Selasa, 27 September 2011

Yang Pernah Kualami Dibalik Sunah

Apa saja yang Allah syariatkan kepada kita lewat perantaraan RasulNya adalah demi kebaikan dan kebahagiaan manusia di dunia dan di akhirat, bila manusia mau mengikutinya.  Ada  hikmah dibalik sunah yang selalu menarik untuk dibahas, dan membuat kita tak henti mengucap syukur dan memuji kebesaranNya.  Aku sering mengalaminya.  Bila anda mengalaminya, cerita dong pada kita semua agar semakin menambah 'perbendaharaan' hikmah untuk menambah keimanan kita.

Diantara hal yang pernah kualami diantaranya :

Wudhu yang menyembuhkan. 

Masa-masa kuliah dulu, aku suka mengikuti kajian Islam di masjid kampus yang kuikuti di sela-sela waktu kuliah. Kuingat aku pernah sakit 'rangen' di sela-sela jemari kakiku (kurang jaga kebersihan sih yaaa...ih malunya..), biasanya sih kuobati dengan betadhine. Nah, waktu aku ikut ngaji Bulughul Maram, pas membahas masalah wudhu aku baru ngerti kalau saat membasuh tangan dan kaki, disunahkan menyela nyelai jemari kaki dan tangan dengan jari jari tangan kita, bahkan ustadznya memperagakan caranya.  Sejak itu aku praktekkan cara wudhu yang benar, dan kakiku sembuh tanpa obat ! Hemat dan dapat pahala pula....

Air Mata Dzikir Yang Menghilangkan Sakit Kepala

Kadang aku seharian browsing di depan komputer, mata jadi lelah dan capek, ditambah pusing yang berat.  Rutinitas shalat dan dzikir ba'da shalat yang kuresapi artinya, menciptakan rasa haru yang membuatku menangis.  Pusing dan mata lelahpun menguap entah kemana.... ternyata berdasarkan hasil penelitian, saat kita menangis, racun-racun yang mengendap di bagian kepala dan di seputar mata akan keluar bersama air mata kita.  Air mata juga bisa membantu penglihatan dan membunuh bakteri secara alami.

Demikian juga saat membaca Al Qur'an, sering ayat-ayatnya membuatku menangis, kadang sampai keluar ingus, yang berarti semakin banyak racun dikeluarkan dari tubuh. Nabi dan para sahabat beliau adalah orang yang mudah menangis saat ayat-ayat Al Qur'an dibacakan, mungkin ini salah satu sebabnya mengapa mereka itu jarang sakit.

Menangis karena sedih, marah, jengkel atau kecewa memang memberi efek positif yang bisa meringankan perasaan,  tapi energi yang diperoleh dari menangis cara ini bila dibandingkan dengan menangis dzikir sungguh berbeda sangat sangat signifikan.  Mungkin perbandingannya 1: 1 juta.  Menangis dzikir membuat kepala dan badan terasa 'diperbaharui', fresh dan powerfull.  Cobalah....

Shalat Khusyu' Yang Memberi Energi

Ini kenangan yang kuingat betul saat aku berada di Negara Bali.  Saat itu aku sedang merintis butik, sedang ramai pesanan di bulan ramadhan, terutama pesanan dari teman-teman sesama muslim.  Saat berangkat shalat tarawih, badanku pusing dan lemas sekali karena kecapean, bahkan aku khawatir pingsan saat shalat.  Tapi yang kuingat saat itu adalah rumus Ary Ginanjar Agustian dalam buku ESQnya, satu per nol hasilnya adalah tak terhingga, satunya Allah, nolnya manusia, tak terhingga adalah energi yang diperoleh bila menempatkan Allah sebagai satu-satunya tujuan dan menzerokan diri.  Akupun mengerjakan shalat dengan semangat satu per nol, maksudnya, aku benar-benar 'masuk' dalam shalatku, seolah-olah menghadap Allah dan melupakan diriku beserta seluruh 'paket' diriku yang berupa capekku, masalahku, pusingku dll.  Hasilnya, aku bisa mengerjakan tarawih dan witir dengan nikmat dan pulang dengan badan yang segar seolah bateray baru di cas.

Tetap Sehat Tanpa Senam

Aku termasuk orang yang malas sekali senam, bahkan hampir tidak pernah senam selama bertahun-tahun. Biasanya untuk menggantikan senam, aku menari Bali, tapi sudah bertahun tahun pula aku tidak menari, sampai badanku melar dan berbentuk angka 8 ....hehehe....
Kakakku yang rajin senam begitu terheran heran mengetahui aku tidak pernah senam tapi kok jarang sakit.
"Memangnya badanmu gak terasa kaku kaku atau pegal pegal?", begitu komentar kakakku.
"Memang aku tidak pernah senam, tapi saat shalat aku mengerjakan gerakannya dengan pelan-pelan, tumakninah dan benar.  Mungkin itu bisa menggantikan fungsi senam", kataku akhirnya. 
Kusadari betul bahwa gerakan shalat yang benar, efeknya luar biasa buat kesehatan, contohnya saat melakukan ruku', bila melakukannya dengan sudut 90 derajat, maka akan terasa ada tarikan di otot-otot belakang kaki dan punggung.  Terlebih lagi bila ruku' dilakukan dengan tenang sambil menghayati makna bacaannya, maka beberapa waktu otot-otot  tersebut akan mengalami peregangan, memperlancar aliran darah ke seluruh tubuh, dan meluruskan 'salah urat' karena aktifitas sehari-hari.
Saat takbiratul ihram, tangan yang membuka ke depan dan tepat berada di samping telinga, membuat dada kita membuka, membuat pernafasan menjadi longgar dan menarik otot-otot di seputar lengan dan dada melakukan peregangan.
Aku bukan ahli kesehatan yang bisa menjelaskan manfaat gerakan shalat secara ilmiah sih..... sekedar menjelaskan yang kurasakan saja.  Sayangnya aku sering melihat di masjid, banyak sekali orang yang gerakannya kurang benar, sayang sekali, padahal kan gerakan shalat itu bukan hal yang sulit.

Jumat, 23 September 2011

Nilai Sebuah Rumah

Apa arti sebuah rumah bagi anda? Rumah seperti apakah yang pernah anda inginkan? Bagaimana standard nilai anda akan sebuah 'rumah impian'?

Beberapa hari yang lalu aku bertemu bapak X, salah seorang petinggi di instansi Y, ada kitab Al Qur'an di meja beliau, membuat sejuk yang melihatnya.  Beliau orang yang amat baik dan kuhormati, beliau dengan tulus sering membantuku mempromosikan produkku.  Ketika mengetahui bahwa aku sudah pindah rumah hingga rumah cantiqku khusus untuk workshop saja, beliaupun bertanya padaku dengan penuh perhatian, kemana aku pindah dan berapa putraku.

"Rumah tipe tiga enam? Itu kan hanya berukuran enam kali enam meter? ", beliau bertanya penuh keheranan.  Mungkin beliau pingin tahu, apa kaki bisa selonjor di rumah sekecil itu...hehehe
Begitulah,bagi bapak X yang terbiasa hidup dalam kemewahan, rumah sekecil rumahku hanya membuatnya terbayang akan kesempitan dan ketidaknyamanan, sementara bagiku rumah mungilku merupakan kemewahan dan pemberian Allah yang luar biasa.  Beliau lalu bercerita tentang dua rumahnya di Malang, salah satunya di Batu, tapi tiap kali pulang ke Malang istri beliau tidak mau menginap di rumahnya sendiri, melainkan di hotel berbintang atau di butik resort.  Beliau juga bercerita tentang rumahnya di kota S yang beliau sendiri bingung mau buat usaha apa. Beliau juga bercerita tentang istri dan 2 orang putranya yang masing-masing punya mobil sendiri.

Orang seperti pak X ini tentunya orang yang kaya sekali, kan belum semua kekayaannya beliau ceritakan padaku? Tapi bahagiakah beliau?...... hmmm aku tidak mau cerita......

Nilai rumah, bagi sebagian orang merupakan investasi, sementara bagi sebagian yang lain merupakan mimpi. Ada juga orang yang bersemangat membangun rumah untuk diwariskan buat anak-anaknya, orang tuanya berpikir bahwa rumah peninggalan mereka akan memberi kebahagiaan, padahal .....

Ada dua orang bersaudara yang masing-masing mendapat sebuah rumah dari orang tuanya, rumah itu sudah dibagi ketika orang tuanya masih hidup.  Orang tuanya memilih tinggal bersama si bungsu di rumah bagian si bungsu.  Beberapa waktu setelah masing-masing menyepakati pembagian itu, si sulung mendatangi si bungsu dan bilang," Kamu enak, dapat rumah habis direnovasi.  Sedang aku, dapat rumah yang sudah bobrok".  Si bungsunpun membela diri dan bilang," Memang kamu tidak suka orang tua kita tinggal di rumah yang bagus?" 

Rupanya nilai rumah bagi sebagian orang terletak pada bagus tidak bangunannya, strategis atau  tidak lokasinya, bagus atau tidak feng shuinya, seberapa megah bangunan atau seberapa luas tanahnya.....

Kalau menurut 'pakar telematika' Indah Nur Qoriah ..... (hahaha.... jangan percaya ini loh ya.... gurau aja), nilai rumah terletak pada nilai kebaikan/berkah yang Allah turunkan pada rumah itu. Apakah seluruh penghuninya merasa nyaman dan bahagia, rukun dan saling menyayangi?  Apakah rumah itu makin menambah kedekatan dan rasa syukurnya pada Allah?  Ataukah rumah itu hanya menambah kesombongannya saja?  Apakah rumah itu malah menambah rasa iri orang lain dan kesenjangan dengan orang miskin dan lemah?

