Kamis, 24 Desember 2015

Antara Mikir Dan Bicara

Dear sahabat Innuri,

Aku punya sahabat yang cerewet banget dan mengaku kalau dirinya cerewet. Lantas aku bilang ;"Itu sih perlu terapi untuk menekan hasrat ngomong".

"Iya kayaknya ", jawabnya.
"Coba ditulis saja apa yang mau diomongkan", kataku.
"Atau direkam saja yaaa, ntar kalau sudah layak dengar , baru disiarkan ", katanya disusul tawa berderai .... hahahaha.

Bila kuamat-amati, ada beberapa tipe orang dalam pola bicaranya.  Ada yang mikir dulu sebelum bicara , mikirnya pakai lama pula, ada orang yang bicara sambil mikir, dan ada orang yang bicara gak pakai mikir, yang penting nafsu bicaranya terpuaskan.

Kita termasuk yang mana ya ?  Atau kita termasuk manusia kadang-kadang ,  kadang mikir dulu sebelum bicara , kadang tidak, kadang pula bicara sendiri, kadang bicara sama cermin  ... hahaha ...

Bicara itu ada pembicaraan ke luar , ada pembicaraan ke dalam.  Pembicaraan ke luar itu bicara ke orang lain atau makhluk lain baik pakai suara atau gak pakai suara ... hm hm hm ...emang ada bicara tanpa suara ? Ya ada dong, ya  ditulis ... kayak aku sekarang, bicara di blog .  Pembicaraan ke dalam berupa pembicaraan pikiran , pembicaraan hati , antara diri kita dengan hati atau pikiran kita . Pembicaraan dengan Allah termasuk pembicaraan ke dalam yang lebih dalam daripada pembicaraan hati, pembicaraan ini bisa amat indah.

Perlukah mikir dulu sebelum bicara ? Perlu banget .... biar gak salah bicara, biar pembicaraan bermanfaat dan biar tidak menyakiti orang lain dengan mulut kita, biar tidak terjebak dalam dosa seperti ghibah, mencela , menghina , perselisihan dan perdebatan,  dll.

Lantas, point apa yang menjadi pertimbangan ? Diantaranya , kita selayaknya membicarakan sesuatu yang  baik dan benar , membicarakan hal yang benar-benar kita ketahui , bila menyangkut topik tertentu , sebaiknya itu topik yang kita kuasai.  Kita juga mesti memperhitungkan perasaan orang lain , jangan sampai menyakiti orang lain. Jangan bicara yang menimbulkan dosa , seperti dusta, ghibah (rasan-rasan) , mencela , menghina dan merendahkan orang lain, dan hindari juga pembicaraan yang memicu perdebatan dan perselisihan.  Bila ingin mengkritik atau mengingatkan orang lain, sebaiknya disampaikan dengan kalimat dan intonasi yang  baik , tanpa emosi dan dengan penuh kasih sayang. Menghargai pendapat orang lain juga salah satu etika dalam berbicara.  Susah ? iya ... hehehe

Biar mudah, kita harus sering melakukan pembicaraan dengan Allah , agar Allah selalu menuntun tutur kata kita, bicara ke dalam dulu sebelum bicara ke luar.

Pertanyaan selanjutnya adalah : "Lebih banyak  mana waktu kita untuk bicara dengan Allah atau dengan makhlukNya ? ".  Jawabannya mudah ditebak, pasti lebih sedikit waktu kita bicara dengan Allah, padahal salah satu hal yang mengantarkan kita pada keberuntungan adalah banyak-banyak  mengingat Allah, yang berarti tidak sekedar mengingat, melainkan berkomunikasi , bicara dengan Allah lebih banyak dibandingkan bicara dengan selainNya.  Jadi mari  kita menyengaja menambah waktu bicara kita dengan Allah dengan jalan lebih sering mengingat dan berdzikir padaNya dalam keadaan apa saja.  Bahkan sebaiknya kita selalu melibatkan Allah dalam pembicaraan kita dengan sesama manusia, bagaimana caranya ?

Caranya begini , bila kita berada dalam sebuah forum pembicaraan, cobalah menjadi pendengar yang baik , lalu  hubungkan hati dengan Allah , bermohonlah pada Allah agar Allah berkenan menuntun arah pembicaraan menuju hal yang baik.  Dengan cara ini , pembicaraan akan tertuntun dan bermanfaat , tidak ada pembicaraan yang sia-sia meskipun bergurau.  Dicoba ya !

Kamis, 17 Desember 2015

Istighfar Yang Indah

Dear sahabat Innuri, para pecinta Allah.

Apakah yang kalian lakukan di penghujung malam ?
Ada ayat al quran yang menerangkan bahwa orang-orang yang beruntung nanti adalah orang yang memohon ampun di waktu malam, dan bersedekah di siangnya. Ada pula ayat yang menyuruh kita membaca yang mudah dari al quran. Juga mendirikan shalat malam.

Perihal memohon ampun ini , pernah aku alami hal yang amat mengesankan buatku. Mengesankan karena aku mendapatkan makna indahnya.  Ceritanya, sambil beristighfar, memoriku sambil menganalisa dosa yang aku lakukan siang hari barusan , satu per satu aku mohonkan ampun dan aku mohonkan untuk diberi kekuatan untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama.  Begitu aku lakukan setiap hari, walau kadang ada jeda saat kecapean dan ketiduran. 

Diantara dosaku adalah dosa pada makhluk yang meliputi, ghibah, marah-marah, berprasangka buruk , dll. Dan diantara dosaku pada Allah adalah tidak bisa mengabdi dengan sebaik-baiknya kepadaNya. Untuk dosa-dosaku padaNya, aku niatkan lagi memurnikan hidup ini untukNya saja. 

Dan ternyata disinilah letak keindahan itu, saat Allah menyucikan hati kita, sehingga hati lebih mudah terhubung kepadaNya.

Beristighfar itu ternyata memiliki kedalaman tertentu, sedalam apa kita tidak tahu bila tidak melakukannya, tetapi semakin dalam semakin indah, dan begitulah Allah memberikan keindahan di hati orang-orang yang senang bertaubat kepadaNya.

Tapi keindahannya bisa rusak bila kita melakukan dosa lagi, dan untuk membangun kembali keindahan itu memerlukan perjuangan lagi yang lebih berat.  Lebih ringan menjaga diri dari dosa daripada memperbaiki hal yang rusak yang diakibatkan oleh dosa kita.

Suci itu indah sekali. Terimakasih ya Allah atas segala pendampinganMu dalam menjalani kehidupan ini.



Rabu, 16 Desember 2015

Memarahi Anak

Memarahi anak.

Bukan memarahinya yang membuat mereka mengerti,
tapi Allahlah yang membuat mereka mengerti dan memahami.
Jadi  lindungilah mereka dari rasa membencimu.
Tetaplah berkasih sayang dan ucapkan kata kata dengan hati yang penuh kasih

Jangan memaksanya mengerti, karena mereka akan mengerti pada saatnya nanti
karena Allahlah yang mendidik mereka

Waktumu tidak banyak
Jadi ciptakan cerita manis yang akan mereka kenang
sepanjang hidupnya


Firasat Perkutut

Dear sahabat Innuri,

Beberapa bulan yang lalu seorang family menginap di rumah.  Rupanya tengah malam dia mendengar burung perkutut suamiku bunyi, hingga dia mengatakannya keesokkan harinya.

"Artinya akan ada peristiwa buruk bila burung perkutut bunyi di tengah malam", katanya padaku. Dan di hatiku langsung mak deg , bukan karena 'peristiwa buruk' yang dikatakannya, tapi terdengar kurang sopan aja mengatakan hal seperti ini. Di hati tuh rasanya dia sedang menudingku dan bilang,"Hei, kamu bakal kena sial loh !"... hahaha .

" Memang siapa yang memberikan segala peristiwa ke kita ?", kataku akhirnya. ?

"Kan semua peristiwa Allah yang ngasih, dan Allah itu maha kasih sayang, berarti semua peristiwa selalu baik, kan diberikan dengan kasih sayang ?", kataku dan dia rupanya tidak begitu faham dengan yang aku katakan.

Ya , itulah salah satu makna berprasangka baik sama Allah , selalu menerima pemberiannya sebagai hal terbaik , diterima dengan cinta dan rasa terimakasih .

Dan apa yang terjadi setelah tamuku itu pergi ? Apakah aku mendapat hal buruk ? Kalian penasaran ? hihihi ... penasaran kan ada di Blitar ? eh, itu kan candi penataran, hahahhaha. 

Tidak sahabat, tidak ada hal buruk terjadi, malah hal baik-baik saja yang datang, dan yang suka cerita keajaiban finansial, aku malah terima uang gede-gede sesudahnya haha.

Jadi, kalau ada perkutut bunyi di malam hari , itu tandanya dia perkutut pemalu, malu didengar di siang hari, kalau malam kan ga ada yang dengerin .


Sabtu, 12 Desember 2015

Hening

Malam aku bangun, hening, saat yang tepat untuk bermunajat .  Akupun mengambil air wudhu dan melakukan shalat tahajud 2 rekaat.  Tapi apa yang terjadi dengan shalatku ? Hmmm ..... aku memikirkan tukang yang belum aku hubungi untuk bedah rumah, memikirkan pekerjaan karyawan yang belum beres padahal sudah mendekati janji selesai ..... Pikiran-pikiran itu mengendalikan diriku , shalatku gagal khusyu' walau sudah berusaha untuk menghilangkan pikiran-pikiran itu . Akupun terduduk dan berdzikir saja, mengupayakan keheningan.

Hening ... dalam heningnya malam, hanya suara detak jam dan suara jangkrik dan tokek dari kejauhan , ternyata tidak membuat jiwaku hening, karena pikiran yang ramai. 

Bila keheningan suasana tidak mampu meredam hiruk pikuknya pikiran, apalagikah dengan keramaian ? Padahal jiwa memerlukan keheningan untuk bisa menangkap pesan Allah, petunjukNya, ungkapan kasihNya.

Bisa merasa hening dalam keheningan , itu memerlukan kesadaran dan latihan. Melatih diri meredam gejolak pikiran, awalnya musti menyadari bahwa bukan kita yang mengendalikan segala yang terjadi, dan selanjutnya ikhlas dengan segala yang terjadi, seperti membiarkan air mengalir , atau membiarkan tukang odong odong lewat ... hmmm ....

Latihan hening, lalu dilanjut dengan menghubungkan hati dengan Allah dan dilakukan kapan saja , saat duduk, berbaring, berdiri, sampai dalam beraktifitaspun.  Menonaktifkan pikiran dan mengaktifkan hati.  Kukira inilah maknanya orang yang banyak mengingat Allah adalah orang yang beruntung.

Hening juga memerlukan bening, bersihnya pikiran dan hati dari hal-hal yang mengotorinya, mensucikannya dengan beristighfar memohon ampun kepada Allah, banyak banyak memaafkan orang lain tanpa mereka minta, dan berbuat baik dengan memberi sebanyak mungkin.

Berwudhu dan menjaga diri untuk selalu dalam keadaan berwudhu (suci), amat membantu dalam proses hening dan bening. Walau ini sulit buatku yang ... ehm ... ngentutan .. (jangan ketawa dong), tapi aku ingin mencobanya dan mencobanya. Bismillah.

Hening dan bening , seperti sebuah kolam jernih di tengah hutan yang indah , menciptakan keindahan dari hati yang merefleksi di kehidupan nyata .


Kamis, 10 Desember 2015

Jaminan Sesaat

Dear para pecinta Allah.

Seorang sahabat curhat :"Lagi resah nih bunda, usaha sepi, padahal biasanya sudah ada pesanan hingga 3 bulan ke depan. Kondisi keuangan hanya cukup buat bulan ini, tidak bisa menghindari rasa khawatir akan nasib kami bulan depan.  Kalau sudah ada pesanan kan rasanya tenang , semua kebutuhan usaha dan keluarga seperti sudah terjamin".

"Kalau sudah ada pesanan hingga 3 bulan ke depan, berarti 3 bulan ke depan sudah terjamin kehidupan keluarga dan karyawan , begitu?", tanyaku menegaskan.

