Selasa, 28 Mei 2013

Membangun Kemesraan Dengan Pasangan


 Sungguh bila seorang suami memandang istrinya (dengan rasa kasih sayang) dan istrinya juga memandang suaminya (dengan rasa kasih sayang), maka Allah akan memandang keduanya dengan pandangan kasih sayang. Dan bila suami memegang tapak tangan istrinya, maka dosa-dosa mereka keluar dari celah-celah jari mereka. (al hadits)

Seorang sahabatku mengomentari cover fotoku di fb yang bergandengan tangan dengan suami saat jalan-jalan ke Borobudur, dia bilang ngiri karena dia tidak pernah bergandengan tangan dengan suaminya.

Wah wah wah, bagiku ini temuan baru, langka, masak gak pernah gandengan tangan sama suami-suaminya sendiri, ntar kalau suaminya digandeng orang lain gimana coba? atau gimana kalau dia sendiri digandeng suami orang ? Sedang ABG aja suka gandengan tangan sama pacarnya, gak malu, gak sungkan .... belum lagi mereka-mereka yang menjalin cinta terlarang, lebih mesra malah ..... iiiiih ...

Kalian gimana ? .... hm hm hm ...

Lah kalau aku, dasar ngeyelan dan aleman ...., kalau dia gak gandeng, ya aku yang nggandeng duluan .... hihihi ... Tapi biasanya siiiih, suamiku yang banyakan gandeng tanganku, peluk di pundak atau .... ehm ehm ... Dan dia melakukannya sambil ngapain saja, sambil sebelah tangannya nyetir, sesekali tangan satunya belai belai tangan istrinya, namanya juga istri cantik cuma satu satunya, dieman eman, disayang sayang.  Yang disayang juga jadi nurutan .... xixixi ... nurutan disini bacanya kalau sewaktu-waktu dia 'butuh disayang', sang istri melayaninya dengan ikhlas walau sedang tidak 'kepingin'.  Ngerti kan maksudku ?

Pernah siiih, ada seorang bapak-bapak curhat, dia cerita kenapa istrinya tidak seperti dulu, dia membiarkan badannya melar, tidak merawat diri, terus dia susah diajak 'berintim intim' ?  Sampai-sampai dia merasa tidak punya hasrat lagi ke istrinya, karena pengalaman jarang 'bersambut' , bahkan dilayani sambil merem kecapean.

Setelah kuanalisa kasusnya, kurasa sang istri terlalu capek mengurus rumah tangga dengan dua balita tanpa pembantu.  Jadi kusarankan dia ikut megang 'the krucils' kalau lagi senggang, biar sang istri bisa istirahat.  Aku sarankan juga untuk melayani istri,  seperti memijitinya atau membantunya beres-beres rumah, bukannya menuntut dilayani.  Dan aku suruh mengucap cinta setiap hari, menciumnya waktu meninggalkannya bekerja dan waktu berangkat bobo, juga ikut bangun malam mengurusi si kecil yang bolak balik bangun di malam hari.

"Kayak pengantin baru dong bunda kalau gitu ?", katanya mendengar saran-saranku.  Lah memangnya gak enak kayak pengantin baru terus ? .... Enak tahu !!!  Tapi bagusnya saran-saranku diikutinya dan berhasil .  Jadi buat bapak-bapak yang sering 'merana' karena nggak 'disambut' sang istri, resep ini boleh dicoba, Kuncinya biar si istri 'nurutan' , ciptakan perasaan merasa dicintai di hati istri dan perlakukan dia sebagai wanita yang amat berharga,  biar dia merasa tersanjung setiap hari.  Kalau sudah begini, setiap anda membutuhkan 'disayang', maka dia akan melayani dengan ikhlas.

Yang namanya kemesraan itu memang musti dibangun, entah siapa yang mulai duluan itu gak penting, mesra itu enak dan berpahala.

Susahnya kalau yang mulai selalu dari satu fihak terus, capek ya ... Ada temanku yang sampai berpura-pura pingsan biar diperhatikan suaminya, ... aduh kasihan ya ? Ini suami minta direndam pakai rinso .... hehehe.

Bagi yang bernasib selalu bertepuk sebelah tangan dengan suami / istri, aku anjurkan lebih mendekat pada Allah saja dan memasrahkan persoalan kepada Allah.  Setiap usaha yang dilakukan untuk memperbaiki hubungan, niatkan karena Allah, biar suami/istri tidak menghargai, yang penting semua itu ada nilainya di hadapan Allah.  Nyarinya balasan dari Allah dan ridha dari Allah. Gak bakalah kecewa kalau gini, soal suami / istri kan nanti Allah yang ngurus, bukankah hati suami / istri kita berada dalam genggaman Allah ?

Nah, soal mesra mesraan sama suami/istri, sebenarnya banyak contoh dari Nabi Muhammad saw, jadi gak usah nyari contekan kemana-mana. Nabi itu pernah membaca al quran sambil kepalanya berada di pangkuan Aisyiah, Nabi pernah mandi berdua dengan istrinya, Nabi pernah mencuci darah haidh Aisyah yang nempel di tikar, Nabi pernah berlomba lari dengan Aisyah, Nabi juga membantu pekerjaan rumah tangga, menyuap istri, makan sepiring berdua, memanggil dengan sebutan tertentu yang merupakan ungkapan sayang .... apa lagi ya .... Baca sendiri ah hadits hadits di bawah ini:

Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi SAW menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah. Kemudian beliau duduk di samping untanya sambil menegakkan lutut beliau dan Shafiyyah meletakkan kakinya di atas lutut beliau sehingga dia bisa menaiki unta tersebut.” (HR Bukhari)

Dari ‘Aisyah ra, bahwa NabiSAW biasa mencium istrinya setelah wudhu’, kemudian beliau shalat dan tidak mengulangi  wudhu’nya.”(HR ‘Abdurrazaq)

Dari Aisyah RA, ia berkata : Saya dahulu biasa makan his (sejenis bubur) bersama Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam “ (HR. Bukhori dalam Adabul Mufrod)
Dari Aisyah Ra, ia berkata : Aku biasa minum dari gelas yang sama ketika haidh, lalu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam mengambil gelas tersebut dan meletakkan mulutnya di tempat aku meletakkan mulut, lalu beliau minum (HR Abdurrozaq dan Said bin Manshur, dan riwayat lain yang senada dari Muslim.)
Nabi saw pernah minum di gelas yang digunakan Aisyah. Beliau juga pernah makan daging yang pernah digigit Aisyah.(HR Muslim No. 300)
Dari Saad bin Abi Waqosh ra berkata : Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wassalam bersabda : “Dan sesungguhnya jika engkau  memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu“ (HR Bukhori (VI/293) dan Muslim (V/71)

Diriwayatkan oleh Aisyah ra, nabi SAW adalah orang yang penyayang lagi lembut. Beliau orang yang paling lembut dan banyak menemani istrinya yang sedang mengadu atau sakit. (HR Bukhari No 4750, HR Muslim No 2770)

Aisyah dan Saudah pernah saling melumuri muka dengan makanan. Nabi SAW tertawa melihat mereka. (HR Nasai dengan isnad hasan)
Dari Zaid bin Tsabit berkata tentang Rasulullah : suka bercanda dengan istrinya (HR Bukhari)

Dari Abu Hurairah, dia berkata: Rasulullah bersabda: Orang mukmin yang paling sempurna imannya ialah yang paling baik akhlaknya, dan orang yang paling baik diantara kalian ialah yang paling baik terhadap istrinya (HR.Tirmidzi, Ibnu Hibban, hadits hasan shahih).

Dari Aisyah, dia berkata: “Pada suatu hari raya orang-orang berkulit hitam mempertontonkan permainan perisai dan lembing. Aku tidak ingat apakah aku yang meminta atau Nabi saw. sendiri yang berkata padaku: ‘Apakah aku ingin melihatnya?’Aku jawab: ‘Ya.’ Lalu beliau menyuruhku berdiri di belakangnya. Pipiku menempel ke pipi beliau. Beliau berkata: ‘Teruskan main kalian, wahai Bani Arfidah (julukan orang-orang Habsyah)!’ Hingga ketika aku sudah merasa bosan beliau bertanya: ‘Apakah kamu sudah puas?’Aku jawab: ‘Ya.’ Beliau berkata: ‘Kalau begitu, pergilah!’” (HR Bukhari dan Muslim)

Nabi saw memanggil Aisyah dengan Humairah artinya yang kemerah-merahan pipinya. Rasulullah juga suka memanggil aisyah dg sebutan “aisy/aisyi”, dalam culture arab pemenggalan huruf terakhir menunjukan “panggilan manja/tanda sayang”

Dari Said bin Yazid, bahwa ada seorang wanita datang menemui Nabi, kemudian Nabi bertanya kepada ‘Aisyah: “Wahai ‘Aisyah, apakah engkau kenal dia?” ‘Aisyah menjawab: “Tidak, wahai Nabi Allah.” Lalu, Nabi bersabda: “Dia itu Qaynah dari Bani Fulan, apakah kamu mau ia bernyanyi untukmu?”, maka bernyanyilah qaynah itu untuk ‘Aisyah. (HR. An Nasa’i, kitab Asyratun Nisa’, no. 74)