Sementara Rasullullah saw mengajak seluruh keluarganya untuk hidup sederhana, beliau tak mampu hidup mewah sementara rakyatnya masih ada yang miskin dan menderita. Rasul adalah teladan, ingin mencontoh sebisanya .....

Membangun rumah membutuhkan kepekaan nurani, apakah kita mampu tinggal di rumah megah dan mewah sementara banyak saudara kita sesama muslim tinggal di gubug reyot dan kekurangan makanan?

      

Rabu, 21 September 2011

Rumah Yang Bisa Melihat Langit

20 september 2011

Ini malam pertama nginap di rumah mungilku di Graha Bandara Blok D 18,  rumah yang bernuansa hijau, untuk mengingatkanku akan rumah masa kecilku di Ngantang yang bercat hijau.  Beberapa hari sebelum pindah kesini, aku sering bilang pada Allah bahwa aku ingin punya rumah yang memudahkanku melihat rembulan dan bintang gemintang di langit, matahari pagi dan matahari sore yang indah.

Aku suka gak rela menginggalkan rumah cantiqku yang crowded dan amburadul ini, karena di rumah ini aku bisa melihat rembulan dari ruang keluarga yang terbuka menghadap taman (taman ini berubah jadi tempat ngelorod batik, tanamannya rusak, daun bunga-bunganya 'mbrindili' semua)

Maghrib menjelang, Windy menelepon, katanya karyawan Mantren (karyawan yang mengerjakan proses nyanting batik) akan datang untuk berhalal bihalal, sekarang mereka takziah ke rumah Windy atas meninggalnya nenek Windy, sekalian mau mampir ke rumahku.

Listrik prabayar yang diterima suamiku rupanya salah nama, jadi tidak bisa dimasuki pulsa listrik.  Jadilah aku menerima rombongan tamu pertamaku dalam keadaan temaram, hanya diterangi cahaya lilin.  Mereka semua shalat berjamaah maghrib di rumah dengan diimami mas Hary.  Alhamdulillah, hari pertama di rumah baru, sudah dibasahi oleh kalimat-kalimat doa dari karyawan-karyawanku.

Aku sudah punya dapur, tapi belum ada peralatan dapurnya, jadi belum bisa bikin teh untuk tamu-tamuku, mereka hanya kusuguh air minum kemasan dan aneka gorengan yang panas. Kami bergurau dan bicara tentang keluarga mereka, baru kutahu karyawan disana banyak yang sudah menikah, hanya ada dua orang yang masih lajang.

Saat membaringkan tubuh di kamar, baru kusadari Allah mengabulkan doaku melebihi yang kuharap.  Jendela kamar yang besar membuatku tidak saja bisa menatap langit, tapi juga pepohonan dan hutan kecil di kejauhan.  Tengah malam kuterjaga, kulihat bulan di penghujung syawal menghias langit cerah, indah sekali.  Aku sapa bulan cantik itu, kuucapkan terimakasih akan syawal yang penuh rahmat yang telah dia bawa dan akan segera berakhir.

Aku suka rumah kecilku ini, tak capek membersihkannya, bahkan rasanya seperti di cottage sebuah hotel......

21 september 2011

Sore aku bagi-bagi nasi kotak ke tetangga-tetangga, kebanyakan tetanggaku tentara AURI, ibu-ibunya kebanyakan ibu rumah tangga saja, hanya beberapa yang wanita bekerja.  Dengan diantar bu Sri, tetangga terdekatku, aku keliling membagikan makanan 'selamatan'. Diantara mereka semua, mungkin hanya pak RT yang tahu kalau aku "pengusaha keren" .... hehehe.....  Rata-rata mereka mengira ini rumah pertamaku, jadi ada yang bilang gini ," Dah rumah sendiri sekarang....".  Akupun hanya tersenyum.....,  mereka tak tahu kalau ini rumah untuk 'melarikan diri' dari pusingnya melihat tumpukan pekerjaan di rumah cantiqku.  

  

Minggu, 18 September 2011

Akibat Salah Mengambil Keputusan

Barusaja aku mengalami salah mengambil keputusan yang harus kubayar tidak terlalu mahal sekali ....hehehe, walau begitu sempat membuatku tidak enak juga.

Karena S ,salah seorang karyawan administrasi cuti melahirkan, tugas L jadi dobel, ya ngurus administrasi, ya ngurus produksi, ya ngurus tamu yang datang.  Kesulitan L ini segera aku atasi dengan mengangkat X salah seorang karyawan lukis untuk menggantikan tugas L mengelola produksi, apalagi anak yang bersangkutan juga 'menyodorkan' diri untuk menangani produksi. Salahku, aku mengambil keputusan ini tanpa minta persetujuan Kepala Personalia.  Mentang-mentang aku pemiliknya, seenaknya saja mengambil keputusan.

Kesalahan ini musti kubayar tunai dan 'kunikmati' kepahitannya. X malah menambah beban L dan mempersulit jalannya produksi.  Pasalnya, karyawan produksi tidak suka diatur sama X, jadi X malah menyuruh L mengendalikan karyawan produksi. Jadilah si X lebih banyak menganggur, yang berarti pemborosan dana karena dia digaji harian, dan L tetap capek......

Aku sendiri agak terlambat mengetahui hal ini, setelah beberapa waktu memboroskan dana dan energi, akupun mengoptimalkan kerja si X, aku kasih dia pekerjaan yang biasa aku tangani.  Inipun dia kerjakan dengan terlebih dulu protes ,"Bukankah biasanya bunda yang kerjakan ini?", gitu katanya pada L..... Duhai dunia!!!!  Adaaaaaa ternyata orang yang lebih suka dibayar nganggurnya daripada kerjanya...... Repot-repot, kapan dong Indonesia maju kalau penduduknya macam begini.....

"Yang penting bunda sudah dapat pelajaran, bila salah dalam mengambil keputusan, akibatnya bisa fatal", begitu kata HRDnya Cantiq, si Virien gondrong itu.

Yah, aku menyadari, itulah akibat keputusan yang diambil dalam keadaan emosional, dalam keadaan panik dan bingung karena saat itu karyawan produksi bekerja semaunya sendiri tanpa ditunggui L.  Keputusan yang diambil tanpa melibatkan Allah, hanya mengakibatkan kesengsaraan.

Makanya dalam Islam kita disuruh banyak mengingat Allah dalam keadaan apa saja, apalagi dalam mengambil keputusan.  Malah kita dianjurkan untuk shalat istiharah dulu, mohon petunjuk Allah, manakah jalan terbaik yang harus ditempuh.

Meluangkan waktu beberapa menit untuk memohon petunjuk Allah akan memberikan keputusan yang memberi kebaikan dan manfaat untuk waktu yang lama.  Sebaliknya bila kita tak sudi meluangkan waktu yang sedikit itu, penderitaan kita akan lama juga dan kitapun masih harus kehilangan waktu dan energi memikirkan solusi dari keruwetan yang diciptakan oleh kesalahan kita.

Shalat istiharah populernya dilakukan oleh seorang jomblo yang ingin menjatuhkan pilihan pada dua atau lebih orang yang akan menjadi pendamping hidupnya.  Tapi sebenarnya hal-hal yang terlihat kecilpun mempunyai  dampak yang serius dan lama, sehingga memerlukan shalat istiharah dulu.  Jangan merasa pintar dengan mengandalkan logika dan analisa diri sendiri, Allah lebih tahu tentang akibat dari keputusan apapun yang anda ambil.  Jadi bergantunglah padaNya.

Agama dan aturannya memang Allah ciptakan untuk membuat kita sukses dan bahagia, bila kita mau menjalankannya dengan ikhlas.    

Sabtu, 17 September 2011

Menolong Penjaja Madu

Suatu hari seorang lelaki kekar berkulit kehitaman dengan logat madura yang kental datang menawarkan madu.  Ada banyak botol madu dia bawa, selain madu tawon biasa ada juga madu hitam yang katanya madu klanceng.

"Ini bukan madu ternak bu, ini madu hutan", katanya berpromosi. Saat itu aku super super yakin bahwa madu yang dia bawa palsu.
"Berapa pak?", tanyaku.
"Tigapuluh ribu".  Harga yang dia tawarkan membuatku bertambah yakin kalau madunya palsu, karena madu hutan asli yang pernah kubeli harganya seratus dua puluh ribu rupiah per botol sirup.

"Beli saja lah sayang, kasihan. Ditawar dua puluh lima ribu gitu", kata suamiku.  Akupun patuh, kutawar dan kubeli madu tawon biasa dengan harga dua puluh lima ribu.

Tahukah bagaimana rasa madu itu? Wow !!! luar biasa aneh... kalau terbuat dari gula merah atau gula aren sih, masih enak dibikin minuman, tapi ini... rasa anehnya membuatku tak bisa menebak apa komposisinya, madu itu juga terus saja berbuih seperti difermentasi ....... akhirnya madu itu mangkrag di meja makan, tak seorangpun berani menyentuhnya ......

Saat itulah baru kusadari, niat semula membeli madu itu adalah karena terdorong rasa kasihan.  Tapi sebenarnya aku telah menolongnya berbuat dusta dalam jual beli, yang berarti aku telah membuat dia terperosok dalam murka Allah....