"Lah iya lah bunda".
"Mengapa bisa tenang hanya dengan jaminan 3 bulan ke depan ?", tanpa menunggu jawabannya aku nyerocos :"Padahal jaminan dari Allah berlaku hingga kita mati, bahkan sampai hidup lagi sesudah mati.  Mengapa bukan ini saja yang membuat kita tenang?"

Dia terdiam lama.

"Iya ya bunda, bukankah yang mendatangkan pesanan itu Allah ? berarti Allah sedang menjamin dan pasti selalu menjamin kehidupan kita".

Hmmm ....barangkali banyak orang mengalami hal seperti ini,  merasa tenang dengan 'jaminan sesaat' yang barangkali berupa banyaknya pesanan, gaji , tabungan , asuransi , warisan dll.  Yang namanya sesaat ya pasti tidak berlangsung lama dan kita jadi bingung mencari jaminan sesaat berikutnya, lalu berikutnya lagi , jadi berputar putar terus dong kisahnya , ga ada endingnya.  Walau orang-orang  menyebut ini sebagai  ikhtiar / usaha / upaya, tapi tidak adakah cara berusaha yang lebih terdengar manis ?

Coba lepaskan diri dari jaminan sesaat dan hijrah kepada jaminan abadi.  Caranya hanya dengan merubah setingan pikiran dan perasaan saja , lebih dekat dengan Allah, lebih mengenalNya, lebih mempercayaiNya, lebih bergantung padaNya , lebih banyak berkomunikasi dengan Allah dan lebih akrab denganNya.

Yaaa, mengapa hanya mencari jaminan sesaat , dua saat, tiga saat , sementara di dalam genggamanNya tersedia jaminan tanpa batas dan  karunia tak terdefinisikan dalam hal besarnya dan keabadiannya ? Inilah makna beriman itu , beriman bahwa Allah punya segala-galanya dan pemberi jaminan terbaik.

Mengapa takut kekurangan sedangkan kita punya Allah Yang Maha Mencukupi ?
Mengapa takut kemiskinan sedangkan kita punya Allah yang Maha Kaya Raya ?

Salam sayang ,


Innuri

Jumat, 04 Desember 2015

Membersihkan Diri Dari Sebab

Dear sahabat Innuri,

"Hanya ada satu yang boleh menjadi sebab dari segala yang terjadi dalam kehidupan, hanya Allah". 

Itu adalah kalimat yang untuk memahaminya membutuhkan praktek di kehidupan nyata berupa praktek lahir dan praktek batin.  Bahkan saat hati kita membenarkan dan meyakininya , kita masih harus menjalani berbagai proses kehidupan yang merupakan skenario Allah dalam menyucikan kita dari beraneka sebab yang masih mengotori pikiran dan batin kita.

Proses pembersihan pikiran dan batin dari segala sebab selain Allah , aku fahami sebagai  salah satu makna tauhid , mengEsakan Allah.

Segala yang terjadi di dunia ini hanya ada satu sebabnya yaitu Allah , dan saat pikiran kita melepaskan diri dari segala sebab , disitulah jiwa merdeka dari belenggu , yaitu belenggu dunia yang memenjarakan.  Ajaibnya lagi , saat kita hanya menyandarkan sebab pada Allah , saat itulah Allah membuka pikiran dan menuntun  kita dalam sebab-sebab yang menjadi perantaraNya menjatuhkan pertolonganNya pada kita.

Baik , aku kasih contoh kasus :

Ada seorang bapak yang merasa yakin bisa membayar uang sekolah anaknya selasa depan, karena dia mendapat uang pada hari senin. Benar, hari senin dia menerima uang yang cukup untuk membayar uang sekolah yang dia maksud, dan dia mengalokasikannya untuk kepentingan sekolah anaknya.

Tapi apa yang terjadi , senin malam si anak demam dan muntah muntah yang membuatnya membawa si anak ke rumah sakit. Uang yang jadinya untuk membayar sekolah itupun dipakai membayar biaya rumah sakit.

Apa kesalahan si bapak ?

Si bapak telah menjadikan uang yang diterimanya pada hari senin menjadi penyebab dari terpenuhinya kebutuhan membayar biaya sekolah, itulah yang ada di pikiran si bapak, sehingga dia mendapat teguran dari Allah seperti yang aku ceritakan di atas.

Apakah si bapak memahami kalau dia sedang ditegur Allah ? belum tentu .
Apakah si bapak memahami bila Allah ingin dia hanya menjadikan Allah sebagai penyebab? Semoga.

Contoh dalam kisah ini memang hanya karangan Innuri saja , tapi coba renungkan, apakah kalian pernah mengalaminya dengan persoalan yang berbeda ?

Bila pernah atau bila sering , mari kita banyak-banyak beristighfar , memohon ampun pada Allah dan memperbaiki lagi tatanan pikiran dan batin kita.

Membersihkan diri dari sebab, mengesakan sebab hanya pada Allah , itu adalah bagian dari penyucian jiwa dan sebuah perjalanan batin menuju kesempurnaan iman.

Hati-hati dengan rasa aman karena jumlah tabungan yang banyak atau jaminan asuransi , jangan sampai terjebak dalam pikiran yang halus sekali  bahwa itulah yang menjamin hidup kita. Aku sebut pikiran yang halus sekali karena kita tidak menyadarinya, berupa perasaan yang nyaman dengan semuab itu.

Hati-hati juga dengan berbagai macam kesimpulan pikiran tentang segala peristiwa yang beredar di lingkungan kita, termasuk peristiwa yang terjadi di negara dan dunia ini, hingga kita merasa keminter dan menyalahkan pemimpin. Ingatlah ada Allah di balik semua itu dan Allahlah yang menurunkan dan mengijinkan peristiwa itu.

Menjadikan Allah sebagai sebab satu-satunya , membuat perasaan kita tenang tenteram dan damai, perasaan yang terjamin olehNya. Tidak ada rasa kecewa , sedih dan khawatir , juga tidak ada rasa menyalahkan orang lain dan keadaan , atau memaksa orang lain menjadi seperti yang kita mau. 

Sebaliknya bila kita masih sering galau , suka mengeluh dan sering menyalahkan orang lain, baik orang-orang terdekat sampai orang-orang yang tidak kita kenalpun , itu sebuah pertanda bila harus segera mengoreksi batin kita , apakah sudah menjadikan Allah sebagai satu-satunya penyebab ?

Salam manis,

Innuri.


Kamis, 19 November 2015

Sulap ala Alni

"Ibuk , sini dulu ", katanya tadi pagi.
"Aduh ibuk mau mandi nih, keburu pelatihan ", jawabku.
"Siniii sebentar, Alni mau main sulap", akupun berbalik memperhatikannya.  Dia masukkan tissue ke dalam kepalan tangannya, lalu mengucap mantra , membuka tangannya dan ...

"Kok tissunya masih ada ? Mestinya kan hilang", protesku.
"Kan Alni mau menampilkan sulapan yang berbeda ", katanya berkelit.

Oh Alni Alni ...

Sabtu, 14 November 2015

Dijaga Malaikat

Dear sahabat,
Bagaimana dengan pagimu ?
Adalah cintaNya yang menyapamu saat kau buka mata dan kau gerakkan tubuhmu.

Adalah kasihNya juga yang mengantarku pada sebuah cerita kemarin sore, saat kubaca sebuah inbox yang membuatku merinding, inbox dari sahabat WIM.

"Ada sedikit cerita siang ini, ketika saya mau transfer ke panjenengan. Sampai di atm, saya langsung masuk. Agak lama juga, sekitar 10 menit. Karena sekalian messenger mbak Innuri. Setelah selesai dengan santainya saya keluar dari ruang ATM. Saya lihat dua orang muda-mudi menghalangi motor saya. Ketika saya permisi lewat, 2 orang anak muda itu tersenyum sambil pandangannya melihat ke arah motor saya yg terparkir di depan. Subhanallah...ya Allah ya Rohmana ya Rohim.. Kontak motor saya masih didalam lubang kunci. Dengan lampu yang masih menyala, berkedip2. Ketika 2 anak muda itu berlalu, saya masih gemetar. Sampai lupa mengucapkan terima kasih telah menunggui motor saya. Mata saya berkaca-kaca, hati saya diliputi rasa malu. Uang yang saya transfer pada panjenengan, tidak sebanding dengan harga motor saya jika hilang. Tapi Allah Maha Rohman dan Maha Rohim...".

Aku tertegun dan merinding mendengar kisahnya, bagiku seperti kisah penjelmaan malaikat yang menjaga manusia yang berbuat kebaikan.  Seperti kisah yang pernah aku alami pada saat aku dan suami mengantar buku ke sebuah SD di daerah Mojokerto.

Masih sampai di daerah Pandaan ketika mesin mobil kami tiba-tiba berhenti, untung pas jalannya menurun, jadi suami bisa menepikan kendaraan.  Suamiku membuka mesin mobil dan mengutak atiknya, tidak berhasil , kulihat kanan kiri posisi kita jauh dari bengkel dan juga jauh dari rumah penduduk. Kubayangkan suamiku musti naik kendaraan umum dulu untuk ke bengkel terdekat.

Pada saat itulah datang seorang lelaki menaiki sepeda motor, berhenti di depan mobil, mendekati suamiku.  Tanpa bicara dia cek akinya dengan peralatan yang dia bawa, rupanya akinya tidak bermasalah, hanya ada sambungan kabel yang lepas.  Setelah bagian itu dibetulkan , mesin mobil bisa menyala kembali.  Diapun segera menuju sepedanya tanpa bicara juga , aku mengulurkan uang limapuluh ribuan ke suamiku untuk diberikan ke orang itu. 

"Kayaknya dia bukan manusia", kata suamiku.

Kami ucapkan terimakasih dan diapun mengucap terimakasih saat menerima uang itu.

Betapa perlindungan Allah selalu saja ajaib dan membuat merinding , teristimewa disaat kita berbuat kebaikan.  

"Allah bersama-sama dengan orang yang berbuat kebaikan", itu kalimat yang sering aku jumpai saat membaca al quran, menjadi begitu nyata dalam kehidupanku.  Aku yakin, itu nyata dalam kehidupan kalian juga kan ?

Salam manis,


Innuri


Kamis, 12 November 2015

Cela Sana Cela Sini

Dear sahabat
dear para pecinta Allah,

Entah mengapa beberapa hari terakhir aku dipertemukan Allah dengan orang yang ... maaf , nyinyir banget , cela sana cela sini , ucapannya sering terasa mak clekit di kaki ... hehe .... bola mana bola !

Bila tidak suka dengan makanan tertentu , langsung bilang :"Makanan apa ini ? gak enaaak !", dipadu dengan mimik wajah yang menghina. Rupanya orang ini tidak belajar agama, bukankah agama mengajarkan bila tidak menyukai makanan tertentu, ya jangan dimakan, tidak usah dicela. Bila melihat sesuatu yang tidak disukainya , maka dia langsung mencela dengan ucapan yang tajam setajam silet ... haha. 

Ucapan yang baik, kata-kata yang santun, tidak meninggikan volume suara , adalah sebagian dari tuntunan perilaku  yang diajarkan di al quran, tapi sedikit diajarkan di sekolah.  Kebanyakan para orang tuapun lebih  mencemaskan nilai pelajaran matematika anaknya dibandingkan hal-hal semacam ini.

Pernahkah kalian dengar ada orang bilang begini :"Aku ya begini ini cara ngomongnya , cekakakan , bicara ceplas seplos, gak pakai tedeng aling-aling , tapi kan hatiku baik , setelah selesai ya selesai , gak menyimpan dendam ". Boleh banget berhati baik dan tidak menyimpan dendam, tapi kalau ucapannya membangkitkan dendam di hati orang lain ? ... Bicara ceplas ceplos boleh juga sih, asal tidak mencela atau menghina, dan tidak membangkitkan amarah dan permusuhan.

Mendidik diri sendiri untuk tidak gampang mencela itu dimulainya dari hati yang baik dan tulus , rasa kasih sayang kepada semua orang . Dan semua akan mengalir dengan indah karena Allah.

Salam sayang,

Innuri


Sabtu, 07 November 2015

Sebuah Perjalanan Iman

Sahabatku sayang,

WIM (Warung Ikhlas Malang)  telah menjadi bagian dari perjalanan imanku dan semoga juga menjadi bagian dari perjalanan iman kalian, apapun peran yang kalian mainkan disana.

