Selasa, 29 Maret 2016

Ketika Gagal


Dear sahabat Innuri.
Sore ini mendung , satu persatu karyawan sudah pada pulang , satu persatu peserta pelatihan WIM juga sudah pada pulang . Hingga tersisa bu Warni yang bersih-bersih dan bu Kot yang nyuci peralatan dapur. Alni yang berlarian , Insan yang mendekam di kamar dan aku ..... yang galau.

Pasalnya barusan nego dengan pelanggan dan gak deal ! Transaksinya belasan juta (bagiku banyak sekali) dan ilang deh .... Hiks .... aku yg terlalu jual mahal dan pelanggan yang tak mengerti pengerjaannya musti beberapa tahap dan makan waktu dan tenaga. Perpaduan yang pas bukan ?

Aku nyesel juga , kenapa gak mau turunin harga dikiiit aja biar pesanan deal ? Wong aku udah untung kok ....

Dan sore ini aku berpacu dengan hatiku , meredam gejolaknya dengan mengingat Allah , mengingat ayat yang bilang agar  jangan terlalu sedih dengan apa yang hilang dari kamu , karena semua itu sudah tertulis dalam rencanaNya.

Perlu proses karena kecewa akan ketidak mampuan diri sendiri ini begitu menyiksa , teristimewa karena aku butuh pekerjaan untuk karyawanku.

"Hibur aku ya Allah", pintaku dan perlahan lahan hatiku mulai tertata, bisa kembali menatap dengan jernih. Telah aku lakukan yang terbaik , bila itu memang rejekiku , pasti Allah datangkan walau dihalangi oleh orang sekampung sekalipun . Bila bukan rejekiku , biarpun sudah hadir di depan mata , pasti tak dapat kuraih.

Allah melapangkan dan menyempitkan rejeki bagi siapa yang dikehendakiNya.

Akupun mensyukuri segala hal yang aku lakukan hari ini , bisa berbuat baik dalam keterbatasan , itu adalah nikmat Allah yang tak terperi. Bisa bermanfaat untuk banyak orang , itu adalah karunia yang lebih besar daripada sekedar melakukan sesuatu untuk diri sendiri. Itulah rejekiku saat ini .

Sesuatu itu kecil atau besar , tergantung dari sudut mana memandangnya. Orang bilang kecil tapi berkah. Aku bilang kecil yang disyukuri , maka menjadi besarlah dalam pandangan.

Kecil atau besar itu versi siapa ? Versi manusia atau versi Allah ? Bila ingin memperoleh yang besar versi Allah , maka tepiskan sudut pandang materi , ukur dengan jauh dekatnya diri dengan Allah. Ukur dengan semakin dalamnya pengenalan kita akan Allah.

Bila sebuah peristiwa bisa mengantarkan kita pada pengenalan yang lebih mendalam tentang Allah , maka peristiwa itu adalah karunia yang besar dan keuntungan yang besar buat kita.

Bila sebuah peristiwa membuat kita begitu gembira karena materi yang menyertainya , berhati-hatilah , jangan-jangan Allah sedang mengetest , apakah asmaNya masih nomor satu di hati kita ? ataukah sudah tergeser oleh materi ?

Allah , ampuni. Hanya kepadaMu kami berharap.





Minggu, 20 Maret 2016

Pertolongan Waktu


"Biarlah , semua pasti membaik seiring berjalannya waktu", banyak kudengar ungkapan seperti ini dan ungkapan seperti di bawah ini.
"Aku masih punya waktu , kukira semua bisa terkejar".
"Masih ada waktu untuk mencapai target".

Siapa sih yang tidak membutuhkan waktu ?
Yang salah adalah bila di pikiran kita tersetting waktu akan menolong karena waktu bukanlah penolong , hanya Allahlah penolong , dan Allah tidak membutuhkan waktu. Yak , bila ingin memahami cara kerja Allah dan bukan cara kerja logika , maka Allah tidak bergantung pada waktu.
Camkan ini.

Mungkin ada yang bertanya , bukankah Allah menciptakan langit dan bumi dalam enam masa ? Yang berarti ada waktunya saat Allah mencipta sesuatu ?

Allah itu maha kuasa , mau mencipta dengan melewati waktu atau tinggal kun fayakun , itu hak Allah. Allah sendiri punya sifat tidak tergantung kepada sesuatupun , termasuk waktu . Jadi bebaskan pkiran dari waktu walau kita menempuh kehidupan dari waktu ke waktu. Jangan waktu menjarakan pikiran kita.