Aku mengerti sekarang, menolong orang lain tak selalu dengan memberinya uang, lihat kasusnya dulu, ada yang bisa ditolong dengan memberinya uang atau malah sebaliknya. Mesti pula diingat bahwa tujuan dalam menolong orang lain adalah dalam hal ketakwaan dan kebaikan.

"Dan tolong-menolonglah kalian dalam (mengerjakan) kebaikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. Dan bertakwalah kalian kepada Allah, sesungguhnya Allah amat keras siksa-Nya." (Al-Maa`idah:2)

Coba diingat-ingat seberapa seringkah kita merasa menolong orang lain, tapi kenyataannya malah menolongnya berbuat dosa?  sedang kita sering tidak menyadarinya .........

Jumat, 16 September 2011

Anak-anak adalah .... (2)

Anak-anak kadang menjadi 'tempat penitipan' harapan dan cita-cita orang tuanya yang belum terwujud di masa lalu.
Anak-anak kadang menjadi sumber kebanggaan orang tuanya di mata masyarakat, lalu di pundaknya 'dibebani' sesuatu yang tak peduli apakah dia menyukainya atau tidak.

Ada seorang anak yang semasa sekolah dari SD sampai SMA selalu juara, bahkan dia pernah jadi pelajar teladan se kabupaten.  Sebenarnya minat si anak adalah di bidang seni, tapi karena nilai mata pelajaran matematika dan ilmu pengetahuan alamnya selalu tinggi, maka orang tua dan guru-gurunya menyarankannya menjadi dokter.

Saat itu menjadi dokter adalah profesi yang amat menjanjikan dan amat prestise, tapi anak itu tidak berminat berhadapan dengan luka dan penyakit, lagipula otaknya sudah lelah bertemu dengan pelajaran eksakta.  Akhirnya anak itu menempuh jalan tengah, dia tidak menekuni seni, tidak juga kedokteran.  Dia masuk di sebuah universitas negeri yang saat itu paling bergengsi di kotanya, masih di jurusan eksakta agar bisa membanggakan orang tuanya dengan gelar Insinyur.

Akhirnya anak itu lulus dengan menyandang gelar Insinyur di depan namanya, tapi juga dengan menyandang rasa berdosa karena tidak bisa menuruti orang tuanya.  Selama bertahun-tahun anak itu merasa menjadi anak yang tidak berbakti ....... kasihan bukan?

Sebagai orang tua, tugas kita adalah mengarahkan mereka, bukan memaksakan kehendak.  Untuk mengarahkan anak, terlebih dulu kita musti mengenal karakter mereka, minat dan kemampuan mereka.  Setelah mengenal kita juga harus memahami mereka.

Perbedaan antara orang tua dan anak memang sering terjadi, karena mereka hidup dalam kurun waktu yang berbeda.  Tapi yang tak pernah berbeda adalah pedoman kita yaitu Al Qur'an dan Hadits, maka jadikanlah dua hal ini sebagai aturan dalam keluarga. Berpedoman pada dua hal ini bisa menyelamatkan diri kita dan anak anak kita di dunia dan akhirat.

Ajarilah mereka mengambil keputusan dalam hidup mereka dengan melibatkan Allah, misalnya dengan istiharah.  Doakanlah mereka menjadi orang-orang yang dekat dengan Allah.

Ajarilah mereka meniatkan hidupnya hanya untuk mengabdi pada Allah, termasuk urusan sekolah atau kuliah. Jadikan mengabdi pada Allah sebagai pertimbangan utama sebuah pilihan jurusan mereka di sekolah / kuliah, di bidang apakah mereka bisa memaksimalkan pengabdiannya sesuai bakat yang Allah berikan?  Jauhkan mereka dari niat mendapat gelar atau profesi yang terpandang di masyarakat, gelar dan profesi hanyalah alat untuk mengabdi.  Sesuatu yang bukan karena Allah hanya akan menyiksanya di dunia dan di akhirat.

Kamis, 15 September 2011

Anak-anak adalah .... (1)

Anak-anak adalah ....
yang kalau kita cium keningnya, maka kita tak kan mampu meninggalkannya atau melukainya
yang kalau kita cium pipinya, hati akan dipenuhi kebahagiaan
yang kalau kita dengar celotehnya, maka hati akan dipenuhi suaranya hingga tak ada kesedihan dan duka cita yang sanggup memasukinya
yang kalau kita lihat tingkah lucunya, maka bibir kita tak lepas tersenyum dan hati akan dipenuhi kehangatan
yang kalau kita peluk tubuhnya, maka perasaan kita berada antara hangat, nyaman, gembira, bahagia dan cinta
yang kalau dia terlelap di pangkuan, maka kita akan bertekad akan menjaganya seumur hidup
yang saat kita lihat seluruh gerak dan celotehnya, maka hatipun dipenuhi rasa syukur akan anugerahNya

Anak-anak akan selalu lucu sejak dia masih bayi hingga saat dia sudah berkumis, selalu terlihat kecil, imut dan selalu membuat ingin memeluk dan menciumnya

Pernahkah anda memikirkan, apa yang akan anda wariskan kepada anugerah Allah yang satu ini?

Seorang saudara bilang padaku begini ,"Aku tidak ingin mewarisi anak-anakku dengan harta benda, karena itu hanya menjadikan mereka bertengkar. Aku ingin mewarisi mereka ilmu, karena dengan ilmu mereka akan bisa mencari harta sendiri".

Akupun bilang padanya,"Ada sebuah keluarga yang anak-anak mereka sarjana semua, dan punya pekerjaan yang bagus pula, mereka juga tidak ada yang kekurangan. Orang tuanya meninggalkan juga harta walaupun tidak banyak, tapi diantara mereka masih ada yang iri dengan bagian saudaranya.  Ternyata ilmu tidak menjamin hidup anak-anak kita rukun dan bahagia".

Ilmu tanpa iman hasilnya adalah kekacauan.  Kalau Nabi Muhammad saw mewariskan Al Qur'an kepada umatnya, maka kitapun hendaknya mengikuti langkah beliau, mewariskan Al Qur'an kepada anak-anak kita.  Bukan sekedar mengajari mereka membaca huruf-huruf Al Qur'an, tapi juga mengajari mereka makna Al Qur'an dan bagaimana mengaplikasikannya dalam kehidupan. 

Jangan membayangkan hal yang rumit-rumit saat mengajari anak untuk melaksanakan Al Qur'an, jadikanlah itu hal yang mudah dan menyenangkan buat diri anda dan juga anak anda.  Contohnya buat Alni nih, anakku yang baru berumur 5 tahun.  Aku sering memberinya contoh berbagi kue untuk teman-temannya yang sedang main ke rumah, sehingga diapun secara otomatis akan membagi kuenya bila bersama teman-temannya.  Saat dia memotong sepotong kue menjadi dua dan memberikan separuhnya buat temannya, aku bilang padanya,"Alni baik sekali mau berbagi dengan teman, Allah sukaaa sekali sama anak yang suka memberi".

Sebaliknya, saat temannya datang membawa sekantung kue dan Alni hanya memandanginya, karena temannya tidak membaginya untuk Alni.  Setelah si teman itu pulang, aku bilang padanya," Alni pintar sekali tidak mau meminta, karena Allah lebih suka orang yang memberi".

Mengajari anak-anak dekat dengan Al Qur'an, secara otomatis menuntut orang tuanya untuk lebih memahami Al Qur'an juga.  Lakukanlah semua ini karena Allah, karena Allah menyuruh kita menjaga diri dan keluarga dari api neraka.  Al Qur'an itu indah, bila kita mengenalnya maka emas permata tak lagi ada artinya dibandingkan keindahan firman Allah.  Al Qur'an itu manis, biarkan kemanisannya mewarnai kehidupan keluarga kita.  Di dalam Al Qur'an terkandung 'resep rahasia' kehidupan yang bahagia dan sukses di dunia dan di akhirat.  Al Qur'an adalah satu-satunya pilihan untuk diwariskan kepada anak-anak kita, bila kita menghendaki kehidupan mereka sukses dan bahagia sejak di dunia ini hingga kehidupan akhir nanti.

Minggu, 11 September 2011

Alni dan Hirotada Ototake

Akhirnya Alnipun mau memakai celana dan baju sendiri, bila terjatuhpun mau bangun sendiri setelah dia 'bertemu' dengan Hirotada Ototake.

Mengajari Alni untuk mau berpakaian sendiri ternyata menyita perhatian juga, bukan karena dia tidak bisa melakukannya, tapi karena dia tidak mau melakukannya.  Dia lebih suka aku, bapaknya atau bu Kot yang menolongnya memakai baju setelah mandi atau celana setelah selesai pipis atau pub.  Kucoba memberi dia pengertian, bahwa Allah telah memberinya tangan dan kaki  untuk melakukan semua itu, tapi dia masih saja mengeluh, Alni capek, katanya.

Akhirnya kuajak dia duduk di depan komputer, kucari dari youtube tentang pemuda yang tidak mempunyai tangan dan kaki tapi bisa melakukan apa saja. Hirotada Ototake dari Jepang dan Nick Vujicic dari Australia. Dengan takjub gadis kecilku itu mengamati bagaimana pemuda tanpa tangan dan kaki itu melempar bola, bermain golf, berenang ......



Rupanya Alni musti disadarkan bahwa tangan dan kaki merupakan karunia Allah yang harus dia pergunakan dengan baik untuk menolong dirinya sendiri dan meringankan tugas orang-orang di sekitarnya.  Dan bukan hanya Alni yang musti disadarkan, banyak manusia yang lengkap anggota tubuhnya juga musti disadarkan.

