Jumat, 30 Mei 2014

Memilih Presiden Dengan Hati ( 2 )


Semula aku ogah memilih presiden yang baru saja meninggalkan rakyat Jakarta, melupakan ucapannya bahwa akan tetap memimpin Jakarta hingga 5 tahun.  Lalu seorang teman membeberkan fakta-fakta  tentang jendral yang terbuang. Logikaku berjalan, manakah yang lebih berat dosanya , mengingkari janji ataukah pelanggaran HAM  ? Lalu temanku mengajak berpikir lewat jalur analisa berdasarkan data dan fakta, manakah kemungkinan Indonesia bakalan membaik diantara kedua capres ?
 
 Bukan cuma itu, suamiku juga berusaha menjelaskan padaku tentang pilihannya yang tidak sama denganku, walau aku yakin dia pasti tidak akan memaksaku memilih seperti yang dia pilih. Tapi situasi unggul-unggulan jagoan masing-masing amat terasa sampai di rumah, terlebih di postingan teman-teman fb.

Jujur semua itu membuatku jengah.  Kutinggalkan logika,  berpindah  menggunakan saluran petunjuk Allah seperti yang aku tulis di tulisanku sebelumnya.  Sehari setelah mmperoleh petunjuk, tanpa sengaja aku menonton televisi, melihat seorang tokoh yang sedang diwawancara, kenapa memilih di kubu X ? Jawaban beliau, itu berdasarkan petunjuk Allah.  Dan petunjuknya sama dengan petunjuk yang aku terima. 

Tapi aku tidak akan mempengaruhi kalian dengan pilihanku, biarlah itu buatku sendiri.  Aku hanya ingin kalian merenungkan suatu hal.

Coba renungkan pertanyaanku dibawah ini :

- Apakah yang rakyat inginkan untuk Indonesia di masa depan ?  Menjadi lebih baik bukan ?

- Untuk meraih sesuatu yang lebih baik, bukankah musti menggunakan cara-cara yang baik ? Setuju atau setuju banget ?

- Agar Allah berikan seorang pemimpin yang benar-benar terbaik menurut versi Allah, semestinya kita juga bersikap dengan sikap yang Allah ridhai bukan ?

- Bila rakyat Indonesia terbenam dalam perselisihan, kebencian dan permusuhan gara-gara fanatiknya dengan capres pilihan mereka, apakah Allah sudi menurunkan pemimpin terbaiknya ?

Sungguh kita tidak tahu apa yang bakal terjadi esok hari, dan sungguh tidak ada yang bisa menjamin bahwa Indonesia bakalan menjadi lebih baik di tangan pemimpin idola kita.  Tapi Allah menjamin bahwa keberkahan akan diturunkan pada suatu kaum jika kaum itu bertakwa, dan seorang pemimpin yang baik adalah bagian dari keberkahan itu.

Sementara bagian dari takwa itu adalah memaafkan dan meminta maaf, menahan amarah, berkasih sayang, banyak-banyak berbuat kebaikan , bersedekah (baik dengan harta maupun dengan sikap yang baik), tidak menyakiti orang lain, membalas kejahatan dengan kebaikan.

Kesimpulannya :  bila menginginkan Indonesia lebih baik di masa depan, maka carilah ridhaNya, ambillah sikap terbaik dalam acara pesta demokrasi ini.

 Diantara sikap terbaik itu adalah mengawalinya dengan basmallah, yaitu bertindak atas nama Allah dengan hati yang penuh kasih sayang, dan menjaga ketakwaan dalam arti yang aku uraikan di atas.

Memilih presiden itu bukanlah saat kita berdiri di bilik TPS, tapi saat inilah saat yang sebenarnya  kita sedang memilih pemimpin. Bila kita tetap saja bersikukuh dengan sikap saling menyerang, saling menyakiti hingga menyebarkan fitnah, maka itu berarti kita telah memilih pemimpin yang pantas untuk bangsa 'jenis' ini.

Jadilah bangsa yang pantas punya pemimpin yang dibanggakan para malaikatNya. Marilah memantaskan diri untuk itu dan ijinkanlah Allah menjatuhkan pemimpin yang benar-benar bisa membawa rakyat Indonesia menjadi lebih baik dengan sikap kita yang diridhaiNya.




Selasa, 27 Mei 2014

Memilih Presiden Dengan Hati (1)



Berdasarkan apa kalian memilih presiden sahabatku ? Apakah berdasarkan :

- informasi di internet tentang tulisan-tulisan para capres kita yang isinya kayak nano-nano, pahit asem manis kecut ?

Maka aku sarankan : jangan percaya kepada situs-situs yang menyebarkan kebencian dan mencari-cari keburukan capres. Walaupun situs-situs itu judulnya situs Islam dan pandai menyitir dalil di al quran dan hadist.  Karena Islam yang sebenarnya adalah kasih sayang , dan melarang kita menyebarkan kebencian, permusuhan dan mencari-cari keburukan orang lain.  Buka saja surat al hujurat ayat 12.