Aku yang semula cuma bergandeng tangan dengan beberapa teman dalam berbuat baik , kini semakin banyak tangan yang bergandeng tangan.  Aku yang semula hanya mencurahkan sedikit waktu, sedikit tenaga, sedikit pemikiran dan sedikit dana, kini menjadi lebih banyak waktu, tenaga, pemikiran dan dana.

Awalnya kaget ....  seperti sedang di-shock terapy, lalu perlahan-lahan bisa menerima bahwa Allahlah yang menempatkan aku disini , untuk menjalankan misi Allah di alamNya. Kagetnya tidak hanya di awal , ternyata dalam perjalanan WIM , aku musti bolak-balik kaget , membuatku kadang duduk terpaku, berhenti sejenak, bersandar di bahu suamiku, menangis di hadapanNya.

Tatapan curiga , ucapan yang menusuk perasaan , itu adalah kaget level 1.
Dituduh dengan tuduhan yang tidak berdasar, itu kaget level 2.
Dihalangi dan dipersulit dalam berbuat kebaikan , itu kaget level 3.
Diserang secara halus , itu adalah kaget level selanjutnya.

Hidup dan matiku hanyalah untuk Allah, bila memang dikehendaki Allah mati dalam berjuang di jalanNya, aku akan menjalaninya dengan bahagia.

Pernah saking jengkelnya, aku bilang begini :"Seandainya orang-orang yang berpikir negatif itu mingkem (diam), pasti dia mendapat pahala".

Lalu aku disejukkan oleh ucapan Bu Emy, pelangganku sekaligus sponsorku :"Makanya di al quran tidak ada perintah untuk meminta maaf, tapi berilah maaf , berilah sedekah, bukan berilah uang, dan bersyukurlah, jangan mengharap ucapan terimakasih ".

Langsung mak jleb terasa di hatiku.  Bila aku masih mengharap orang -orang yang berkomentar negatif  untuk diam , berarti aku masih mengharap balasan atas semua yang aku lakukan, yang berarti aku bukanlah orang yang memberi maaf.  Artinya aku belum menjalankan perintah Allah di al quran , yang arti selanjutnya aku masih menentangNya ... Oh tidaaak ! Ampuni aku ya Allah.

Dan ketika aku merasa ada 'serangan halus' , pikiranku otomatis ke ustadz Virien , dan buruan mengambil hp untuk berkirim sms minta 'dipageri' . Untungnya niat itu aku urungkan , karena tiba-tiba ada petunjuk di hatiku, bila sudah saatnya aku hanya menggantungkan keselamatan kepada Allah saja. Akupun shalat dan memohon perlindunganNya, hanya Allahlah sebaik-baik pelindung dan penolong.  Tidak salah sih minta doa kepada ustadz , tapi itu sudah bukan 'kelas'ku lagi. Dengan segala pengalaman yang Allah jalankan padaku, Allah sedang menuntunku untuk lebih mengenalNya, memahamiNya dan lebih dekat denganNya. 

Perjalanan WIM memang tidak selalu mulus , tapi bila ini adalah perjalanan menujuNya, maka perjalanan akan selalu terasa indah.

Semoga kita semua selalu dijagaNya, untuk selalu berada di jalan lurus.  Percayalah Allah selalu bersama kita, memandu langkah kita , seberat apapun ....

Salam sayang,


Innuri




Rabu, 04 November 2015

Menyelamatkan Kota

 Dear Allah lovers,

Kita saksikan bencana seolah tiada berhentinya , seolah dia raksasa yang berjalan-jalan dari kota ke kota, dari daerah satu ke daerah berikutnya , seperti pengelana yang tidak mengenal lelah.  Dia  seolah bisa berubah bentuk dari gempa, kabut asap, hujan pasir, hujan kerikil , angin puting beliung, dan entah apa lagi .  Yang semua itu membuat batin tersayat , air mata mengalir , nafas terasa sesak .

Apa yang harus kita lakukan ?
Berdonasi ? berdoa ? terjun sebagai sukarelawan?

Ada sebuah jawaban di al quran , untuk menyelamatkan sebuah negeri / kota / daerah , adalah dengan cara ........ , simak ayat ini :

QS. Huud (Hud) [11] : ayat 117
[11:117] Dan Tuhanmu sekali-kali tidak akan membinasakan negeri-negeri secara zalim, sedang penduduknya orang-orang yang berbuat kebaikan.

Yak ! Berbuat kebaikan, itu adalah jawabannya.  Jadi mari berbuat kebaikan sebanyak-banyaknya, dimana saja , berbuat kebaikan yang ukurannya adalah 'seperti Allah telah berbuat baik kepadamu'.

Allah telah memberi kita oksigen melimpah untuk bernafas, maka tanamlah pohon atau tanaman lain yang bisa menambah suplai oksigen dan sekaligus membantu mengurangi pemanasan global.

Kebaikan apa saja, kebaikan yang dilakukan bersama sama atau sendirian , kebaikan yang dilakukan secara tersembunyi atau terang terangan. Kebaikan terhadap manusia, binatang atau alam ...

Jadi ayo berbuat baik!

Dimana hati terasa damai ?

Dear sahabat dalam kebaikan dan takwa.

Suatu hari suamiku bilang begini :"Aku ini sejak kecil hidup di keluarga katolik, bapak ibu selalu baik dan berprasangka baik terhadap muslim, tidak ada kebencian sama sekali".

"Pernah pula kita hidup di lingkungan Hindu di Bali, bertahun-tahun, dan hati mereka begitu damai , mau menerima kehadiran kita dengan tangan terbuka.  Terasa sekali persaudaraan dan ketulusan hati mereka", lanjutnya.

"Tapi mengapa ketika hidup di tengah-tengah masyarakat yang mayoritas muslim.  Terasa sekali kecurigaan dan penolakan mereka terhadap orang-orang non muslim.  Kebencian itu seolah-olah ditanamkan dan dibangkitkan, padahal islam itu kan kasih sayang ", lanjutnya.

"Ya yang salah kan bukan ajarannya", kataku.
"Iya , tapi mengapa sedikit sekali ustadz yang mengajarkan tentang kasih sayang ? Terhadap alam saja kasih sayang , apalagi terhadap manusia".

Allah hanya melarang kita berbaik-baik kepada orang yang mengusir dari kampung halaman kita  atau dipaksa mengikuti keyakinan mereka. Coba buka surat al mumtahanah :

[60:8] Allah tidak melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil terhadap orang-orang yang tiada memerangimu karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.

[60:9] Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan sebagai kawanmu orang-orang yang memerangimu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu, dan membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Dan barangsiapa menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Jadiiii ....


Rabu, 28 Oktober 2015

Kisah Orang-Orang Kecil

Dear Allah lovers,

Dengar kisah perjalananku hari ini .

Aku punya tugas meng-cover mbah Usman (mbah Man) dari sebuah grup fb Kuliner Kasih,  tugasku mengantar bantuan buat dia berupa paket sembako senilai 300 ribu dan tambahan modal senilai 300 ribu.

Mbah Man adalah pedagang barang bekas yang mangkal di trotoar di samping kiri fly over di seputar RS Panti Nirmala.  Aku menemukan dia saat sedang ngiderin nasi Warung Ikhlas Malang. Dia hidup sebatangkara sejak tahun 1972, istrinya sudah meninggal , anak-anaknya 'hilang'.

Maka seperti biasanya , aku minta antar suamiku, ditemani mas Singgih , relawan warung ikhlas Malang.

Sampai di tempat mbah Man jualan, aku tidak menemukannya, hanya dagangannya yang ditunggui seorang pemuda.  Pemuda itu namanya mas Wawan, jualannya  ngisi korek api gas di sebelah mbah Man.

"Mbah Man lagi kulakan, nanti habis dhuhur baru kembali", katanya.  Aku merasa lega , mbah Man kulakan, yang berarti dia punya modal , yang berarti juga dagangannya laku.  Jujur, saat pertama bertemu mbah Man , saat melihat dagangannya, aku sempat berpikir :"Laku nggak ? ada yang beli nggak?".

Dagangan mbah Man saat aku pertama melihatnya adalah baju bekas yang sama sekali tidak layak pakai, dan sepatu bekas yang juga tidak layak pakai, dan spare part elektronik yang aku gak tahu fungsinya apa. Dan siapa pembelinya ? itu menjadi pertanyaan besarku .

Akupun diantar mas Wawan ke tempat mbah Man kulakan , kubayangkan dia kulakan di toko walau toko barang bekas , tapi begitu sampai .... Oh ternyata , mbah Man kulakan di sebuah tempat pembuangan sampah !

Satu karung barang ditambah satu tas yang dicangklong di pundak, itu adalah kulakan mbah Man hari ini , dituntun mas Wawan karena penglihatannya sudah amat rabun, dia masuk ke dalam mobil kami. Kuintip salah satu kulakannya berupa jaket kulit yang sudah 95% kulitnya mengelupas , pasti dipungut dari pembuangan sampah.

Di dalam mobil dia bercerita, tentang anak-anak tetangga yang dulu pernah disekolahkannya. Bayangkan , dia sendiri hidup dalam kesederhanaan, masih bisa berbuat kebaikan seperti itu.

"Nandur bakal cukul, nek nandure apik yo cukul apik", katanya. Maksudnya , kalau kita menanam kebaikan, yang tumbuh juga kebaikan. Aku mendengarkan mbah Man bercerita sambil memperhatikan bajunya yang amat lusuh, kumal dan kotor , tas cangklongnya yang sudah sobek di sana sini ... tak bisa kutahan , mataku mbrebes mili.

Tanduran itu cukul (tanaman itu tumbuh) sekarang, ketika sudah tua dan sendirian, banyak yang menolongnya , sampai kopi dan makanan saat di 'lapak' pun dia tidak pernah beli , ada saja yang ngasih. Ketika 3 tahun lalu rumahnya yang di bantaran kali kena gusur , ada tetangga yang baik hati yang memberi dia tumpangan. Padahal si tetangga juga dalam kondisi yang amat sangat sederhana , masih mau berbagi.  Sungguh kisah mengharukan dari orang-orang kecil.

Setelah menyerahkan bantuan dari Kuliner Kasih, akupun berjalan ke tempat mbah Man tinggal. Jalan yang menurun dan sempit , di sebelah sungai yang penuh sampah, disitulah berderet rumah-rumah yang kecil dan sederhana , padat dan berdesakan.

"Itu kan cuma dapur mas, bukan rumah tinggal", kataku ketika suamiku menunjuk sebuah  'rumah banner' yang amat kecil.

"Itu rumah tinggal dik ".  Lalu kulihat seorang ibu menggendong anaknya keluar.

Ibu itu tinggal disitu bersama suami dan 5 orang anaknya, yang 3 bersekolah, suaminya bekerja serabutan, kalau tidak ada kerjaan dia jualan stiker di lampu merah lapangan Rampal.  Rumah bannernya lebih tepat disebut kamar banner, karena hanya seluas kamar yang dibagi jadi dapur super kecil dan tempat tidur ngepres yang hanya beralaskan banner (tidak ada kasur).  Ditinggali oleh 7 orang ! Oh ....

Tak lama kemudian, ada seorang ibu membawa baki berisi bungkusan, kukira nasi bungkus, ternyata isinya mie yang dijual 2500 / bungkus .Harganya membuatku heran , murah sekali , tapi memang porsinya kecil banget .  Aku borong untuk dibagi ke anak-anak yang bermain disana, mereka senang sekali.  Suami ibu yang berjualan itu juga pedagang rosokan di 'kompleks' mbah Man jualan.

Aku sempat menengok sepasang kakek nenek yang tinggal cuma berdua, dan si kakek sedang sakit parah. Sempat mampir mengunjungi ibu yang memberi tumpangan ke mbah Man.  Rumah yang kecil sekali, ruang tamu yang kecil tapi isinya kasur tempat ibu itu tidur , dia mengalah tidur di ruang tamu karena kamarnya sendiri ditempati mbah Man, sedang anaknya tidur di kamar belakang , ukuran kamarnya kecil-kecil juga, di depan kamar belakang ada dapur kecil yang lebarnya ngepres kompor .

Dalam kesederhanaan , mereka tetap bisa berbagi.  Bagaimana dengan kita yang dikaruniai hidup berkelimpahan ?