Dari Jabir, sesungguhnya Nabi saw pernah melihat wanita, lalu beliau masuk ke tempat Zainab, lalu beliau tumpahkan keinginan beliau kepadanya, lalu keluar dan bersabda, “Wanita, kalau menghadap, ia menghadap dalam rupa setan. Bila seseorang di antara kamu melihat seorang wanita yang menarik, hendaklah ia datangi istrinya, karena pada diri istrinya ada hal yang sama dengan yang ada pada wanita itu.” (HR Tirmidzi)

Aisyah pernah ditanya: “Apa yang dilakukan Nabi saw. di rumahnya?” Aisyah menjawab: “Beliau ikut membantu melaksanakan pekerjaan keluarganya.” (HR Bukhari)


Dari ‘Aisyah ra, ia berkata, “Saya biasa menyisir rambut Rasulullah saw,saat itu saya sedang haidh”.(HR Ahmad)

Nabi saw biasa memijit hidung ‘Aisyah jika ia marah dan beliau berkata, Wahai ‘Aisy, bacalah do’a: ‘Wahai Tuhanku, Tuhan Muhammad, ampunilah dosa-dosaku, hilangkanlah kekerasan hatiku, dan lindungilah diriku dari fitnah yang menyesatkan.” (HR. Ibnu Sunni)

Dari Anas, dia berkata: “Kemudian kami pergi menuju Madinah (dari Khaibar). Aku lihat Nabi SAW menyediakan tempat duduk yang empuk dari kain di belakang beliau untuk Shafiyyah.” (HR Bukhari)



Minggu, 26 Mei 2013

Memberi Tanpa Merasa Terkurangi

Di grup bbm-nya ibu - ibu , seorang ibu mengshare foto sejumlah uang yang ditata seperti kipas, lalu keterangannnya begini : " Ngitung gaji tukang 6 hari ... perasaan akeh temeen .... mudah-mudahan hasilnya nanti bagus.  Doain ya ibu-ibu cantik. Aamiin ".  (Ngitung gaji tukang 6 hari, perasaan banyak sekali .......) Beliaunya memang sedang merenovasi rumah, bukan renovasi total , hanya menambah 1 kamar saja.

Bagaimana pendapat kalian akan pernyataannya itu ? Atau pernah merasakan hal yang sama ?
Atau pernahkan merasa pengeluaran kok begitu banyak ? biaya sekolah anak-anak yang mahal ? atau biaya hidup yang tinggi ?

Aku sendiri pas membacanya, hati jahilku malah spontan bilang : "Iiiiih, orang kok kentara sekali pelitnya, itu memang haknya tukang kok, mbok yang ikhlas melihat tukangnya seneng dapat uang banyak hasil jerih payahnya selama seminggu.  Bukankah dia juga mendapat kamar baru ?"

Menurut analisa seorang sosiolog terkemuka Indah Nur Qoriah ..... ( wk wk wk wk ... ), lahirnya perasaan berat akan beban pengeluaran yang ( menurutnya ) banyak itu adalah karena dalam hatinya merasa memiliki uang / materi. 

Merasa sudah bekerja keras untuk mendapatkan semua yang direncanakannya ..... apanya yang salah sih ? Hmmmm ........ dia telah meletakkan usahanya sebagai sebab terwujudnya rencana-rencananya.  Haluuusss sekali mengenali 'penyimpangan' ini, tanpa disadari telah mengesampingkan peran Allah. Eit, jangan dibantah dulu ...... tandanya bila perasaannya telah melenceng adalah munculnya perasaan sayang dengan uang lalu merasa berat membelanjakan atau merasa terlalu banyak yang dikeluarkan, seperti dalam contoh di atas muncul pernyataan : gaji tukang perasaan akeh temeeeen (banyak sekali).

Bandingkan dengan kalimat ini  :"Alhamdulillah , Allah memberi rejeki melimpah hingga bisa membayar gaji tukang minggu ini, semoga uang yang diterimanya dariku berkah dan mencukupi keluarganya".

'Merasa memiliki uang' ....  apanya yang salah dari kalimat ini ?  Hmmm .... kalau merasa memiliki, pasti mempertahankan apa yang dimilikinya.  Nah, coba kalau pas laper dieeeem saja, gak usah beli nasi biar uangnya utuh.  Gak usah beli sabun mandi, gak usah beli pasta gigi, gak usah beli rumah, gak usah beli mobil ..... Hahaha .... katanya mau mempertahankan apa yang dimiliki (uang) ? .... hihihihi ....

Ternyata apa yang kita pegang sekarang ini belum tentu milik kita, dan apa yang kita peroleh dari usaha kita, bisa jadi itu merupakan hak orang lain.  Saat kelaparan di perjalanan, uang di tangan kita jadi haknya pemilik warung, saat sakit uang kita jadi haknya dokter, saat atap rumah bocor, uang kita jadi haknya tukang.

Bukan hanya uang, diri kita sendiripun bukanlah milik kita, dengan kata lain, kita ini bukan pemilik diri kita sendiri.  Kalau kita mati, jazad kita menjadi milik tanah, dan nyawa kita kembali kepada Allah.....

Gimana saudara-saudaraku ? .... masih sempat ngaku - ngaku memiliki uang, tabungan, rumah, mobil , kebun, perniagaan, pekerjaan ? Semua itu cuma titipan kata orang.  Jadi ikhlaslah saat titipannya Dia minta dengan berbagai jalan dan cara.

Aku pernah bilang di bukuku "Menciptakan Keajaiban Finansial" , kalau pegang uang, aku merasa uang ini bukan punyaku, tapi punya Allah, jadi terserah Allah mau dikemanain uang ini. Jadi enteng tuh di perasaan, saat kebutuhan begitu banyaknya, ya mengalir saja dan kenyataannya Allah selalu mencukupi.  Tidak sempat merasa, kok biaya ini mahal itu mahal ? Adanya hanya perasaan bersyukur saja.

Eyang Virien pernah bilang begini :" Sebenarnya kita ini tidak berhak merasa memiliki rejeki, karena kita hanya berhak mengelola saja ".  Ucapan eyang ini susah dimengerti bagi orang-orang kebanyakan, bisanya dimengerti setelah dijalankan. 

Apapun yang kita lakukan sebaiknya dilakukan dengan ikhlas, termasuk ikhlas memberikan hak orang lain, tanpa merasa apa yang berada di tangan kita berkurang.  Senang melihat orang lain senang dan lakukan dengan kasih sayang.

Sahabat,
Kalian tahu, suamiku petani. Seminggu sekali memanen hasil kebun, menyewa mobil pick up Rp 300.000 untuk sekali panen.  Pernah dia bilang begini :" Dik, kalau kita beli pikep, kita bisa menghemat uang 1.200.000 setiap bulannya. Malahan uang segitu bisa dipakai nyicil pikepnya ".

Lalu kujawab :" Hmmmm ..... ikhlas saja, itu berarti kebun mas sudah memberi penghasilan ke banyak orang, pasti pemilik pikepnya senang kalau kita tetap langganan sama dia ".    Hasilnya sekarang, pemilik mobil pick up langganan kami itu amat berperan saat mas Hary keluar kota atau sedang sibuk.  Dia jadi andalan mas Hary mengurusi panen.  Enak kan ?

Begitulah ikhlas, ikhlas itu tidak menghitung, memberi tanpa merasa terkurangi. 

Kamis, 23 Mei 2013

Ajaibnya Ridha pada Allah

 Kemarin sore, ada inbox masuk di fbku, dari seorang wanita pembacaku, isinya bikin aku merinding, melongo dan spontan bibirku mengucap subhanallah karena yang dia ceritakan begitu indahnya.

Sang pengirim sudah sering jadi tokoh dalam cerita-ceritaku di blog , karena masalah yang sedang dihadapinya bertumpuk-tumpuk, mungkin kalau ditulis jadi novel bisa jadi tetralogi ..... hmm.... Untungnya Indah bukan novelis yaaa .... ya kalau jadi novelis, ntar nggak sempat ngeblog ..... ntar kalau aku gak ngblog, disms-in, di inbox, ditelepon dan ditanya begini : mbak Indah sehat kan ? kok lama gak ol ? ..... hahaha, makasih perhatiannya.

Nah, lupa kan aku , tadi nyampai mana ngobrolnya ?

O o , wanita luar biasa ini beberapa bulan yang lalu mendapat masalah yang amat sangat berat.  Masalah pertama beliau kena kanker payudara, sudah dioperasi lima tahun yang lalu, tapi rupanya kankernya bandel, hasil test menunjukkan kankernya sudah  menjalar sampai ke hati. Sakit yang berat banget bagi seorang wanita.

Masalah keduanya, beliau adalah pencari nafkah utama keluarga, karena sang suami pekerjaannya masih seadanya dan serabutan, jauh dari mencukupi bila mengandalkan penghasilan suami.  Bayangkan saja, dalam keadaan sakit dia musti bekerja dari pagi sampai sore .... padahal sel-sel tubuhnya membutuhkan istirahat untuk menormalkan kembali kondisi kesehatannya.

Masalah ketiganya, di kantorpun dia sedang mengalami guncangan yang luar biasa, secara garis besarnya dia sedang 'dipinggirkan' oleh orang-orang tertentu dan seperti dipaksa mengundurkan diri secara sukarela.