Berhati-hatilah dalam mengikuti, mempercayai berbagai tulisan dan berita, ujilah dengan hatimu, apakah setelah membaca berita itu pikiranmu ikut terkontaminasi kebencian dan permusuhan ? ataukah terasa sejuk damai ? Bila terasa sejuk dan damai , maka ikutilah.

Allah sangat melarang kita mengikuti orang yang banyak berdusta, banyak mencela, yang kesana kemari menghamburkan fitnah, banyak bersumpah lagi hina,  menyombongkan diri dan jahat, yang kaku dan kasar (baik perkataan atau perbuatan).  Bukalah surat al qalam, dan kalau kita mengikuti mereka, sangsinya sungguh amat berat, berupa ujian seperti para pemiliik kebun yang tidak bisa memaneh hasil kebunnya yang sudah siap panen hanya dengan bencana semalam.

Maka ujilah situs-situs yang kalian baca dengan hal yang aku utarakan di atas, selengkapnya buka sendiri Surat Al Qalam ayat 10 - 13.

- berdasarkan kefanatikan akan partai ?

Banyak orang menjatuhkan pilihan sekedar mengikuti apa keputusan partainya, nurut saja  mau ke arah mana mereka dibawa.  Sekali lagi Indah mau ngingetin , patokan kita adalah al quran, bukan partai, maka ikutilah petunjuk Allah  di al quran, bukan petunjuk ketua partai.

Allah melarang kita memilih pemimpin orang yang dimurkaiNya, berarti kita musti memilih orang yang diridhaiNya.  Bagaimana kita tahu siapa capres yang diridhaiNya ? Mari bertanya langsung pada Allah saja, Allah pasti menjawabNya  dan Allah pasti memberi petunjuk pada kita. 

Syaratnya agar  hati bisa menerima petunjuk adalah, hati itu musti bersih dari kebencian, musti nol, netral dan bersih.  Jadi lepaskan dulu segala informasi negatif positif dari para capres, kosongkan hati dan pikiran, mintalah petunjuk Allah dan ijinkan jawaban Allah datang di hati kita tanpa komentar apapun dari hati dan pikiran kita.  Tampilan petunjuk Allah itu bisa berupa gambar / foto, bisikan oleh malaikatNya, kecenderungan hati, atau perlu berhari-hari Allah baru mempertemukan kita dengan jawaban yang tepat.  Semua sesuai kondisi masing-masing orang.



Sahabatku sayang ,
 Sebagai muslim, dalam memulai pekerjaan apa saja kita musti mengucapkan kalimat basmallah bukan ? Yang artinya atas nama Allah yang Maha Pengasih dan Penyayang.

Begitupun dalam memilih presiden, mulailah dengan kasih sayang karena Allah.  Yang berarti buanglah segala kebencian, tetaplah hati kalian berada dalam zona kasih sayang kepada siapa saja, kepada kedua capres cawapresnya, kepada teman yang berseberangan dengan kalian, kepada alam semesta. 

Janganlah kebencian kalian kepada suatu kaum / golongan, membuatmu tidak bersikap adil.  Ini adalah kalimat dalam al quran, lupa surat dan ayatnya.

(bersambung)


Rabu, 21 Mei 2014

Balasan Allah Tidak Lama

Kisah ini sudah mendapat restu ustadz Virien untuk mempublikasikannya di blog.  Kedengarannya memang ngrasani orang, tapi kata beliau tidak mengapa kalau tujuannya untuk diambil pelajaran.  Ini sedikit kisah perjuangan beliau pada saat dihadapkan pada orang yang berusaha menghalangi langkahnya.


"Ternyata balasan Allah tidak lama datangnya ya eyang", itulah kalimat spontan yang meluncur dari bibirku ketika eyang bercerita tentang apa yang sekarang terjadi di Gubug.

"Padahal eyang sudah memaafkannya", lanjutku.

"Bukan hanya memaafkan, tapi aku selalu membantunya bila dia datang padaku dengan kesulitan-kesulitannya, bunda".

Aku lupa tahun berapa peristiwa itu terjadi.  Pesantren eyang mengalami penggembosan besar-besaran, yang tadinya santri kecilnya lebih dari 40 anak, kini jadi 5 anak saja, sisanya berpindah ke TPQ yang baru berdiri yang didirikan oleh bapak X.  Adapun bapak X sendiri dulunya teman seperjuangan eyang, dan pernah membantu mengajar di Gubug. Entah apa yang menyebabkan bapak X mendirikan TPQ sendiri, lalu mendekati para wali santri dan mengajaknya mengaji di tempatnya.

Bukan cuma masalah santrinya yang pindah, tapi eyang juga difitnah setiap hari selama 9 bulan ! Dan lucunya, akupun ikut kecipratan difitnah juga. Itu hal yang amat berat bagi eyang, dan eyang lebih memilih diam dan tidak membela diri.