Banyak wanita yang lebih mempersoalkan bentuk tubuhnya agar lebih langsing atau seksi, bahkan menghabiskan uang berjuta-juta untuk mencapai bentuk tubuh ideal. Banyak pula kaum lelaki yang rela menghabiskan banyak waktu di fitness centre dan melatih otot-otot tubuhnya agar terlihat seksi dan macho. Apakah mereka juga mempersoalkan bagaimana menggunakan anggota tubuhnya sesuai yang dikehendaki Penciptanya? Wallahu alam.

Nilai manusia bukan terletak pada lengkap atau tidak lengkapnya anggota tubuh, tapi dari apa yang telah dilakukannya untuk orang lain dan alam semesta.  Islam adalah agama 'rahmatan lil alamin', menyebarkan kasih sayang di alam semesta, kepada manusianya, ekosistemnya, semuanya yang kita tidak tahu.

Tapi, sering kita saksikan orang-orang menggunakan tangan dan anggota tubuhnya untuk berbuat kerusakan di muka bumi, korupsi untuk memperkaya diri sendiri, membubuhkan tanda tangan di atas SPJ (surat pertangung jawaban) dari proyek fiktif, menipu, merampok, menggunakan orang lain sebagai alat untuk meraih ambisinya ...dll. Maling-maling intelektual ini gelarnya berderet, dan mereka membuat rancangan 'akal-akalan' yang begitu rapi. Semoga Allah melindungi kita semua dan anak cucu kita dari hal demikian.

Seorang sahabatku yang pegawai negeri amat terusik nuraninya hingga dia insomnia selama 2 minggu karena atasannya menyuruhnya membuat SPJ dari proyek yang pelaksanaannya nol besar !!! Akhirnya sahabatku yang jujur ini terpinggirkan dan tidak naik-naik posisinya, bahkan dia hampir keluar dari pekerjaannya ......

Hirotada Ototake, telah menyadarkan banyak orang bahwa mempunyai hati nurani jauh lebih penting daripada mempunyai anggota tubuh tapi tidak mempunyai hati nurani.  Orang yang mata hatinya telah buta, akan menggunakan anggota tubuhnya untuk berbuat kerusakan di muka bumi.  Sedangkan orang yang tidak mempunyai anggota tubuh, masih bisa menggunakah hati nuraninya untuk menyebar kebaikan di muka bumi.  Dengan kekuatan hatinya yang ikhlas menerima keadaan dirinya, juga semangat dan kemauan keras, akhirnya dia bisa mengerjakan hal yang menurut pikiran kita tidak mungkin dilakukan orang cacat.

Sayangnya, pelajaran di sekolah mulai dari TK sampai perguruan tinggi lebih banyak mengasah ketrampillan berpikir dan olah fisik yang disebut pelajaran olah raga, pelajaran agamapun lebih banyak hafalannya. Ada nggak ya sekolah yang mengajarkan siswa siswinya untuk melatih kepekaan nurani? Bila tidak, orang tualah yang mengajarkan anak-anak di rumah bagaimana menggunakan hatinya. Mengajar anak-anak lebih efektif dengan memberinya contoh, jadi anda musti belajar melatih nurani anda juga.  Caranya? yaaa, anda harus dekat dengan Al Qur'an dan sunnah nabi laaah..... Contoh manusia yang paling bagus hati nuraninya adalah Nabi Muhammad.

Coba sodorkan pertanyaan ini pada diri anda sendiri : Sudahkah kita menggunakan anggota tubuh dan panca indra kita dengan benar? Renungkanlah sahabat .......

"Anda tidak perlu lahir normal untuk memperoleh kebahagiaan." kata Hirotada Ototake dalam buku otobiografinya "No One's Perfect". Kalau kata Indah Nur Qoriah (aku sendiri...hmmm),"Buat anda yang dilahirkan normal, kebahagiaan itu adalah saat anda bisa menggunakan seluruh anggota tubuh anda seperti yang dikehendaki Penciptanya".

Jumat, 09 September 2011

Menyediakan Diri Untuk Membuat Orang Lain Bahagia

Membuat orang lain bahagia tentu merupakan kebaikan yang besar.  Saat kita membahagiakan orang lain tentu diri kitapun merasa bahagia, itulah kenyataan yang sering terjadi.

Apa sih yang suka kita lakukan untuk membuat orang lain bahagia? Tersenyum dan menebar salam? Menolongnya saat dibutuhkan?

 "Abdullah bin 'Umar meriwayatkan, ada seorang lelaki yang datang kepada Rasulullah saw dan bertanya, "Rasulullah, siapakah yang paling dicintai Allah?", Rasulullah saw menjawab, "Orang yang paling dicintai Allah adalah orang yang paling banyak jasanya kepada orang lain. Sedangkan amal yang paling dicintai Allah adalah membahagiakan orang lain, dengan cara menolongnya dalam menghadapi masalah, membayarkan hutangnya, atau membuang rasa laparnya. Ketahuilah, berjalan bersama seseorang untuk satu keperluan, lebih aku cintai daripada beriktikaf di masjid ku ini selama sebulan. Selain itu, orang yang mampu menahan rasa marahnya, meskipun dia mampu melampiaskannya, pada hari kiamat nanti, Allah pasti memenuhi hatinya dengan keridhaan. Sedangkan, orang yang mendampingi saudaranya untuk suatu keperluan hingga tercapai, dimana banyak kaki tergelincir, Allah pasit menetapkan kedua kakinya." (HR Abu al-Qasim al-ashfahani)

Menyediakan diri untuk membuat orang lain bahagia, dalam prakteknya ternyata menjadi resep ampuh dalam menghadapi peristiwa yang membuat kita sedih, bingung dan kecewa. Nih contoh soalnya :

Beberapa tahun yang lalu, ada seorang gadis yang masih saudara dekat menginap beberapa hari di rumahku. Menginapnya 'dalam rangka' minggat dari rumah, karena sedang bertengkar dengan ibunya.  Tapi ibunya tetap mengirim dia uang melalui aku, meski lagi marahan uang itu diterimanya.  Akupun mencoba mengingatkannya ,"Masak sama uangnya mau, tapi sama orangnya gak mau", begitu kataku saat itu.  Tak kusangka tak kuduga, kata-kataku itu membuatnya marah besar dan tidak menyapaku sampai sekarang!!  Saat dia menikah, dia berpesan lewat orang lain bila aku tidak boleh datang ke pernikahannya.  Tapi saat dia punya bayi, kucoba mengirim kado buat anaknya lewat saudara, tapi tak ada respon sama sekali.

Punya musuh buatku sih gak enak banget, apalagi punya 'satru' begini. Akupun dalam hati merasa kasihan padanya, karena dengan cara tidak menyapaku selama bertahun tahun begini, apa shalatnya diterima Allah?  Karena itulah di lebaran kemarin, suamiku berusaha menjadi 'mediator' dengan meneleponnya.  Tapi apa yang terjadi ? dengan ketus dia bilang tidak mengenal  suamiku..... wk wk wk .....

Semula aku sedih juga, wong dia itu waktu balita sering tak gendong gendong, pasti aku sayang dan rindu padanya .....  Tapi akhirnya aku ikhlas saja, aku bilang pada diriku sendiri : Ya sudahlah, bila dengan tidak menyapaku membuatmu bahagia, silahkan saja.  Bila dengan membenciku membuatmu bahagia, ya okelah.  Bila dengan memelihara segala sakit hatimu padaku itu membuatmu bahagia, baiklah .... Aku maafkan dikau ....

Anehnya setelah menyediakan diri untuk membuat dia bahagia, hatiku berasa legaaa sekali, tanpa beban, ikhlas, memaafkanpun jadi mudah.  Kelihatannya aku menyediakan diri untuk 'disakiti'nya, tapi sebenarnya aku sedang membebaskan diriku sendiri dari sakit hati.

Ternyata kita bisa 'membahagiakan orang lain' dengan kebaikan kita, dengan maaf dan lapang dada kita menerima segala perlakuannnya.  Aku pikir, aku selalu membutuhkan ampunan Allah dan maaf orang lain, karenanya aku musti memaafkan orang lain.  Saat ada orang menyalahi dan menyalahi kita terus, apapun yang kita lakukan selalu salah dimatanya, bahkan aib kitapun disebarkannya, coba untuk memaafkan sampai bibir kita mengembangkan senyum ikhlas, dan hati kita 'menyediakan tempat' untuk membiarkan dia bahagia dengan keputusannya menyakiti kita.  Saat kita bisa mengambil sikap seperti ini, justru dia tak bisa menyakiti kita lagi, karena hati yang ikhlas itu tak bisa disakiti siapapun.

Sebagaimana sedekah yang 'tangan kiri tak usah melihat tangan kanan saat memberi', dalam mengambil sikap lapang dada dan memaafkan ini pun tak usah 'yang berkepentingan' mengetahuinya. Kepentingan kita adalah dengan Allah, Dia Maha tahu kebaikan hambaNya, Diapun yang membuat batin kita menjadi damai dengan keputusan kita.

Menyediakan diri untuk membuat orang lain bahagia, ternyata mampu mendamaikan batin kita dan menciptakan kebahagiaan tersendiri dan rasanya begitu ..... yummy.

Kamis, 08 September 2011

Rasa Kata Kata

Ternyata bukan hanya masakan yang ada rasanya, kata-kata juga ada rasa manis, pahit, asem, pedas.  Seperti masakan juga, kalau kepedasan bikin perut sakit, kalau kata-kata yang pedas bikin hati sakit.  Sakitnya karena kata-kata, lebih dalam lukanya dan bila sembuh lebih nyata bekasnya.