Selasa, 27 Oktober 2015

Pola Pergerakan Pertolongan Allah


Sahabatku para pecinta Allah,

Ada sebuah usul yang cukup cerdas berkenaan dengan warung ikhlas Malang yang aku kelola.

"Bagaimana kalau  warung ikhlas membuat sebuah usaha untuk mendanai proyek proyek sosialnya ? menerbitkan buku misalnya".
"Bagus lah itu, usul diterima".
"Agar kita tidak tergantung sama donatur", begitu kata team kami.

Akupun membicarakan hal itu dengan gantengku suamiku ... hehehe.  Dan jawabannya sungguh menyejukkan hati.

"Kita ini kan sedang menjalankan al quran , yaitu berbuat baik dan mengajak orang lain untuk berbuat baik.  Dan kita bukan sedang mencari donatur, tapi sedang mengajak orang lain untuk bersama-sama berbuat baik.  Itu adalah perintah Allah di al quran", kata suamiku.  Dan aku sudah tak berkutik nek wes disodori ayat.

Dan begitulah, kitapun tetap berjalan seperti kehendak Allah, membiarkan tangan kami untuk dituntunNya, menyerahkan hati kami untuk diisiNya dengan kasih sayang,  karenaNya kita bergerak , untukNya kita persembahkan segala hal yang kami lakukan di muka bumi, di tiap hembusan nafas kami.

Aku sendiri , yang tukang upload di lelang kebaikan, yang tukang mendeliki internet banking untuk memilah milah donasi yang masuk, akhirnya lebih faham lagi bila pergerakan pertolongan Allah itu ada 'pola'nya.  Sebenarnya polanya sudah tertulis di al quran , pengalamanku di lapangan hanya menegaskan , membuktikan dan lebih meyakinkan bagi imanku kepadaNya.

Bagaimana pola itu ?

Aku mengamati, orang-orang yang cepat sekali mendapat aliran donasi , adalah orang-orang yang tulus dan banyak berbuat kebaikan. Sampai-sampai , donasi yang masuk melebihi target yang aku tetapkan, bahkan ada saja yang 'nyangoni' ketika lelang kebaikan sudah aku tutup.

Ada juga yang donasinya begitu seret, sampai di-share belasan sahabat warung ikhlas Malang, di-share orang yang berbeda-beda loh. Sampai suamiku menelepon sahabat-sahabatnya untuk menolong si target , dan tetaaap saja , seret ! Akhrinya kami putuskan untuk mengelola saja dana yang ada, tetap kami tambah sih seperti biasanya , tapi masih kurang ...

Aku melihat kenyataan yang tidak terbantah , bahwa orang yang tidak pandai bersyukur , yang dalam hidupnya selalu merasa kurang , yang pelit berbuat baik , mereka inilah yang susah mendapat pertolongan.  Meskipun kami mengusahakannya dengan berbagai cara.

Jadi , kesuksesan proyek-proyek warung ikhlas Malang, bukan terjadi karena kepintaran kami , atau karena banyaknya sahabat yang menge-share , atau karena program yang  bagus dan tepat sasaran, atau karena page like yang banyak , .... bukan karena itu semua.  Melainkan karena 'pola pergerakan' pertolongan Allah, dan pola itu mengikuti perbuatan baik mereka masing-masing.  Kami warung ikhlas Malang cuma perantara saja , agen dan distributor proyek Allah.  Kepada siapa aliran pertolongan itu mengalir, itu sudah skenarioNya.

Inilah kenyataan itu , ayat-ayatNya di alam semesta , hukum-hukumNya yang tetap dan tidak bisa ditawar-tawar.

Pernah aku menjadwalkan target untuk ndandani omah (semacam bedah rumah) untuk si X, tapi temanku mengajak ke Pakisaji dan bertemulah kami dengan  mbah Solihin (mbah Kin) , akhirnya rumah mbah Kin inilah yang digarap. Rencana selanjutnya, setelah rumah mbah Kin , baru  rumah si X.  Tapi ternyata ketika aku ke kebun , aku disodori rumah pak Marwan oleh mas Saidi dan pak Izar. Maka batal lagi untuk kedua kali menggarap rumah si X , sekarang kami sedang dalam proses menggarap rumah pak Marwan.  Apakah nanti rumah si X akan terlewati lagi untuk ketiga kalinya ? Sungguh kami tidak tahu , kami  sudah merelakan diri berjalan berdasarkan skenarioNya , seperti menari dalam tarian indah alam semesta , ikuti saja iramanya.

Di warung ikhlas Malang , ternyata disini kami tidak hanya bisa berbuat baik, tapi disini kami sedang menyaksikan kebesaran Allah di alam semesta , menyaksikan hukum-hukumNya, dan mempelajari banyak hal .

Terimakasih Allah untuk semua pembelajaran yang Engkau berikan.

Senin, 26 Oktober 2015

Ukuran Perbuatan Baik

Dear Allah lovers,

Pernah suamiku bilang begini :"Dik , kamu tahu nggak perbuatan baik itu seperti apa ? ukurannya bagaimana ?".

"Ya pokoknya berbuat baik , kan perbuatan baik itu universal ", jawabku, suamiku tertawa dan menyodorkan padaku satu ayat.

Jadi ukuran berbuat baik itu sebagaimana ?  buka ayatnya yuk !

" Dan tempuhlah kebahagiaan akhirat seperti yang dianugerahkan Allah kepadamu, tapi juga jangan kau lupakan kebahagiaan hidup duniawi. Dan berbuat baiklah kepada orang lain seperti Allah telah berbuat baik kepadamu. " ( QS Al Qashash 28:77 )

Jadi itulah ukurannya :'berbuat baik seperti Allah telah berbuat baik kepadamu'.  Mudah untuk diingat , semoga dimudahkan untuk melakukannya.

Allah sudah memberi kita kebahagiaan , maka bahagiakanlah orang lain.
Allah sudah memberi kita makan, maka berbagi makananlah kepada orang lain.
Allah sudah memberi kita tempat tinggal, maka bantu orang lain untuk tempat tinggalnya.

 Allah sudah memberi kita  pasangan , maka bagilah kepada .... ups !!! maaaaappp , maka setialah kepada pasanganmu  maksudku .

Khusus untuk membantu orang lain mempunyai tempat tinggal yang lebih layak , bisa bantu lewat warung ikhlas Malang proyek, yang dijuduli ndandani omah , bisa transfer ke BCA Indah Nur Qoriah 3312121317 dengan tulisan 'omah' di kolom berita.

Ayo berbuat baik !





Minggu, 25 Oktober 2015

Alam Hanya Menerima Ketulusan

Dear Allah lovers,

"Kita hidup bergantung pada alam , mulai dari oksigen yang kita hirup, makanan yang kita makan , pakaian yang kita kenakan, keindahan yang kita nikmati, tapi pernahkah kita memberi kontribusi untuk alam ?", itu adalah sepenggal kalimat yang menohok perasaan yang diucapkan oleh pak Izar, seorang praktisi lingkungan yang mengabdikan hidupnya untuk Allah, di Bajulmati Malang Selatan.

"Menanam pohon adalah cara bersedekah kepada alam dan kepada umat manusia, adalah amal jariyah yang kebaikannya terus mengalir sepanjang pohon itu hidup", kalau ini kata Innuri.

Tapi persoalannya, bagi yang hidup di kota, yang tidak punya lahan untuk ditanami, mau menanam dimana ? bagaimana dong caranya bersedekah untuk alam ?

Alhamdulillah Sabtu tgl 24 oktober kemarin aku berkesempatan menyusuri sungai dengan kano dan dayung , sambil  membawa bibit pohon bakau untuk kami tanami di beberapa tempat yang kami lewati. Bersama mas Hary tentunya, si tomboy Alni dan bulik Rini dari Jakarta, ditemani pak Izar, bu Leha istrinya, pak Saidi dan pak Marwan.

Sudah tahu manfaat hutan bakau kan ? kalau belum tahu , ya tinggal googling saja.  Singkat cerita hutan bakau itu diperlukan untuk menahan abrasi pantai, mencegah intrusi (meresapnya) air laut ke daratan, untuk perkembang biakan berbagai biota laut, tempat mereka berpijah dan menempelkan telur-telurnya , sebagai penyaring alami dari berbagai limbah yang masuk ke air, sebagai sumber oksigen untuk manusia, dan banyak lagi.

Cerita serunya, kami menyusuri sungai dan menikmati keindahannya yang sungguh wow ! kadang ada ikan-ikan melintas di sebelah perahu kami. Mengemudikan kano yang merupakan pengalaman tersendiri buat kami. Setelah berperahu sekitar 500 m , kami bertemu muara sungai yang lebih besar , disini kami lihat keindahan itu mulai memudar, hutan bakau yang sepanjang 500 m tadi kita nikmati dengan penuh kekaguman, tiba-tiba menghilang .... dan hilangnya cukup panjang , yaitu sejauh 4 km !!! Oh , alamku sayang, alamku malang .... Di titik inilah hatiku mulai terketuk .

"Sudah baca basmallah bu ?", tanya pak Izar ketika melihatku selesai menanam sebuah pohon kecil.
"Sudah lah pak, malah sudah saya ajak ngomong, saya suruh cepat bertumbuh lebat".
"Hahaha, iya bu, betul, mereka makhluk hidup yang bisa merespon kasih sayang yang kita berikan".

"Bu Indah tahu ? orang-orang yang saya ajak menanam pohon bakau disini, bila niat mereka tidak tulus, tanamannya malah mati", kata pak Izar.
"Masak pak ? berarti alam hanya menerima ketulusan hati", kataku.
"Iya, begitulah.  Pernah ada instansi pemerintah menaman 1000 pohon bakau di daerah sana (pak Izar menunjuk daerah pantai di seberang pantai Ungapan) , dan mati semua diterjang banjir".  Aku tertegun mendengarnya , 1000 bakau itu jumlah yang tidak sedikit , butuh biaya, waktu dan tenaga yang banyak.

"Mungkin mereka menanam hanya sebatas acara seremonial atau untuk membuktikan pada masyarakat bahwa instansi mereka peduli pada alam , atau mungkin juga hanya untuk menyalurkan dana CSR mereka", kataku koyok pinter pintero dan pak Izar menggut manggut koyok ngerti ngertio ... hahaha.

Sudah bertahun-tahun pak Izar melakukan penanaman pohon bakau di kanan kiri sungai, mengajak anak-anak TK binaannya , mengajari mereka berkontribusi untuk alam dengan tindakan nyata.  Dan bukan hanya pohon bakau, pohon rindang di kanan kiri jalan di desa mereka, itupun hasil karya tangan-tangan mungil anak-anak TK .  Sungguh menginspirasi , berbuat sesuatu tanpa banyak ngomong.

Dan lebih malunya lagi aku, saat mengetahui  bahwa pak Izar mendanai sendiri segala kegiatannya untuk alam ! Dia mondar mandir ke Sidoarjo untuk mengambil benih, membiakkannya di polybag, menanamnya dengan mengajak anak-anak dan orang-orang yang dikenalnya.  Lalu dia pula yang melakukan kontrolling apakah bakaunya bersemi dan bertumbuh ? begitu sayangnya pak Izar pada alam.

"Ada yang jual benih bakau ta pak ?", tanyaku.
"Di Sendang biru dijual 6000 an bu, tapi ibu belikan saya polybag saja sudah senang kok", katanya.

Pendapatan pak Izar sekeluarga dari membuat paket wisata ,  menyusuri gua dan menyusuri sungai , kedua paket ini terpisah. Guanya pernah aku tulis di blog , gua Coban yang amat cantik dengan sungai bening yang mengalir di bawahnya , sepanjang 200 m kita akan diajak  berpetualang di bawah tanah dengan disuguhi keindahan stalagtit dan stalagmit yang amat indah, berbasah basah dan akhirnya sampai di ujung gua dengan lubang bulat di atasnya. Untuk menikmati paket wisata ini , bisa menghubungi pak Hary di nomor 081 252534505.

Ada yang ingin bersedekah pohon ? silahkan berdonasi kelipatan 6000 ke BCA Indah Nur Qoriah 3312121317 , tulis 'pohon' di kolom berita , atau inbox di page Warung Ikhlas Malang , kami akan menyalurkan donasi anda ke pak Izar .  6000 untuk 1 pohon ya, terserah mau bersedekah berapa pohon untuk alam.

