Senin, 29 Juni 2015

Beribadah Dengan Ikhlas

Dear Allah lovers,

Di bulan ramadhan ini, banyak masjid dan mushala jadi penuh, apakah kalian tahu kenapa ?

Barangkali karena berharap pahala yang berlipat ganda, barangkali karena syetan terbelenggu sehingga memudahkan orang untuk beribadah kepadaNya, atau karena sebab lain yang hanya mereka dan Allah yang tahu.

Aku sendiri sering memaksakan diri shalat tarawih walau kadang shalat tarawih di rumah, hingga pada suatu malam aku disadarkan Allah , bahwa semestinya shalat adalah untuk dipersembahkan kepadaNya saja,.  Bila niat shalatnya untuk dipersembahkan kepada Allah, maka tidak ada perasaan terpaksa, yang ada adalah melakukan yang terbaik dengan sepenuh jiwa untuk memujaNya.

Beda sekali rasanya, saat memaksakan diri untuk shalat, yang ada adalah perasaan lega ketika shalat tarawihnya sudah di dua rekaat terakhir, rasanya tuh seperti selesai mengerjakan tugas yang berat, tinggal witirnya nih, begitu batinku.

Dan ketika malam itu aku melakukan shalat tarawih sebagai persembahanku kepada Allah, subhanallah ! Aku merasakan perasaan ringan dan indah mulai dari awal shalat hingga akhirnya, perasaan 'berdialog' denganNya dan sebagai bonusnya , aku seperti masuk dalam pusaran dzikir alam semesta . Jangan tanya bagaimana indahnya ! Ini indah pakai sekali pakai banget !

Akupun menyadari, bahwa inilah yang disebut beribadah dengan ikhlas.  Ikhlas itu rela, rela itu suka, rela itu  tidak memaksakan diri, rela itu ikhlas memberikan yang terbaik untuk cintanya.

Jadi ikhlas itu bila dilakukan , memberi pengalaman indah yang luar biasa.  Barangkali pengalaman tiap orang bisa berbeda-beda, tapi judulnya sama, yaitu indah sekali !

Cobain yuuuk !


Minggu, 28 Juni 2015

Antara hablun minallah dan hablun minannas

Dear Allah lovers,

Nolnya keinginan, hingga membuat seorang hamba 'dialiri' keinginan Allah, juga membuat seorang hamba 'diisi' dengan sifat-sifat mulia dari Allah.

Salah satu sifat itu adalah kasih sayang, hati manusianya jadi penuh kasih sayang kepada sesama makhluk, menjadi lembut.  Perasaan kasih seolah 'turun' ke dalam hatinya , seperti turunnya air hujan membasahi bumi yang gersang.

Rasa kasih sayangnya mengaliri lingkungannya , mengasihi tanpa pamrih , berbaik sangka dan mendoakan hal-hal baik untuk setiap hal yang dia temui.  Energi kasihnya mudah 'bergandeng tangan' dengan energi kasih sesamanya, membentuk kesatuan energi yang menguatkan bumi dan alam semesta.

Di Indonesia yang aku lihat, 'energi kasih yang menguatkan' ini sedang krisis , negara ini sedang membutuhkan banyak sekali orang-orang yang penuh kasih.  Ini merupakan 'lowongan pekerjaan' yang selalu terbuka, maka jadilah salah satunya.

Hubungan dengan Allah  (hablun minallah) yang berhasil , pasti diiringi dengan hubungan dengan manusia (hablun minannas) yang harmonis. Seorang yang rajin beribadah tetapi masih super pelit, berarti ada yang salah dari ibadahnya, karena semestinya ibadah itu membuat ikatan dengan Allah semakin baik.

Orang yang berhasil membina hubungan dengan Allah juga tidak mudah menghina orang lain meskipun hanya di dalam hatinya, tidak berprasangka buruk, tidak mencela., mudah memaafkan, mudah memahami orang lain, dan tidak gampang marah. Allah mengaruniai mereka dengan hati yang bersih dan penuh kasih, di dalam al quran disebut orang yang beruntung, yaitu orang yang mensucikan jiwanya.

Benar sekali bila orang-orang khusus ini disebut orang yang beruntung, karena mereka adalah orang-orang pilihan Allah.  Walau jumlah mereka di dunia ini sangat sedikit , tapi peran mereka di alam semesta amat penting, mereka seperti memangku 'jabatan' tertentu di kerajaan Allah, maka 'daftarkan diri'  menjadi  salah satunya.  Caranya sudah tahu kan ?


Jumat, 26 Juni 2015

Menyatu Dalam Keinginan Allah

Dear Allah lovers.

Sehubungan dengan tulisanku yang aku postkan kemarin "Prasangka baik mengalahkan doa", ada yang menyimpulkan seperti ini nih :

Bu innuri, poin yg saya tangkap dr tulisan ibu kali ini adl bahwa mari kita tanggalkan smua keinginan (hasrat) duniawi yg berlebihan, larilah ke Allah sendirian, tnpa iming2 dpet apa-apa saat sdh berada deketNYA ini semata2 utk "bercumbu rayu" dg Allah saja, begitu nggeh bu?
Nah, kesimpulan saya jadi menjalani hidup ini sebaiknya gak perlu mencatat goals (tujuan2 hidup yg ingin kita capai, entah pendidikan, karir, pasangan hidup dll), lalu pertanyaan saya skrg dimana letak ikhtiar (usaha nyata) kita sbg manusia dlm merealisasikan visi & misi hidup ini? bukankah Allah menganjurkan kita utk senantiasa ikhtiar lalu tawakal?


Bagi pembacaku yang mengikuti tulisan-tulisanku sejak awal , pasti tidak menyimpulkan seperti ini. Dan jawabanku adalah tidak untuk kesimpulan itu.

Kata "bercumbu rayu" dengan Allah, walau berada dalam tanda kutip, itu kata yang sama sekali salah.