Judulnya jadi berat berat dan berat .... Di tengah kebutuhan kuliah dan sekolah dua anak mereka yang banyak, juga biaya pengobatan yang mahal, sakit fisik dan tekanan pekerjaan , merekapun mulai berhutang pada saudara untuk berobat dan merencanakan untuk menjual rumah untuk membayar hutang itu.

Kadang juga dia mengalami dilema antara kebutuhan berobat dan biaya kuliah sang anak, yang berujung pada mengalahnya sang anak demi kesembuhan ibunda (duh, betapa mulia hatimu nak).

Untuk kankernya itu beliau menjalani kemoterapi dan pengobatan lainnya yang dilakukan secara medis di rumah sakit sambil mengkonsumsi minuman herbal.  Saat aku bertemu dengannya, kulihat tubuhnya malah jadi kacau keseimbangannya, kukira malah rusak tuh sel-sel tubuh sehatnya kena pengaruh kemoterapi dan obat-obatan kimia ..... jadi aku yang sok cerewet melarangnya menjalani kemo lagi.  Alhamdulillah orangnya kok ya nurut sama wong paling ayu sak Malang raya ( penonton gak boleh protes .... ini sih gelar pemberian ebo ebo OM, bukan Indah yang bilang, aku cuma copi paste aja ..... hehehe)

Kalau soal cobaan finansial yang bejibun itu, beliau sudah bisa menyikapinya dengan mempelajari bukuku "Menciptakan Keajaiban Finansial" (yang belum punya buku ini ayo pesan sekarang ! ... iiih, kok maksa ya ....hehehe) Buku itu dia ulang-ulang bacanya, diresapi satu-satu, sambil berusaha dijalankan.

Soal kankernya itu, Indah ngomongnya begini .... ngomongnya panjaaang, jadi kalau ingin tahu selengkapnya klik disini .  Nah, akhirnya aku menyarankannya untuk meninggalkan cara medis untuk terapi kankernya, tapi cara medis tetap digunakan sebagai kontrol untuk memeriksa sejauh mana perbaikan kankernya.

Sedang untuk pengobatannya aku merekomendasikan dia tetap minum herbal yang biasa dia minum.  Aku sempat test herbalnya ini.... ini test yang susah dijelaskan, soalnya aku deteksi pakai keindigoanku .... hehehe. Yang aku lihat, herbalnya ini amat kuat menormalkan kondisi tubuh hingga kankernya berangsur membaik.

Sel-sel kanker itu sebaiknya memang jangan dibunuh seperti pengobatan cara barat, itu malah ikut merusak sel-sel sehat di sekitarnya.  Karena sel-sel kanker itu hanya sel-sel yang tidak normal, jadi yang diusahakan  ya bagaimana menormalkan kembali sel-sel itu.  Yang bisa mengerjakannya ya obat-obat yang sudah disediakan Allah di alam ini, yang populer dengan istilah pengobatan herbal. Jangan lupa diimbangi dengan mind set yang benar, seperti yang aku omongkan itu.

Dan, inilah hasilnya .... ini email dari beliau.

Asalammu'alaikum, semoga keadaan ibu dan keluarga di Malang senantisa ada dalam lindungan dan ridhoNya.

Bu, keadaan saya dan keluarga alhamdulillah baik. Khususnya kesehatan saya sejauh ini saya merasa baik dan semangat, saya masih terus rutin meminum jamu herbalnya.

Bu, saya sedang belajar meraih ridho Allah dalam menjalani hidup ini,berlatih untuk ikhlas, pasrah dan ridho. Ibu tau apa yang saya dapatkan setelah niat saya, mind set saya dirubah? Subhanallah Alhamdulillah begitu banyak kemudahan yang saya dapatkan, bila 2 bulan yang lalu saya masih begitu khawatir tentang biaya pengobatan yg cukup besar, setelah saya pasrahkan semuanya pada Allah tanpa disangka perusahaan minggu lalu memberikan asuransi kesehatan non limit kelas 1 untuk saya dan karyawan setingkat dirumah sakit Bandung dan kota-kota lain.

Bu kami kan sudah lama memimpikan punya usaha sendiri, sepertinya untuk step pertama pintu sudah terbuka, seperti ibu bilang gak usah dipusingkan dengan uang. Bu adik ipar menawarkan usaha makloon bikin balmut (bantal selimut) dan sprey, lah kemarin saya bingung karena gak punya modal untuk beli mesin jahit dll dan tempat untuk produksi.  Alhamdulillah suamiku dipinjami dana dari temannya untuk beli 2 unit mesin baru ditambah 1 unit dipinjami adik ipar jadi total 3 unit semuanya gress baru. 

Mengenai tempat alhamdulillah keluarga mengijinkan rumah yang ditinggali ibu, lantai 2 dan 3 boleh dipakai katanya asal dijaga kebersihannya. Sekarang kami sudah terima order pertama sebanyak 400pcs dan sudah jalan seminggu.  Yang bikin saya bersyukur suamiku jadi punya pekerjaan tetap, kakak dan sepupu saya juga bisa ikut punya penghasilan.
 

Oh ya bu si sulung juga untuk semester ini dapat beasiswa. Alhamdulillah.

Terima kasih, tulisan2 ibu telah menginspirasi saya, saya merasa menjadi "pribadi" yang berbeda sekarang, semoga saya senantiasa istiqomah.

Salam.

Rabu, 22 Mei 2013

Tak Perlu Mengejar Setoran

Dia teman masa kecilku, tentunya sudah setua aku, tapi dia sudah punya cucu, sudah dipanggil nenek, aku kan belum (.. ehm..).  Habis maghrib aku melihatnya berjalan ke pasar, dia memang punya kios di pasar Ngantang yang sepi, yang kalau malam hanya beberapa toko yang buka.

"Kok malam-malam buka ?", tanyaku.
 "Aduh dik, aku ini ngejar setoran .... ", katanya disusul cerita tentang anak dan cucunya yang masih harus dibantu.  Mendengar ceritanya, rasanya tuh .... hidup ini kok begitu melelahkan.
"Dinikmati saja lah, disyukuri saja", kataku akhirnya.

Pernah juga aku mendengar curhatan seperti ini : "Suamiku sudah pensiun, sementara si kecil masih sekolah dasar.  Kadang khawatir juga akan masa depannya, tapi aku coba pasrahkan pada Allah". 

"Kebutuhan begitu banyak, pernahkan kamu merasa harus bekerja keras untuk mengejar semua itu ?", tanya sahabatku.  Aku tersenyum ...
"Hmmm ..... berarti kamu musti membaca bukuku ", kataku sambil menghadiahinya buku "Menciptakan Keajaiban Finansial".

Coba kalian pikir, apa yang salah dari istilah 'mengejar setoran' atau kekhawatiran akan masa depan anak-anak kita ? 

Begitulah, banyak sekali orang terjebak dalam logika yang malah membuat hidupnya begitu lelah dan tidak bahagia, sementara nikmat Allah bertaburan di sekelilingnya tapi lupa disyukuri.

Logika yang sering menjebak itu contohnya : "Semakin banyak kebutuhan, mesti diiringi kerja keras untuk memperoleh pendapatan yang lebih besar ".  Kedengarannya sih kalimat ini kalimat yang 100% betul, tapi coba renungkan ..... kalimat ini sebenarnya mengandung bahaya yang lebih besar daripada virus yang mematikan.

Orang yang menganggap bahwa kebutuhannya musti dipenuhi dengan kerja keras, orang ini tanpa sengaja telah meletakkan 'kerja keras' sebagai sebab terpenuhinya segala kebutuhan.  Padahal Allahlah yang memenuhi kebutuhan kita, hanya Allah sebabnya.

Sekeras apapun usaha kita, bila Allah menghendaki kita tidak mendapat apa-apa, ya tidak dapat apa-apalah kita, mungkin pendapatan kita hilang digondol maling, ditipu orang atau malah hilang jatuh di jalan ..... atau sebab yang lain bisa ditambah sendiri berdasarkan pengalaman masing-masing.

Mungkin ada yang bertanya, "Memangnya tanpa kerja keras, nganggur saja.... bisa mak jleg kejatuhan rejeki dari langit?  Memangnya gak boleh kerja keras ngejar setoran ?  "

Orang yang bertanya seperti pertanyaan di atas berarti gak ngikuti blog innuri dan musti pesan bukuku "Menciptakan Keajaiban Finansial"..... hehehe.  Kan aku sering membahasnya, bekerja itu musti sesuai dengan juklaknya di al quran, bahwa kita diperintahkan bekerja untuk mencari karunia, keridhaan Allah dan untuk bersyukur kepadaNya.  Jadi jangan bekerja untuk mencari uang, untuk biaya sekolah anak-anak, atau untuk memenuhi kebutuhan hidup lainnya.

Allah itu Maha Bertanggung Jawab menghidupkan kita dan memelihara kita tetap hidup dengan nyaman sejahtera bahagia.  Jadi kebutuhan hidup kita ini berada dalam jaminan Allah, titik gak pakai koma.  Berangkatlah bekerja dengan mengantongi keyakinan seperti ini, maka ini pula yang akan terjadi.

Merasa bahwa yang mencukupi kebutuhan kita adalah kerja keras kita setiap hari , itupun merupakan kesombongan yang halus dan 100% bikin repot, capek dan pusing.  Dipasrahkan Allah saja, karena itu memang bagiannya Allah, bagian kita adalah bekerja karenaNya dan mendekatkan diri kepadaNya.

