Sabtu, 27 September 2014

Antara Omzet Dan Sedekah Beras

Tulisan ini adalah repost dari blog memasak ala Innuri  :

Bisnis browniesku baru berjalan satu setengah bulan, setiap perjalanan aku tulis, biar terkenang bagaimana suka dukanya menjalankan usaha ini, dan agar bisa dipelajari oleh orang yang ingin belajar.

Sesungguhnyalah, dalam setiap kesuksesan pasti ada 'jalan terjal' yang musti dihadapi dan ditaklukkan.  Begitupun dalam bisnis baruku ini, sempat terjadi dimana pendapatan tidak seimbang dengan pengeluaran, itu terjadi berhari-hari dan rasanya begitu berat menaikkan pemasukan.



 Penyelesaiannya ternyata sederhana banget, itupun tidak sengaja.

Ceritanya, aku belum pernah zakati usaha browniesku ini, kupikir kan sudah bagi-bagi kue tiap hari, dan kupikir pula, usaha ini kan belum menguntungkan, bahkan masih dalam proses untuk mencapai titik impas, jadi belum wajib zakat.

Nah, pada suatu hari, tiba-tiba aku kepingin zakati saja usaha ini, gak peduli sudah untung atau belum, zakatnya aku belikan beras.  Maka pagi itu aku membeli beras 10 kg, yang 5 kg untuk sedekahnya Cantiq butikku, yang 5 kg untuk Innuri Brownies.

Tak kusangka, siangnya si Reza salesku pulang untuk mengambil brownies lagi karena brownies yang dibawanya pagi tadi tinggal 3. Dan sorenya ketika aku totalan hasil penjualan dari 2 out letku yang lain,  omzet hari itu ternyata adalah omzet pertamaku bisa mencapai  target yang aku inginkan. Kejadiannya seperti begitu mudah, setelah sebelumnya terasa alot sekali menaikkan omzet.

Aku kira itu adalah kemudahan dari sedekah yang berupa bahan makanan pokok, karena memberi makan fakir miskin itu banyak ayatnya di al quran.  Dan sejak itu setiap hari aku membeli beras (istilahku 'menjimpit', padahal aslinya 'mencomot' karena langsung 1 plastik 5 kg), niatnya untuk zakat dan sedekah Innuri brownies yang sekarang bertumbuh seperti harapanku.

Pengalamanku selama rajin sedekah beras ini , memang mengundang keajaiban , aku menulisnya dalam beberapa judul di  blog motivasiku , salah satunya silahkan klik disini .

Rabu, 17 September 2014

Cadel

Cadel itu bila mengucapkan huruf  'r' tidak jelas atau tidak bisa sama sekali.  Dan cadel itu adalah aku .... hmmm .... biar cadel tapi manis kan ? .... hehehe

Dulu sewaktu aku masih kecil, tentu jadi langganan diledekin teman-teman, dan sering 'dites' mengucapkan kata tertentu yang mengandung huruf 'r'. Diledek seperti itu rasanyaaa nano-nano banget .... tapi syukurlah aku tidak pernah menanyakan kepada Allah kenapa aku cadel,  aku sudah bisa menerima keadaanku apa adanya sejak dulu dan ini keren banget, anak kecil sudah bisa ikhlas. 

Bila anak kecil diledek, itu masih wajar dan lucu, tapi kalau sudah setua aku ini masih jadi bahan tertawaan karena keunikanku ini, itu sungguh terlaluuuu ...... kok sempat-sempatnya gitu loh ! dan aku memang tersinggung , kumat sensine huahaha ....

Tapi sebenarnya lidah yang cadel itu bukan masalah besar bagiku, wong aku masih bisa berkata-kata, bisa  berkomunikasi dengan amat baik, bisa jadi nara sumber, bisa membaca al quran, dan masih bisa cerewet ..... hahahaha.

Apakah orang yang tidak cadel lebih baik dalam menggunakan lidahnya dibandingkan orang yang cadel ? Nah ini dia yang perlu dibahas dan inilah hal terpentingnya.