Hubungan sesama manusia saja begitu berbeda , kedekatan  antara seorang ibu dan anak, antara sepasang suami istri, antara dua orang sahabat, semuanya berbeda baik secara interaksi atau secara emosional.  Apalagi kedekatan antara seorang hamba (yang diciptakan) dan sang khaliq (penciptanya), ini hubungan yang jauh lebih dekat dibandingkan antara sesama makhluk, tapi tidak bisa disebut 'cumbu rayu'.

Di dalam al quran, perasaan orang beriman itu disebut takut dan harap kepada Allah, dan ini perasaan yang indah sekali.

Dan soal apakah perlu punya tujuan hidup yang bersifat materi dan kaitannya dengan ikhtiar dan tawakal, aku pernah menuliskannya di tulisanku Pasrah Sejak dari Awal . Silahkan disimak dulu sebelum melanjutkan membaca tulisan ini.

Aku juga pernah menulis, orang yang putus dengan dunia, adalah seperti dua orang kekasih yang putus cinta, keduanya masih berhubungan sebagai teman, sahabat atau rekan kerja , tapi diantara keduanya sudah tidak ada rasa cinta dan ingin memiliki. Jadi orang yang putus dengan dunia, ya masih berhubungan dengan dunia, tapi tidak ada rasa cinta pada dunia.

Ketika seorang hamba sudah tidak menginginkan sesuatu selain Allah, maka dia akan 'dialiri' keinginan Allah, maka dia menyatu dalam rencana Allah  yang dalam bahasa jawa disebut manunggaling karsa kawula-gusti . Aku  pernah menulis soal ini, silahkan di search sendiri di blog ini.

Orang yang sudah putus dengan dunia, bukan orang yang  tidak punya rencana, tapi dia bekerja untuk rencana-rencana Allah, inilah yang disebut bekerja untuk Allah dan untuk bersyukur kepadaNya.

Secara kasat mata, orang-orang khusus ini bekerja seperti halnya orang lain bekerja, bedanya adalah seluruh kehidupannya punya nilai di hadapan Allah.

Orang-orang khusus inipun beribadah seperti halnya orang lain beribadah, bedanya ibadah mereka lebih berkualitas, kalimat-kalimat dalam shalat yang dihayati hingga menitikkan air mata, sujud dengan perasaan yang serendah-rendahnya di hadapan Allah, dan pembicaraan yang akrab dan dekat dengan Allah, hingga bisa merasakan jawaban Allah dalam kalimat-kalimat yang jelas yang disampaikan oleh malaikatNya.

Aku sendiri, tiap pagi ke butik, pulang siang atau sore hari, tentunya aku punya rencana untuk Cantiq butikku, ada target pesanan yang harus selesai, atau aku bakalan kena omel pelangganku. Untuk Innuri brownies juga demikian, kan musti ada target , agar usaha tetap bisa memenuhi gaji kesebelasan karyawannya. Bekerjaku lebih ke pengorganisasian dan melakukan analisa agar usaha berjalan lancar, dan inilah yang Allah inginkan untuk aku lakukan.

Bagaimana aku tahu bila ini adalah rencana Allah untukku ? sudah terjawab kan ?

Semoga tulisan ini bisa membuat lebih faham dan jelas.


Kamis, 25 Juni 2015

Prasangka Baik Mengalahkan Doa ?

Dear Allah Lovers,

Bayangkan di suatu pagi yang sejuk karena hujan semalam, anda berjalan di sebuah taman yang dipenuhi pepohonan rindang dan bunga warna-warni.  Cahaya matahari lembut menembus pepohonan membentuk garis garis manis , damai dan sejuknya pagi membangkitkan bahagia.

Tiba-tiba kedamaian pagi pecah oleh sebuah suara 'gedubrak' , lalu disusul suara rintihan.  Andapun spontan menengok ke arah datangnya suara, ternyata ada seorang gadis kecil jatuh dengan sepeda mininya, lututnya berdarah , baju dan rambutnya kotor oleh tanah basah. Hanya ada anda seorang di tempat sesunyi itu.

Apa yang anda lakukan ? Apa yang orang sedunia lakukan bila berada di posisi anda ?

Pasti datang menolong si gadis kecil tadi, membantunya bangkit berdiri , memeluknya dan menenangkan tangisannya, mencoba mencari obat untuk lukanya, bahkan menggendongnya pulang ke rumahnya sambil menuntun sepeda mininya.

Apakah gadis kecil itu perlu berteriak kepada anda dan meminta anda untuk menolongnya ? Tidak , karena kecelakaan yang menimpanya sudah cukup untuk 'memanggil' anda datang padanya tanpa diminta. Karena kasih sayang anda membuat anda mendatanginya secara sukarela tanpa menuntut balasan.

Kasih sayang, itu adalah jawabannya.

Maka renungkanlah sahabat, sedangkan Allah itu Maha kasih sayang , seandainya kasih sayang  orang sedunia disatukan , itu tidak akan bisa menyamai kasih sayangNya, karena kasih sayang Allah itu tidak terdefinisikan luas dan dalamnya.

Maka mengapa ketika kalian dalam kondisi terpuruk masih meragukan pertolonganNya ?  Bahkan Dia Maha Tahu kondisi kita tanpa terlewat sedetikpun, lahir dan batin kita, bahkan seluruh sel-sel di tubuh kita adalah Allah yang menjaga dengan kasih sayangNya ?

Itulah yang disebut berprasangka baik kepada Allah.  Yakin bila Allah selalu tahu kondisi kita dan pasti mendatangkan pertolonganNya saat kita membutuhkan. 

Allah seperti yang kita sangka, maka bangunkanlah prasangka baik pada Allah. 

Sebuah doa yang disampaikan dengan kalimat-kalimat yang baik, tapi di dalam hati masih ragu dan khawatir , jangan berharap akan mudah terkabul.  Prasangka baik  lebih kuat dari doa semacam ini.