Jangan lagi mengejar setoran, karena yang namanya setoran ya pasti disetor, gak akan jadi milik kita.  Coba ubahlah jadi mengejar keridhaan Allah, karena Allah Maha Memberi, gak pernah minta setoran.  Ya kan ? Ya kan ?





 

Minggu, 19 Mei 2013

Pikun Berjamaah

"Dik, dimana sih kunci mobil ?", gitu katanya sambil mondar mandir dan buka-buka tumpukan barang di meja, di atas televisi .... entah dimana lagi.  Sudah tiga hari suamiku jadi pikun gini, dan temanya tetap sama kalau nggak dompet yang nyelempit atau kunci mobil.

"Heran deh, mbok naruhnya di tempat yang sama gitu", kataku ketus karena jengkel.

Tak lama kemudian.

"Mas tahu nggak dimana hapeku ? ", kataku sambil mondar mandir ke kamar, ke ruang jahit, ke kamar Insan.

"Hehehe, aku kok gak pernah komplain sih kalau sampeyan selalu begitu hampir tiap hari ", katanya sambil tertawa lebar dan memandangku mesra .....

Hahaha .... memang mengenal diri sendiri itu lebih sulit dibandingkan mengenal orang lain, apalagi mengenal kekurangan diri sendiri .... kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tidak tampak.

Sabtu, 18 Mei 2013

Keajaiban Dari Keajaiban

Terimakasih Allah atas hari Sabtu kemarin yang luar biasa, pagi kedatangan tamu mbak Yulfarida Arini yang heboh dan remadjah dari grup OM (bukan Orkes Melayu looooh, tapi Ordinary Moms) .... sorenya kedatangan tamu mas Falley Zahari dan mbak Inarochan Inez , kedua orang ini aku nemunya di grup EGAF (Ebiet G Ade Forever) .... Subhanallah, hari yang amat indah .... 

Subhanallah yang kedua kalinya, mb Yulfa nawarin diri jadi editornya bukuku "Menciptakan Keajaiban Finansial" , beliau ternyatah mantan anak kesayangan pak Dahlan Iskan dan bidannya Jawa Pos Radar Malang ..... oalah ...... dan katanya dia siap ngeditori buku-bukuku selanjutnya, tanpa bayaran (ini dia bagian menariknya ..... hehehe)

Yaaa, Allah selalu tahu apa yang aku butuhkan, dulunya aku tidak menggunakan editor buku karena bayarannya mahal, padahal kan ini buku dakwah yang sebagian dibagi-bagi gratis dan sebagian dijual (biar bisa subsidi silang).  Tawaran manis dari mbak Yulfa membuatku merasa mendapat keajaiban dari buku "Menciptakan Keajaiban Finansial"

Terimakasih sahabat yang telah memesan bukuku dalam jumlah banyak untuk dibagi-bagi, Allah yang membalas segala kebaikan hati kalian.

Sebenarnya bukuku itu bisa diperoleh gratis, dengan syarat anda membutuhkannya tapi tidak punya uang lima puluh ribu untuk membelinya. Kalau ada uang ya beli saja, insyaAllah bila belinya diniatkan karena Allah walaupun membeli buat diri sendiri, nanti balasannya berlipat ganda loh .... (aku sudah membuktikannya).

Terimakasih buat semua pembaca blogku, kuharap kalian memperoleh kedamaian hati dengan berkunjung kesini, dan tentu saja lebih dekat dengan Allah.  Allah mencintai kalian semua, karena Allahlah yang menarik kalian kesini, insyaAllah yang kalian temukan disini adalah ilmu Allah yang bersumber dari al quran.

Bagi yang mau memesan, silahkan di inbox di fbku yaaa, atau telp ke 0341-792858 atau sms ke Indah 081 334 334 331

Jumat, 17 Mei 2013

Mencari Dzikir dan Doa Yang Ngefek

"Padahal aku sudah dzikir sebelum tidur lo bunda, bahkan berwudhu dan membaca istighfar sampai tertidur, eh.... kok masih mimpi yang menyesatkan", gitu kata seorang sahabatku.

Pernahkah mengalami seperti itu? Sudah bersuci dan berdoa, tapi masih saja diganggu mimpi buruk atau mimpi yang nggladrah (tidak karuan) ?

Aku remaja dulu malah sering bertanya-tanya, sudah dibacain ayat kursi, surat an nas, surat al falaq, kok masih bisa kerasukan ya?  Katanya sih karena aku disukai sama jin, jadi gampang kemasukan, tapi kok doa-doa dan ayat-ayat suci seperti 'tidak mempan' ?.  Yang pasti bukan karena ayat sucinya yang salah.

Ada lagi kasus begini , sudah berdzikir ribuan kali tiap malam, tahajud dan dhuha tidak pernah bolong, tapi doa-doa yang dipanjatkan seperti tidak ngefek sama sekali , malahan masalah-masalah bertambah rumit saja.

Penjelasannya begini .... ntar, benerin duduk dulu ....

Doa, dzikir, atau membaca ayat-ayat suci, targetnya adalah mensucikan jiwa.  Bila jiwa telah suci, disaat itulah segala gangguan syetan mental, segala doa mudah terkabul. Sebaliknya, bila jiwanya masih kotor, meskipun lidahnya basah oleh dziikir ya tetap saja bisa diganggu syetan dan doa-doa menjadi tidak berarti.

Ajaran agama mengatakan bahwa salah satu doa yang makbul itu adalah doa yang diucapkan setelah shalat lima waktu.  Urutan yang sering kita lakukan begini : shalat wajib/sunah, lalu istighfar (memohon ampun) dan dzikir mengucap tasbih (menyucikan asma Allah), tahmid (memuji/bersyukur pada Allah), takbir (memahabesarkan Allah), dan tahlil(mengesakan Allah) , baru berdoa aamiin aamiin.  Jadi ritualnya menyucikan jiwa, menyucikan asmaNya, memuji/bersyukur kepadaNya, memahabesarkan Allah, mengesakan Allah, baru berdoa dengan segala macam doa.

Apa yang tersembunyi dibalik urutan yang menakjubkan itu ? Salah satu pesannya adalah bangunlah jiwa yang suci yang berhiaskan rasa syukur dan penuh keagungan asmaNya saat memanjatkan doa kepadaNya.  Inilah etikanya dalam berdoa.

Tapi aku sering mendengar orang yang merasa terdhalimi, dengan hati penuh dendam dan marah berdoa dengan mengatas namakan Allah, agar orang yang mendhalimi terbalaskan perbuatannya.

Di dalam al quran, Allah mengajarkan pada kita untuk ikhlas dan memaafkan, dan mengoreksi diri. Ajaran al quran itu menyuruh kita mensucikan jiwa, tapi kita malah menggunakan jiwa yang kotor untuk berdoa.

Doa itu sifatnya suci, jadi jangan  mulai berdoa dengan hati yang kotor, nggak nyambung dan tidak akan memberi hasil yang baik. Termasuk hati yang kotor itu hati yang tidak ikhlas dengan ketentuan Allah, protes dengan kejadian yang menimpanya, merasa diperlakukan tidak adil, dll, padahal ada Allah dibalik segala kejadian itu.  Bagaimana Allah mengabulkan doa orang yang memprotes kebijakanNya ?

Coba diingat-ingat lagi deh, coba cermati lagi hati kita, hati seperti apa yang kita bawa saat berdoa kepada Allah ?  Apakah hati yang nelangsa ? apakah hati yang merasa tidak dicukupkanNya ? apakah hati yang penuh sakit hati ?atau hati yang penuh ikhlas dan syukur kepada Allah ?

Lalu diingat-ingat lagi deh, saat berdoa dengan hati yang bagaimana doa-doa kita terkabul ?  Hmmm ......

Ingatlah sahabat, target doa dan dzikir kita itu adalah kesucian jiwa, al quran menyebut dalam surat as syams : 'beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya'.  Salah satu ciri orang yang beruntung itu adalah orang yang mudah terkabul doanya. Yuuuk jadi orang yang beruntung , jangan jadi orang buntung ..... hehehe .....

Kamis, 16 Mei 2013

Berasa Menjadi Malaikat Rahmat

Pelatihan  Batik Lukis di Ponorogo tgl 16 Mei 2013.

Aku bertemu ibu itu di mushala saat aku sedang mengantri wudhu di mushala hotel La Tiban.

"Oh, bawa mukena ya", katanya sambil menunjuk mukena yang tergolek disampingku.
"Iya bu, monggo kalau mau dipakai", kataku sambil melihat ibu-ibu peserta pelatihan juga banyak yang ngantri shalat, kulihat ngantri mukenanya, karena banyak yang tidak membawa mukena.

Selesai wudhu, akupun duduk nyandar tembok ngantri mukena.

"Maaf jeng, vertigoku kambuh", kata ibu itu saat melepas mukena pelan pelan dan terlihat menahan sakit.  Akupun tanpa bilang-bilang mentransfer energi buat ibu itu.