Rasanya sunyi melihat pesantren yang menurut ukuran desa lumayanlah luasnya, seolah bangunan besar tak berpenghuni. Disana ada lapangan seluas lapangan voley, ada 3 bangunan berdinding bambu yang nyaman dan adem untuk ditinggali.  Melihat itu semua, pikiran jadi berkata-kata, lantas untuk apa semua ini bila santrinya cuma 5 orang dan pengajian untuk masyarakatnya paling  hanya dihadiri 20 orang. Bila demikian keadaannya, mestinya cuma membangun 1 rumah saja.

Santri di pesantren Gubug tidak membayar sama sekali, bahkan mereka sering mendapat santunan dari orang-orang yang bersimpati pada perjuangan eyang.  Tapi karena termakan fitnah dari bapak X, mereka menjauh dari Gubug.

Setelah masa yang berat selama 9 bulan, akhirnya satu persatu santri eyang kembali, sampai akhirnya TPQ itupun tutup.  Tidak beberapa lama, rumah tempat TPQ itu berubah jadi tempat berjudi.  Kabar yang paling mengejutkan adalah kabar terakhir yang dibawa eyang  minggu lalu, bahwa rumah itu sudah terjual, juga sepeda motornya, jadilah penghuninya berpindah-pindah tempat tinggal. Lebih tragis lagi, bapak X dan keluarganya berpindah-pindah dengan meninggalkan masalah dengan masyarakat sekitarnya, kasarnya dia sekeluarga terusir dari satu tempat ke tempat lain.  Sungguh mnemprihatinkan, seolah-olah bumi ini sudah tidak mau ditempati olehnya.

"Itulah contoh orang yang tidak diberi petunjuk oleh Allah.  Dia selalu menyalahkan orang lain dan menyalahkan keadaan, tidak menyadari sama sekali kesalahan dirinya.  Sepanjang hidupnya akan berputar-putar seperti itu saja nasibnya", kata eyang.

Menurut pemahamanku, itulah balasan bagi orang yang menyakiti orang-orang yang berjuang di jalanNya.  Marilah kita berhati - hati, sahabat, mari kita ambil kisah ini sebagai pelajaran.  Pun tidak perlu resah bila difitnah atau disakiti orang lain, karena balasan Allah itu tidak lama datangnya.

Selasa, 20 Mei 2014

Rejeki Yang Meluas


Allah jualah yang  menetapkan waktuku melihat bangunan sekolah yang memelas itu dan Allah jualah yang menggerakkanku ketika kulihat betapa banyak hal yang diperlukan masyarakat seputar kebunku.

Sejak itulah aku selalu menyisihkan prosentase tertentu untuk sekolah kebun, di setiap transaksi aku selalu sisihkan. Menurutku tidak banyak, tapi ternyata bagi masyarakat sana itu jumlah yang banyak sekali .....oh.


Kondisi sekolah tgl 20 mei 2014, dua minggu setelah pembangunan fondasi., genteng sudah naik, teras sudah dipasang asbes gelombang. 

 Aku sempat 'berpamitan' pada ustadz Virien untuk tidak mikirin Gubug sementara waktu, aku mau fokus membantu mewujudkan sekolah dasar yang amat diperlukan masyarakat Bajul Mati.  Tapi ternyata Allah 'mengatakan' hal lain .

Allah membanjiriku dengan semakin banyaknya transaksi di butikku, hingga kegiatanku membantu sekolah kebun tidak mengganggu rutinitasku berbagi sebelumnya, termasuk untuk Gubug.  Itulah faktanya, dan ketika aku ceritakan hal ini pada ustacz Virien, beliau tersenyum dan bilang :

"Saat kita meluaskan jangkauan amal baik kita, Allahpun meluaskan rejeki kita".

Semakin banyak aliran keluar, maka semakin banyak aliran masuk. Semakin banyak harta yang kita alirkan  untuk mereka yang membutuhkan, maka semakin banyak juga aliran harta yang masuk.  Syaratnya ikhlas dan dijalankan dengan kasih sayang.

Kemarin aku sempat menunggu dan berpikir, karena saat itu aku sedang dalam negosiasi pesanan 6000 mukena.  Aku berpikir begini :"Mudah-mudahan pesanan ini deal, hingga prosentase keuntungannya bisa aku salurkan untuk  pembangunan sekolah ".  Tapi ternyata aku tidak kunjung mendapat jawaban pesanan itu, dan aku memutuskan untuk tetap membantu apapun yang terjadi.  Dan apakah yang aku dapatkan ?  Aku bisa membantu sekolah itu dan pesanan itu deal juga akhirnya.

Kesimpulannya, jangan menunggu apapun, jangan menunggu mampu baru beramal.  Allah pasti memampukanmu.  Niat baik itu perlu dibuktikan dulu, seolah memancing agar rahmatNya turun.  Jangan terlalu berpikir dalam melaksanakan segala niat baik, karena Allah pasti memudahkan semuanya.

Buat sahabat yang mau ikutan membantu sekolah kebun, boleeeh, silahkan hubungi  Innuri Sulamono

Semangaaat !!!!