Sahabatku sayang,
Aku tuliskan semua itu berdasarkan pengalaman.  Sejak aku putus dengan dunia (baca tulisan  Aku dan Dunia, End ! ) , aku tidak lagi berdoa minta ini itu pada Allah, aku hanya berusaha memelihara keyakinan saja bahwa Allah selalu tahu keadaanku dan selalu tahu apa yang aku butuhkan.  Aku memurnikan keinginanku hanya untuk menyembahNya saja, aku hanya inginkan Allah, dekat denganNya, bicara denganNya untuk menyampaikan rindu dan cinta.

Aku tidak mau melibatkan urusan dunia untuk memberatkan ibadahku, aku percayakan semua urusanku pada Allah, dan aku datang padaNya 'sendirian' (tanpa membawa serta masalah dunia) dalam shalat dan ibadahku untuk bersyukur dan memujaNya.

Setelah ini aku lakukan, hasilnya sungguh luar biasa ! Rasanya aku sudah keluar dari 'penjara'ku selama ini, penjara yang aku ciptakan sendiri, seperti kupu kupu lepas dari kepompongnya.

Aku semakin memahamiNya hingga aku merasakan kasih sayangNya mengaliri sel-sel tubuhku.  Ini indah sekali !

Masalah masalah dunia yang dulu memberatkanku, seperti 'mengatur dirinya sendiri' untuk berjalan tertib dalam barisan yang cantik, mengalir begitu indahnya !

Kalian musti merasakannya, ini indah sekali !

Tapi pesanku, jangan dipaksakan, biarkan keimanan berjalan dengan sewajarnya.  Bila ingin berdoa, ya berdoa saja.  Bila ingin minta ini itu pada Allah, ya minta saja, itu tidak dilarang kok.  Tapi cobalah untuk melatih diri menyedikitkan keinginan, hingga nol dan yang tersisa hanya keinginan kepada Allah saja.

Selamat mencoba .

Salam manis,

Innuri.


Senin, 22 Juni 2015

Hingga 'klik' dengan Allah

Dear Allah lovers,

Ada yang kepepet finansial ? .... hehehehe ... atau kebelet finansial ... hahaha ... Trus ada yang menyangka bila dirinya sendirilah yang mengalami itu semua ? Trus ada yang mengira bahwa Innuri tidak mengalaminya karena dia menulis buku 'Menciptakan Kejaiban Finansial' ? hihihi ...

Tahukah kalian , siapa manusia yang paling berat ujiannya ? yaitu Nabi dan Rasul Allah.  Setelah itu para wali Allah (kekasih Allah) dan penerus dakwah.

Simak saja kisah para Nabi di al quran, bagaimana Nabi Yusuf diuji dengan saudara-saudara tiri  yang mencoba membunuhnya, terpaksa berpisah dengan ayah ibu tercinta di usia kanak-kanak , dan ketika posisi Nabi Yusuf berada di atas mereka, Nabi Yusuf bahkan membantu dan  memaafkan mereka. Ingat juga kisah Nabi Musa , Nabi Yunus, Nabi Ibrahim, Nabi Muhammad , Nabi Isa , dll .  Para Nabi sering diuji dengan ancaman nyawa.

Orang-orang yang menyengaja dirinya untuk berdakwah, adalah orang-orang yang banyak diuji Allah dengan ujian yang berat-berat..  Eyang Virien contohnya, sering banget diuji dengan apa yang dia nasehatkan ke orang-orang. Dia berdakwah dengan 'totohan nyawa' , sering terancam jiwanya secara fisik dan meta fisik, dan dia juga pernah difitnah dengan kejinya selama berbulan-bulan. 

Begitupun eyang Syamsul'alam ,  beliau pernah bilang bahwa dia sering terancam jiwanya dengan tulisan-tulisannya. Beliau mengatakan bahwa ujian-ujian dari Allah adalah cara Allah mempersiapkan  seseorang untuk dipilihNya mengemban tugas dari Allah di muka bumi.  Dan aku ? sammmaaaaa .... hiks hiks hiks , tapi bagaimana itu terjadi aku tidak bisa menceritakannya.

Tapi tahukah kalian bagaimana perasaanku terhadap orang yang mengancam jiwaku ? Aku  kok malah kasihan dan memaafkannya !

Jadi ketika aku dihadapkan pada yang namanya kepepet finansial , aku hanya merasa Allah sedang rindu padaku. Itu tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan ujian yang mengancam nyawa.

Masih merasa menjadi orang yang paling malang sedunia ?

Tentang cobaan finansial, jangan ragu untuk melakukan apa yang aku tulis, karena aku menulis berdasarkan apa yang pernah aku alami dan aku jalani, yang membawaku pada kasih sayangNya.  Semua yang aku tulis, aku pernah mengalaminya, dan tips yang aku bagi adalah apa yang aku lakukan yang membawaku berhasil melewatinya.  Dan tips itu aku temukan di al quran.

Jangan tanya bagaimana perasaanku saat menghadapi itu semua, perasaan orang  kepepet barangkali sama saja, sama bingungnya seperti kalian.  Cuma beda di mind set saja kukira.  Aku menyikapinya dengan bersyukur dan menganggapnya sebagai ujian naik kelas, atau Allah hendak memberiku pelajaran baru, atau barangkali Allah sedang meluruskan prasangkaku kepadaNya. Jadi bingungnya gak lama-lama.

Setelah bingungnya kubuang ke telaga sunyi .... (sok puitis), aku bangun perasaan bahwa Allah pasti tahu keadaanku , dan Allah pasti nolong. Bila membangun perasaan seperti ini masih kurang berhasil, aku mendekatiNya, berbicara padaNya, dan kadang menangis juga , sampai aku mendapat penguatan dari Allah di hatiku,  berasa 'klik' dengan Allah,  sampai aku merasa Allah bilang padaku bahwa Dia bersamaku dan mendukungku.

Perasaan 'klik' inilah moment pentingnya, sekaligus moment terindahnya. Setelah menemukan perasaan ini, lingkungan seperti menempatkan diri untuk memberikan apa yang aku butuhkan dan  semua jalan keluar terbuka lebar.

Point pentingnya adalah bersyukur dan yakin. Jangan sampai menjadi orang yang pandai menghayati penderitaan , jadilah orang yang pandai bersyukur. 