Pernahkah kalian merasa bahwa masalah bisa terselesaikan dengan pertolongan waktu ? Barangkali luapan emosi yang mereda dengan bantuan waktu , atau masalah finansial yang teratasi dengan waktu yang lebih panjang , atau apa saja yang intinya di dalam pikiran kita waktu bisa menolong.

Sedangkan pertolongan Allah tidak membutuhkan waktu. Maka sandarkan diri hanya pada Allah , biar gak kecele.


Sabtu, 12 Maret 2016

Jatuh Cinta Pada Allah

Hal apa yang teramat manis yang pernah kita rasakan ?
Saat jatuh cinta ? Jatuh cinta pada siapa ? Inilah kisahku.

Aku hafal surat al muzammil , yang isinya perintah untuk bangun malam , seperdua malam atau dari seperdua itu dikurangi sedikit. Hafal tapi tidak mengamalkan .... dan aku merasa malu.

Bila malam dimulai jam 7 sampai jam 4 pagi , maka lamanya malam adalah 9 jam . Berarti seperduanya 4,5 jam , sepertiganya adalah 3 jam. Dan selama itulah kita shalat dan bermunajat pada Allah, bila ingin menjalankan seperti ysng tertulis di surat al muzammil. Tapi bagi diriku bisanya sepertiga malam aja masih  dikurangi banyak ....

Dan biasanya dalam kondisi kepepet baru bisa melakukan,  bangun malam dan membaca istighfar , dzikir  ratusan kali , al fatihah , al ikhlas dan mengadukan halku pada Allah. Terimakasih sekali  buat ujian dan cobaan yang telah membuatku mendekatiNya.

Dan ternyata setelah dijalankan , yang dicari malah bukan solusi dari permasalahan. Yang dicari malah nikmat dekatnya diri dengan Allah. Nikmatnya merasakan Allah 'berbicara' pada kita , dan bilang bahwa Dia mencintai dan menjaga kita. Dan itulah rasa jatuh cinta yang paling indah , sekaligus paling susah didapat.

Jadi buat kalian yang pernah curhat :"Sudah rajin tahajud kok masalah gak kunjung selesai", inilah jawabannya. Lakukan tahajud dan dzikir sampai kalian merasa bahwa dekatnya diri dengan Allah itu lebih penting dari terselesaikannya masalah. Rasakan keindahan dekat dengan Allah.

Walau sering setelah memperoleh keindahan itu, persoalan-persoalan dunia masih suka datang menyerang dan merusaknya. Bila ini terjadi , hati harus dilembutkan lagi , mendekatiNya lagi bila mungkin sampai bisa merasakan sel sel tubuh kembali dalam harmoni dzikir. Basuh dengan istighfar agar sel sel resah, khawatir , menyesal , tidak terima , dan hal negatif lainnya tereliminasi dan kembali dalam harmoni.

Yak , aku bilang harmoni, harmoni dengan alam semesta. Karena hanya dengan harmoni kehidupan kita akan bergerak maju, bila tidak , maka kita akan terpental dan terhempas dan masuk dalam 'recycle bin' , oh tidaaak !

Di setengah atau sepertiga malam terakhir itulah sebenarnya kita sedang membuat kesepakatan dengan Allah , kesepakatan bahwa kita akan mempersembahkan hidup untukNya dan Dia akan memberikan kehidupan yang indah kepada kita.

Saat hening di malam sunyi , mohonlah agar Allah membasuh diri dengan kesucian . Hanya hati yang bening yang bisa menangkap kata kata cinta kasihNya , hingga hati bisa jatuh cinta dan merindukanNya. Inilah keindahan sejati !




Malulah pada hujan

Ada status seorang teman yang aku lupa siapa dia , bunyinya begini : "Lakukan kebaikan seperti hujan , yang tak peduli dia jatuh kemana".

Mak jleb banget buatku karena .....

Aku dan suami sering sengaja masuk pasar , mencari mbok pedagang yang sudah tua dan biasanya dagangannya sedikit . Kubayangkan untungnya juga sedikit banget. Biasanya aku membeli dagangannya 2000 rupiah dan aku bayar dengan uang 20 ribuan tanpa minta kembalian.