Yuuuuk , sayangi alam kita .


Sabtu, 24 Oktober 2015

Tangan Yang Tertuntun

Dear Allah lovers,

Kusapa pagi dengan mata yang pedih ... karena kebanyakan mendeliki lap top ... hahaha ... Bagaimana pagimu sahabat ?

Dan mata pedihku tertuju pada berbagai komentar atas postingan temanku yang membagikan lelang kebaikan dari wall warung ikhlas Malang.

Semalam aku share di lelang kebaikan tentang rumah banner pak Marwan , sebuah rumah yang didominasi banner , dari dindingnya sampai alas tempat tidurnya ! Rumah banner itupun hasil sumbangan warga sekitar karena pak Marwan adalah pendatang yang tidak punya apa-apa disana, berdiri di atas tanah yang dipinjami pak Nur.  Dan status tanah itu adalah milik perhutani yang 'disewa' warga untuk selama lamanya ... hehe.

Pak Marwan pendatang dari Palembang, ke Jawa berharap kehidupan yang lebih baik , dan terdampar di seputar pantai gua Cina Malang selatan.  Pekerjaannya serabutan , dari bersihkan kebun , macul , buruh tani , nganterin tour menyusuri gua dan sungai, dll.

Nah, kami team warung ikhlas Malang ingin membantu pak Marwan memperbaiki kualitas tempat tinggalnya, makanya kita share di lelang kebaikan. Tak tega banget melihat gubug pak Marwan, yang tempat tidurnya gak pakai kasur dan spreinya dari banner pula. Aku sampai mbrebes mili sepulang dari rumah pak Marwan , mbrebes mili karena kasihan , juga terharu karena Allah telah mengirimku untuk menjadi penghubung bagi orang-orang yang ingin berbuat baik. Sudah setahun aku bertetanggakan pak Marwan dan aku tidak tahu ternyata sebegitu memelas kondisinya , betapa parahnya aku ! (nih aku mulai nangis lagi)

Dan begitulah ceritanya, cerita orang-orang yang ingin berbuat baik dan mengajak orang untuk berbuat kebaikan , mereka akan mendapatkan ujiannya , ujian sabar dan ikhlasnya ... Duh, huruf-hurufnya kok jadi memburam , mataku basah lagi rupanya.

Jadi di komunitas tempat temanku mas Prayono membagi cerita ini, banyak komentar negatif, yang kalau dirangkum, kesimpulannya begini :

- mengapa tidak membantu orang yang asli malang saja ?
- di pantai gua Cina itu banyak gubug, tapi pemiliknya kaya-kaya karena itu hanya rumah singgah.
- mengapa tidak konfirmasi ke pak RT dulu agar tahu kondisi yang sebenarnya ? takutnya salah sasaran.

Untungnya , aku sudah terbiasa dengan komentar seperti itu sejak aku membuka warung ikhlas Malang, jadi sudah siap dengan resikonya , dan ada yang sudah menyediakan tangannya untuk memeluk dan membelaiku saat aku berada dalam perasaan down , itu tuh orangnya , suamiku !

Ketahuilah sahabat,
Aku berjalan dengan hati yang aku hubungkan dengan Allah. Allahlah yang menggerakkan raga dan jiwaku dan kepadaNya saja aku mempersembahkan semua yang aku lakukan, kubiarkan tangan ini tangan yang tertuntun olehNya. Hingga  Allah pulalah yang mengirimi aku sahabat-sahabat dalam irama dan ritme yang sama , dalam kerja sama yang manis.

Hanya sekedar like, share , komentar positif negatif , bagi kami itu sudah merupakan kerja sama yang menawan.  Dan Allah pulalah yang menggerakkan tangan-tangan kalian untuk merogoh kartu atm dan mentransfer sejumlah dana untuk kegiatan kami.  Kami salurkan 112 % lebih .... haha, karena selalu ditambahi sama team kami.

Dalam kasus pak Marwan, aku ini punya kebun disana sudah 3 tahun, dan aku faham siapa yang kaya siapa yang memelas. Tidak semua pemilik kebun disana kaya dan punya rumah di desa yang mboiz , dan menfungsikan gubug disana hanya sebagai rumah singgah.  'Mama tahu sendiri' ... hehehe. Hanya beberapa orang saja yang kaya, salah satunya aku ...ehm , dan biasanya orang yang kaya tidak menunggui sendiri kebunnya, mereka membangun gubug untuk karyawannya.  Dan yang merawat kebunnya sendiri , biasanya juga tidak kaya kaya amat, aku juga tahu sendiri, karena nyemplung sendiri.

Pak RT dan para tetangga sudah berusaha membantu pak Marwan dengan membangun gubug dan seperti itulah hasil maksimalnya, maklum masyarakat sana juga masyarakat yang sederhana pakai banget (baca: sama miskinnya). Jadi kita ini sebenarnya cuma mau membantu perbaiki rumahnya dikiiiit aja biar mereka sekeluarga ga kehujanan, bukan mau bikin rumah gedong magrong magrong buat dia ... Kok gini aja diprotes ya ? Padahal donaturnya yo ikhlas loh , yang membantu dia juga ikhlas , ada relawan yang gak mau dibayar juga ikhlas , kok penontonnya gak ikhlas ya ? Hahahaha .... muaaaf banget , guyon.

Jadi yang mau membantu silahkan , yang tidak juga silahkan, kita cuma tukang ngajakin orang untuk berbuat baik , itulah pilihan 'profesi' kita diantara berbagai pilihan profesi 'tukang-tukang' lainnya.  Yaaa , pengalaman kami yang baru sekali ndandani rumah fakir miskin, memang kita butuh tukang kayu, tukang batu , tukang gergaji , tukang ndelok , tukang nyuruh (nunjuk diri sendiri) , tukang maido , dll .... Anda pilih jadi tukang apa?

Akan halnya pertanyaan , mengapa tidak membantu orang yang asli Malang saja ? bukannya pendatang.  Nah ini nih , aku harus jelaskan bila dalam berbuat baik, dalam setiap pergerakan kami, panduan kami adalah al quran .

Kami ingin menjadi rahmatan lil alamiin, kasih sayang bagi alam semesta.  Jadi kami tidak membatasi apakah penduduk Malang atau bukan , yang penting dia adalah bagian dari alam semesta dan makhluk ciptaan Allah. Lihat saja kegiatan kami di page Warung Ikhlas Malang , kegiatan kecil kami pernah sampai ke Mojokerto, pernah bantu orang Pasuruan, mukena kami sudah nyampai ke Aceh .... yaa , masih sedikit ya yang kami lakukan ? Ampuni kami ya Allah dan beri kami kesempatan menjadi kepanjangan tanganMu yang Agung dan penuh kasih.

Maafkan Innuri ya, bila ada yang tersinggung dengan tulisan ini.

Salam manis,

Innuri

Minggu, 18 Oktober 2015

Tak Bisa Lepas Dari Allah.

Dear Allah lovers,

Saat aku share tulisanku dari blog ke teman-teman fb , kata pengantarnya begini :

"Niatnya sekolah ya untuk Allah, bukan untuk mencari kerja. Niatnya berusaha ya untuk Allah, bukan untuk nyari uang. Soal rejeki berupa sandang pangan papan dan materi, itu sudah dijamin Allah buat yang beriman dan bertakwa, bukan usaha dan pekerjaan kita yang bisa memenuhinya, tapi Allahlah yang memberikan karunia itu".

dan aku mendapat komentar begini :
"tapi realitanya, kudu bekerja dulu baru bisa dapat rizki".

Sayangnya, realita yang lainnya , kita tidak dapat bekerja tanpa tangan , kaki ,otak , mata, penglihatan, pendengaran , hati   dan itu pemberian Allah. Kita juga tidak dapat bekerja tanpa badan yang sehat, dan kesehatan itupun pemberian Allah.  Itu belum termasuk peluang kerja dan banyak hal yang juga diberikan Allah pada kita.

Jadi rejeki itu sebenarnya sudah melekat di dalam diri kita berupa kelengkapan anggota tubuh dan jiwa, kesehatan, peluang dan segalanya. Bila proses bekerja ditujukan untuk mencari rejeki, maka kita sebenarnya cuma melakukan perluasan rejeki saja, yaitu menggunakan rejeki yang ada di dalam diri dan lingkungan kita untuk rejeki yang lain berupa uang, materi, gaji , dll .  Seperti teori energi, bahwa energi tidak dapat dimusnahkan, hanya berubah bentuk, dari energi listrik menjadi energi panas, dari energi gerak menjadi energi listrik , dll.  Dalam hal rejeki, rejeki berupa kepintaran berubah menjadi rejeki berupa gaji, begitulah penjelasan sederhananya.

Rejeki berubah menjadi rejeki dalam bentuk yang lain, sementara rejeki aslinya masih tetap bisa dimanfaatkan lagi dan lagi, terus dan menerus ... hehe , terus menerus maksudnya, sampai waktu yang ditentukan Allah.  Kurang enak apa hayo ? Ayo bersyukur sana ! jangan mengeluuuh saja dan jangan cerewet aja ... hahahaha.

Dalam hal apa saja, kita tidak bisa lepas dari Allah.  Seandainya kita melepaskan niat untuk selain Allah, yaaaa .... Allah gak bakalan kenapa-kenapa, tapi kitanya yang bakalan kenapa-kenapa, musti siap dengan resikonya, dilepas Allah.  Dan yang namanya dilepas sama Allah itu sungguh suatu hal yang amat mengerikan !!! Dan ini jangan dibuktikan loh ya!

Sebenarnya rejeki itu apa siiiih ? makhluk Allah yang banyak diburu manusia ?

Sesuatu yang bisa kita manfaatkan dan kita nikmati, itulah rejeki.  Seorang yang kaya raya, belum tentu rejekinya luas loh ! lah kalau sakit, jadi gak bisa makan ini itu ? Atau orang kaya yang pelit meskipun kepada dirinya sendiri, dan lebih bahagia dengan jumlah uang di rekening yang gendut, lalu setelah dia meninggal , uangnya jatuh ke tangan anak-anaknya, yang berarti dia hanya jadi penjaga rejeki anak-anaknya doang.

 Salam manis,

Innuri.



Kamis, 15 Oktober 2015

Berpikir Pakai Iman

Dear Allah Lovers,

 Sepotong pesan masuk di fb-ku, sebuah tulisan yang terlalu banyak singkatannya hingga aku harus mengerutkan kening untuk membacanya, isinya intinya begini :

"Mbak Innuri, tidak lama lagi hutangku di bank lunas.  Inginnya punya rumah sendiri dan membeli via KPR, tapi untuk membayar cicilan bulanannya aku harus meningkatkan pendapatan.  Untuk meningkatkan pendapatan, aku perlu modal dan itu dari bank.  Jadi bingung antara hutang untuk modal, ambil KPR , atau keduanya".

Sebenarnya jawabannya sederhana saja, jangan mengambil KPR kalau masih merasa belum mampu , lebih baik fokus meningkatkan usaha dulu, dan untuk meningkatkan usaha apakah cuma ngutang di bank alternatifnya ?

Itu tadi adalah jawaban singkatnya, jawaban panjangnya adalah ...

Dari curhatannya yang panjang , aku bukannya mendapat jawaban, tapi malah mendapat pertanyaan :"Lantas dimanakah Allah berada ?".  Temanku sedang dalam dilema,  antara ingin meningkatkan kehidupannya tapi  yang dia takutkan adalah bagaimana nanti bila terjerat hutang.

Seseorang yang menempatkan Allah di hati dan pikirannya, hal pertama yang menjadi pertimbangan dan ketakutannya adalah bagaimana bila Allah tidak ridha ?

Banyak orang terjebak dalam pemikiran seperti ini, untuk bisa mencicil rumah, perlu meningkatkan pendapatan, untuk meningkatkan pendapatan  perlu modal, entah modal dari hutang atau dari menjual aset , dll.  Ini adalah cara berpikir logis , pakai logika.  Sedangkan tuntunan al quran, berpikirnya pakai iman.

Allahlah yang menggenggam rejeki, menahannya atau melebihkannya.  Sedangkan binatang melatapun dijamin rejekinya sama Allah, apalagi manusia.