Para kekasih Allah, meskipun menjalani ujian dan cobaan yang berat-berat, mereka selalu bersyukur dan memujiNya.

Masihkah merasa menjadi orang yang paling malang sedunia ?


Sabtu, 20 Juni 2015

Bagaimana ibadah yang benar ?

 Dear Allah lovers,
Ada seorang pembaca yang bertanya,bagaimana ibadah yang benar ? Adapun pertanyaan lengkapnya ini nih :

"Mba Innuri yang berbahagia, saat membaca artikel 'Aku dan dunia, end', saya mencoba untuk pasrah atas permasalahan saya, dan memang rasanya plong sekali.tapi kok tidak bertahan lama ya, saat dihadapakan yang mba Innuri sebut kepepet finansial, lah ko jadi khawatir lagi. itu bagaimana ya mba,  saya bingung apa ada yang salah ya dengan ibadah saya sehingga Allah memberikan ujian ini (yang saya anggap  hukuman atas dosa dosa saya) dan tiba tiba  merasa Allah tidak bersama saya, jauh sekali. padahal saya  mencoba salat tepat waktu, salat malam, baca quran, mengaji. mohon pencerahanya. bagaimana ibadah yg benar ?"

Apakah ada yang salah di ibadahnya ?
Sebenarnya yang menilai ibadah seseorang kan Allah ya.  Tapi menyimak cerita di atas, menurutku memang ada yang salah di ibadahnya karena ibadahnya tidak memberi 'bekas' dalam jiwanya.

Ibadah khusus (shalat puasa mengaji dll) yang berhasil adalah yang memberi perasaan ketenangan, keyakinan dan kebahagiaan.  Bila ibadah tidak memberikan dampak bagi jiwa, hingga jiwa masih kembali merasa gelisah, sedih dan khawatir, maka ada yang perlu diperbaiki dari ibadahnya.

Hal pertama yang perlu diperbaiki adalah NIAT.  Aku pernah menulis soal ini.  Bila niat (tujuan)  ibadahnya adalah untuk keluar dari permasalahan, biasanya masalah semakin membelit.  Kenapa bisa terjadi seperti ini ? karena fokusnya adalah permasalahan , bukan Allah,  dan diapun mendapatkan apa yang dia fokuskan.  Makanya niat ibadahnya karena Allah saja, untuk Allah, mengabdi padaNya, mencintai dan merindukanNya. Bila sedang mendapat masalah berat, dieliminasi saja dengan cara dipasrahkan kepada Allah, dipercayakan kepadaNya, sehingga hati bisa fokus kepada Allah saat melakukan ibadah khusus.  Soal ini aku pernah menulisnya , bagaimana cara mengambil pertolongan dengan shalat.  Silahkan dicari sendiri di tulisanku sebelumnya.

Setelah niat, perlu meningkatkan pemahaman akan makna bacaan yang kita baca saat shalat ataupun  mengaji .  Aku pernah menuliskannya di tulisanku yang berjudul "Afirmasi Terdasyat".  Juga tolong dicari sendiri ... huk huk huk (aku lagi batuk niiih)

Perlu juga memahami makna cobaan dan ujian.  Allah bukan Tuhan Yang Maha Menghukum, jadi tidak perlu menganggap kesulitan dalam hidup adalah hukuman dari Allah. Dunia ini memang tempat ujian kok, jadi ya santai saja , semua orang mengalami, kita hanya perlu sedikit belajar menghadapinya.

Dan satu lagi, musti memperbaiki prasangka kepada Allah, karena Allah seperti yang kita sangka. Merasa Allah jauh , kedengarannya seperti sebuah ekspresi kecewa, berlatihlah untuk menerima dengan ikhlas segala hal yang terjadi dalam hidup.  Pelajari al quran yang banyak menjelaskan tentang sifat-sifatNya sampai merasa Allah lebih dekat daripada diri kita sendiri.

Untuk sampai pada rasa 'Allah lebih dekat daripada diri sendiri' , itu membutuhkan latihan di kehidupan nyata,  berupa kesengajaan menghadapi segala persoalan kehidupan ini sebagai cara untuk lebih mengenalNya.  Latihan ini sepanjang hidup, sampai merasakan tingkat iman kita semakin tinggi dan tinggi, dan semakin indah.

Semoga jawabanku bisa difahami. Bila masih kurang faham, tidak mengapa bertanya lagi, tidak perlu sungkan.

Salam manis dari ramadhan yang sejuk.
 huk huk huk (batuk lagi)

Innuri

Bergembiralah, Ini ramadhan !

Dear Allah lovers,

Malam ini , ada kejadian yang tak terlupakan bagiku.  Ya, malam ini, di saat bangun untuk sahur dan menemukan diriku dalam keadaan flu, tenggorokan gatal dan kepala berat, menyaksikan tumpukan piring dan panci kotor di dapur, saking banyaknya sampai meluap hingga di bawah tempat cuci piring masih ada panci kotor dan panci presto yang berat.

Akupun bingung, shalat tarawih dulu (karena badanku meriang sejak kemarin, aku shalat tarawih di rumah di jam sahur) apa cuci piring dulu.  Dalam keadaan bingung itulah, ada sebuah suara yang membisikiku :"Bergembiralah, ini ramadhan!". Ahay ! Itu pasti suara utusanNya !

Suara yang spontan membuatku tersenyum dan tiba-tiba menjadi bergembira dan penuh semangat. Akupun mencuci piring dilanjut  makan sahur lalu shalat tarawih, habis shalat terawih , makan mie instan pedas biar tenggorokanku plong.

Sendirian saja malam ini, karena 2 ganteng tidak puasa, Insan kena radang tenggorokan sejak sebelum puasa sampai hari ini belum sembuh, mas Hary kemarin badannya panas, meriang dan batuk pilek. Dan Alni biasanya sahur di tempat tidur sambil merem disuapin mas Hary.