Ada kata-kata yang begitu biasa, tapi bila terangkai dalam sebuah kalimat, kedengarannya jadi 'aneh'. Tadi siang, aku menerima sms yang bunyinya :" Dik, minta tlg carikan PRT, klu ada, mksh".  Si pengirim sms adalah teman yang lama sekali tidak bertemu, dan lama sekali tidak kontak.  Aku membaca sms ini dengan senyum penuh arti.

Inilah arti senyumku : hati-hati menggunakan kalimat perintah , walaupun diawali dengan kata tolong.  Kalimat perintah biasanya diucapkan oleh ibu ke anaknya, guru ke muridnya, bos ke karyawannya, atasan ke bawahannya, suami ke istrinya.  Kalau sama teman sih, coba ganti dengan kalimat ini :" Dik, gimana kabarnya?Gimana bisnisnya? mudah-mudahan lancar.  Kudengar disana gampang nyari PRT ya, apa betul? "  Bila si penerima adalah seorang teman yang baik, dia akan mengerti kalau si pengirim sms sedang membutuhkan bantuannya mencari PRT.   Beda bukan dengan sms pertama tadi? tujuannya sih sama, kalimatnya yang berbeda membuat reaksi si penerima berbeda pula.

Arek suroboyoan malah kalau bertemu teman yang dirindukannya akan bilang," Hei! gendheng kamu! suwe ra ketemu".  Yang digendheng gendhengkan bukannya marah, tapi malah ketawa ......  Aneh ya?  Karena rasa kata gendheng disitu menunjukkan betapa dia amat merindukan temannya. 

Kalau cerita anak-anak di butik lain lagi.  Aku sering dengar salah satu dari mereka memanggil temannya dengan sebutan 'say', kupikir mesra banget nih, memanggil say singkatan dari kata sayang.  Ternyata eh ternyata ....... say itu singkatan dari 'bonsai' karena anaknya pendek..... hahaha.
Ada lagi panggilan 'Mon' yang kupikir namanya Mona atau apa gitu, ternyata itu singkatan 'monyet' .... weleh weleh.

Kata-kata yang biasa saja juga bisa jadi pedas bila penempatannya 'pas', misalnya menyebut orang yang banyak bicara dengan kata 'berkicau' atau 'berceloteh' atau 'nyerocos' atau bahasa malangannya 'sudabreng'.  Orang bisa tersinggung berat bila dikatakan demikian, lebih aman hindari kata-kata ini.

Aku kalau lagi kesal banget ke karyawan, kadang suka tercetus omongan begini ,"Mau tak pecel?",  atau ,"Ayo tak masukin mesin cuci kamu "...... biasanya karyawanku malah tertawa, tapi kalimat ini bukan kalimat lucu bagi suamiku yang orang kulonan dan berhati halus itu......

Kita sebagai muslim suka lupa bahwa kita musti mempertanggung jawabkan setiap kata dan perbuatan kita kepada Allah.  Dalam berkata-katapun, kita mustinya berpatokan pada Al Qur'an dan sunah Nabi.  Kita adalah muslim, lupakan kalau kita orang suroboyoan atau orang malangan, atau orang kulonan. Kata-kata halus tapi nylekitpun bukanlah kata-kata seorang muslim, terlebih kata-kata kasar.

Diantara patokan dalam berbicara adalah :

-  Jangan mengolok-olok dan memanggil dengan gelaran yang buruk, atau memandang rendah orang lain,  misalnya : gendut, kurus seperti tiang listrik, bonsai, goblog dll dll

QS. Al Hujurat[49:11] Hai orang-orang yang beriman, janganlah sekumpulan orang laki-laki merendahkan kumpulan yang lain, boleh jadi yang ditertawakan itu lebih baik dari mereka. Dan jangan pula sekumpulan perempuan merendahkan kumpulan lainnya, boleh jadi yang direndahkan itu lebih baik. Dan janganlah suka mencela dirimu sendiri dan jangan memanggil dengan gelaran yang mengandung ejekan. Seburuk-buruk panggilan adalah (panggilan) yang buruk sesudah iman dan barangsiapa yang tidak bertobat, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.


- Jangan bicara terlalu keras atau terlalu pelan, pertengahan saja, agar orang lain mudah menangkap pembicaraan kita.
- Hindari bicara kasar dan menyakitkan, atau bicara halus tapi menyakitkan.
- Berbicaralah dengan penuh perhatian terhadap orang lain, dengarkanlah pembicaraannya dan hormatilah pendapatnya. Hindari berdebat walaupun anda benar dan hindari memotong pembicaraan.

“Aku adalah penjamin sebuah istana di taman surga bagi siapa saja yang menghindari pertikaian (perdebatan) sekalipun ia benar; dan (penjamin) istana di tengah-tengah surga bagi siapa saja yang meninggalkan dusta sekalipun bercanda”. (HR. Abu Daud dan dinilai hasan oleh Al-Albani)

- Jangan bergunjing, mencela atau mengutuk , jangan bicara kotor/keji.

” Seorang mu’min itu bukanlah pencela atau pengutuk atau yang keji pembicaraannya" (HR Bukhari, disahihkan oleh Al Abani)

-Jangan membicarakan apa yang kamu dengar.

“Cukuplah menjadi suatu dosa bagi seseorang yaitu apabila ia membicarakan semua apa yang telah ia dengar" ( HR Muslim)

- Berbicara yang baik atau diam.  Tinggalkan pembicaraan yang sia-sia.

“Tidak ada kebaikan pada kebanyakan bisik-bisikan mereka, kecuali bisik-bisikan dari orang yang menyuruh (manusia) memberi sedekah atau berbuat ma`ruf, atau mengadakan perdamaian diantara manusia”. (QS. An-Nisa [4]: 114 )

”dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna” (QS. Al  Mukminun [23] : 3).

Barangsiapa yang beriman pada ALLAH dan hari akhir maka hendaklah berkata baik atau lebih baik diam.” (HR Bukhari 6018 Muslim 47)

- Berbicaralah dengan hati yang penuh kasih, sehingga kata-kata yang keluar dari bibir kita adalah kata-kata yang baik dan menyejukkan hati yang mendengarnya.  Saat hati kita dipenuhi rasa jengkel, marah dan benci, diamlah dulu, eliminasi semua perasaan negatif, bila hati kita sudah damai, silahkan berbicara.

Rabu, 07 September 2011

Menjaga Hati Tetap Damai

Saat ada orang lain mengatakan hal buruk tentang kita, atau mengatakan kalimat yang amat menyakitkan, atau memasang bendera kebencian pada kita, maka tugas kita hanyalah menjaga hati kita tetap damai.  Kedamaian hati inilah bekal kita untuk bahagia, karena bahagia ditentukan oleh diri kita sendiri.  Tak perlu membenarkan atau memaklumi sikap mereka, tak perlu mencoba mengerti mengapa mereka melakukan itu semua pada kita.  Hanya  MENJAGA HATI KITA TETAP DAMAI, dan pasrahkan pada Allah segala persoalan.

Kadang kita pernah mengalami disalah fahami orang, lalu mereka mencerca kita atau mengatakan hal yang menyakitkan.  Reaksi pertama kita yang paling bagus adalah menjaga kestabilan emosi dengan mengingat Allah, lalu berdoa agar Allah mendamaikan hati kita.

Bila upaya itu tidak berhasil, maka berwudhulah, lalu shalat dua rakaat. Bangkitkan kesadaran di dalam hati bahwa segala peristiwa dan orang-orang yang hadir dalam kehidupan kita adalah ketentuanNya.  Ikhlaslah akan segala peristiwa yang Allah ijinkan terjadi dalam hidup ini, ikhlaslah akan segala macam perilaku manusia yang Allah takdirkan hadir dalam kehidupan.  Segala hal yang muncul dalam hidup ini sudah berdasarkan kebijaksanaanNya, jadi terimalah dengan tulus sambil bermohon agar Allah membukakan hikmahnya.

Untuk menemukan hikmah dalam peristiwa yang sedang menarik kesedihan kita, kadang memerlukan waktu semenit, sejam, semalam, berhari-hari, bahkan berbulan bulan, kita baru mengerti maksud Allah.  Karenanya kita harus bersabar.

Kadang-kadang kita perlu mengalihkan perhatian dari insiden yang terlihat buruk, walaupun hal yang menyakitkan itu susah sekali hilang, seolah membayangi kita terus, tetaplah berusaha dan berdoa untuk ikhlas, ikhlas akan mendamaikan hati kita.

Menurut hukum gaya tarik menarik, perasaan positif akan mendatangkan hal positif dalam kehidupan. Bila memilih untuk berhati damai, sebenarnya kita sedang merencanakan kehidupan yang penuh nikmat bagi diri kita sendiri.

Hati yang damai adalah hati yang bahagia.  Kedamaian hati dibentuk dari hati yang ikhlas.

Selasa, 06 September 2011

Sedusta Dusta Pembicaraan


Bertemu saudara di Ngantang dalam suasana idul fitri saat aku bersilaturahim ke rumahnya, tentu yang terbayang adalah kegembiraan.  Tapi tidak kali ini, tak kusangka dia memendam kemarahan padaku yang dia ungkapkan di malam yang mestinya menjadi malam yang damai.