Karena yang terpenting bukanlah cadel atau tidaknya, tapi bagaimana kita menggunakan lidah kita ? Apakah untuk menyakiti orang lain dengan kata dan kalimat yang menusuk perasaan (termasuk meledek kecadelan seseorang ) ?  Apakah untuk ngrasani / ghibah , mencela , mengkritik , mengadu domba dll ? Apakah untuk menyebarkan kebencian dan permusuhan diantara manusia ?

Kasihani si lidah, baik lidah cadel atau tidak , gunakanlah untuk hal-hal yang baik, mengucapkan kata-kata yang santun dan penuh kasih sayang, menebarkan inspirasi , menyatukan yang tercerai , menyejukkan siapapun yang mendengarnya. Begitulah semestinya cara kita menghargai pemberian Allah berupa si lidah yang ajaib ini.

Terimakasih ya Allah atas pemberianMu berupa lidah yang cadel ini, yang dengannya aku bisa mengungkapkan cinta dan pengharapan padaMu, yang dengannya aku bisa merasakan keajaiban nikmatMu berupa rasa-rasa makanan yang sungguh tak terperi keanekaragamannya, yang dengannya aku bisa bernyanyi dan bergembira, yang dengannya aku bisa .... oh, terlalu banyak tak mampu ditulis nikmatMu yang berupa lidah ini.


Selasa, 16 September 2014

Memaafkan Adalah ....

"Aku sudah memaafkannya, tapi aku perlu katakan semua ini padamu agar kamu mengerti", kata seseorang di suatu kesempatan.  Bagiku aneh saja, baru saja aku dengar dia mengungkit-ungkit kesalahan orang yang katanya sudah dia maafkan, membuatku jadi bertanya , apakah seperti itu cara memaafkan ? Mana orang yang diungkit-ungkit kesalahannya sudah meninggal dunia, tapi tetap dia katakan padaku agar aku mengerti. Lantas, kalau aku mengerti, apakah masih ada manfaatnya ?

Memaafkan itu adalah tereliminasinya rasa marah , hingga tidak mengungkit-ungkit kesalahan orang lain, tidak di lisan, tidak juga walau cuma di hati.  Memaafkan membuat kita jadi memahami orang lain, kenapa dia berbuat seperti itu, lalu tumbuh rasa kasihan, setelahnya muncul rasa kasih sayang. Akhirnya terucap doa yang tulus memohon agar Allah berkenan membuka hatinya agar tidak lagi mendhalimi orang lain.  Kasih sayang yang tulus yang muncul saat memaafkan ini terasanya begitu indah, membasuh segala sakit hati dan menghasilkan keajaiban.

Apakah masih sulit memaafkan dan masih saja merasa terdhalimi oleh orang lain ?

Hati yang bersih itu hati yang mudah memaafkan.  Bila masih merasa sulit memaafkan, maka perlu segera 'bersih-bersih' hati, barangkali disana ada banyak kotoran seperti  iri , dengki, cemburu, marah, dll.

Bisa jadi, diri anda sendirilah yang telah mendhalimi orang lain dengan prasangka yang keliru.  Maka cobalah hapus segala prasangka buruk, itu hanyalah dusta syetan.

Syetan membangkitkan permusuhan diantara manusia dengan berbagai jalan dan cara.  Bisa jadi diri anda sendiri  yang paling merasa benar sendiri hingga menganggap orang lain salah dan selalu menyalahi diri anda.  Padahal yang sebenarnya tidaklah begitu, syetan telah membalik logika  hingga kebenaran tertutup rasa marah, iri dan dengki.

Bagaimana bila sudah bisa memaafkan, tapi mereka tetap bikin perkara ?
Jawabannya adalah menjauh, menghindari  interaksi dengan orang-orang yang jahil

Senin, 15 September 2014

Misteri Shalat Jumat Terakhir Bapak

Bapak meninggal pada Minggu, 7 september 2014 jam 7.15 WIB.

InshaAllah bapak khusnul khatimah, bapak selalu berdzikir dalam saat-saat terakhirnya, dan bapak semasih sugengnya selalu shalat lima waktu berjamaah ke masjid, bapak juga orang yang baik.


Bapak dan Ibu di depan rumah ibu yang kuno di Ngantang

Ada kisah yang mengharukan sekaligus membuat merinding berkenaan dengan akhir hidup bapak.