Ya bergembiralah kalian yang sedang menghadapi masalah apa saja, karena ini ramadhan. Bulan yang penuh kasih dan ampunanNya , bulan yang setara dengan seribu bulan. Ramadhan yang banyak menyimpan karunia yang tak terpikir dan tak terbayangkan oleh kita .

Bergembiralah di bulan yang penuh lipat ganda, bulan yang rahmatNya begitu deras menghujani alam semesta.  Rasakan keajaiban ramadhan sejak kita memasukinya di hari pertama hingga akhirnya.  Hanya rasakan dan syukuri ....


Jumat, 19 Juni 2015

Hati Untuk Menampung asma Allah

Sahabatku sayang.

Pernahkan kalian menyelam ke dalam hati kalian sendiri dan menyaksikan betapa luasnya ? Luas sekali dan disana kita bisa memasukkan apa saja yang kita inginkan. Bila yang kita masukkan keindahan, maka pemandangan disana juga teramat indah, dan begitupun sebaliknya. Tahukah kalian hal apa yang paling indah dari semua yang terindah ?

Suatu malam, jam setengah sebelas, aku terbangun karena ketukan di pintu, pintu tetangga maksudku, karena rumah kami dempet dan rumah tipe kecil, jadi suara ketukannya terdengar keras sekali.  Adalah tetanggaku yang jualan sate yang pulang dari berjualan di depan perumahan, pulangnya hampir selalu jam segitu, dan aku hampir selalu terbangun karena kaget mendengar suara-suara itu.  Dan aku hampir selalu membatin :"Kenapa kok gak bawa kunci saja, biar gak berisik?". 

Malam itu aku telah mengisi hatiku dengan komplain ke tetangga dan sekaligus perasaan kesal.

Suatu kesempatan ketika shalat di masjid perumahan, bacaan imamnya banyak yang salah, kembali hatiku terisi kekurangan orang lain. Di butik juga begitu, ada saja komplain ke karyawan, ke pembantu.

Pagi, siang, sore, malam, .... sudah berapa banyak kita isi hati dengan hal negatif ?  Lantas ketika hati menjadi tumpul, gelap dan jauh dari petunjuk Allah, siapa yang rugi ? Dan ketika layar kehidupan memproyeksikan apa isi hati kita, siapa yang kita salahkan ?

Inilah makna ayat al quran, bahwa orang yang beruntung itu adalah orang yang banyak mengingat Allah.  Maksudnya orang yang mengisi hatinya yang luas untuk menampung asma Allah dengan segala sifat dan perbuatanNya.

Itulah mengapa banyak sekali ayat yang mengingatkan kita, agar anak, pasangan, perniagaan jangan sampai melalaikan kita dari mengingat Allah. Artinya, urusan apa saja, sekecil apapun jangan sampai 'mendesak' posisi Allah di hati kita.

Itulah yang disebut dzikir sirry.

Hati itu luas dan keluasannya adalah untuk menampung asma Allah, kasih sayangNya, kebesaranNya, kekuasaanNya.

Renungkan, betapa mengerikan bila hati yang berada di dalam diri kita sendiri, yang kita bawa kemana-mana , disana terisi penuh kekurangan orang lain dan beraneka ragam koleksi keluhan atas hidup ini dan orang-orangnya. Pasti baunya sangat tidak enak !

Allah ampuni, Allah ampuni.

Agar hati tidak dipenuhi hal negatif, tataplah orang lain dengan pandangan kasih sayang.  Untukku mungkin dengan ikut senang melihat tukang sate pulang dengan membawa rejeki untuk keluarganya.  Dan bagaimanapun karyawan adalah orang yang diutus Allah untuk meringankan pekerjaanku.  Dan imam shalat itu, beruntung ada yang mau ngimami di masjid, bisa jadi dia lebih mulia di sisi Allah dibandingkan diriku.

Hal yang paling indah yang mengisi hati kita adalah Dia.

Allah, ampuni.
Allah, ampuni.

Selasa, 16 Juni 2015

Aku dan Dunia, End ! (3)

 Menumbuhkan keinginan kepada Allah

Dear Allah lovers,

Pembahasan tentang 'Aku dan Dunia, End!'  masih berlanjut berhubung masih ada pertanyaan dari sahabat, di saat ramadhan tinggal sehari lagi.  Barangkali inilah PR dari Allah untuk kita  renungkan dan kerjakan di bulan ramadhan tahun ini, yaitu memurnikan penyembahan kita kepadaNya saja.

Kali ini pertanyaan yang mendasar sekali :"Bagaimana menumbuhkan keinginan kepada Allah saja?".

Kita musti menjawab dulu pertanyaan : Mengapa hanya menginginkan Allah saja ? bukankah ingin rumah, mobil , pasangan hidup , anak yang shaleh, cucu , menantu adalah sesuatu yang tidak diharamkan ?

Jawabannya adalah , karena bila kita menginginkan sesuatu selain Allah, semua itu hanya ilusi, semua pasti lenyap dan bila lenyap, maka kita pasti  bersedih, begitupun bila kita menginginkan tapi tidak kunjung memperolehnya, kitapun bisa merasa sedih.  Hanya Allahlah yang layak untuk kita inginkan, karena Allah selalu ada dan pasti tidak akan membuat kita bersedih, dan bila kita menginginkan Allah, maka Allahpun pasti menghampiri kita. Hanya Allah yang memberi kita happy ending.

Bila kita menginginkan sesuatu selain Allah, mereka sarat dengan keterbatasan, mereka hanya bisa menghadirkan dirinya sendiri untuk kita dengan waktu yang terbatas.  Tapi bila yang kita inginkan adalah Allah, maka Allah punya khazanah kekayaan yang tak terbatas yang disisiNya segalanya menjadi mewujud.  Jadi pilihan untuk memilih Allah saja adalah sebuah pilihan yang cerdas dan satu-satunya pilihan untuk hidup bahagia di saat hidup , mati dan sesudah mati.

