, jadi tenang, yakin dan percaya diri", kata Zeli menceritakan rahasia penampilannya yang sukses dengan gembira.  Anak sekecil itu bisa merasakan hati yang tenang dengan mengingat Allah.... alangkah eloknya.

Apa kesimpulan anda dari ceritaku tentang Zeli?

Seorang anak dan juga seorang manusia tua atau muda terlahir dengan segenap potensi yang Allah berikan padanya.  Potensi itu akan bekerja maksimal tatkala dia telah mensettingkan niat di hatinya untuk mempersembahkan seluruh potensi dirinya itu kepada Penciptanya, yaitu Allah.

Ajarilah anak-anak untuk mengerti betapa sayangnya Allah padanya dan betapa berartinya dia bagi Allah.  Ajarilah dia untuk mempersembahkan apapun yang dilakukannya untuk Allah, sebagai rasa syukurnya akan nikmat yang tak terhingga yang Allah berikan padanya.  Anak-anak lebih mudah mengerti dan lebih pintar mengaplikasikannya dalam kehidupan, karena jiwa mereka masih suci. Dan lihatlah akan ada banyak hal tak terduga yang bisa dilakukannya, pencapaian mereka akan potensi yang dimilikinya bisa melebihi perkiraan orang tuanya. 

Selasa, 04 Oktober 2011

Bila Terlalu Mengagung Agungkan Penampilan Fisik

Hari ini aku sakit gigi untuk pertama kalinya sejak 18 tahun yang lalu. Sudah sejak kemarin malam sih, sakit dan bengkak.  Kubawa ke dokter gigi di rumah sakit TNI AU Abdurrahman Saleh pagi tadi.  Bengkaknya membuat pipiku tidak simetris dan jelek., sudah jelek, sakit pula....  oh.

Tapi masih beruntunglah aku, cuma jelek dan sakit.  Kemarin karyawanku mengalami kecelakaan di jalan raya, lalu dia mengalami patah gigi di bagian depannya, dan bengkak di bagian bibirnya, bertumpuklah penderitaannya, sudah mengalami peristiwa yang traumatis, diapun jadi jelek, sakit, kehilangan gigi pula.

Peristiwa kecelakaan itu amat membuatku prihatin.  Rasanya aku sering sekali berdoa untuk keselamatan kami sekeluarga dengan segenap karyawanku, namun inilah cara Allah mengabulkan doaku, kan mereka yang mengalami kecelakaan selamat semuanya? Aku merasa doaku  mempunyai peran yang sangat penting dalam meminimalis akibat kecelakaan.  Bayangkan, dua karyawanku yang cantik-cantik itu berboncengan sepeda motor, pas lampu merah mereka berhenti, lalu ditabrak truk yang remnya blong dari belakang.  Sepedanya rusak berat, tapi mereka berdua hanya luka ringan ......
Untungnya juga, truk yang menabrak cukup bertanggung jawab, karena mau menanggung semua biaya pengobatan dan sekaligus memperbaiki sepedanya.

Saat kecelakaan itu terjadi, aku sedang di rumah bersama eyang Virien dan seorang santrinya, membicarakan masalah TPQ.  Begitu mendengar berita kecelakaan itu, eyang spontan bilang begini," Aku sudah sering bilang padanya bunda, jangan mengagung-agungkan penampilan fisik ..... mudah bagi Allah untuk membalik keadaan ". Karyawan yang dimaksud eyang adalah E, yang mengalami patah gigi itu.  Aku faham dengan maksud eyang, karena akupun sering mengingatkan mereka agar tidak berlebihan dalam berdandan hanya untuk terlihat cantik dari luar, karena kecantikan yang abadi adalah kecantikan batin.

E yang aku kenal memang peduli banget dengan penampilan fisiknya, pernah kutegur karena pakaiannya terlalu seksi, juga pernah diingatkan teman-temannya karena memakai pemutih wajah yang dengan cepat merubah kulit wajahnya jadi putih, tapi bila tidak dipakai kulitnya jadi coklat lagi.  Sekarang dia memang sedikit lebih sopan cara berpakaiannya, tapi rupanya Allah masih perlu menegurnya dengan kecelakaan itu. Kecelakaan yang menurutku malah bisa menyelamatkannya dari kecelakaan abadi di akhirat, bila dia mau mengambil pelajaran dari pengalamannya ini.  Mungkin di akhirat nanti dia bisa berterima kasih pada kecelakaan yang mengurangi sedikit kecantikannya, karena dengan demikian dia jadi sadar akan pentingnya merawat kecantikan batin.