Jumat, 16 Mei 2014

Perjalanan Menyusur TK

Sengaja berangkat ke kebun pagi-pagi, rencananya sih habis shalat subuh, tapi ternyata molor sampai jam setengah enam pagi.

Aku ingin mengunjungi beberapa TK di bawah naungan Harapan Bajul Mati, ingin melihat langsung kondisi sekolah mereka, sekaligus mengecek sumbangan teman-teman apakah sudah sampai di tempat dengan selamat.

Ya, sejak aku posting tulisan ' Ironi di Bajul Mati ' , banyak teman-teman fb dan pembaca blog Innuri mengulurkan bantuan, ada yang berupa uang (terkumpul 3 juta 50 ribu, aku bayarkan tunai 3 juta dan sisanya aku belikan semen 10 sak) , ada yang berupa kursi TK, mainan anak, buku , sepeda , angklung , baju layak pakai , kayu dll .

Terimakasih untuk kalian semua yang tidak bisa aku sebutkan satu persatu, semoga Allah melipatgandakannya untuk kalian dan mengantarkan kita semua menuju ridha dan kasih sayangNya.

Kemarin malam tgl 15 mei 1014 , pak Izar bersama istri, mengambil sumbangan tersebut di Cantiq butikku dengan 'truk perjuangan' beliau.  Dalam kesempatan itu aku utarakan keinginanku untuk melihat langsung kondisi beberapa sekolah yang didirikannya bersama para pejuang di seputar Bajul Mati.  Dan inilah hasil 'temuan' perjalananku seharian.



TK Gua Cina

Ini tujuanku yang pertama, TK Tunas Harapan yang sering disebut TK gua cina, karena letaknya dilalui jalan menuju pantai gua cina. Mobilku masih dipenuhi 10 sak pakan ikan ketika kami berhenti disini.  Ada mbak Yayuk dan bu Mima yang menyambut kami, keduanya guru sukarelawan di TK ini.




 

Aku melihat anak-anak sedang belajar membaca, beberapa bermain bergurau dengan teman-temannya menunggu giliran maju ke depan.


Akupun berbaur dengan mereka, aku keluarkan manik manik untuk membuat kalung dan gelang, maksudku biar yang menunggu giliran membaca tidak pada ramai.  Eh, malah semuanya mengerumuniku ..... Jadilah mereka asyik membuat kalung dan gelang dipandu bu Mima.  Tak lama akupun meninggalkan mereka untuk menuju TK selanjutnya, Bu Yayuk menjadi pemanduku.

Di sebelah TK ini sudah mulai dibangun SD yang aku sebut sekolah kebun, karena dekat dengan kebunku, tapi orang-orang di sini menyebutnya SD gua cina, jumat lalu masih membuat fondasi, hari ini sudah berdiri rangka bangunan dan atapnya.  Penduduk setempat masih banyak yang kerja bakti menyelesaikan bagian yang belum dikerjakan.

 

TK Gunung

Sekolah sudah kosong ketika aku datang di TK Harapan. Sering disebut TK gunung karena letaknya di bukit kecil, sejuk dengan angin semilir dan mirip tempat rekreasi karena ada jalan setapak  naik, di halaman ada ayunan dan perosotan.  Dinding kantornya dipenuhi gambar lucu-lucu.  Kelasnya berdinding kawat yang tembus pandang, dilihat dari kejauhan tampak asyik, tapi begitu didekati ...... hmmm .....


jalan menuju TK Harapan,bu Yayuk dan putrinya Viva saat turun, latar belakang tampak TK Harapan dengan kantornya dan emperan untuk kelas belajar siswa

 

 

TK ini menempati rumah pak Mahbub, rumahnya tidak besar, di beberapa bagian sudah rusak parah hingga aku takut menginjaknya, rumahnya disulap menjadi kantor, sedangkan siswa siswinya belajar di 'emperan' yang menempel di sebelah kanan rumah.

 

 Di ruang TK, ada almari yang kukira isinya mainan edukatif dan buku perpustakaan anak, ternyata perkiraanku meleset, almari itu  hampir kosong melompong, sudah pula terlihat keropos. Mungkin almari ini difungsikan sebagai tempat menaruh tas anak-anak, itupun masih banyak bagian kosongnya kukira.

PAUD

Meninggalkan TK Bina Harapan, menuju Paud yang tidak terlihat seperti Paud, cuma tulisan di depannya saja yang menunjukkan ada Paud disini.

 

Ya, Paud ini menumpang di kediaman pak Izar, dengan fasilitas seadanya, tapi di bawah asuhan guru yang penuh kasih dan tulus hati amat sangat, bu Leha, istri pak Izar.

Aku bilang ini kediaman pak Izar, yang artinya bukan rumah pak Izar.  Pak Izar tidak memikirkan rumah pribadi, karena lebih memikirkan  masyarakat. Beliau bilang untuk tempat tinggalnya, dia bisa memilih mau tinggal dimana, karena masyarakat sini banyak yang menawarinya tempat tinggal. Istrinyapun kompak dengan pemikiran sang suami , ini amat mengherankanku, padahal beliau dari keluarga yang kaya.