Pertanyaan yang lebih sederhana : lebih enak mana, menginginkan pabrik atau sang pemilik pabrik ? Rasanya semua orang sedunia memilih pemiliknya bukan? Jadi lebih enak mana ; menginginkan makhluk atau pemilik makhluk? Ya jelas saja aku memilih pemilik makhluk dan penciptanya sekalian yaitu Allah. Bagaimana dengan kalian ?

Selain alasan-alasan di atas, untuk menumbuhkan keinginan kita kepada Allah, adalah dengan cara lebih mengenalNya, karena mengenal menumbuhkan cinta dan kerinduan. Mengenal Allah bisa lewat membaca al quran , atau dengan menghafalkan asmaul husna, dan harus dilanjut lewat pengalaman nyata.  Bila kita menyikapi segala peristiwa dalam kehidupan sebagai jalan untuk lebih mengenal Allah, maka jadi makin mudah dalam mengenalNya.  Eyang Syamsul'alam sering bilang :"Jadikan al quran itu nyata dalam kehidupan dan perbuatan Allah juga nyata bagi kita".

Yang lebih dalam menumbuhkan cinta, adalah interaksi 2 arah dengan Allah, adanya dialog antara kita dengan Allah, saat bisa merasakan jawaban-jawaban Allah, petunjukNya, kasih sayangNya yang Dia nyatakan dalam segala versiNya yang bisa kita lihat, dengar dan rasakan berupa kalimat-kalimat indah yang diantarkan oleh malaikatNya.  Bila sudah bisa merasakan hal ini, maka dunia dan seisinya menjadi tidak  menarik lagi, karena keindahanNya jauh melebihi semua itu.

Setelah menjatuhkan pilihan hanya menginginkan Allah, langkah selanjutnya adalah mengamati pergerakan hati, karena memilih Allah itu adalah perbuatan hati, tidak cukup di niat, apalagi cuma di perkataan. Di hati kita ada 'perlombaan' antara dominasi asma Allah dan segala sesuatu selainNya, bayangkan itu seperti sebuah grafik. Amati, apakah keyakinan kepada Allah dengan segala sifatnya  masih berada di titik teratas ? ataukah segala problema hidup yang menjadikan hati kita begitu berat dan nelangsa ? ataukan kecintaan pada suami , anak-anak dan lainnya yang lebih menguasai hati ?

Tandanya bila hati sedang dikuasai oleh iman kepada Allah, adalah hati yang tenang dan damai, pasrah dan bahagia.  Bila hati galau, sedih, khawatir dan semacamnya , maka ini pertanda harus mengembalikan arah 'jarum' hati ke titik yang benar, yaitu Allah.

Meskipun 'efek samping' dari segala yang aku uraikan di atas adalah kemudahan-kemudahan dari Allah, keajaiban pertolonganNya dan segala hal yang amat indah, tapi jangan menjadikan kemudahan dan keajaiban ini sebagai tujuan.  Saat Allah bersama kita, mendampingi , berdialog , memberi semangat , itulah saat-saat yang teramat indah di dunia ini.

Semoga bermanfaat.
Jangan ragu untuk bertanya bila ada yang masih kurang faham, pertanyaan kalian  (yang sering tak terpikir olehku) kadang membuat penjelasan jadi lebih dalam dan luas.

Salam manis.

Innuri.

Minggu, 14 Juni 2015

Aku dan Dunia, End ! (2)

Dear sahabatku para pecinta Allah,

Sehubungan dengan tulisanku kemarin , "Aku dan dunia, end !", barangkali bukan hanya satu orang saja diantara  pembacaku  yang bertanya dengan pertanyaan semacam ini, barangkali juga pertanyaan semacam ini hanya tersimpan di hati , dan hanya seorang saja yang punya waktu mengungkapkannya.

Pertanyaan itu intinya :
Apakah untuk menjadi seorang yang sudah 'selesai' dengan dunia, orang itu harus sudah tidak punya permasalahan finansial ?

Adapun pertanyaan selengkapnya :
Sudah mencoba tidak menginginkan dunia dan hanya menginginkan Allah, tapi dalam keadaan 'kepepet finansial'.  Kebutuhan keluarga yang harus segera dipenuhi , sementara usaha  masih merangkak. Terus terang kok malah membuat sakit kepala. Biasanya dalam keadaan seperti ini berdoa minta dilancarkan rejeki sama Allah, dan setelah berdoa hati terasa lebih tenang.  Tapi mbak Innuri bilang tidak usah berdoa meminta ini itu yang sifatnya duniawi dan menggantinya dengan iman dan tawakal ? Prakteknya bagaimana agar tidak pusing memikirkan kebutuhan yang mendesak ?

Untuk memahami apa yang aku tulis, memang tidak semudah itu, termasuk buatku sendiri, karena tulisanku kemarin adalah soal 'perbuatan hati', yang tak kasat mata. Menyangkut ketetapan hati dan perbuatan hati yang membentuk rangkaian peristiwa batiniah yang disebut pengalaman spiritual.

Orang yang sudah putus hubungan dengan dunia, tidak harus orang yang sudah tidak punya permasalahan finansial.  Silahkan punya permasalahan apa saja ..... hehehe , masalah keputusan hati dan perbuatan hati tidak terkait dengan permasalahan yang kita hadapi di dunia.  Tapi ini adalah salah satu jalan untuk menyelesaikan permasalahan kita, bahkan bisa aku bilang ini adalah salah satu jalan untuk  berlari dan terbang dari permasalahan, tapi tidak melarikan diri.

Seperti aku bilang, saat kita putus hubungan dengan dunia, adalah bagaikan sepasang kekasih yang sedang putus cinta, mereka masih saling berinteraksi sebagai teman, sahabat atau mungkin patner kerja, tapi di antara keduanya sudah tidak ada rasa cinta atau rasa ingin memiliki.

Saat ketetapan hati kita bilang bahwa kita hanya menginginkan Allah dan tidak untuk dunia, maka perbuatan hati kita adalah berjalan dengan lurus menujuNya saja, sedangkan perbuatan lahiriah kita tetap bekerja menyelesaikan segala tugas yang menjadi tanggung jawab kita di dunia, persembahkan segala yang kita lakukan untuk Allah.  Putus dengan dunia hanyalah soal 'settingan hati', jadi tidak perlu risau bila masih punya permasalahan finansial.