Allah yang Maha Kasih, hanya meminta kita untuk beriman dan bertawakal kepadaNya, bertakwa dan berbuat kebajikan, bekerja untuk bersyukur kepadaNya.  Dan Allah akan memberi jalan keluar (dari masalah atau dari keinginan kita yang terpendam) dari arah yang tidak disangka sangka.

Berpikir logika akan memenjarakan kita dalam sebuah keadaan yang terbatas , pikiran kitalah yang membatasinya..  Sedangkan iman akan membebaskan kita untuk menerima seluas apapun pemberianNya. 

Banyak hal yang kita tidak tahu dan banyak sekali hal yang kita amat sangat tidak tahu, dan hanya Allahlah yang menggenggam ilmunya,  termasuk ilmu untuk memiliki rumah.  Jadiiii ....

berpikirlah pakai iman.


Salam manis,


Innuri






Selasa, 13 Oktober 2015

Sulit Mencari Pekerjaan

Dear Allah lovers,

Ada seorang sahabat yang curhat, soal seorang saudaranya yang sulit mendapatkan pekerjaan dan sulit mencari nafkah, padahal sejak kecil dia anak yang shaleh, pintar, lulusan fakultas tehnik dari perguruan tinggi ternama, lalu menlanjutkan kuliah di luar negri.

"Adekku ini tadinya SMA dan kuliah sholeh banget dan rajin sholat. Saat kuliah dia malah rajin menghafal  Alquran,  tapi sedihnya, karena cobaan sulit mencari nafkah, dia sepertinya jadi skeptis tentang Allah... dia jadi pelit sekali (ga mau beramal) dia jadi sangat pemarah, dan males sholat.. seolah-olah protes, salah saya apa ".

Apakah Allah salah dalam menentukan nasib seseorang ? Tidak pernah ! karena Dia Maha Bijaksana dan Maha kasih sayang.

Lantas ?

Aku jadi  teringat akan seorang teman kuliah yang nasibnya memelas banget, begitu sulitnya mencari nafkah sampai pernah menjadi cleaning service , sarjana lulusan perguruan tinggi yang saat itu susah sekali masuknya ! yang lulusannya paling gampang cari kerja.

Aku juga teringat cerita seorang teman, yang punya kenalan sekeluarga lulusan perguruan tinggi negri terfavorit di Jawa Timur, tapi tidak sukses secara finansial setelah lulus kuliah, 3 bersaudara yang pintar-pintar dan semuanya tanpa kecuali  gagal di dunia kerja !

Apa yang salah ?

Barangkali kita perlu mendengarkan cerita salah seorang temanku .  Dia adalah senior di sebuah bank pemerintah, dia pula yang menangani rekruitment karyawan baru.  Dan dia bilang, dia tidak menerima lulusan dengan IPK tinggi tapi tidak punya pengalaman berorganisasi, karena biasanya itu  menandakan dia  tidak bisa bekerja sama dalam sebuah team, padahal bekerja di sebuah perusahaan membutuhkan ketrampilan berorganisasi yang baik.


Dan ternyata benar, si adik sahabatku itu memang pendiam dan tidak punya pengalaman berorganisasi.

Itu tadi adalah jawaban logisnya.  Jawaban spiritualnya membuatku bercerita tentang Aden dan Zeli, anak-anakku.

Aden itu lulus ITB dengan waktu yang 'tepat sekali' yaitu 6 tahun.  Tapi begitu lulus, dia tidak mencari pekerjaan, tapi pekerjaan yang mencarinya. Dia ditawari bekerja di sebuah bank pemerintah, ditelepon langsung dari Jakarta dan dia juga ditawari menjadi dosen di sebuah Perguruan Tinggi Negri di Malang.  Keduanya tidak dia tanggapi ... hehehe, memilih menjadi tukang gambar.  Dia founder dari Next Heaven , sebuah komunitas yang menerbitkan majalah anime pertama di Indonesia, juga menerbitkan berbagai karya buku anime yang pemasarannya ke seluruh dunia, sempat berpameran hingga ke Jepang. Keren ya ....

Begitupun Zeli, sejak SMA dia sudah berjualan online dan laris , bisa untung jutaan dalam sebulan masa liburannya. Sekarang dia sudah lulus ISI Yogyakarta dan sudah berkeluarga dan masih berjualan online, tapi memproduksi sendiri dagangannya, produknya bantal lukis, cuma bantal lukis dan sudah punya 2 karyawan.  Itu sebuah prestasi tersendiri untuk pebisnis pemula seperti dia.

Pernah aku ngomong ke suamiku, ngrasani anak-anak :"Kok mereka gampang sekali ya cari uang, kayak ibunya ", .... hahahaha .

Sebenarnya rahasianya terletak di pola berpikir dan pola berperasaan. Sederhana gak pakai ribet, aku mendidik anak-anakku untuk mempersembahkan semua yang dia lakukan untuk Allah. Niatnya sekolah ya untuk Allah, bukan untuk mencari kerja. Niatnya berusaha ya untuk Allah, bukan untuk nyari uang. Soal rejeki berupa sandang pangan papan dan materi, itu sudah dijamin Allah buat yang beriman dan bertakwa, bukan usaha dan pekerjaan kita yang bisa memenuhinya, tapi Allahlah yang memberikan karunia itu.

Bila niat hidup ini untuk mengejar materi, maka lari menjauhlah dia , takut, wong dikejar.  Kalau yang dikejar Allah, maka mendekatlah Dia lebih cepat dari langkah kita, sedangkan Allah adalah pemilik materi yang bisa memberikan apa saja kepada mereka yang dipilihNya. 

 Sudah terjawabkan pertanyaan sahabatku ?


Kamis, 08 Oktober 2015

Dunia Itu Ilusi

Dear Allah lovers,

Kemarin aku membaca artikel tentang pendapat para ilmuwan dunia yang mengatakan kalau dunia itu ilusi, persis kisah dalam film Matrix , cuma kita gak perlu ditancepin kabel-kabel, karena 'kabel kabel'nya sudah terbangun saat kita diciptakan.

Walau tidak semua yang dikatakan ilmuwan itu aku setuju, bahkan ada pendapat mereka yang bikin gemes juga , masak Allah Yang Maha Agung disebut Robot Tuhan, tapi soal dunia itu ilusi  memang benar tersirat di al quran.

"Dunia itu hanya main-main dan senda gurau" , itu salah satu yang tertulis di al quran.
"Kehidupan yang sebenarnya adalah kehidupan di akhirat", yang ini lebih tegas lagi mengungkapkan bahwa kehidupan dunia ini bukan kehidupan yang sebenarnya.
"Kita hidup di dunia sehari saja", itu kata manusia di ahirat nanti yang diterangkan di al quran.

Hanya saja , para ilmuwan tidak punya cukup ilmu untuk keluar dari ilusi , atau sekedar trik untuk merubah ilusi menjadi sesuatu yang benar-benar nyata.

Lantas, bagaimana cara cerdas menyikapi kehidupan yang cuma ilusi ini ?

Ilusi itu tipuan, jadi  jangan tertipu dengan tipu daya dunia,  cari kesejatian !

Nyari dimana ? ... haha ... sebenarnya kita tidak perlu mencarinya, karena sudah ada dan kita hanya perlu menemukannya,  harus pandai melihat mana yang tipuan dan mana kesejatian, melihatnya pakai buku manualnya manusia, al quran.  Kalau nggak pakai buku manual, tertipu lagi nanti, atau mentog di jalan buntu

Persoalan dan masalah itu tipuan, makanya kita disuruh memasrahkannya pada Allah, karena Allahlah yang akan 'bertugas' mengaturnya lewat sistem yang Dia ciptakan.  Jangan bayangkan Allah turun langsung mengatasi persoalan kita kayak 'superman', tapi Allah menciptakan sistem yang pasti, kayak komputer raksasa yang kalau kita masukkan 'input' pasrah, maka segala komponen di alam semesta , atom-atom, kabel kabel , aliran energi, semuanya akan merespon dan bergerak secara otomatis sesuai ketetapanNya.

Jadi jangan tertipu masalah dan persoalan yang cuma membuat kita terjerat di dalamnya, kebulet kayak kepompong tak kunjung jadi kupu kupu.  Kita hidup bukan untuk persoalan, karena persoalan itu ilusi, kita hidup untuk Allah, karena Allahlah kesejatian itu. Jadi keluarlah dari persoalan , terbanglah kayak kupu-kupu yang menemukan udara segar dan pemandangan yang luas.

Tandanya kalau kita sudah tidak tertipu dunia adalah kita merasa bebas , perasaan yang bebas, pikiran yang bebas dari segala masalah.  Yang ada di pikiran dan perasaan kita adalah kesejatian dan Allahlah kesejatian itu.

Segala yang kita lihat, dengar dan rasakan yang merupakan ilusi musti bisa mengantarkan kita pada kesejatian dan Allahlah kesejatian itu.

Segala sesuatu yang kita lakukan, bila itu diniatkan untuk selain Allah, maka itu akan lenyap karena kita melakukan ilusi untuk sesuatu yang ilusi. Tapi bila kita mempersembahkan apa yang kita lakukan untuk Allah, itulah yang mengeluarkan ilusi menjadi kesejatian, itulah hukum Allah yang pasti, yang tetap.

Bahkan sekedar berpikirpun bisa mengantarkan kita pada kesejatian, bila yang kita pikirkan soal penciptaan langit dan bumi hingga menyampaikan pada kesimpulan bahwa tidak sia-sia Allah menciptakan ilusi itu.

Yups, dunia itu adalah ilusi yang diciptakan dengan tidak main-main, ilusi yang amat indah, merupakan  tanda-tanda kebesaran Allah yang mengantarkan kita pada keyakinan bahwa kebesaranNya juga yang nanti akan mengantarkan kita pada kehidupan yang sebenarnya di akhirat.

Al quran juga mengajarkan pada kita agar kita tidak mencintai dunia, tapi mencintai Allah dan lebih mencintai kehidupan akhirat dibandingkan kehidupan di dunia.

Bagaimana caranya lebih mencintai akhirat sedangkan akhirat itu tidak pernah kita tahu ? Caranya dengan banyak-banyak berbuat kebaikan untuk Allah, maka Allah akan bukakan pengertian-pengertian indah di hati kita.

Jangan terbiasa berpikir logika , karena logika itu juga tipuan, berpikirnya pakai iman.  Contohnya : saat bersedekah, jangan merasa uang kita berkurang, karena kekurangan itu adanya dalam ilusi, jadi cuekin saja  ilusi 'kurang' atau merasa 'nanti tidak cukup'.  Sedekah yang ikhlas itu akan melepaskan pikiran kita dari jeratan ilusi, saat pikiran kita terlepas dari ilusi, saat itulah kita akan menemukan kesejatian.

Temukan tempat terindahmu di dunia, itulah tempat kesejatian berada, tempat yang terindah itu adalah di sisiNya, saat kita mengingatNya sambil berdiri, berbaring atau duduk, saat bersujud dan ruku kepadaNya. Rindunya kita akan saat-saat itu adalah pertanda bila kita mencintaiNya, sebaliknya bila kita sering lalai, malas dan tidak fokus saat menghadapNya, itu merupakan peranda bahwa kita telah terjerat dalam ilusi, jadi keluarlah dari ilusi dan berjuanglah untuk menemukan kesejatian.

Ternyata aku pernah menulis tentang ilusi dunia di tulisanku yang ini nih Jangan Berpijak Di atas Ilusi , tulisan ini lebih jelas lagi mengungkap bagaimana cara memenangkan diri keluar dari ilusi.

Kamis, 01 Oktober 2015

Menyandarkan Diri pada Allah

Dear Allah lovers,

Beberapa hari ini aku dicurhati seorang ibu rumah tangga yang punya hutang ratusan juta dan tidak tahu musti bagaimana.

"Suami sakit TBC dan sering ngedrop kalau kena masalah sulit, dan aku hanya ibu rumah tangga saja dengan 3 anak.  Kami hidup dengan usaha kecil dan berhutang selama sepuluh tahun gali lobang tutup lobang sampai ratusan juta. Suami dan keluarganya tidak ada yang tahu bahwa aku sudah berhutang begitu banyak, jadi aku menanggungnya seorang diri.  Sekarang aku sudah lelah".