Di kediaman pak Izar ini, kami bertemu ibu Ros dan putranya, beliau guru TK Gunung, guru sukarelawan juga.  Ternyata sewaktu kami menemui TK yang kosong, itu karena siswa siswinya diajak belajar di alam,  ke pantai Ungapan.  Begitulah cara mengajar di sekolah binaan pak Izar, mereka didekatkan dengan alam, mencintai dan merawat alam dengan tangan-tangan mungil mereka sendiri.

TK Bale Suta

Diantar pak Izar, kami menempuh perjalanan naik turun, jalan terjal berliku menuju TK terakhir yaitu TK Bale Suta.  Di tengah perjalanan, kami sempat bertemu dengan anak-anak SDN setempat, begitu melihat  pak Izar, mereka langsung menyerbu, berebut menyalami, sampai pak Izar menyempatkan turun dari mobil.  Rupanya mereka mantan murid TK, terlihat begitu sayang dan akrab dengan pak Izar.

 

Akhirnya sampailah kami di tujuan.  Sebuah gedung mungil yang ternyata rumah pak kamituwo yang dipersilahkan untuk ditempati TK.  Kondisi rumah sangat parah, retak lantai, retak dinding yang menganga. Sampai ketika masuk ke dalam sekolah ini, yang terbayang olehku adalah berita tentang sekolah yang roboh.

 

 

 

Sebenarnya bangunan ini cukup membahayakan, tapi rupanya mereka tidak mempermasalahkannya, yang penting anak-anak punya tempat untuk bersekolah, dan semoga Allah selalu melindungi.

Saat aku sampai disini, anak-anak sudah usai sekolah,  terlihat beberapa anak bermain di halaman sekolah, kejar-kejaran, lalu memanjat pohon sampai tinggi.  Disusul suara bu guru berteriak menyuruh mereka turun. Yang turun langsung mendapat hadian biscuit dan permen dariku, senang melihat mereka tertawa-tawa dan berlari-lari mengerumuniku melihat kondisi kelas mereka.


bermain di halaman sekolah, tidak ada ayunan, tidak ada perosotan, hanya tanah dan pepohonan.

Serah Terima Sumbangan

Saat kami meninggalkan TK terpencil itu, suara qiraah sudah menggema dari masjid, pertanda sebentar lagi waktu shalat jum'at tiba.  Akupun meluncur ke gubug mbak Yayuk, menunggu kaum lelaki selesai shalat jum'at.  Rencananya setelah selesai jum'atan, ada acara serah terima sumbangan dariku dan teman-teman disaksikan masyarakat setempat.


menyerahkan sumbangan berupa uang tunai, semen, mainan, buku, sepeda, angklung, kayu jati dll, sumbangannya cukup banyak dan tidak bisa masuk foto semua. 

Tunai sudah semua amanah yang dipercayakan sahabat lewat aku, Alhamdulillah.  Sementara perjuangan masih membentang di Bajul Mati, masih banyak yang dibenahi, masih banyak yang musti diulurkan.

Ketika aku bercerita bahwa aku hanya menulis di internet, lalu banyak bantuan dari teman yang tidak pernah aku kenal sebelumnya, merekapun menatap heran. Lalu kemudian malah menyodoriku sebuah masjid yang mau ambruk ,  sebentar lagi dipakai tarawih ramadhan ...... aah ....

Disini, amat luas ladang untuk  beramal, barangkali lebih luas dari pantai gua Cina yang indah yang aku kunjungi di akhir perjalananku menyusuri TK.


pantai Gua Cina yang indah, sayangnya nasib penduduknya tidak seindah ini



di dalam gua Cina bersama Viva (kanan) , Rohma (dia mengenakan kalung yang dibuatnya sendiri tadi) dan Zahro, si imut putri bu Mima, guru sukarelawan

Dalam perjalanan pulang, masih terngiang di telingaku ucapan pak Izar :" Disini tidak ada kata menunggu mampu, atau fasilitas lengkap baru berbuat, tetapi kami memanfaatkan apapun yang bisa digunakan, dengan fasilitas seadanya tidak masalah.  Yang penting anak-anak mau sekolah dan orang tua mereka sadar pentingnya sekolah ".

"Alam adalah laboratorium raksasa yang bisa kita pelajari dan mengajari kita banyak hal ", lanjutnya.

Hmm ... rasanya 'kena deh' , pada umumnya orang memang menunggu mampu atau menunggu berlebih baru berbuat untuk orang lain.  Ternyata untuk berbuat baik, tidak perlu menunggu, harus berangkat ketika ada peluang untuk itu di hadapan kita.