Diantara mereka , ada yang matanya berkaca-kaca menerima kebaikanku. Ada yang cuek dan malah ngrumpi dengan temannya. Ada yang menatapku keheranan. Ada yang berterimakasih sambil mendoakan aku. Ada yang bersikap biasa-biasa saja.

Dan aku .... biasanya tidak membeli lagi ke orang yang cuek dan malah ngerumpi. Sambil berpikir , oooh ternyata manusia yang tidak pandai berterimakasih itu rejekinya dikit.

Hmmm ..... Bagaimana dengan kalian ?

Bagi diriku , ketika aku masuk pasar dan berdoa pada Allah agar Dia menuntunku untuk menyampaikan sedekahku ke tangan yang tepat.  Saat itulah mestinya aku tidak mempedulikan reaksi orang yang menerimanya. Dan aku malah sibuk menganalisa sikap mereka dan hubungannya dengan rejeki.

Malulah pada hujan , sedangkan hujan tak pernah peduli ke bumi mana dia diturunkan Allah.






Hampir Kena Tipu

Pengusaha mana sih yang tak senang dengan orderan banyak ? Dalam bisnis baju , satu transaksi dengan nilai puluhan juta itu sesuatu banget. Baju seharga ratusan ribu dan pesanannya lebih dari seratus potong , itu wow banget bagiku. Tapi ternyata itu ulah penipu ! Kisah lengkapnya ada di instagramku.

Modus baru mungkin , mereka bilang aku harus ke Banjarmasin untuk tanda tangan MOU . Lalu mereka memesankan tiket pesawat dan aku disuruh transfer. Aku yang mulai curiga minta dibayarin dulu aja tiket pesawatnya. Bahkan aku bilang mau pesan tiket sendiri (untungnya belum pesan)  Eh , mereka bilang biaya travelnya dari bandara ke lokasi 125 ribu dan aku diminta transfer, aku bilang mau bayar di tempat. Dan ujung ujungnya minta pulsa .... hahaha.

Pekerjaan yang rapi dari 2 orang penipu, tapi mereka dah habis pulsa banyak tuh karena 2 hari terus menerus membicarakan pesanan.

Buat kalian sahabatku , kalau mendengar kata transfer dan pulsa , itu sih sudah tanda tandanya penipuan , jadi yaaaaa .... jangan sampai transfer atau kirim pulsa.

Hati-hati yaaa !

Kamis, 10 Maret 2016

Menatap Jujur Wajah Dunia


Walau sejak berpuluh tahun lalu , aku diperkenalkan dengan istilah "lepas dari belenggu dunia" yang dalam bahasa jawanya "lepas saka bebendhune donya". Dan sejah berpuluh tahun lalu pula aku ingin seperti itu. Tapi kenyataannya sampai sekarang aku masih dalam proses memahaminya.

"Allah , tolonglah agar dunia ini tidak membebaniku", doa yang begitu mendesak kuungkapkan padaNya.

"Aku hanya ingin menghilang dalam diriMu, lenyap untuk menyatu denganMu", itu adalah doa yang sering aku panjatkan.

Dunia ini hanya siksaan , keberlimpahannya membuat kita sombong dan merendahkan orang lain. Kekurangannya membuat kita nelangsa sedih khawatir dan takut . Jadi tidak ada yg menarik dengan dunia.

Apakah ada yg berpikir bahwa memiliki dunia menjadikan kita bersyukur ? Ehm ehm .... kubilang , jangan sampai kita bersyukur karena dunia ! Itu membuat kita tidak bersyukur dengan kehilangannya ... dan itu sama saja dengan menuduh Allah tidak adil karena orang yang sedikit punya dunia jadi sedikit syukurnya dong ! .... dan rasa syukur seperti itu menjadikan orang tak berpunya jadi iri. Jadi bersyukur itu ya karena Allah . Bersyukur yang paling tinggi adalah bersyukur karena kita punya Allah.

Jadi , lintasi saja dunia , hanya tempat melintas .... sesaat . Bila bisa memposisikan diri (hati dan pikiran) di gelombang 'melintas' ... saat itulah  dunia melepaskan  cengkeramannya , dan tak lagi menjadi beban buat kita.

Yang penting dari dunia , baik keberadaannya atau ketiadaannya adalah,  apakah itu bisa menyampaikan kita kepada Allah ? Itulah yang perlu disyukuri dari dunia, karena dia telah menyampaikan kita pada Allah.