"Ibu kelihatannya kurang tidur", kataku.
"Ya memang tidak bisa tidur", jawabnya.
"Ibu banyak pikiran sih ", kataku.
"Terus saya musti bagaimana ?".
"Dipasrahkan Allah saja, ikhlas", kumat deh Indah sok menasehati orang yang lebih tua lagi.
"Bagaimana rasanya sekarang?", aku menanyakan keadaannya, tanpa dia jawab aku yakin badannya lebih segar setelah kunormalkan keseimbangan tubuhnya dengan energi murni atas ijin Allah.

Aku berasa mendapat dorongan untuk menghadiahi ibu itu bukuku "Menciptakan Keajaiban Finansial".

Saat selesai pelatihan, ibu itu menghampiriku dan bertanya.
"Aku mikir apa ya jeng ?".  Aku tersenyum saja.
"Ibu yang lebih tahu apa yang menjadi beban pikiran ibu".
"Mungkin mikirin hutang".
"Berarti buku itu pas banget buat ibu", kataku. 
"Makasih ya jeng".  Lalu aku diciuminya. 

Aaaah ... aku berasa jadi malaikat rahmat ... dan kurasa setiap kita bisa menjadi malaikat rahmat, ini pengalaman yang indah. Seperti aku bilang dalam tulisan yang lalu, mulailah dari hal yang kecil, yang terdekat dan termudah kita lakukan, tangkap setiap peluang berbuat baik yang Allah hadapkan pada kita, lakukan dengan tulus kasih karena Allah.  Jangan takut untuk memulai dan jangan takut akan ditolak atau dilecehkan.

Yuuk kita hias dunia yang indah ini dengan perbuatan baik.




Senin, 13 Mei 2013

Dari Mana Memulai Berbuat Baik ?

Akhir-akhir ini aku sering sekali mendengar sahabatku ngomong begini :"Aku pingin deh kayak mbak Indah, banyak berbuat baik".

Mbak Yayuk, istri mas Saidi -penanggung jawab kebunku- malah bilang begini :"Aku jadi ingin kayak ibuk, tapi dari mana memulainya ?"

Indah jawabnya begini :

Mulailah dari yang paling simpel, paling dekat, paling terjangkau dan tidak selalu dengan materi, maksudku lakukan kebaikan dengan memberi yang berupa materi dan bukan materi.  Memberi yang bukan materi itu ternyata lebih sulit mempraktekkannya, seperti memaafkan, mendoakan, menahan marah, mengikhlaskan .... dll.

Jangan lupa niatnya karena Allah, untuk mempersembahkan hidup dan seluruh aktifitas kehidupan ini kepada Allah.

Sering aku lihat, orang bisa mengerjakan hal besar dan 'monumental' tapi dia mengabaikan hal-hal kecil yang penting. Misalnya saja, punya ratusan anak asuh, jutaan rupiah dia keluarkan setiap bulan untuk membiayai pendidikan mereka.  Tapi dia bisa marah besar dan tidak bisa memaafkan anak pembantunya yang memecahkan keramik kesayangannya.  Padahal menahan marah dan memaafkan itu perintah Allah juga dalam al quran.

Salah satu tujuan berbuat baik adalah untuk melembutkan hati, jadi saat perbuatan baik yang kita lakukan tak bisa membuat hati kita jadi lembut, yaaa .... musti mengoreksi diri lagi, sudah luruskah niat kita berbuat kebaikan karena Allah ?

Kembali ke topik bagaimana mengawali berbuat baik ?

Setelah memulai dengan hal yang paling simpel, paling dekat, paling terjangkau, dengan materi dan dengan bukan materi.  Point selanjutnya adalah lakukan dengan konsisten, setiap hari, setiap ada kesempatan, bahasa agamanya lakukan dengan 'istiqamah'.

Setelah melakukan dengan istiqamah, nanti akan ada 'peluang-peluang' baru dalam berbuat baik, tangkap peluang itu dan niatkan melakukannya karena Allah, jangan berpikir soal kendala, misalnya kendala uang / dana dll dll, tapi pikirkan solusinya / cari jurusnya dan pasrahkan pada Allah.

Manusia dikaruniai akal pikiran biar bisa menghandle kendala dalam hidup.  Jadi tetap fokus pada tujuan, segala kendala bisa diatasi kok, gunakan akal pikiran.  Aku punya sebuah kisah manis berkenaan dengan kendala dan bagaimana mengatasinya, ini kisah tentang ibuku.

Dulu ibuku adalah seorang kepala sekolah di Ngantang, Ngantang itu sebuah kecamatan di pinggir kabupaten Malang, kebayang betapa ndesitnya yaaa .... tapi Ngantang tidak terpencil loh, karena dilewati bis jurusan Kediri Malang dan Jombang Malang.

Ibu amat ingin sekolahnya punya mushala, tapi tidak mungkin menarik iuran yang berupa uang kepada wali murid.  Ibu lalu menggunakan jurus 'jimpitan' beras, seminggu sekali seluruh siswa membawa sejumput beras ke sekolah (benar benar sejumput / segenggam).  Beras yang terkumpul lalu dijual, hasil penjualannya ditabung dan terwujudlah mushala idaman.

Berkaca pada ibuku, kita sebenarnya bisa kok melakukan kebaikan besar yang 'tersusun' dari hal-hal kecil.  Segala kebaikan selalu bisa terwujud dengan ijin Allah.

Aku sendiri pernah punya kendala berkenaan dengan perbuatan baik membagi-bagi beras. Dari waktu ke waktu kok makin nambah saja 'daftar nama'  yang memerlukan beras. Lalu aku mikir, gimana kalau aku juga bikin jimpitan beras untukku sendiri ?  Tapi jimpitannya nggak sejumput, ntar lamaaaa dong ngumpulnya dan biar seimbang dengan jumlah orang yang musti disantuni , jadi jimpitan berasku aku canangkan 5 kg setiap hari.  Hmmmm ..... terus terang aku 'mencuri'nya dari uang belanja harian ....hehehe, aku cerdik yaaa dan ahli irit. Ternyata kami sekeluarga masih bisa makan enak dan kenyang walau jatah belanjanya dikurangi 5 kg beras dan juga beberapa nasi bungkus setiap pagi.

Nah kan ? kalau mikirnya cukup ya dikasih cukuplah sama Allah, cukup is the best .... hahaha.

Setiap keluarga punya anggaran sendiri-sendiri untuk kebutuhan dapurnya, kalau mau ngikut aliran 'jimpitan' beras seperti yang kulakukan, sesuaikan saja dengan budget masing-masing, bisa sejumput tiap hari, setengah kilo, sekilo atau sekarung setiap hari juga gak dilarang , intinya disesuaikan saja dengan kemampuan, sambil terus berusaha meningkatkan kemampuan. 

Berusaha melakukan kebaikan dengan istiqamah itu juga adaaaa saja ujiannya, yang lupa lah, sakit lah, capek lah, kadang anak-anak mendadak butuh dana besar untuk sekolah mereka .... dsb dsb.Musti kreatif mencari jalan keluar agar tetap bisa istiqamah.

Bila menghadapi kendala finansial ya harus dengan sikap yakin dan pasrah, yakin Allah bakalan mencukupi semuanya dan pasrahkan saja segala persolan kepada Allah. Yakinnya diperkuat lagi dan jangan berhitung, ikhlas itu tidak menghitung, dan tetap bersedekah dalam lapang dan sempit.

Akan halnya jimpitan beras yang aku contohkan itu, jangan berpikir dengan berkurangnya uang belanja, efeknya musti mengencangkan ikat pinggang.  Pada kenyataannya malah Allah melancarkan semua perniagaan dan segala urusan, plus tetap bisa makan enak kok.  Jadi keep giving ....

Sebagai penutup, ada sebuah email dari mb Wahyu, teman kuliahku, bagus sekali cara dia menangkap peluang berbuat baik, mulai dari yang terdekat, simpel dan bermanfaat. Yuuk kita simak kisahnya :

Aku ini tinggal di perumahan, sudah 2 tahun ini gaji bapak-bapak satpam belum dinaikkan, padahal kebutuhan hidup selalu naik sewaktu-waktu. Sebetulnya gampang saja, tinggal menaikkan iuran RT, pasti uang kas bertambah dan bisa untuk menambah gaji bapak-bapak satpam. Tetapi masalahnya tidak semudah itu, untuk menaikkan iuran ada yang pro dan kontra, rapat berkali-kali akhirnya ya….tetep saja
belum ada penyelesaian. 


Ditengah2 kebingungan ini aku melihat setiap siang bapak2 satpam itu makan di warung dekat perumahan, maka terpikirlah olehku untuk mengirim makan siang secara gratis, dengan begitu agak berkurang beban mereka, paling tidak dapat berhemat beberapa ribu. Uang untuk makan siang bisa dipakai keperluan lain.
 

Kebetulan tetanggaku ada yang berjualan nasi bungkus, jadi tinggal pesan. Mungkin ini yang dinamakan
menyelesaikan masalah tanpa masalah. Kelihatanya belum seberapa pemberianku ini, masih dikalangan bapak2 satpam, belum ke duafa2 lainnya. Aku berharap pemberian yang tidak seberapa ini bisa membersihkan hati, menenangkan hati, membahagiakan hati.
 