"Ketika bu Indah bertanya, apa yang dibutuhkan disini, saya bingung mau menjawab apa,  karena semuanya serba kurang, mungkin lebih baik bu Indah melihat sendiri ", demikian kata pak Izar.  Dan aku telah melihatnya sendiri, aku harap kalian juga telah melihatnya.  Banyak yang dibutuhkan disini, sahabat.  Silahkan bagi siapa saja yang ingin menyumbangkan mainan bekas , buku-buku bacaan bekas, buku baru juga boleh, almari, meja kursi sekolah, majalah bekas ,  apaaaa saja , silahkan inbox di fb Innuri Sulamono .  Barang-barang bekas layak pakai amat berharga disini.



Rabu, 07 Mei 2014

Ironi Di Bajul Mati

tiba-tiba saja aku dihadapkan pada peradaban primitif di era modern
tiba-tiba saja Allah membukakanku sebuah sisi dunia jaman batu di era internet
tiba-tiba saja mataku terbelalak ketika .....

Ya, ketika siang itu mbak Yayuk bercerita tentang betapa orang-orang di daerahnya lebih memilih membawa anaknya ke kebun sementara dia meronta-ronta minta sekolah. 

Ya, ketika pak Izar bercerita tentang betapa susahnya merubah pola pikir masyarakat yang terbelit kemiskinan, hidup hanya untuk mengejar terpenuhinya kebutuhan dasar manusia.

Sementara itu, yang sadar sekolah, musti menempuh perjalanan 5 km ke sekolah (bila pulang pergi jadi 10 km), jalan kaki.

"Jalan kaki ?", tanyaku , dalam bayanganku anak-anak lucu berseragam merah putih itu naik sepeda ke sekolahnya sambil bergurau di tengah alam yang masih murni, dengan udara segar yang minim polusi.

"Iya, jalan kaki", jawab pak Izar.  Dan aku speechless ..... bayangkan betapa miskinnya, bahkan untuk membeli sebuah sepeda onthel untuk anaknya.

Ingat suatu hari aku pernah menertawakan mas Saidi, ketika dia bilang bahwa orang kampung sudah mau diajak membangun sekolah dasar, agar anak-anak mereka tidak usah jalan kaki sejauh itu ke sekolah.  Dan hasil urunan warga terkumpullah satu pasir truk.

Mas Saidi adalah penanggung jawab kebunku, suami mbak Yayuk, tim pak Izar dengan proyeknya membangun masyarakat seputar Bajul Mati.

Aku menertawakan satu pasir truk dan membangun sekolah, dalam bayanganku ada sebuah reaksi kimia antara masyarakat dengan satu pasir truk , lalu hasil reaksinya sebuah sekolah.  Hmmm hmmm ... sekolah seperti apa ya ?

Dan sejak itulah , aku berhenti tertawa dan mulai bertindak.  Dengan uang zakat dan sedekah Cantiq butikku aku membantu sebisanya, benar-benar sebisanya, karena Cantiqku sudah punya daftar orang-orang yang musti disantuni secara rutin.

Tawaku tambah berhenti ketika aku melihat langsung kondisi sekolah TK yang sudah berdiri.  Di sebelah TK itulah nanti akan dibangun sekolah dasarnya, direncanakan 3 kelas kecil-kecil, karena calon muridnya juga tidak banyak.

Saat aku kesana, sekolah sudah usai, aku hanya melihat bangku kosong , lemari , meja , beberapa buku anak-anak , mainan anak  ..... amat sangat sederhana.


ini adalah ruangan TK kecil / TK A



ini ruangan kelas TK B , hanya ada sekardus mainan, sementara di kota, seorang anak punya satu almari mainan


ayunan di halaman sekolah sumbangan dari ibu ibu dari kota Malang



kamar mandi sumbangan Trans TV


pak Izar (berkaos hitam) kerja bakti bersama masyarakat , kayunya sumbangan dari perhutani setempat


di sudut yang lain, mereka membuat fondasi sekolah

Aku yang sederhana,  dipertemukan dengan orang-orang yang sederhana, dengan pemikiran sederhananya yang  luar biasa,  tulus hati luar biasa, pengabdian luar biasa.

Aku yang sederhana, setelah dipertemukan dengan ustadz Virien dengan pondok pesantrennya yang sederhana di Gubug, sekarang dipertemukan dengan kesederhanaan yang lebih sederhana dari yang pernah aku kenal.

Sungguh sahabat, air mataku menitik menuliskan ini semua.

Ingat bagaimana aku menyeleksi mainan Alni yang bejibun, yang kubuang saja sembunyi-sembunyi agar Alni tidak nangis, agar kamarnya tidak penuh mainan.  Ternyata di belahan dunia yang lain, anak-anak cukup bermain tanah dan berkubang di lumpur sawah ! dan dunia yang lain itu letaknya hanya beberapa puluh kilometer dari duniaku.

Jangan-jangan baju-baju Alni yang numpuk inipun terlalu banyak buat dia, yang musti dikurangi untuk belahan dunia yang lain itu ....

Jangan-jangan ..... ah ....

Buat kalian yang ingin membantu belahan dunia yang lain ini, silahkan inbox di fb Innuri Sulamono , boleh berupa apa saja, buku-buku anak , mainan anak, tas sekolah baru / bekas , sepatu anak TK , uang , pasir, semen , batu , apaaaa saja boleh ......