Kata dia, beberapa bulan yang lalu dia telepon ke hpku dan sms aku, tapi aku malah mematikan telepon dan tidak membalas smsnya.  Akupun ngotot bahwa aku tidak pernah menerima telepon dan sms dari dia.  Lalu kuingat dulu dia memang tidak punya hp, biasanya kami berkomunikasi lewat telepon rumah.  Jadi saat itu aku memang tidak menyimpan nomer hpnya.  Baru beberapa hari terakhir aku menyimpan nomernya.

Akupun menjelaskan padanya bahwa aku memang saat itu tidak menyimpan nomernya, tapi aku memang sering menerima telepon yang bila kuangkat sambungan langsung putus. Aku sering mengira itu telepon  dari pelanggan atau murid pelatihan "Melukis Kain" yang ingin menanyakan sesuatu.  Biasanya bila telepon itu dari pelanggan, saat gagal menghubungiku mereka akan menelepon ke rumah atau ke hp Lely.

"Masak? wong smsnya sudah terkirim kok", saudaraku itu ngotot. Mo gimana lagi, akupun meminta maaf atas semuanya.
Aku sendiri juga sering mengirim sms yang sudah ada konfirmasi pengiriman, tapi orang yang kukirim sms merasa belum menerima smsku. 

Untunglah, perselisihanku malam itu dipotong oleh suamiku.
"Memang di rumah Pakis sinyalnya tidak begitu kuat, kadang putus nyambung", kata suamiku meredakan suasana.

Sakit sih dituduh seperti itu, aku telah jadi korban buruk sangka.  Untunglah saudaraku itu mau mengerti penjelasan suamiku, sekarang dia jadi baik lagi.

Buruk sangka memang menciptakan permusuhan dan hal lain yang mungkin kita tidak tahu.  

Artinya :“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah kebanyakan dari prasangka, sesungguhnya sebagian dari prasangka adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain dan janganlah sebagian kamu menggunjing sebagian yang lain”. (QS. Al-Hujurat, 49 : 12)

Rasulullah SAW bersabda :“Jauhkanlah dirimu dari prasangka buruk, karena berperasangka buruk itu sedusta-dusta pembicaraan”. (HR. Bukhari dan Muslim)

Bila melihat suatu peristiwa atau kejadian, pikiran kita sering sekali 'lancang' mengambil kesimpulan atau menyalahkan seseorang, padahal semua ini cuma memicu salah sangka dan permusuhan.  Sadarilah makna ayat Allah dan hadist tersebut diatas, kita tak pernah tahu apa yang sebenarnya terjadi, jangan merasa 'lebih tahu dari Allah'.  Jadi tugas kita hanya berbaik sangka saja pada semua hal, teristimewa pada semua kejadian yang ditakdirkanNya.

Syetanlah yang membisikkan dalam hati kita prasangka-prasangka untuk merusak persaudaraan dan merusak tatanan.  Musuh kita adalah syetan, bukan teman, saudara, suami/istri kita.  Saat syetan berbisik, segera istighfar, mengingat Allah dan memohon Allah mengeliminasi perasaan tersebut.

Bila tingkat keimanan kita makin tinggi, maka akan semakin halus suara bisikan setan itu, hingga kadang kita terkecoh, karena menyangka bahwa itu adalah kebenaran hingga kita mengikutinya.  Untuk itu kita mesti lihai dalam mengenali 'gerakan-gerakan' batin kita, apakah digerakkan oleh syetan dan hawa nafsu ataukah digerakkan oleh iman.

Menurut eyang Syamsul'alam almarhum (beliau penulis di majalah jawa 'Panyebar Semangat'), di hati manusia ada 'kedalaman hati' dan ada 'tepian hati'.  Syetan hanya sanggup berbisik di tepian hati.  Bagaimanakah kita mengenali mana kedalaman hati dan mana tepian hati? Ya harus 'menyelam' ke dalam diri sendiri, bertahanuts / meditasi.

Tandanya bila itu bisikan syetan adalah bila sesuatu itu mengarah pada kesedihan, kerusakan, permusuhan, kehancuran, putus asa, khawatir, sakit hati.... dan hal negatif lainnya.  Sebaliknya, bila itu bisikan malaikat dan iman kita, maka arahnya adalah kebahagiaan, kesucian, kemuliaan, ketinggian derajat, kerukunan dan hal positif lainnya.

Minggu, 04 September 2011

Zelika, Rifki dan Pesanan Salah Jatuh

Beberapa waktu lalu temanku di fb "Rumah Hati Yogya" menulis di status tentang Rifki, yang katanya batita 4 bulan yang tidak bisa bernafas dengan normal, karena paru-parunya tertutup nanah. Rifki harus dioperasi, yang membutuhkan dana 35 jutaan, sudah diusahakan mendapat bantuan dari Jamkesmas, tapi kira-kira hanya bisa mendapat dana 5 jutaan.

Saat kubaca status itu, memang terpikir olehku untuk membantu, tapi karena sedang repot sekali di akhir ramadhan, jadi gak sempat-sempat.  Hingga datanglah si cantikku Zelika, mudik.

Aku punya janji pada Zeli akan membelikannya 'sesuatu', Zeli amat menginginkannya sejak lama.  Sesuatu yang diidamkan Zeli itu harganya sekitar 500 ribu an.  Zeli menagih janjiku sewaktu hendak balik ke Yogya, tapi Zeli meniatkan uang itu untuk membantu Rifki ...... Duhai hati... tidakkah kau ingin belajar dari anakmu yang cantik ini?

"Mas, aku mau penuhi janjiku pada Zeli ya", kataku pada suamiku.
"Habis pameran saja, kita masih butuh banyak uang", kata suamiku, betul sekali apa yang diucapkan suamiku, minggu-minggu awal masuknya karyawan nanti biasanya yang besar ya pengeluarannya, karena belum ada piutang, belum ada barang, belum ada pesanan.  Kami musti menyiapkan stock yang banyak untuk pameran tgl 28 september nanti, berarti musti menyiapkan uang untuk belanja bahan dan gaji karyawan. Belum lagi untuk uang saku Zeli dan Aden saat balik ke Yogya dan Bandung. Terbayanglah betapa banyaknya ......

"Tapi Zeli meniatkannya untuk membantu orang. Sekarang saja ya mas? urusan nanti kita pasrahkan Allah saja deh", kataku, suamikupun setuju.

Uang lima ratus ribu plus uang saku aku berikan pada Zeli di pagi sebelum keberangkatannya ke Yogya, sementara ayahnya berangkat membelikannya tiket bis ke Yogya.

Sore harinya, kami kedatangan tamu, selain untuk bersilaturahim di hari raya, beliau juga memesan seragam sebuah organisasi.  Lucunya, Cantiqku ini terkenal sebagai butik dengan disain yang terbatas, dengan ciri khas lukisan tangan, batik tulis, manik manik dan sulam tangan, tapi pesanan yang datang kali ini kok ..... hehehe..... seragam laki-laki untuk sebuah partai X.  Mustinya pesanan seperti ini jatuhnya ya ke konveksi, bukan ke butik lah pak....  Tapi karena aku yakin bisa mengerjakannya, ya ku iyakan saja, wong pesanannya untuk se kabupaten Malang, sekitar 5000 potong !!!!! Di kasih DP 50% minggu depan.

Dengan pesanan 'salah jatuh' ini aku tidak perlu lagi dipusingkan dengan uang, Allahu Akbar!!

"Padahal baru meniatkannya, belum lagi uangnya dikasih ke dik Rifki ya buk", kata Zeli, benarlah apa yang dikatakan Zeli.

Zelipun ke Yogya malam itu, siangnya dia diantar mas Ruly, pengelola 'Rumah Hati Yogya' ke RS Dr Sarjito untuk bertemu Rifki.  Lagi-lagi emosiku musti diaduk-aduk lagi, karena cerita Zeli tentang bayi ini lebih detail dan lebih menghujam perasaan.

"Zeli ijin beli baju buat dek Rifki ya.... pakek uang sangu ... tak irit-irit ntar sisanya .... kasian gak punya sarung tangan.... sama bajuke ki wis jelek buk .... biar ibuke gak nyuci-nyuci terus juga .... boleh ya buk?", ini bunyi sms Zeli ... dan berjatuhanlah air mataku.... 

Rifki dan Zeli, telah mengajarkan arti tulus ikhlas dan persaudaraan ..... Sungguh tak ada suatu peristiwa yang tak berarti di bumi ini, termasuk sakitnya Rifki, semua berjalan sesuai dengan kehendakNya. Rifki telah memanggil banyak orang untuk menjadi dermawan. Rifki juga telah mengajarkanku tentang balasan Allah akan ketulusan. Moga Rifki bisa segera dioperasi dan sembuh dengan kehendakNya.

 UPDATE from facebook: Rupiah Untuk Operasi Rifki

1. Biaya Operasi 35 juta rupiah
2. Biaya Perawatan s/d hari ini 10 juta rupiah
3. Jumlah donasi yang telah diterima Rp 4,850 ,000
... 4. JAMKESOS 'hanya' menyanggupi 5 juta rupiah dari maksimal bantuan yang diharapkan sebesar 10 juta rupiah.

Mari salurkan donasi melalui rekening:
MANDIRI 1360005513954 a/n. Ruly Artha
BCA 4451095654 a/n. Suharyanto SE

CP: 0812-1871-0389
 

Sabtu, 03 September 2011

Tukang Sayur Dan Pakdhe Newton

Pagi-pagi di Ngawi, di penghujung ramadhan. Kulihat siluet seorang wanita berdiri di depan pintu, akupun datang menghampiri.  Dia mencari mbah yut, nenek suamiku, kubilang mbah yut ke Magetan.  Tapi dia bilang," Mbah yut pesan ini", katanya sambil menunjukkan dua buah benda di tangannya.  Oh, baru kusadar, wanita ini tukang sayur langganan ibu mertuaku.