Jadi ingat saat kemarin secara tidak sengaja melihat berita TV tentang dicekalnya beberapa artis penyanyi yang dinilai melakukan pornoaksi dengan gaya panggungnya yang sensual.  Mereka sedang diingatkan para ulama tentang kekeliruan mereka, tapi dengan tenang mereka bilang akan tetap berdiri di 'bendera' mereka sebagai artis sensual ........ Mungkin mereka sedang menunggu diingatkan Allah dengan cara yang Allah sendiri yang mengetahuinya......

Perihal sakit gigiku yang membuat wajahku jadi aneh ini, bagiku merupakan 'surat pemberitahuan' dari Allah, bahwa nikmat yang telah Dia berikan amat sangat besarnya.  Masa kecil dan remajaku sering sekali mengalami sakit gigi, lalu aku memohon pada Allah agar tidak diberi sakit gigi, lalu belasan tahun aku tidak pernah sakit gigi.  Baru kali inilah ....... dalam keadaan sakit gigipun aku masih diberiNya nikmat berupa lidah yang masih bisa merasakan makanan enak, dan geraham sebelah yang masih bisa mengunyah makanan.  Nikmat Allah sungguh luar biasa....

Minggu, 02 Oktober 2011

Pertolongan Dari Ketiadaan

Bila membaca kisah ini, mungkin anda tak akan bersedih saat tidak punya uang, juga tak perlu bingung saat uang anda tak cukup untuk memenuhi kebutuhan anda.  Bisa jadi ketiadaan uang itulah cara Allah melindungi dan menolong anda.

Pada suatu masa, seorang familiku dari kota Y menawari suamiku untuk ikut bergabung dalam bisnis eksport tanaman hias.  Permintaan dari luar lumayan banyaknya sampai kesulitan memenuhi pesanan.  Karenanya dia bermaksud membuka cabang produksi di kota kami, suamikupun dia ajari cara pembudidayaannya berikut cara bekerjasama dengan petani.

Suamiku amat tertarik dengan bisnis ini dan bermaksud untuk bergabung. Sayangnya uang kami tak mencukupi untuk membuka usaha itu di Malang, kamipun terpaksa menolak tawaran emas itu.  Tentu saja suamiku kecewa sekali karena sebuah peluang terlewatkan. 

Beberapa bulan setelah itu, kudengar kabar bahwa familiku itu sudah berhenti mengeksport tanaman karena suatu sebab, mereka merugi.  Akupun mengucap syukur, ternyata saat aku mendapat tawaran itu adalah saat yang tepat untuk tidak punya uang !!!

Jangan jadikan uang sebagai sumber ketenangan, maksudku kita tenang dan bahagia saat uang kita banyak.  Jangan pula jadikan uang sumber kepanikan, maksudku kita panik saat kita tidak punya uang, sedang bermacam tagihan menunggu dan bermacam kebutuhan menuntut untuk terpenuhi.

Allah adalah penjamin hidup kita, sumber kebahagiaan kita adalah dekatnya hati dengan Dia.

Pernah aku mengalami, saat ditinggal suami pergi pameran, aku hanya memegang uang beberapa ratus ribu rupiah, aku merasa uang ini kok sedikit banget, padahal kebutuhan banyak.  Esoknya uangku itu dengan cepat tersisa seratus ribu, akupun mengeluh pada suamiku, dengan memelas kubilang uangku tinggal seratus ribu padahal aku perlu belanja untuk makan.  Saat suamiku bilang akan mentransfer, aku menolak karena seorang pelanggan mau membayar.

Tunggu punya tunggu, pelanggan itu tidak jadi datang, otomatis pemasukan yang amat kuharap itupun batal.  Esoknya uang di tanganku tinggal tersisa dua puluh ribu rupiah !!!!  Akupun tersadar, inilah diriku yang perlu di 'shock terapy' dengan ketiadaan, saat punya uang ratusan ribu mengeluh, saat tersisa seratus ribu mengeluh juga, sekarang tinggal dua puluh ribu rupiah..... bila sekarang aku mengeluh, apakah aku ingin Allah membuatku merasakan punya uang dua ribu rupiah saja di dompetku????

Tidak ya Allah, aku tidak mau mengeluh lagi, aku bersyukur masih ada uang dua puluh ribu rupiah, ternyata dengan uang ini aku bisa mengajari Insan 'sesuatu'.

Saat ikhlas dengan keterbatasan dan mensyukuri apa yang ada, suamiku mentransfer uang, pelanggankupun membayar dengan jumlah yang melebihi perkiraan.....