Karena kita selalu belajar untuk berbagi, dan aku berharap bisa bertahan terus bahkan bertambah. Sejak saat itu aku merasakan betapa sesuatu yang kecil itu kalau dilakukan dengan tulus dan sungguh-sungguh akan menjadi sangat berarti. Aku selalu optimis akan banyak nasi bungkus-nasi bungkus yang mengalir pada saudara-saudara kita yang kurang beruntung, tidak saja pada pagi hari, tapi siang hari dan bahkan malam hari, dengan begitu ikatan batin diantara kita akan selalu tersambung. Terimakasih mbak Indah telah
menginspirasi banyak orang untuk tetap berbagi.


Sabtu, 11 Mei 2013

Sebuah Percakapan Cinta

Ini adalah sebuah percakapan dari alam tak kasat mata, percakapan antara dua sejoli yang saling mencintai, yang tak bisa bersatu karena suatu hal.

W : Aku amat mencintaimu dan aku begitu bahagia bila merasakan bahwa kau juga menyayangi dan menjagaku.  Terimakasih atas cintamu padaku, semua ini telah memberiku kebahagiaan dan semangat.

L : Akupun meresahkanmu dan rasanya bahagia bila menemukan kamu bahagia, walaupun kita tak bisa dipertemukan.  Cinta tak musti memiliki, cukuplah bila cintakupun bersambut.

W : Tapi ada ikatan cinta yang lebih indah dari ikatan cinta yang kita rasakan.

L : Apakah bila cinta kita bisa bersatu dalam arti yang sebenarnya ?

W : Tidak sayang, bila cinta kita bersatu, kita malah dihadapkan pada berbagai masalah yang malah mungkin membuat kita bertengkar atau malah jengkel satu sama lain. Apalagi dengan keadaan kita sekarang, yang tak mungkin bersatu .... malah bisa membunuh kita semua.

L :  Lalu apa ? Aku amat merindukan dekat denganmu, disisimu aku begitu tenteram, nyaman dan bahagia.  Kebahagiaanku adalah dekat denganmu, tapi aku takut bila aku melakukannya, malah merusak kebahagiaanmu.

W : Hmmmm ...... berarti kamu sudah tahu bahwa cinta kita tak menjamin bahagia ...

L : Yaa, karena aku lihat kamu begitu bahagia dengan lelaki itu dan anak-anakmu .....

W : Seperti aku juga melihat kamu begitu bahagia dengan wanita itu dan anak-anakmu.

L :  Setengah mati aku melawan perasaanku, karena aku tak mau merusak kebahagiaanmu.  Tapi maafkan aku, bila aku menyatakannya karena aku sudah tak sanggup lagi membendung perasaanku dan kerinduanku padamu.

W :  Aku tahu kamu menyayangiku walaupun kau tak mengatakannya.  Ada hal yang amat indah saat aku merasakan cintamu dan merasakan bahwa kau menjagaku dengan doa doamu.  Hingga Allah memberiku pengalaman cinta yang lain, yang lebih indah dari yang aku rasakan bersamamu.

L :  Pengalaman cinta yang lain ? bolehkan aku mengetahuinya sayangku ? aku tak akan marah .... cintaku adalah membiarkanmu bahagia, walau itu berarti aku harus keluar dari kehidupanmu.

W :  Sayang, mungkin karena keteguhan hatiku dan hatimu dalam menjaga cinta kita tetap suci, hingga Allah memberiku pengalaman cinta yang lain yang amat sangat indahnya.

L : Ceritakanlah sayangku, aku akan tetap menyayangimu walau bagaimanapun dirimu, seperti selama ini aku tak pernah putus mencintaimu walaupun kamu berada dalam pelukannya ....

W : Allah memberiku pengalaman dicintai olehNya ... lalu cinta itu bertemu saat aku mengingatNya, saat aku sujud kepadaNya.  Demi cintaku padamu, cinta Allah lebih indah dari segalanya, merasakan bertemu denganNya adalah hal paling menakjubkan sepanjang hidupku.  Demi cintaku padamu, aku akan melepas cintamu, memutus tali ikatan cinta batin kita, agar kamu bisa merasakan cinta yang lebih indah yang layak kamu terima.

L : Oh sayangku, itukah yang kamu minta ? melepas cintaku demi Dia ?

W : Itu aku lakukan karena aku amat mencintaimu.

L :  Hmmmm .... mmm....

W : Cinta antara kita hanya membangun dinding tebal yang akan menghalangi cinta yang lebih indah, yaitu cinta Allah.  Akupun melepasmu dengan amat berat, tapi aku harus melakukannya, karena kesempatan ini hanya sekali.

L : Bailklah sayangku, akupun melepasmu karena aku begitu mencintaimu.  Aku tidak sanggup menahanmu yang hanya membuatmu terjauh dari Dzat yang lebih mencintaimu dan lebih menjanjikan kebahagiaan buatmu.

W : Dzat yang lebih menjanjikan kebahagiaan buat kita berdua, sayangku.

L : Jadi mulai sekarang kita tak akan lagi menerbangkan dan mempertemukan cinta kita ?

W : Iya.

L : Baiklah cintaku.

Percakapan yang indah bukan ?


Banyak orang buta dari kenyataan cinta, karena jarak pandang mereka begitu pendek dan sempit.

Orang banyak tertipu dan terbawa cinta, dikiranya cintanya akan membawanya pada kesenangan dan kebahagiaan, cinta harampun diterjang juga dengan berbagai alasan.  Padahal mereka sedang tertipu.  Pada kenyataannnya nanti, cinta itu akan membawa mereka pada kehancuran lahir batin, dunia akhirat, cepat atau lambat.

Selalu berada di jalanNya, itu adalah satu-satunya jalan untuk bahagia.  Menyelamatkan diri dari tipuan cinta memang sebuah perjuangan yang berat, berat sekali, tapi 'piala kemenangan' yang akan kita dapatkan nanti adalah sebuah 'berlian' kehidupan yang amat indah dan berharga.  Bukankah sesuatu yang amat berharga hanya bisa diperoleh dengan perjuangan yang berat ?  Sebaliknya sesuatu yang berpotensi menghancurkan, bisa kita ikuti dengan mudah, tinggal mengikuti hawa nafsu saja.

Cinta yang haram, bagaimanapun cara masuknya (bahkan bisa menyelinap dalam aktifitas dakwah yang dipenuhi lantunan ayat suci), musti kita buang jauh-jauh demi mendapatkan cinta yang tak terperi keindahannya, yaitu cinta Allah.

Ayo, rebutlah cintaNya.

Rabu, 08 Mei 2013

Siapa yang Paling Memelas ?

Ada seorang pelangganku yang sedang mengalami masalah berat dalam hidupnya, lalu aku menganjurkannya untuk uzlah di pesantren Gubug. Beliau nurut , bersama suaminya uzlah sehari semalam di Gubug, berbincang semalaman dengan ustadz Virien dan mendapat pencerahan katanya.

Tadi pagi dia meneleponku.

"Aduh, kasihan ya kondisi pesantrennya, memelas ya jeng .... Saya juga punya kenalan, dulu juga mendirikan pesantren yang berupa gubug-bubug gitu, sekarang alhamdulillah sudah berdiri megah", katanya.

Bila kalian jadi aku, apa yang kalian rasakan mendengar komentar seperti ini sementara aku ini salah satu sponsornya pesantren Gubug?

Aku lalu bilang begini :"Ya begitulah bu keadaannya, kalau dibikin megah ya malah membuat gap antara pesantren dan masyarakatnya.  Kalau ibu mau menyumbang ya silahkan saja ".

"Oh, ini kondisi saya lagi morat-marit jeng, maaf ", gitu katanya .....

Gemes nggak sama orang kayak gini ? bilang kalau pesantrennya memelas, tapi gak nyumbang .... yang memelas itu sebenarnya siapa ???

Pesantren Gubug itu memang persis namanya, berdinding bambu, dengan bahan yang sederhana.  Baik aku atau ustadz Virien tak pernah merencanakan mengubah pesantren ini jadi megah, target kami bukan membangun 'bangunan' tapi membangun akhlak masyarakat dan mengajak mereka mengenal dan mendekati Allah.

Masyarakat di seputar pesantren kondisinya lebih memelas, rumah-rumah mereka berdinding bambu, berlantai tanah, masih pula tinggal serumah dengan ternak mereka .... mereka hampir tak punya perabotan berharga, semuanya amat sangat sederhana.

Justru karena pesantrennya sama-sama sederhana, membuat kami lebih menyatu dengan masyarakatnya.  Aku sendiri kalau nginap di Gubug, hati rasanya jadi adem, dan kebanyakan orang-orang yang uzlah ke Gubug juga merasakan hal yang sama.

Rata-rata orang yang menyepi ke Gubug memang orang yang sedang punya masalah berat, ya masalah finansial, masalah keluarga, sampai ke narkoba, atau sekedar mendamaikan diri sendiri.  Setelah beberapa hari di Gubug, mereka kembali ke masyarakat lagi dan menyelesaikan persoalan-persoalan mereka dengan lebih tenang, hasilnya juga lebih baik dan memuaskan.

Selama ini aku tak pernah mendengar orang bilang kalau pesantren kami memelas, dan aku tak pernah merasa kalau pesantrennya memelas ..... aku menikmatinya dan aku bahagia bila berada disana. Kami disana fokus membangun mental masyarakatnya dan juga membantu mereka secara ekonomi.

Jadi kaget waktu pelangganku bilang kalau pesantrennya memelas. Ya begitu itu kalau dunia dijadikan ukuran, bukan ridha Allah, bukan pula dari segi manfaatnya bagi sesama ....  Yuuk kita pelajari sama-sama.