"Berapa?", tanyaku menanyakan harga pesanan mbah yut.
"Empat ribu", katanya lalu segera kubayar.  Bersama mbak Lis, kakak iparku yang juga mudik, akupun belanja sayur dan ayam, tapi mbak Lis yang bayar belanjaan kami berdua.

Saat mbah yut pulang dari Magetan, mbah malah tidak mengaku kalau pesan sesuatu ke tukang sayur itu.
"Lontong sama cincau ini ta?", tanya mbah yut,"Tadi berapa?".
"Empat ribu".
"Haah? mahal sekali....", potong mbak Lis, "Tadi aku beli lontong seribu".
"Yaaa.... cincau sekecil ini mestinya cuma limaratus rupiah".

Akupun tertawa lebar, nyadar bila sudah dimahalin sama tukang sayur, mungkin 'potongan'ku kelihatan banget kalau tidak pernah belanja dan tidak tahu harga.  Orang kayak gini memang enak jadi sasaran 'pemerasan'....hehehe.

"Gak usah belanja ke dia lagi, tukang sayur yang lain masih banyak", kata ibu mertuaku.  Akupun mulai menghitung-hitung, hari ini wanita tukang sayur itu bisa meraup untung ratusan persen dariku, tapi dia bakalan merugi kehilangan seorang pelanggan, yaitu ibu mertuaku yang suka royal belanjanya. Untungnya cuma sekali, ruginya banyak kali....... siapa mau?

Tukang sayur itu mungkin belum pernah berkenalan dengan pakdhe Newton, makanya tidak pernah tahu hukum aksi reaksi yang bunyinya kira-kira :  bila kita memberikan sebuah gaya kepada sebuah benda, maka benda itu akan memberikan gaya yang sama, hanya arahnya yang berlawanan.  Coba saja meninju tembok ....... , pasti sakit ... hehehe, rasa sakit itu menunjukkan bahwa tembok memberikan gaya kepada anda yang besarnya sama dengan gaya yang anda berikan ke tembok, hanya arahnya berlawanan, anda ke arah tembok, tembok kearah anda.

Rasanya semua orang di dunia yang sudah pernah 'makan sekolahan' tahu dengan hukum Newton III ini, yaitu hukum  aksi = -reaksi, tapi tidak semua orang tahu bahwa hukum Newton ini bukan hanya berlaku di alam fisik/benda, melainkan juga di alam kehidupan sosial. Buktinya ya itu tuh, tukang sayur langganan ibu mertuaku.

Merugikan orang lain berarti merugikan diri sendiri.  Menolong dan membantu orang lain berarti menolong dan membantu diri sendiri.  Agar semakin banyak kebaikan terjadi dalam hidup kita, kita musti banyak memberi kebaikan kepada orang lain dan alam semesta.

Dalam kenyataannya, kita suka sekali pelit berbuat kebaikan, sementara kita merasa sudah murah hati.  Padahal kebaikan sekecil menyingkirkan duri di jalan sudah merupakan kebaikan yang bernilai di hadapan Allah. Kita umumnya suka menghitung dan merasa rugi telah berbuat baik, misalnya aku nih..... untuk menyetrika sepotong baju yang segera kupakai, aku suka menyuruh bu Kot, padahal orangnya sedang sibuk dan aku sebenarnya bisa mengerjakannya sendiri .... pelit kan?  Coba cari sendiri 'kepelitan-kepelitan' yang tersimpan di hati anda.

Sering terjadi bila kita berbuat baik dengan ikhlas, reaksi yang kita terima jadi berlipat ganda, ibarat bersedekah 1 rupiah, kembali ke kita 1000 rupiah.  Bukan berarti hukum aksi reaksi tidak berlaku lagi, karena Allah memperhitungkan kekuatan gaya ikhlas, bobot ikhlas yang luar biasa menciptakan reaksi yang luar biasa  pula. Betapa Allah amat teliti perhitungannya, sampai hal selembut perasaanpun diukur dan dibalas dengan adil.  

Kadang-kadang orang berbuat baik, tapi suka menyebut-nyebut pemberiannya, bahasa jawanya ngundat undat. Aku sering mendengar kalimat seperti ini : "Aku tuh gak kurang-kurang nolong dia, tapi yang ditolong malah .......".

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima).” (Al-Baqarah: 264)

Setiap manusia terikat dengan hukum-hukum yang Allah ciptakan, termasuk hukum aksi reaksi Newton itu.  Karenanya bila menemukan hal-hal yang tidak menyenangkan yang terjadi dalam kehidupan, jangan buru-buru menyalahkan orang lain, mungkin anda pernah memberikan aksi negatif sehingga andapun menerima hal negatif.

Sudahkah kita banyak melakukan kebaikan hari ini?

Jumat, 02 September 2011

Biar Hati Yang Memimpin

Hari raya di rumah ibu Ngantang, seorang lelaki tinggi besar datang mengucap salam, beliau adalah sahabat bapak yang kukenal sejak aku kecil, pak Mansyur Ghozali.  Beliau langsung mencari bapak ke ruang keluarga.
"Jangan dibangunkan", katanya begitu melihat bapak sedang tertidur di depan tivi.

Akupun menemani pak Mansyur mengobrol, beliau bercerita tentang putra putrinya.  Ada satu kalimatnya yang membuat hatiku turut merasakan kesunyian ,"Sekarang tinggal aku dan bapakmu teman seusia yang masih hidup, semuanya sudah tiada", kata beliau.

Ditinggalkan banyak sahabat untuk selama-lamanya, betapa sunyinya .....  Aku jadi teringat pagi tadi saat belanja ke pasar, ada sebuah toko tutup yang saat aku melewatinya membuat hatiku sunyi dan kehilangan.  Biasanya bila melewati toko ini, ibu pemilik toko yang ramah menyapaku dan menanyakan kapan aku datang? apakah bersama suami dan anak-anakku? bagaimana kabarku dan anak-anak? Sebuah perhatian yang hangat.  Kamipun bersalaman, kadang aku belanja juga disini.  Sekarang semua itu tinggal kenangan yang menyisakan kesunyian, karena ibu itu telah berpulang ke rahmatullah.

Tiap kali mudik lebaran ke Ngantang, aku dan mas Hary biasa 'menggiring' keempat anak-anakku bersilaturahim ke tetangga-tetangga.  Dan rasanya selalu ada cerita kehilangan, kebanyakan memang orang tua yang meninggal, tapi bukan berarti yang muda luput dari maut.  Dimanapun kita bersembunyi, kematian akan datang, setiap jiwa akan merasakan mati, sunyi dan sendiri.

Kesunyian yang dirasakan oleh orang-orang yang ditinggalkan barangkali tak bisa dibandingkan dengan kesunyian si mati di alam kubur. Kita tak bisa membayangkan bagaimana keadaan kita dan siapakah yang menjadi teman kita di alam kubur.  Apakah amal shaleh yang menjadi pendamping setia kita, ataukah setumpuk dosa?
Saat jazad kita terkubur kaku di tanah, apakah bumi akan memeluk kita dengan hangat sehangat buaian bunda? ataukah akan meremuk redamkan tulang belulang kita?

Bila aku mengambil kesimpulan tentang 'teman' kita sesudah mati dari ayat-ayat Al Qur'an dan hadist (mudah-mudahan kesimpulan ini benar, dan bila benar itu adalah dari Allah), teman kita adalah totalitas kehidupan yang kita jalani. Maksudku, keseluruhan diri kita yaitu perasaan, pikiran dan perbuatan kita yang bekerja bersama-sama melakukan sesuatu. Totalitas saat shalat disebut khusyu', totalitas dalam memberi disebut ikhlas, totalitas dalam melayani sesama disebut tulus.

Shalat bisa menjadi 'teman' dan menjadi pembela kita, hanya bila dilakukan dengan khusyu'.  Bila tidak, kita disebut orang yang lalai dari shalat dan kitapun tidak mendapat apa-apa selain menggugurkan kewajiban. 
Khusyu' berarti hati yang selalu hadir di setiap ucapan dan gerakan yang kita lakukan dengan tuma'ninah, dengan rela, tanpa tergesa sedikitpun, pikiran kitapun tidak mengembara kemana-mana karena terfokus pada shalat kita.

Selama ini kita berusaha mencapai khusyu' dengan jalan lisan mengucapkan, hati mengartikan dan gerakan tubuh mengikuti.  Dalam prakteknya, aku sering merasa kesulitan untuk khusyu' dengan cara seperti ini.  Aku punya cara sendiri untuk khusyu', yaitu dengan jalan membiarkan hati/perasaan yang memimpin, lidah dan anggota tubuh hanyalah mengikuti, pikiran hanya bertugas untuk menghitung jumlah rakaat dan hafalan bacaan shalat. 

Saat kita ucapkan takbir dan niat shalatpun terucap dalam hati, saat inilah kita mulai mengaktifkan hati kita, agar melakukan 'kontak batin' dengan Allah. Pelihara terus agar hati tetap memimpin, lidah kita hanyalah mengikuti 'suara hati', gerakan yang kita lakukan akhirnya penuh ketenangan (tumakninah).