Buat kalian yang ingin membantu, bisa langsung menghubungi pak Izar di 085850640277 , atau bisa langsung transfer ke rekening BRI beliau an. Shohibul Izar 008601072836504 dengan konfirmasi lewat sms ke hp beliau , atau bisa lewat BCA Indah Nur Qoriah 3310292353 dan tolong  konfirmasi lewat fb Innuri Sulamono .

Terimakasih sudah menyimak curhatku pagi ini.


Senin, 05 Mei 2014

Menghafal Al Quran Selfie


Aku tulis ini untuk sahabatku sayang, mbak Sari yang minta disemangati menghafal quran, dan juga untuk pembacaku sayang semuanya, mudah-mudahan apa yang aku sampaikan ini memberi inspirasi dan semangat dalam mempelajari al quran.

Hmm ..... maksud judulku di atas adalah menghafal al quran sendiri alias tanpa masuk pondok pesantren atau lembaga sejenisnya.

 

Aku baru hafal 3 juz dan kutempuh dalam 3 tahun, itu sudah membuat aku amat bahagia karena sambil ngapain saja bisa sambil ngaji, mana ngerti artinya lagi. Sesuatu yang tak terbayangkan olehku dulunya.

Awal menghafal 4 agustus 2011 (aku catat baik-baik) , aku memulainya dari juz ama, alasanku karena yang pertama turun adalah ayat-ayat makiyah (yang diturunkan di mekah), dan itu ada di juz ama.  Jadi aku bisa menghayati kronologi turunnya ayat-ayat.

Kalau menurut ustadz Virien, kalau mau menghafal al quran, boleh dimulai dari surat mana saja yang disukai, tidak harus dari juz 1 , 2 , 3 atau dari juz 30 sepertiku.

Ohya, perlu dicatat juga, aku menghafal di usia duapuluh dikali dua ditambah sekian ...... hehehe, aku mulai menghafal saat otak sudah susah diajak mengingat apalagi menghafal, karena sudah tidak remaja dan tidak muda lagi, tapi tetap masih anak-anak, yaitu anaknya ibuku .... hehehe.

Selain usia yang sudah banyak kepalanya, aku juga tidak lancar membaca al quran. Ketahuan deh Indah , maluuuu sebenarnya (pingin ngumpet di lemari), tapi aku harus jujur biar kalian mengerti bahwa tidak lancar membaca al quran, tidak tahu tajwid, tidak bisa melafalkan huruf arab dengan prononcation yang benar (apa sih istilahnya ?), semua itu bukanlah alasan dan bukan pula kendala dalam menghafalkan al quran.

Tapi keraguan terbesarku saat itu adalah, mampukah aku yang sudah setua ini menghafal ?  Dan muncul jawaban / bisikan di hatiku bahwa bukanlah usahaku yang membuatku bisa menghafal al quran, melainkan Allahlah yang 'meletakkan' al quran itu di dadaku, dan al quranpun juga memilih kepada siapa dia 'memberikan' kalimat kalimatnya.  Sebenarnyalah yang kita lakukan cuma 'menyediakan diri' untuk 'ditempati' Al Quran.  Selanjutnya hanyalah Allah yang memproses 'copy paste' nya al quran ke dalam hati dan pikiran kita.

Kalimat yang aku garis bawahi dan aku cetak tebal itu adalah filosofi dasar yang musti difahami dulu buat kalian yang punya niat menghafal al quran.  Ohya, jangan lupa NIATnya musti karena Allah saja loh yaaa, bukan karena disuruh orang tua, bukan karena ingin memberi contoh buat anak-anak, bukan karena pacar, bukan karena apapun selain Allah.

Nah, setelah memahami filosofi dasarnya dan niatnya sudah lurus karena Allah, sekarang tinggal melaksanakan saja.

Jangan lupa berdoa memohon perlindungan diri dari godaan syetan atas semua yang kita niatkan dan kita lakukan.  Boleh ditambah doa ala Innuri  ini :

"Ya Allah, jadikanlah al quran itu pikiranku, perasaanku, lisanku dan perbuatanku".

Setelah itu pilih metode menghafalnya.  Yang ini aku tidak bisa cerita banyak, karena aku cuma kenal satu metode, yaitu metodeku sendiri.

Metodeku ini berangkat dari ide di  masa remaja dulu. Dulu di tahun 80-an, kalau ada lagu baru yang populer, spontan dimana-mana diputar lagu itu, ya di radio tetangga,  di televisi,  di tape recorder orang hajatan, dll, sampai karena seringnya mendengar, jadi hafal tanpa menghafal.

Nah, itu dia metodenya, "hafal tanpa menghafal".  Cerdik kan ?

Yang aku lakukan, browsing di youtube mencari murattal yang aku suka, dan bertemulah dengan Syeh Misary Alafasy.  Setiap pagi aku mendengarkan target hafalanku dari video Syeh Misary, mendengarkan saja selama beberapa hari.  Lama-lama jadi setengah hafal.  Bila sudah setengah hafal, aku menghafalnya dengan sengaja berikut arti per katanya dari buku terjemah al quran secara lafdziyah.