Pelangganku itu punya butik yang besar, butiknya langganan pejabat dan kalangan high class, kebayang omzet dan keuntungannya pasti gede.  Sang suami punya toko emas ... nah, kebayang lagi kan kekayaannya ? Tentu saja rumahnya besar dan gedhong magrong magrong ....  Putra mereka juga sudah mentas semua , berarti mereka secara finansial mapan.

Tapi kok dia bilang kondisi finansialnya sedang morat marit, pasti ada 'x faktor'nya nih, selain itu aku melihat dia juga terlilit masalah rumah tangga yang rumit.  Bila dia datang bersama suaminya, aku selalu melihat mereka dalam kondisi sumpek dan berat. Sudah lama aku menjadi tempat curhatnya, tapi saran-saranku sedikit sekali 'nyampai'nya, sampai aku merekomendasikannya untuk nyepi ke Gubug.

Bila dinilai berdasarkan ukuran dia sendiri akan arti 'memelas' , mereka ini sungguh 'tidak memelas'.  Tapi kenapa orang yang 'tidak memelas' datang ke orang yang disebutnya 'memelas' ? Memangnya gak takut ketularan memelasnya ... hehehe.

Begitulah kenyataan yang aku lihat, orang-orang yang menjadikan dunia sebagai tujuan dan ukuran, memang mudah diombang ambingkan oleh dunia itu sendiri.  Gak ada bahagia-bahagianya walaupun mengaku muslim dan rajin pula shalat lima waktu plus tahajud dan dzikir yang ribuan (begitulah pelangganku ini bercerita soal tirakatnya).

Bila arah perhatian kita pada dunia dan tujuan hidup kita dunia, kita pasti akan berputar-putar terus dalam masalah dunia, tanpa sadar kita dipermainkan dunia.

"Saya ini sudah capeeek banget jeng, ingin segera keluar dari masalah ini dan mikirin masalah lainnya", katanya.

Coba amati kalimat itu, keinginannya adalah 'keluar dari masalah' , bukan pada ridha Allah. Ini adalah keinginan duniawi, dengan kata lain dia telah menjadikan dunia sebagai tujuan.  Makanya dia tak kunjung keluar dari masalahnya, dan selama dia tidak merubah mind setnya, selamanya juga dia akan diombang ambingkan persoalan-persoalan dunia.

Mestinya dia berusaha lebih ikhlas dan ridha dengan ketentuan Allah.  Aku sering bilang bahwa hidup ini adalah ikatan kita dengan Allah, segala kejadian dalam hidup ini adalah alat komunikasi Allah dengan makhlukNya.  Jadi kembalilah padaNya, pasrahkan segala persoalan kepadaNya dan bersabarlah karena Allah.

Siapa coba yang memelas ? Aku dan ustadz Virien dengan pesantren Gubugnya ? atau pelangganku yang kaya raya itu ?

Sementara yang kami lakukan di Gubug adalah 'memberi', banyak-banyak memberi.  Kami disini sudah tidak lagi memikirkan diri sendiri, karena Allah sudah mengurus kami mulai dari materi, kebahagiaan dan ketenangan jiwa.

Yang jadi persoalanku adalah bagaimana caranya agar semakin banyak yang bisa diberikan kepada mereka yang membutuhkan.  Bagaimana caranya agar semakin banyak manfaat yang bisa diberikan ke masyarakat ? bagaimana caranya agar semakin banyak beras dibagikan ? bagaimana caranya agar anak-anak dhuafa terus bersekolah ? Bagaimana caranya agar anak-anak yatim lebih sering mendapat bantuan untuk kelangsungan pendidikan mereka ?  bagaimana caranya agar semakin banyak nasi bungkus dibagikan ? ....... Disini yang kami pikirkan adalah orang lain dan bagaimana menebar kebahagiaan buat orang banyak .....

Rasanya aku kok gak pernah mikirin, aku ini memelas apa nggak ? biar kalian aja yang mikir, aku memelas apa nggaaaaak ????? jawaaaaab !!!!!

Minggu, 05 Mei 2013

We Are The Seeker

Bulan kemarin kalau gak salah, aku nonton film di Global TV, judulnya 'The Seeker', kisah pertarungan seru antara kegelapan dan cahaya.

Untuk bisa memenangkan pertarungan itu, ada 6 tanda yang harus dikumpulkan untuk membentuk kekuatan. Orang yang bisa mengumpulkan tanda ini disebut 'seeker'. Bukan sembarang orang yang bisa menjadi 'the seeker', musti seseorang yang terpilih dan masih keturunan (keturunan dari siapa aku gak tahu .... karena nonton filmnya sudah telat)

Dikisahkan ada seorang anak yang merupakan anak ketujuh dari putra ke tujuh, anak inilah yang diprediksi bisa mengumpulkan ke 6 tanda. Dengan menempuh perjalanan berat melintas waktu, menghadapi berbagai bahaya, kemudian dia bisa mengumpulkan ke 5 tanda.  Tanda ke enamnya sulit ditemukan, yang kemudian baru disadari bahwa  tanda keenamnya adalah dirinya sendiri. Kisah ini berakhir happy ending dengan terpenjaranya kegelapan dalam sebuah bola kristal.

Cerita yang amat menarik, terutama saat aku melihat asap hitam yang mengepul hendak menelan dunia, seperti itulah asap hitam yang kulihat dalam ceritaku di artikel "Syetan Itu Energi Negatif ???".  Visualisasi asap hitam itu bagiku begitu pas dan benar-benar mewakili pengalamanku melihat 'was was' yang dibisikkan syetan.

Melihat film itu, seperti melihat pertarungan antara kegelapan dan cahaya dalam diri manusia.  Manusia yang kecil, tapi 'kejadian' di dalam diri manusia itu begitu serunya ....

Begitulah, kita adalah ajang pertarungan antara kegelapan dan cahaya, bila ingin memenangkan cahaya, maka membutuhkan perjuangan dan mencari 'tanda' nya, persis yang dilukiskan dalam film itu.  Bila cahaya gagal unggul melawan kegelapan, hasilnya adalah kehancuran.  Itulah perjuangan sepanjang hidup kita, memenangkan cahaya dan memenjarakan kegelapan.



Bagaimana cara memenjarakan kegelapan? di film itu digambarkan musti berjalan melintas waktu untuk menemukan 'tanda' ...hmmm ..... Kurasa itu adalah simbol atau perumpamaan dari perjuangan manusia memenangkan fitrah dirinya yang suci.

Bagi kita umat manusia, perjuangan kita yang tidak mudah ini sudah ada 'panduan'nya, tinggal masuk di al quran saja, disini banyak tanda, banyak simbol, banyak petunjuk ..... kita juga bisa melintas waktu, ke jaman nabi nabi terdahulu dengan kaumnya.

Tugas kita setiap hari adalah menjadi 'the seeker' dari al quran.  Kadang sebuah ayat yang kita temui , baru bisa kita tangkap maknanya setelah kita baca berulang ulang, kadang juga setelah kita baca dan hafal bertahun-tahun baru tertangkap hakekatnya.

Ingat, target kita adalah memenangkan cahaya dan memenjarakan kegelapan.  Jadi amati musuh kita, masih adakah kegelapan dalam diri kita? waspadai kehadirannya. seperti gelapnya amarah, benci, iri, dengki, dendam, .... sampai kegelapan rasa malas, menunda-nunda, cuek dengan lingkungan.

Mengenali kegelapan dan mencari cahaya dari al quran untuk memenjarakannya. Sebuah petualangan yang menarik bukan ? Yuuuk jadi 'the seeker' setiap hari ..... dan jangan biarkan kegelapan menguasai diri yang targetnya membuat kita hancur.



Jumat, 03 Mei 2013

Yang Terabaikan Dibalik Kanker

Beberapa hari lalu, Allah hadapkan padaku seorang ibu yang anggun dan cantik, tapi sedang mengidap kanker dan sedang menjalani berbagai terapi pengobatan. Beliau salah seorang pembaca blogku juga dan kami sudah lama saling kenal.

Kami ngobrol lama dan aku sengaja mempergunakan keindigoanku untuk 'melihat' kondisi beliau.

"Sebenarnya perkara sembuh, itu hal yang mudah saja bagi Allah", kataku.

"Tapi persoalan besarnya bukan itu, melainkan apa maksud Allah dengan mendatangkan penyakit ini pada ibu .....", begitu kataku, dan aku mencoba menghubungkan hati dengan Allah, mencari tahu jawaban pertanyaan ini.  Dapat ....

"Ibu, bagi Allah untuk memberi kesembuhan itu tinggal kun fayakun, itu perkara keciiiil saja.  Perkara besarnya bagaimana membuat Allah mau melakukannya.  Untuk itu kita harus memperoleh ridha Allah.  Nah, untuk mendapat ridha Allah, kita duluan yang musti ridha pada ketentuannya", kataku.

"Ridha itu lebih dalam daripada ikhlas.  Kalau ikhlas itu menerima segala ketentuanNya, kalau ridha kita menerima ketentuanNya dengan senang, syukur, bahagia dan cinta.  Pada saat bertemunya ridha hamba dengan ridha Allah, yang sering aku sebut manunggaling karsa kawula gusti, saat inilah segala kehendak kita sebagai manusia menjadi kehendak Allah.  Bila sudah demikian keadaannya, segala hal menjadi mudah saja ", kataku.