Lantas bagaimana caranya (dia sebut prakteknya) agar tidak pusing dengan tekanan ekonomi ?  Caranya adalah mengupgrade keimanan dari waktu ke waktu.  Aku bilang pindah ke iman dan tawakal, percaya dan memasrahkan persoalan kepada Allah.

Hati harus selalu sadar sedalamnya, bahwa Allahlah yang mencukupkan kebutuhan kita semuanya, tidak ada secuilpun kemampuan kita memenuhi semua kebutuhan itu.  Besarkan perasaan ini, perasaan bahwa Allah yang Maha Kasih selalu tahu posisi dan keadaan kita, Allah Maha Tahu dari mana dan bagaimana cara yang terbaik dalam mengentaskan kita dari segala beban dan jeratan permasalahan.  Allah selalu ada bersama kita, mendampingi , menolong dan menyayangi.  Inilah yang namanya IMAN itu.

Tawakal itu artinya memasrahkan persoalan kepada Allah.  Bila imannya benar, proses pasrahnya juga akan makin mudah.  Tandanya sudah pasrah adalah sudah tidak ada perasaan bingung dan pusing lagi.

Berdoa memohon kelancaran rejeki itu tidak dilarang, tapi dalam tingkatan iman yang lebih tinggi, doa seperti ini sudah tidak perlu lagi, karena di dalam hati seorang yang beriman sudah ada keyakinan seperti yang aku uraikan di atas, bahwa  Allah senantiasa melihat keadaannya dan selalu mendampinginginya, dan diapun yakin bahwa Allah Maha Tahu apa yang harus diperbuat untuk dirinya. Bila masih belum bisa seperti ini, jangan dipaksakan, biarkan proses pendewasaan iman berjalan dengan sewajarnya, silahkan berdoa dengan doa apa saja.

Tapi coba renungkan , barangkali permasalahan yang kita hadapi bukanlah karena doa-doa yang kurang dipanjatkan, melainkan karena perasaan yang masih merasa kurang. Barangkali juga karena di hati kita besarnya permasalahan lebih besar dari asma Allah. Inilah yang perlu diamati setiap waktu, pergerakan hati, apakah asma Allah lebih besar dan mendominasi ? ataukah persoalan-persoalan itu ? Bila asma Allah sudah mendominasi, munculnya adalah keyakinan,  ketenangan dan kebahagiaan.

Orang-orang khusus yang sudah merasa tidak perlu berdoa minta ini itu pada Allah, di dalam hatinya ada rasa syukur yang teramat dalam. Kedalaman rasa syukur inilah yang 'bekerja' lebih dasyat daripada doa yang sifatnya duniawi dan nafsu nafsi.

Doa orang-orang khusus biasanya doa yang sifatnya meluas ke seluruh penjuru semesta, bukan lagi doa yang sifatnya individu.

Semoga jawaban ini memberi kalian gambaran yang lebih jelas tentang maksudku 'selesai dengan dunia'.


Jumat, 12 Juni 2015

Aku dan Dunia, End !

Dear sahabatku , Allah lovers,

Dan ramadhanpun menghampiri ....
Apa yang ingin kalian 'basuh' di ramadhan tahun ini sahabatku ? Apa yang ingin kalian sucikan dari diri kalian di ramadhan ini ? Adakah yang ingin kalian 'lepas'?

Kalau aku .... hmmm ... aku ingin melepas segala keinginan, aku ingin membebaskan segala keinginanku hingga yang tertinggal hanyalah keinginanku padaNya saja.  Sejak saat ini aku sudah tidak berdoa meminta ini itu pada Allah, berdoa yang sifatnya keinginan individu, aku hanya ingin memahamiNya, yang aku inginkan hanya Dia saja.

Aku sudah bilang :" Aku dan dunia, end !".  Aku sudah selesai dengan dunia. Bagaikan sepasang kekasih yang putus hubungan, mereka masih tetap berinteraksi sebagai teman atau sahabat, tetapi di antara keduanya sudah tidak ada ikatan cinta lagi.  Begitulah aku dan dunia sekarang.  Dan karena aku sudah tidak menginginkan dunia lagi, maka aku merasa tidak perlu lagi berdoa tentang itu semua. Simpel kan ? Yak ! ternyata kebahagiaan hidup itu memang sesederhana itu kok, hawa nafsulah yang membuatnya menjadi rumit.

Simak puisi sederhanaku :

akupun berjalan padaMu
saat daun kering lepas beterbangan
tertiup angin sore

tetaplah bertiup anginku
lepaskan ikatanku satu satu
ikatanku pada dunia
pada harta dan segala permasalahannya
pada orang-orang dan segala harapanku pada mereka
pada diriku sendiri dengan segala keinginannya
agar yang tertinggal hanyalah asmaNya 


Sahabatku,
Tahukah kalian, bahwa salah satu sumber penderitaan  adalah keinginan ?  barangkali keinginan yang tak kunjung tercapai, walaupun keinginan yang baik dan mulia.  Keinginan itu bisa juga berupa harapan kita pada orang-orang yang kita sayangi, yang 'memaksa' orang lain menjadi seperti yang kita mau.

Bahkan keinginan yang baik dan muliapun , aku sudah merasa tidak perlu memohonkannya pada Allah. Bila aku hanya menginginkan Allah, maka kebaikan dan kemuliaanNya pasti mengaliriku.  Ini adalah sebuah pemahaman yang halus sekali tentangNya.  Jadi kalian tidak perlu menjadi sepertiku, biarkanlah semua mengalir menurut prosesnya yang sifatnya individual, karena Allah mengurus kalian satu per satu , dengan Maha Teliti.

Ada hal yang amat sangat menyiksa yang harus segera aku lepaskan, yaitu harapanku pada orang-orang, pada suami, anak-anak, sanak saudara dan karyawanku. Ternyata harapan dan doa-doa tidak membawa perubahan yang signifikant , dan ketika aku berpindah ke zona iman dan tawakal (buka surat al mulk) yang terjadi adalah keindahan.