Kalimat yang sering diulang-ulangnya adalah suami yang sakit , hanya ibu rumah tangga , usaha apa lagi ?

Aku bilang, ibu harus merubah mind set dengan cara banyak membaca terjemahan al quran dan juga mempelajari tulisan di  blogku lebih banyak lagi.  Dan dia jawab sedang mengamalkan surat al waqiah ....

Apa mind set yang harus dirubah ? tanyanya ... dan aku susah menjawab karena sebenarnya jawabannya sudah sering aku tulis di blog.

Yang aku baca dari curhatnya, isinya sedih melulu ... hehehe, namanya juga curhat. Maksudku, dia type orang yang menatap kehidupan dari kacamata sedih, barangkali inilah yang membuat hidupnya malah makin didatangi kesedihan.  Fokus pada persoalan, dan bukan fokus pada nikmat-nikmat Allah.  Bingung mencari solusi, bukan yakin dan pasrah akan pertolongan Allah.  Merasa diri paling menderita sedunia, padahal kalau dia mau melongok ke samping kiri kanan, banyak orang yang lebih menderita hidupnya.

Selama sepuluh tahun dan melompat dari hutang ke hutang yang lebih besar.  Pola pikirnya sudah harus dirombak total.

Ingat pelajaran ustad Virien, ada beberapa tipe orang dalam pola pikirnya.  Ada orang yang menyandarkan diri pada logika , ada yang menyandarkan diri pada ilmunya dan ada yang menyandarkan diri pada Allah.  Nah, menyandarkan diri pada Allah inilah yang disebut tawakal.

Hidup dari hutang ke hutang, itu menunujukkan bahwa dia bersandar pada logika, dan Allahpun berlepas diri dari kehidupannya. Saatnya bertobat dan kembali bersandar pada Allah sepenuh keyakinan!

Suami sakit dan dia hanya ibu rumah tangga, pemikiran inipun perlu dirombak total ! "Hanya ibu rumah tangga" ... kedengarannya dia sedang menghina profesi yang diamanahkan Allah padanya dan sekaligus menghina ciptaan Allah yang berupa dirinya sendiri.  Makanya gak keluar potensinya, karena dia sudah mengklaim  dirinya adalah orang yang lemah.  Bagaimana Allah mempercayakan padanya sebuah proyek besar bila dia sendiri sudah menolak dengan perasaan ketidak mampuannya ?

Cerita tentang suaminya, mengesankan dia dan sang suami belum bisa menyebut 'kami' , tidak ada kebersamaan yang saling menguatkan, seolah-olah dia bilang bahwa aku lebih kuat dari suamiku. Sebuah kesombongan yang halus sekali dan  sudah pula merendahkan suami pemberian Allah. Coba bayangkan bagaimana 'perasaan' Allah ? pemberianNya yang luar biasa kok direndahkan seperti ini ?

Potensi seseorang inshaAllah bisa keluar saat kita mempercayainya.  Percaya bahwa Allah memberikan suami yang tepat, percaya dalam kelemahannya pasti ada kekuatannya, lebih banyak mensyukurinya, lebih fokus melihat kebaikan-kebaikannya, mengabaikan kekurangannya.

Untuk bisa menyandarkan diri pada Allah (tawakal) , dia harus banyak mensinkronkan pikiran dan hatinya dengan al quran.  Segala sifat Allah yang tertulis di al quran musti diimani dengan penuh rasa percaya. Seperti sifat Allah yang Maha Kuasa atas segala sesuatu, harus melahirkan perasaan yakin bahwa Allah juga Maha kuasa untuk mengatasi persoalan keuangannya.  Allah yang Maha memberi jalan keluar yang tidak disangka-sangka , harus membuat perasaan menjadi tenang.  Kekuasaan Allah adalah lebih besar dari persoalan manusia , inilah mind set yang harus terbentuk.

Semoga si ibu bisa segera menemukan perasaan ikhlas dan tawakalnya dan semoga kita semua selalu menyandarkan diri pada Allah di sepanjang kehidupan ini.

Salam manis,

Innuri.

Senin, 28 September 2015

Mengatasi Trauma

Sahabatku di dalam kasih sayang Allah,

Tidak kusangka bila kejadian yang aku ceritakan di Ketika Hati tak tersentuh Al quran , membuatku mengalami trauma yang sampai mengganggu aktifitasku seharian.

Tadi pagi aku langsung ke butik setelah mengantar Alni ke sekolah pakai ojek pak Dari (suami bu Kot) karena mas Hary sakit.  Suasana di butik sepi, cuma aku seorang , yang membuatku terkenang lagi peristiwa kemarin, tangisku tak tertahan, sampai kaki dan tangan dingin.  Kenangan menakutkan itu kembali menyergapku.

Untung tak lama mak Rom datang, disusul bu Kot, yang kemudian menasehatiku macam-macam.

"Bunda, eling Alni ya , eling Insan", katanya.
 "Baca shalawat, ayat kursy", kata mak Rom.

Didoa-doain mak Rom membuatku lebih tenang dan kembali mengurus butik, walau di tengah-tengah kesibukan masih nangis-nangis lagi kalau ingat peristiwa itu.

Hari inipun bisa aku lalui dengan penuh perjuangan.  Giliran pulang ke rumah, bertemu suami yang orangnya ngeman (amat sayang dan menjaga) banget sama istri, lah malah membuatku nangis-nangis lagi .... hiks. Lalu aku putuskan untuk mencari cara lain agar terbebas dari belitan kenangan itu.

Akupun menenangkan diri , memohon petunjuk Allah, dan menganalisa bagian mana dari jiwaku yang sakit.  Dan aku melihat pikiranku didominasi peristiwa buruk , seperti mencengkeramku , dari memori di pikiran mengalir menyerang perasaan , itulah alurnya. 

Yang bisa membuatku lebih baik adalah bila kenangan itu terlepas, barangkali tak akan bisa terpisah sama sekali dari ingatan, tapi minimal tidak menyerang dan bermusuhan denganku.

Baiklah, akupun mengajak kenangan buruk itu 'berbicara'.  Dia adalah makhluk Allah yang didatangkan Allah padaku, jadi aku putuskan untuk hidup 'berdampingan' dengan damai bersamanya. Aku bilang padanya , aku menerima kehadiranmu dengan ikhlas sebagai tamu dari Allah.

Ajaibnya, ketika hati ini menekan tombol ikhlas , kenangan itu menjadi tidak semenakutkan sebelumnya. Lalu dia mengecil, mengecil, tertutup dan tidak terlihat.  Yang membesar di hatiku sekarang adalah rasa syukur, yang terlihat oleh mataku sekarang adalah wajah suamiku yang sabar dan  anak-anakku yang baik dan lucu.

Jadi jawaban untuk seorang yang sedang berperang melawan peristiwa yang traumatis adalah IKHLAS.  Entah bagaimana cara yang menyampaikannya pada ikhlas, yang perlu digali dari penderita adalah munculnya perasaan ikhlas, dan semuanya akan selesai dengan indah.

Tentu aku tidak akan mengulang lagi memakai jasa lelaki yang sudah membuatku begitu semrawut dan kacau.  Tapi aku sudah tidak ketakutan ketika namanya disebut , mengingatnya sudah tidak membuatku menangis dan aku tidak membencinya , tapi aku menerima dia apa adanya, tapi bukan untuk bekerjasama denganku.

Setidaknya pengalamanku ini bisa menjadi pelajaran buat orang lain bagaimana cara mengatasi perasaan trauma dan mengembalikan perasaan dan pikiran kembali normal.

Salam manis,

Innuri.




Minggu, 27 September 2015

Ketika Hati Tak Tersentuh Al Quran

Sahabatku sayang, para pecinta Allah.

Aku ceritakan pada kalian tentang seorang lelaki yang kemarin aku bersamanya sehari penuh, sehari yang mengerikan bagiku, dan aku sudah tidak berani lagi menggunakan jasanya.  Dia telah menghempaskan aku dalam rasa syukur yang bercampur trauma.  Bersyukur karena Allah selalu melindungiku , trauma karena bahaya yang hampir terjadi karena kecerobohannya.

Akupun menuliskan ini dengan air mata yang berderai.

Lelaki itu bersamaku seharian, aku membayarnya untuk membantuku menyelesaikan sebuah urusan yang tidak bisa aku jelaskan disini.  Sebenarnya aku sudah sering menggunakan jasanya, tapi baru kali ini aku begitu faham bagaimana sebenarnya dia.

Lelaki itu membaca al quran 2 jam sehari , di kampungnya dia mengajar mengaji, rajin mengikuti pengajian para kiai , pernah mondok dan 'ngenger' pada seorang kiai .  Itulah mengapa aku sering menggunakan jasanya , karena aku merasa nyaman bekerjasama dengan orang yang akrab dengan al quran.

Tapi, rentetan peristiwa yang terjadi di hari itu, membuatku melek mata dan melek hati.  Lelaki itu ternyata hatinya begitu kaku, kasar dan tidak bertanggung jawab. Kaget sekali aku, saat dia dengan begitu  ringannya melimpahkan kesalahan pada orang lain, padahal dia sendirilah yang telah bersikap ceroboh dan membahayakan orang banyak. Dan diapun tidak meminta maaf untuk kesalahannya yang lain lagi yang hampir membuatku rugi jutaan.  Dia tidak merasa bersalah sama sekali dan malah tertawa-tawa !

Oh ....

Malamnya aku tidur dengan gelisah, bagaimana mungkin orang yang akrab dengan al quran tiap hari, bahkan menghabiskan waktu berjam-jam untuk al quran setiap hari, hatinya tidak tersentuh oleh al quran ? Bagaimana itu bisa terjadi ?  Mengapa al quran tidak mau 'bersatu' dengan dirinya ?

Antara manusia dengan al quran, ada beberapa type interaksi, ada yang membaca al quran di lidahnya, ada yang sampai ke pikirannya, ada yang membaca al quran sampai menerangi hatinya dan ada pula orang yang tidak pernah membaca al quran sama sekali tetapi hatinya diterangi al quran !!!

... karena Allah memberi petunjuk kepada siapa saja yang dikehendakiNya, dan kita musti mencari tahu , kepada siapa Allah kehendaki petunjuk itu sampai padanya ?

Perihal mengapa al quran tidak bisa menyentuh hati orang yang menghabiskan banyak waktu untuk membaca al quran, salah satu jawabannya ada di ayat ini.


[6:84] Dan Kami telah menganugerahkan Ishak dan Yakub kepadanya. Kepada keduanya masing-masing telah Kami beri petunjuk; dan kepada Nuh sebelum itu (juga) telah Kami beri petunjuk, dan kepada sebagian dari keturunannya (Nuh) yaitu Daud, Sulaiman, Ayyub, Yusuf, Musa dan Harun. Demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik.

Simak kata per kata dari ayat tersebut, yang bila disimpulkan , petunjuk Allah diberikan sebagai balasan bagi orang-orang yang telah berbuat baik.  Berbuat baik adalah kuncinya.

Orang yang miskin perbuatan baik, dia jauh dari petunjuk Allah, meskipun kitab petunjuk itu berada di tangannya dan dibacanya pula setiap hari !

Semoga Allah melindungi kita dan anak cucu kita dari hal demikian.

Allah , perkenankan doa kami.  Masukkan kami semua dalam petunjuk dan cahayaMu.




Jumat, 25 September 2015

Keindahan di Titik Nol

Dear Allah lovers,

Tahun lalu , aku menentang suamiku yang ingin berkurban dengan beras, alasan dia karena yang berkurban dengan  kambing atau sapi sudah banyak .  Dan aku memenangkan perbedaan itu , sukses berkurban seperti orang-orang lain.

Sekarang, setelah aku lebih memahami makna qurban secara hakekat ( baca : dipaksa Allah untuk memahaminya) dan memutuskan berkurban dengan cara yang lain , kini giliranku menerima alasan dengan dalil-dalil .... hehehe .

Pernah menjadi orang yang begitu 'syariat' , sejak SMP bacaanku kitab-kitab terjemahan ualama terkenal, dari Bulughul Maram, Rhiyadhus Shalihin , Fiqh Sayyid Sabiq sampai buku-bukunya pak Hasby Ash Shiddieqi. Lalu mencoba memahami hakekat sejak bertemu eyang Syamsul'alam , pemahaman yang berjalan begitu lamban seperti jalannya kura-kura , aku tak kunjung bisa memasuki hekekat walau sudah puluhan tahun berlalu.