Ceritanya, bapak pas hari Jumat tgl 5 september, merasa tidak enak badan lalu ke puskesmas, siangnya bapak tidur (mungkin obat dari puskesmas membuat bapak mengantuk).  Adikku Ida tidak membangunkan bapak untuk menunaikan shalat jum'at, karena tidak tega melihat bapak begitu pulas.  Jadilah hari itu bapak tidak menunaikan shalat jum'at.

Shalat jumat bapak terakhir sebelum meninggal adalah di masjid Mandjoeri dua minggu yang lalu, begitu cerita mbakku.

Tapi herannya setelah meninggalnya bapak, beberapa tamu yang datang untuk mengucap bela sungkawa, banyak yang bilang melihat bapak shalat jum'at di masjid baiturrakhiim pada tgl 5 septermber itu,  bahkan ada yang bilang shalat di samping bapak. Ajaib, seolah-olah bapak punya cloning .....

Aku langsung teringat kisah jaman dulu, ada seorang yang berniat naik haji, tapi urung karena memberikan seluruh biaya hajinya pada sebuah keluarga yang kelaparan.  Ajaibnya sepulang musim haji, banyak orang bercerita  melihat dia naik haji, padahal dia tidak menunaikannya.

Kisah bapak merupakan versi lain dari kisah jaman dulu, mungkin malaikat yang mewakili bapak.  Bukankah seseorang akan selalu mendapatkan apa yang diniatkannya ? niat shalat jumat yang tidak kesampaianpun masih terwujud dengan pertolonganNya.  Jadi mari kita punya niat yang baik dalam segala hal, tak masalah terwujud atau tidak, karena Allah pasti mewujudkan dengan caraNya.

Berpulangnya bapak inipun merupakan pengalamanku untuk kedua kalinya menyaksikan meninggalnya  orang yang selalu taat shalat 5 waktu berjamaah di masjid. Sungguh sebuah pengalaman yang indah.

Pengalamanku yang pertama adalah saat meninggalnya tetanggaku di Ngantang, almarhum pak Djai, beliau teman bapak, rumahnya tidak jauh dari rumah ibu,  aku pernah menceritakannya di blog, tapi baiklah aku ceritakan sekali lagi.

Beliau orang yang selalu shalat 5 waktu di masjid.  Wajahnya 'mencureng' karena 2 alisnya saling bertaut, kulitnya sawo matang, singkat kata beliau tidak ganteng sama sekali, bahkan terkesan 'angker'.  Tapi beliau meninggal dengan khusnul khatimah, tidak pakai sakit, berbaring langsung lessss ...... Dan kulihat wajah beliau di alam lain (aku diberi kelebihan Allah bisa melihat kesudahan orang yang meninggal dengan ijinNya), berubah jadi ganteng dan berseri-seri, saling bersalaman dengan banyak orang yang berwajah berseri-seri pula. Kesimpulannya, dengan 'komposisi' wajah yang sama, Allah merubahnya menjadi begitu tampan tanpa menjadikan orang yang mengenalnya menjadi pangling. 

Akan halnya bapak, beliau dasarnya ganteng, berkulit bersih, kuning langsat, tinggi , tampan dan awet muda. Dan bapak lebih terlihat ganteng di saat-saat terakhir hidupnya.

Aku di rumah Ngantang sampai selamatan 7 hari meninggalnya bapak.  Di hari ketiga, aku melihat bapak seolah-olah datang menghampiri ibu, mencium keningnya seakan mengucap selamat tinggal, lalu bapak pergi menaiki kuda putih (tanpa sayap tapi bisa melesat terbang cepat sekali) , di belakang bapak ada 2 orang pengawal. 'Adegan' itu begitu nyata, lalu setelah itu aku tidak bisa lagi melihat bapak, walau aku paksakan, tetap saja tidak bisa, mungkin karena bapak sudah berada di tempat yang telah dijanjikan Allah untuknya.

Selamat jalan bapak, teriring doa dan cintaku.  Aku bangga menjadi anakmu, pasti kita bertemu lagi di tempat yang dijanjikan Allah untuk kita, seperti janjiNya dalam al quran.