"Ya, sambil menjalani pengobatan, hal yang tak kalah penting adalah membereskan persoalan yang di dalam diri sendiri, yang menyangkut hubungan kita dengan Allah ", kataku.

Sahabat,
Akhir-akhir ini semakin banyak saja penderita penyakit kanker, bahkan beberapa sahabatku sedang mengalaminya.  Dan rata-rata penderitanya mengalami kecemasan yang luar biasa dan bahkan berobat dengan 'tergesa-gesa' , apapun dijalani dengan harapan untuk sembuh.

Indah hanya mengingatkan, amati pergerakan hati saat memutuskan hendak berobat, dengan cara medis atau non medis. Kadang-kadang kita memutuskan berdasarkan dorongan kuat untuk segera sembuh, bila ini yang 'menggerakkan' kita, tanpa sadar kita telah memulai pengobatan karena dorongan hawa nafsu, yaitu nafsu untuk sembuh.

Niatnya dibenerin dulu, musti menjalani pengobatan karena Allah, karena badan ini titipan Allah yang musti dirawat dan dijaga kesehatannya.  Berobatnyapun dengan memohon petunjuk Allah, disertai rasa ikhlas dan ridha menerima ujianNya.  Banyak beristighfar, banyak bersyukur dan tetap tenang dan yakin akan pertolongan Allah.

Sesuatu yang dimulai dengan nafsu, rasa cemas, tergesa-gesa, hasilnya malah tidak karuan, sebalikanya bila dimulainya dengan rasa ikhlas, ridha dan penuh ketenangan, insyaAllah akan mendatangkan tuntunan dan pertolonganNya.

Ingatlah sahabat, persoalan sembuh itu persolan keciiiiil saja, persoalan besarnya adalah bagaimana kita mendapatkan ridha Allah.

Teriring doaku untuk kalian yang sedang menderita penyakit berat, semoga Allah mengantarkan kalian semua pada ridhaNya dan menghadiahkan kesembuhan dan kebahagiaan.

Kamis, 02 Mei 2013

Dunia Ini Kejam ???

Seorang sahabatku bilang begini :

"Aku ingin ngajari anak-anakku tahan banting, karena dunia di luar itu kejam, anakku harus siap menghadapi apapun.  Aku merasakan dunia di luar itu kejam, orang-orang yang kusangka baik belum tentu baik, persaingan di tempat kerja, kepura-puraan, berbaik-baik ternyata ada maunya.  Meski gak semua sih mbak, ada yang tulus, tapi tetap hati-hati dan waspada ".

Kaget aku mendengar penuturannya .... bagaimana dengan kalian sahabat ?

Kaget yang pertama, kupikir dunia yang Allah ciptakan ini luar biasa indahnya, kok dibilang kejam sih ?  Kaget keduanya, dia ingin anaknya menjadi anak yang tahan banting, ........ jadi kasihan aku,  memangnya dia dilahirkan untuk dibanting ? .... hehehe.

Begitulah 'produk' interaksi kita dengan dunia, masing-masing orang mempunyai pengalaman sendiri-sendiri sehingga mengambil kesimpulang sendiri-sendiri, dan menyikapi dunia dengan cara mereka masing-masing.

Paling aman dan paling membahagiakan adalah kembali ke Allah, berarti kembali ke al quran. memandang dunia ini dengan cara pandang Allah di al quran.  Enak kan? sudah ada panduannya kok, tinggal buka aja 'buku manual'nya.

Kayaknya sih, Indah sering membahas masalah ini, jadi yaaaa aku ulang sedikiiit saja, selebihnya silahkan membuka tautan yang aku pasang di bawah.  Atau silahkan membaca tulisan-tulisanku sebelumnya.

Dunia ini adalah tempat ujian, itu tertulis di al quran, untuk menguji siapa yang baik amalnya, di ayat yang lainnya ditulis dunia itu hanyalah tipu daya, permainan dan senda gurau.

Karena ujiannya untuk menguji siapa yang paling baik amalnya, ya kita kerjakan saja ujian ini dengan berbuat baik sebanyak-banyaknya ....

Nah soal anak yang mau dibanting ..... eh, disiapkan untuk menjadi anak yang tahan banting .... Yuuuk kembali lagi ke al quran.

Kita diperintahkan hidup di dunia ini adalah untuk mengabdi pada Allah, mencari ridhaNya, menjadi wakilNya di muka bumi.  Jadi hal utama yang kita tanamkan pada anak-anak adalah bagaimana membangun mental 'mengabdi pada Allah' ini sejak dari awalnya.  Mempersembahkan hidupnya hanya untuk Allah.

Secara khusus apa yang perlu kita ajarkan kepada anak-anak tercantum di surat Lukman, monggo dibuka, dijingglengi satu persatu ....

tentang dunia

surat lukman




Mengalah .... Tidak .... Mengalah ..... Ti ....

Ada beberapa ibu-ibu yang membicarakan soal hubungan mereka yang buruk dengan saudara-saudara mereka.

Ibu A memilih sikap ngeyel dan galak, ibu B memilih sikap mengalah dan memaafkan, sedang ibu C  kepingin galak, karena selama ini merasa sudah terlalu mengalah.

Dengar pembicaraan mereka :

Ibu C : Biasanya sih aku selalu menjawab dengan manis, tapi kadang membayangkan kalau seandainya aku memilih sikap galak, reaksi mereka bakal cetar membahana ...... hahaha.

Ibu B : Mengalah saja lah, kayak aku.  Sejak kecil aku dibenci mbakyuku, itu dia katakan terang terangan, aku juga dikasari secara fisik, ya dicubit sampai berdarah, ya dijambak .... Eh, sampai tua segini juga masih dimarah-marahi.  Tapi aku selalu memaafkan dan menyayanginya. Tapi jalan hidupku enak, Allah seolah berfihak padaku, rumah tanggaku tenteram dan bahagia.

Ibu C : Iya ya mbak, kurasakan juga begitu. Suatu malam anakku bilang begini ;'Teman-teman mama itu baik dan sayang sama kita, nggak kayak budhe dan pakdhe yang selalu memarahi dan menyalahkan kita'.

Ibu B : Allah mengganti dengan saudara lain yang lebih baik dan lebih banyak ya mbak.

Ibu C : Iya mbak, beneer, bukti kalau Allah sayang sama kami.

Ibu A : Kalau aku sih bukan tipe orang yang ngalah-ngalah tapi sakit hati, aku kalau gak suka bilang gak suka.

Ibu D dan ibu E yang dari tadi diam saja, ikut berkomentar

Ibu D : Kalau aku sih, sama kakak adik dan ipar iparku selalu baik, gak pernah ribut sampai tua begini.  Ibu yang ngajarin kita selalu rukun dan berbagi.

Ibu E : Di keluargaku juga gitu, kalau ada yang kurang, justru kita yang berlebih tanpa dikomando pengertian sendiri, dan gak ada yang iri.

Baiklah sahabat, mari kita bahas soal 'mengalah' .

Ada orang yang kebiasaan mengalah terus, ada orang yang mengalah tapi menimbun sakit hati yang siap diledakkan, ada orang yang kadang mau ngalah kadang nggak, lihat-lihat 'timing'nya, ada orang yang sama sekali tidak mau mengalah.

Kalian termasuk kelompok yang mana ?

Pernah dengar ungkapan 'mengalah untuk menang' ? Setujukah dengan ungkapan ini ?

Kalau Indah boleh ngingetin sih, apa saja sikap yang kita pilih, baik mengalah atau tidak mengalah, lakukan semua itu bukan dengan sikap emosional, tapi karena Allah.

Ungkapannya jadi begini 'mengalah untuk Allah'  dan 'tidak mengalah untuk Allah'.

Ciri-cirinya kalau kita mengalah untuk Allah itu tidak ada perasaan sakit hati yang terpendam, apalagi sakit hatinya sampai numpuk dan siap diledakkan.  Yang ada adalah perasaan kasih sayang, karena dalam hati memahami bila orang yang sedang mendhalimi itu sebenarnya orang yang tidak bahagia dengan dirinya sendiri, jadi munculnya malah rasa kasihan, sayang dan mendoakan.

Ciri-cirinya kalau kita tidak mengalah untuk Allah itu adalah kita tidak emosional, kita menyampaikan perasaan kita dengan tenang dan sabar dengan maksud 'mendidik' orang yang mendhalimi kita. Kita bermaksud 'menolong' orang-orang yang dhalim itu dari berbuat dhalim pada kita.  Dasar sikap kita tetaplah kasih sayang, tetap prinsip bismillah.

Sahabatku,

Apapun yang kita lakukan, bila kita bergerak karena Allah, itulah kemenangan hakiki kita.  Raih keberfihakan Allah pada kita, inilah kemenangan yang sesungguhnya.

Sebagai penutup, renungkanlah ayat ini :


QS. Fushshilat (Fussilat) [41] : ayat 34
[41:34] Dan tidaklah sama kebaikan dan kejahatan. Tolaklah (kejahatan itu) dengan cara yang lebih baik, maka tiba-tiba orang yang antaramu dan antara dia ada permusuhan seolah-olah telah menjadi teman yang sangat setia.