Dan ketika aku sedikit berhasil membuka pintu hakekat, melangkahkan kaki ke dalamnya , melihat pemandangan di dalamnya ... kurasa disinilah tempat terindah dari ajaran Islam yang dibawa sang Nabi. Kurasa, inilah intinya, tapi banyak orang (termasuk aku dulu) yang tidak memahaminya.

Simak al quran surat al kausar : Sesungguhnya Kami telah memberikan kepadamu nikmat yang banyak.  Maka dirikanlah shalat karena Tuhanmu dan berkurbanlah.  Sesungguhnya orang yang membencimu itu terputus.

Allah yang Maha Adil memerintahkan berkurban, yang tentunya bisa dilaksanakan oleh SEMUA manusia tanpa kecuali.  Maka menjadi tidak adil bila berkurban hanya terjangkau bagi yang mampu membeli kambing , sapi atau unta.  Bagaimana dong nasib mereka yang tidak mampu ? padahal makna kurban secara bahasa adalah mendekatkan diri kepada Allah.  Apakah orang-orang yang tidak mampu membeli kambing, sapi atau unta tidak berhak untuk mendekatkan diri kepada Allah ?

Bertahun-tahun aku selalu berkurban dengan cara  mengikuti aturan syariat dan aku merasa tidak mendapatkan makna apa-apa , kecuali perasaan senang dan lega karena telah berhasil menjalankan perintahNya.  Dan ketika Allah memaksaku dalam sebuah kondisi tidak bisa berkurban seperti orang-orang , aku malah menemukan hakekat dan keindahannya.

Bahwa sebenarnya kita tidak boleh merasa memiliki apa-apa, tidak boleh merasa telah berusaha, tidak boleh merasa telah berbuat baik. Rasanya Allah telah memasukkanku dalam sebuah peran di sebuah kebijakanNya, lebur dalam skenarioNya.  Merasuk dalam tatanan harmoni alam semesta, semua ini sulit digambarkan dengan kata-kata , hanya bisa dirasakan.  Keindahan di titik nol , saat merasakan diri tiada , karena lebur dalam keberadaanNya , menyatu dalam kehendakNya , menari dalam irama semesta.

Maafkan bila mungkin aku ada menyakiti  perasaan  salah satu atau lebih dari kalian saat ada perbedaan pendapat kemarin,  aku amat memahaminya , dan yang pasti aku menyayangi kalian semua.

Allah, terimakasih untuk keindahan qurban yang Kau beri padaku tahun ini. 




Kamis, 24 September 2015

Tidak Bisa Berkurban (2)

Dear Allah lovers,

Apa arti berkurban bagimu ?

Di hari raya kurban tahun ini , aku serasa  mendapat sebuah pelajaran baru.

Seperti yang aku ceritakan di tulisanku kemarin, tahun ini aku tidak bisa berkurban. Aku terikat kontrak memberi pelatihan selama bulan Agustus - Oktober yang dana alat dan bahannya musti aku siapkan dulu, dan hingga saat ini  belum menerima uang pengganti yang nilainya puluhan juta, dan harus pula mempersiapkan beberapa pelatihan lagi ke depan yang nilainya juga puluhan juta ... 'ngempet ekonomi' ceritanya. Sampai Insan bilang , cara ibuk menabung sungguh spektakuler ..... hahahaha.

Bila aku baca di al quran tentang kurban, maka kurban itu dari binatang ternak. Dan yang kubayangkan adalah orang yang punya banyak ternak, lalu dia disyariatkan untuk berkurban dengan ternaknya . Ini bayangan orang awam , tapi bukankah al quran itu sesuatu yang mudah difahami meski buat orang awam sekalipun ?


[22:34] Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka, maka Tuhanmu ialah Tuhan Yang Maha Esa, karena itu berserah dirilah kamu kepada-Nya. Dan berilah kabar gembira kepada orang-orang yang tunduk patuh (kepada Allah),

Dengan pikiran sederhana seperti itulah , aku dan suami memutuskan berkurban bebek ... ehm, jangan diketawain ya, bebekku itu jumlahnya puluhan , suamiku sedang trial memelihara bebek di belakang rumah , bila berhasil rencananya akan serius memelihara di kebun. Alhamdulillah dia berhasil , kata tetanggaku yang  sudah lama beternak bebek, bebek suamiku termasuk super.  Dan aku berniat untuk membaginya lewat Warung Ikhlas Malang , tentunya dalam bentuk mateng seperti biasanya .

Dan dengan pikiran yang sesederhana itu pula, kurasa kita bisa berkurban dengan apa saja , sesuatu yang  Allah rezekikan kepada kita , yang kita miliki dan kita cintai , sesuatu yang bila dibagikan kepada orang lain bermanfaat , diniatkan untuk mendekatkan diri kepada Allah. Simak cerita Habil dan Qabil , salah satu dari mereka adalah petani yang berkurban dengan tanamannya , sedang yang satunya peternak yang berkurban dengan ternaknya. Jadi berkurban itu tidak musti dengan hewan ternak kan ? Intinya sesuatu yang Allah rezekikan kepada kita, yang bila kita keluarkan untuk orang lain menjadi bermanfaat.

Yang menarik dari kurban yang berupa hewan ternak adalah prosesi penyembelihannya, kurasa mengandung pelajaran yang dalam. Bila berkurban itu menyembelih, tidak cukup hewan ternaknya saja yang disembelih, melainkan juga sifat-sifat kebinatangan kita, rakus , serakah , mau menang sendiri , egois , tendang sana tendang sini .... dll.

Yang lebih halus lagi adalah menyembelih sifat 'ngaku-ngaku', merasa diri menjadi penyebab. Merasa kaya dan berhasil karena kepintarannya , merasa sukses karena ilmu dan pendidikannya.  Semua itu harus dibersihkan , karena semua itu sumbernya dari Allah.  Inilah yang harus dibersihkan dengan penuh kesengajaan , karena kita biasanya suka lupa bila kemilikan sifat 'ngaku-ngaku' ini. Coba dicermati lagi hatinya.

Salam manis,

Innuri.


Rabu, 23 September 2015

Tidak Bisa Berkurban

Dear Allah lovers ,

Bagaimana rasanya menyambut iedul qurban tanpa bisa berkurban ? .... tanyakan padaku sekarang .... ehm ...  rasanya campur aduk .

Ini salahku sendiri , hari raya qurban kemarin, aku berkurban di kebun karena disana tidak ada yang berkurban katanya . Lalu aku tambahi pula dengan mengirim daging kurban dari teman-teman , kupikir agar masyarakat sana bisa kebagian semua.  Eh, ternyata disana juga mendapat kiriman daging kurban dari tempat lain, singkat kata melimpah limpah sampek mblenger istilah jawanya. Kejadian seperti itu juga terjadi di pesantren Gubug.

Menyaksikan semua itu membuatku spontan bilang :"Baiklah, aku mau ngalah saja , tahun depan aku berkurban belakangan saja , tidak usah pas iedul adha atau hari tasyriq , asal lebih bermanfaat buat orang banyak , kurasa itu bakal lebih baik dan Allah Yang Maha Tahu pasti mengerti".

Eeeh , kalimatku menjadi kenyataan sekarang ... hiks , dan rasanya tidak enaaaak ! sungguh ! Aku tidak bisa berkurban karena sedang labil ekonomi ... haha ... Aku sedang 'mabuk pelatihan' , di bulan agustus sampai september , aku mendapat jatah proyek pelatihan belasan kegiatan, yang untuk itu aku harus menyiapkan dana duluan yang jumlahnya cukup besar bagiku , sampai gak bisa berkurban !

"Nah, kapoklah kamu Indah, ngomong jangan asal njeplak!", kata cicak di dinding.  Ya cicak, aku menyesal, tidak akan aku ulangi . Akupun sudah mohon ampun kepada Allah, semoga Allah mengampuni.

Tapi kedatangan eyang Virien tadi siang sungguh membuka mata batinku.  Saat aku bercerita tentang kepleset lidah yang membuatku benar-benar tidak bisa berkurban.

"Bunda-bunda , warung ikhlasnya bunda itu kan sudah melebihi qurban", kata eyang yang membuatku tercenung.

Iya ya , Allah memang tidak memampukan aku untuk berkurban tahun ini , tapi Allah telah memberi peluang padaku untuk berkurban yang nilainya (kata eyang) melebihi kurban.  Berkurban hanya sekali setahun , tapi kegiatan warung ikhlasku berlangsung hampir setiap hari di rumahku .  Bukankah itu sebuah penggantian yang luar biasa ?

Terimakasih Allah , aku terima keputusanMu dengan ikhlas dan senang hati.

Adakah kalian yang tidak bisa berkurban tahun ini ?
Jangan sedih , barangkali Allah sedang mengganti dengan hal lain yang lebih baik.

Salam manis,

Innuri.



Sabtu, 19 September 2015

Bahagia Cara Instant

Dear Allah lovers,

Sebenarnya ini bukan penemuan baru, sebuah cara instant untuk bahagia. Cuma akhir-akhir ini aku semakin menemukan kedalamannya , semakin aku mempraktekkan terasa semakin menentramkan dan memberi rasa bahagia .  Kurasa aku harus mengupayakan ini dari waktu ke waktu , dari detik menuju detik selanjutnya, sengaja memprogram diriku untuk selalu seperti ini.

Apa itu ?

Emh , sudah kubilang ini bukan temuan baru , banyak yang tahu tapi sering melupakannya dan mungkin menganggap itu tidak penting. Sepertiku dulu mungkin.

Berawal dari pertemuanku dengan seseorang yang sama sekali aku tidak berharap bertemu dengannya , sialnya lagi , aku harus bertemu dengannya untuk beberapa hari ke depan. Amat sangat tidak enak terasanya.

Lalu aku mencoba untuk memahami , bukankah ada Allah yang merencanakan semua ini berlaku padaku ? Bila aku mencintaiNya , pasti aku mencintai ketentuanNya , dan mencintai orang yang Allah kasihi .  Dan pasti Allah mencintai semua makhlukNya tanpa kecuali , termasuk yang satu ini nih.  Allah mencintai makhlukNya dengan caraNya , dan aku mencintai segala yang dicintaiNya dengan caraku.

Caraku adalah dengan menerima dia (dan semua orang yang terlibat dalam urusan denganku) dengan senang hati, menerima apa adanya mereka tanpa komplain , seperti tangan yang terbuka , siap menerima apapun yang diletakkan di atasnya , dan menerima segala pemberian dengan hati yang penuh kasih.

Aku mencoba untuk seperti itu , aku bilang pada Allah bila aku mencintaiNya , dan mencintai makhlukNya tanpa kecuali.

Barangkali ikhlas itu berjenjang , ikhlas menerima , ikhlas menerima disertai perasaan suka pada apapun pemberianNya , dan ikhlas yang terbit  berlandaskan rasa cinta kepadaNya .  Ikhlas yang model terakhir ini yang paling indah dan spontan memberi rasa bahagia. Bahagia cara instant kataku , tapi proses memahaminya tidak bisa instant, butuh pemrograman diri dengan sengaja.

Maka akupun sengaja memprogram diriku untuk suka dengan apapun yang terjadi dalam hidupku.  Pernah mau flu dan badan meriang tidak karuan , aku terima dengan suka , bukankah ini pemberian Dia yang mencintaiku dan aku mencintaiNya ? bukankah Dia memberikanku pengalaman ini karena kasih sayangNya.  Dan ketika keikhlasan itu muncul , hasilnya aku memahami di kedalaman makna bahwa rasa sakit diperlukan untuk mensyukuri nikmat sehat.

Dan perihal seseorang yang sebenarnya malas aku bertemu dengannya , yang nomor hp-nya pun sudah aku hapus dari hp-ku, akhirnya aku bisa menerima dia dengan senang , kebencian itu menguap entah kemana, berganti pengertian-pengertian yang indah dan kasih sayang. Dan lucunya , meskipun kami berada di acara yang sama , aku tidak bertemu dengannya !

Aku menyebutnya bahagia cara instant.

Karena mencintaiNya adalah cara terindah untuk bahagia .

Semoga kalian semua bahagia , sahabatku.

Salam manis ,

Innuri.