Totalitas kitalah yang menjadi pendamping setia sesudah mati.  Selain shalat, seluruh aktifitas kehidupan yang dilakukan dengan total akan mendampingi kita. Contohnya aktifitas sebagai ibu rumah tangga yang dengan segenap hati  melayani suami dan anak-anak.  Totalitas sebagai ibu bukan ditandai dengan mencurahkan seluruh waktu, melainkan dengan seluruh hatinya, masalah 'metode pelaksanaan' secara otomatis akan mengikuti pimpinan hati.

Seorang wanita yang full time menjadi ibu rumah tangga, tapi tiap hari mengeluh tentang kenakalan anak-anaknya, tentang repotnya mengatur keuangan keluarga, tentang sikap suaminya..... dll, bukanlah ibu yang total. Sayang sekali karena jerih payahnya menjadi ibu tak ada nilainya di hadapan Allah gara-gara keluh kesah yang tidak berguna.  Ingatlah amalan yang diterima Allah hanyalah amalan yang dilakukan dengan ikhlas.

Jangan meremehkan kebaikan sekecil apapun yang dilakukan dengan ikhlas. Misalnya saat bermain dengan anak kita, lakukan dengan penuh kegembiraan dan kebahagiaan, karena anak adalah amanah Allah, menemani mereka tumbuh dan berkembang merupakan hal besar dan penting.  Kadang saat bermain dengan mereka, pikiran melayang ke pekerjaan atau hal lain, lalu merasakan bahwa waktu bersama anak hanyalah waktu yang terbuang karena tidak ada nilai ekonomisnya, rugilah kita dunia akhirat. 

Banyak hal dalam hidup terjadi setiap hari, cobalah lakukan dengan total, biarkan hati yang memimpin, agar semua yang kita lakukan bisa menjadi teman saat kita sendirian di alam kubur.

Totalitas bukan hanya dilakukan saat berbuat baik, saat berbuat dosa biasanya lebih mudah untuk total. Sebagai konsekuensinya, dosa-dosa kitalah yang akan menjadi teman kita di alam kubur.  Silahkan memilih sendiri, amal baik atau buruk yang akan menemani kita nanti.

Hidup adalah ibadah yang akan kita bawa mati.  Bila hidup kita dalam sehari 24 jam, berapa jamkah yang merupakan ibadah kita?  5 x 5 menit? saat terjaga 12 jam?
Bila ingin jam demi jam, menit demi menit, detik demi detik yang kita lalui menjadi ibadah kita, cobalah untuk total / khusyu' / ikhlas / tulus. Jadikanlah hati / nurani  menjadi pimpinan yang menggerakkan pikiran dan tubuh kita.

Hati / nurani kita adalah pemimpin yang selalu benar, karena di dalamnya ada miniatur sifat-sifat Allah saat ruh ditiupkan ke tubuh.  Hanya hati yang keras, hati yang tertutup, hati yang berpenyakit membuat manusia tidak bisa lagi mengenali nuraninya.

Kamis, 01 September 2011

Permintaan Terakhir

Met hari raya Iedul Fitri 1432 H, sahabatku tercinta dan terindu ...... biarpun telat... mohon dipersorry, mudik sih ...... mohon maaf lahir batin, semoga Allah menerima amalku dan amalmu.

Sahabatku,
Saat bersantap sahur, biasanya apa yang dilakukan? Makan sahur lalu meniatkan puasa besok? Ditambah berdoa?  Yah, makan sahur memang mengandung berkah, termasuk sahur untuk puasa sunnah, dan berdoa saat sahur merupakan doa yang dianjurkan.

Ketika waktu sahur (akhir-akhir malam), mereka berdoa memohon ampunan” (QS. Adz Dzariyat: 18)

Rabb kita turun ke langit dunia pada sepertiga malam yang akhir pada setiap malamnya. Kemudian berfirman: ‘Orang yang berdoa kepada-Ku akan Ku kabulkan, orang yang meminta sesuatu kepada-Ku akan Kuberikan, orang yang meminta ampunan dari-Ku akan Kuampuni‘” (HR. Bukhari no.1145, Muslim no. 758)

Karenanya aku selalu berdoa meminta apa saja kepada Allah saat sahur, terlebih lagi saat sahur di bulan Ramadhan, saat semua doa diijabah Allah.  Banyak permintaan telah kupanjatkan sesuai dengan kondisi jiwaku saat itu.  Saat sahur terakhir di ramadhan tahun ini, saat aku merasa segera berpisah dengan ramadhan yang penuh rahmat, akupun melantunkan permintaan terakhirku.

Permintaan terakhirku di ramadhan tahun ini adalah agar Allah menjadikanku orang yang menyucikan jiwanya.  Coba buka Al Qur'an surat Asy Syams. Allah mengilhamkan kepada jiwa, kedurhakaan dan ketakwaan, dan beruntunglah orang yang menyucikan jiwanya.

Menyucikan jiwa, bukan berarti jiwa kita tak pernah tersentuh kekotoran. Kekotoran itu ada atau pernah ada, oleh karenanya kita bersihkan.  Cara paling umum menyucikan jiwa adalah dengan banyak istighfar dan berniat kuat untuk tidak mengulanginya lagi.  Selain itu ada cara yang lebih khusus sesuai dengan jenis kekotorannya, ini berdasarkan pengalamanku sendiri sih.

Kadang membersihkan jiwa cukup dengan meluruskan arah tujuan kita, bila arah tujuan kita tak lagi kepada Allah.  Tak dapat dipungkiri bila dalam perjalanan kita mengabdi pada Allah, sering terjadi pembelokan arah, contohnya : ada orang yang bangun tengah malam, bertahajud dan berdoa untuk kecelakaan orang yang memusuhinya, ada orang yang bersedekah untuk disebut dermawan, ada yang berbuat baik demi seseorang. Contoh lainnya bisa kita temui setiap hari dan juga dalam diri kita, tandanya bila arah tujuan kita tak lagi untuk Allah.  Syaitan dengan begitu halus dan nyaris tidak kentara berusaha membelokkan arah, untuk itu kita musti selalu berusaha agar Allah saja yang mewarnai dan menguasai hati kita. Makanya mengucap basmalah saat mengerjakan segala sesuatu menjadi penting, resapi makna kalimat basmalah di kedalaman hati kita, bukan hanya terhenti di bibir saja dan perbanyak mengingat Allah.  Aku sendiri suka menyanyikan asmaul husna sambil mengerjakan sesuatu, asma Allah mempunyai dampak yang luar biasa dalam kehidupan. Silahkan mencoba menghafalkan asmaul husna yang bisa ditemukan di youtube, aku suka asmaul husna ESQ, karena lengkap dengan artinya dan lagunya tidak terlalu cepat. 

Termasuk menyucikan jiwa bila kita dengan rela menghilangkan/membuang bermacam penyakit hati, seperti iri, dengki, ujub, takabur, atau cinta yang tidak pada tempatnya. Kadang kita ingin sekali menghilangkan penyakit hati ini, tapi tidak tahu caranya, batin kita seolah dicengkeram perasaan negatif dan kita tidak berdaya lalu dipermainkan perasaan kita. Apakah kita bahagia dengan perasaan ini? tentu tidak bukan?

Memang menyucikan jiwa itu berat, karenanya kita harus memohon pertolongan Allah dengan mengakui segala kelemahan diri.  Biarkanlah hati kita memohon dengan air mata yang menghiba.  Hanya dengan pertolongan Allah dan tekad yang kuat kita bisa keluar dari lumpur noda kekotoran jiwa.

Jiwa yang tersucikan adalah jiwa yang terjauhkan dari hal rendah.  Banyak contoh hal rendah yang harus kita sucikan, hal rendah itu mungkin sesuatu yang bila orang lain mengetahuinya kita akan merasa malu, bila pasangan kita mengetahuinya maka kita takut dia akan marah dan membenci kita.

Namun dalam hidup ini kita pasti diujiNya, dengan berbagai hal dan peristiwa yang menjadi bukti, apakah kita orang yang menyucikan jiwa atau sebaliknya.  Bertekatlah untuk lulus dalam ujian ini, karena bila tidak maka kita akan menjadi orang yang merugi dan menyia-nyiakan umur dan kesempatan yang Allah beri.

Pernah kutemui di sebuah majalah wanita, di rubrik konsultasi seksologi, ada seorang lelaki yang bertanya tentang kebiasaannya membayangkan wanita lain saat berhubungan intim dengan istrinya. Coba tebak apa yang terjadi dengan jiwanya .....
Menurutku, bukan berarti istrinya tidak menarik, tapi kekotoran jiwanya telah menutup pandangnya sehingga tidak bisa melihat keindahan dan kebaikan wanita yang telah Allah takdirkan untuknya.
Ibarat saat langit cerah, udara segar, bunga warna-warni dengan kupu-kupu yang beterbangan lincah dari satu bunga ke bunga lainnya. Bagi orang yang sedang dirundung duka, alam secerah ini di matanya menjadi gelap dan muram.

Menyucikan jiwa bagaikan menyibak tirai pandang kita, sehingga pandangan kita menjadi lebih tajam dan lebih jauh daya jangkaunya.  Dengan kemampuan seperti ini kita akan lebih bahagia dan lebih sukses di dunia dan di akhirat, bahkan sejak sekarang kita akan melihat keindahan takdirNya. Makanya orang yang menyucikan jiwanya dikatakan sebagai orang yang beruntung.

Jiwa yang kembali suci inilah yang merupakan 'ijazah' saat keluar dari 'sekolah kepribadian' Ramadhan, kemenangan menjadi miliknya, jiwanya menjadi jiwa yang indah, merdeka dan bahagia.