Jadi aku sudah tidak menginginkan apapun lagi, biarlah keinginanNya saja yang berlaku atas diriku, aku tinggal menikmati saja segala pemberian dan karuniaNya padaku, inilah yang disebut bersyukur itu, sebenar-benarnya bersyukur.

Secara hakekat, orang yang masih memendam keinginan adalah orang yang  merasa masih ada yang  kurang dalam hidupnya.  Orang yang masih merasa kurang adalah orang yang tidak menghargai pemberian Allah, yang sama artinya tidak bersyukur.  Itulah mengapa banyak orang yang berdoa, bermohon dan berharap kepada Allah, tapi jauh dari dikabulkanNya, karena hatinya merasa kurang (tidak bersyukur).

Orang yang masih merasa kurang walaupun keinginannya baik dan mulia,seperti halnya orang yang 'protes' kepada Allah, mestinya aku pantas berbuat baik ini dan itu ya Allah, mengapa tidak Engkau mampukan aku? Allah lebih tahu, siapa orang yang pantas menjadi 'kepanjangan tanganNya'. Jadi akupun merasa tidak perlu punya keinginan lagi, meskipun keinginan yang baik dan mulia.  Seperti yang aku bilang , bila aku hanya menginginkanNya, maka kebaikan dan kemuliaan pasti mengaliriku.

Sudah waktunya membersihkan keingian dan menggantinya dengan iman (percaya) dan tawakal (memasrahkan persoalan kepada Allah).  Biarlah keinginan itu cuma satu aja , yaitu Allah.

Dan kubisikkan pada diri :"Telah esa keinginanku".

Rabu, 10 Juni 2015

akupun berjalan

akupun berjalan padaMu
saat daun kering lepas beterbangan
tertiup angin sore

tetaplah bertiup anginku
lepaskan ikatanku satu satu
ikatanku pada dunia
pada harta dan segala permasalahannya
pada orang-orang dan segala harapanku pada mereka
pada diriku sendiri dengan segala keinginannya
agar yang tertinggal hanyalah asmaNya

maka akupun berjalan padaMu
murni di atas titian indah
satu satunya jalan menujuMu

titian ini indah
karena terbuat dari rajutan pasrah rindu dan cinta
dan tetaplah aku berjalan di atasnya

bosan aku dengan segala doa
hanya untuk memuaskan diri sendiri

bilakah aku berdoa murni di atas kerinduanku padaMu?
cuek dengan segala siksaan nafsu nafsi


tak kubiarkan langkahku berat oleh beban
bukankah beban bukan untuk ditanggungkan ?
melainkan dipercayakan untuk Kau genggam

agar aku bisa berlari
menuju istana indahMu

dan segala keinginan hanyalah keinginanku padaMu
telah esa keinginanku

Kamis, 04 Juni 2015

Harus Bagaimana ?

Dear Allah lovers.

Seorang pembaca bukuku bilang bahwa dia menangis setelah membaca bukuku. Kuduga karena dia menyesali kesalahannya dan ingin  bertobat kepada Allah, seperti kebanyakan pembacaku yang lain.  Bahkan ada pembacaku yang spontan menangis dan melakukan shalat taubat 2 rekaat begitu selesai membaca bukuku

"Emang kenapa menangis?", tanyaku.
"Karena hutangku banyak, usahaku habis bangkrut", katanya dan aku ..... maaf, tertawa menertawakan diri sendiri  karena sudah ge-er duluan, kukira bukuku sudah membuka hatinya untuk memahami Allah dan segala kekuasaanNya, ternyataaa ...

"Aku bingung mbak, ;lantas aku harus bagaimana ?", tanyanya lagi,  loh bukankah sudah aku tulis di buku itu bagaimana memasrahkan persoalan kepada Allah hingga kita didatangi keajaiban ? Dia musti membacanya kata per kata, satu kalimat per satu kalimat, karena disitu sebenarnya sudah jelas.

Jangan merasa menjadi orang yang paling malang sedunia dong ah ! Orang-orang yang dicintai Allah memang sering dihadapkan pada ujian dan cobaan yang menekan, untuk membuka tirai pandang mereka kepada Allah, menjadi semakin dekat dan semakin akrab. Ambil kesempatan ini  dan jangan sia-siakan .

Ingatlah kisah para Nabi di al quran.  Nabi Musa pernah dihadapkan pada bahaya dari depan berupa lautan dan dari belakang berupa tentara Firaun.  Nabi Ibrahim pernah berada di atas api yang siap melumatkan tubuhnya .  Nabi Yunus pernah berada di perut ikan paus.  Nabi Muhammad pernah ditodong dengan pedang di leher beliau.

Bagaimana akhir kisah para Nabi ? Semua berakhir dengan indah dan Allah membalikkan keadaan dengan sekejab saja.

Ingatlah kisah para Nabi, di saat mereka dalam keadaan yang terjepit , apakah mereka bertanya :"Aku harus bagaimana?".  Nabi Yunus  mengakui kesalahan dan memohon ampun kepada Allah.  Nabi Ibrahim dan Nabi Muhammad begitu yakin dengan pertolongan Allah.

Jadi tidak perlu bertanya , aku harus bagaimana ? Yakinlah pada pertolongan Allah, karena pertolongan Allah itu mendatangi.  Setelah pertolongan itu datang, tinggal lakukan saja apa yang harus dilakukan .

Bila masih sering bertanya , aku harus bagaimana lagi ? semua usaha sudah aku lakukan dan tidak ada hasilnya.  Bila masih seperti ini, berarti sudah saatnya meletakkan semua logika, besarkan keyakinan kepada Allah, akan kekuasaanNya , ilmuNya, kasih sayangNya.

Cara memperbesar keyakinan kepada Allah adalah dengan rajin-rajin membaca al quran, bacalah setiap hari, fahami ayatnya, lakukan petunjuk di dalamnya dan kerjakan kebaikan yang dianjurkannya.