#innuriinspirasi
Mendengar beberapa bapak petani duduk mengobrol.
Bapak A : Padahal pak Hary sudah menempuh berbagai cara untuk merangsang kelengkengnya berbuah , eeh , begitu mau panen malah diserbu codot.
Bapak B : Memang kalau sudah disambangi gerombolan codot, dalam semalam saja buah dari puluhan pohon bisa habis.
Bapak C : Padahal sudah diblongsong loh.
Bapak B : Blongsongnya kurang rapat.
Aku : Sebentar-sebentar. Interupsi dulu. Kayaknya istilah diserbu itu kurang pas deh. Codot itu kan sedang menjalankan tugas kehidupan, mereka makan dari alam untuk melanjutkan kehidupan. Bukankah itu tugas Allah untuknya ? Bukan salah mereka kan ?
Bapak A : Oh ya , benar juga.
Bapak B : Barangkali malah kita yang berlaku kejam terhadap mereka, menghabiskan pohon untuk berladang atau menjadi hunian, yang membuat makanan alami mereka tidak cukup.
(Tawapun pecah menanggapi gagasan bapak B)
Bapak C : Iya ya. Ikhlas saja , bagaimanapun juga kelenkengnya sudah bermanfaat untuk makhluk Allah.
Aku : Manusia merasa rugi karena merasa dialah yang berusaha. Padahal pada hakekatnya Allahlah yang menumbuhkan. Sekeras apapun manusia berusaha , bila Allah tidak menumbuhkan ya pasti tak akan berhasil.
Bapak A : Ya. Manusia sering lupa , alam dan seluruh isinya ini milik Allah dan terserah Dia bagaimana memberi jalan rejeki kepada segenap penghuninya.
Aku dalam hati : Dan terserah Allah bagaimana memberi pelajaran kepada manusia. Hari ini dipaksa belajar dari segerombolan codot. Besok entah ...