Setelah hafal, aku setor hafalan ke ustadz Virien. Walaupun judulnya menghafal al quran selfie, aku tetap menganjurkan kalian punya ustadz.  Peran ustadz disini untuk mengontrol bacaan , membantu memahami tafsir, juga jadi teman berdiskusi saat bertemu hafalan yang susah, dll.  Kalau tidak punya ustadz, berdoa saja meminta sama Allah dikasih ustadz yang ganteng dan asyik , eit .... maksudku minta dikasih ustadz yang benar-benar faham akan ilmu agama.

Saat menghafal surat yang baru, jangan lupa memelihara bacaan surat  lama yang terlebih dulu dihafal.  Yang dibutuhkan disini adalah keikhlasan / kerelaan hati untuk mengijinkan ayat-ayat itu bertempat di pikiran dan hati kita, tidak merasa terpaksa walaupun harus mengulang-ulang bacaan, dan tidak merasa terbebani dengan bacaan itu.  Senang karena al quran 'bertempat' di hati dan pikiran kita, dan senang pula dalam memeliharanya.

Menghafal al quran dengan cara dilagukan, mempermudah kita dalam mengingat panjang pendeknya bacaan, dan juga memudahkan dalam menghafal itu sendiri.  Selain itu juga lebih enak didengar, minimal dinikmati sendiri.

Untuk orang yang tidak mengerti tajwid sepertiku, ternyata dengan berjalannya hafalan, jadi mengerti juga meskipun tidak sesempurna ahlinya.  Ustadz Virien bilang ; Allah Maha tahu kalau lidahnya bunda lidah jawa, bukan lidah arab.  Yaaa, ustadzku memang baik, sabar dan tahuuu saja cara memotivasi murid cantiknya ini.


Kamis, 01 Mei 2014

Allah Selalu Mendampingi


Makanya aku suka menghafal al quran, salah satu nikmatnya adalah ketika dia dibaca berulang-ulang maknanya jadi semakin mendalam, jadi mengembang, dan membekas di kalbu dan mengukirkan keindahan abadi di sana.

Coba baca ayat ini, dan apa kesan di hati kalian ?

QS Al Mujadilah [58:7] Tidakkah kamu perhatikan, bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa yang ada di langit dan di bumi? Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah keempatnya. Dan tiada (pembicaraan antara) lima orang, melainkan Dia-lah keenamnya. Dan tiada (pula) pembicaraan antara jumlah yang kurang dari itu atau lebih banyak, melainkan Dia berada bersama mereka di manapun mereka berada. Kemudian Dia akan memberitahukan kepada mereka pada hari kiamat apa yang telah mereka kerjakan. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui segala sesuatu.

Apa kesan kalian sahabat tentang surat ini ? Coba rasakan di hati kalian.

Aku sendiri, saat pertama menghafal ayat ini, kesanku adalah kita tidak bisa merahasiakan sesuatupun di hadapan Allah, selalu Dia ketahui apapun yang kita lakukan , pikirkan rasakan.

Nah, suatu kali saat menghafal lagi, tiba-tiba aku jadi menangis terharu, ayat ini seolah-olah bilang bahwa Allah selalu mendampingiku siang dan malam, tak pernah lepas dan lalai sedetikpun, dengan kasih sayangNya, Dia selalu mendampingi dan mengulurkan tanganNya saat aku memerlukan pertolongan, Dia selalu mengeluarkan aku dari himpitan persoalan, Dia juga yang menuntunku dari kegelapan menuju cahaya, Dia yang selalu melihat kesulitanku, mendengar dan mengabulkan harapanku walau tak terucapkan di lidahku.  Dia yang menjelmakan kenyataan-kenyataan indah dalam hidupku,  Dialah yang membahagiakan aku dan memeliharaku dalam kasih sayangNya.

Merasa Allah selalu mendampingi, otomatis membuat kita selalu mengingat Allah, merasa didengar, ditolong dan dilimpahi kasih sayang.  Karena hidup ini berat, ujianNya juga berat, maka Allah selalu mendampingi kita dengan menguatkan kita, memberi ketenangan, memberi ide di pikiran kita, memberi jalan keluar, hingga memberi kita keajaibanNya. 

Allah Yang Maha Agung telah menyediakan diriNya mendampingi kita, tinggal kitanya, maukah mengambil peluang ini dengan mempercayakan dan mengkonsultasikan segala persoalan hidup ini kepada Allah ? ataukah lebih suka berkutat dengan logika dan akal kita hingga pusing dan tidak kuat menanggung beratnya persoalan ?

Sementara di tanganNya, semua itu bisa diselesaikan dengan indah, maka letakkan persoalanmu ditangan Allah, dan letakkan Allah di hati dan pikiranmu, ijinkanlah tanganNya menuntunmu, sahabat.