Kamis, 30 Juni 2011

Menjajakan Dagangan dengan Elegant

Hari ini berlibur, benar-benar liburan rasanya.  Bersama Aden, Insan, Alni, mas Hary dan Yudhi ke Tangkuban Perahu dan ke pemandian air panas Ciater.  Senengnyaaaa, walaupun kurang lengkap tanpa Zeli yang tidak bisa ikut ......

Di tengah-tengah kegembiraan, seorang teman nawari buku lewat telepon.  Kubilang aku sedang berlibur bersama anak-anak, berharap dia mengerti sendiri bahwa aku sedang tak mau membicarakan urusan bisnis, tapi........ dia kurang mengerti dan akupun tak tega bila mengatakan bahwa aku sedang tidak mau diganggu urusan begini.  Kalau dia meneleponku sekedar untuk menyapa dan berhahaha hihihi, aku pasti tidak merasa terganggu......

Kukira temanku yang sales buku itu musti lebih peka terhadap situasi kliennya.
Bila seorang sales terlalu bersemangat dan terkesan 'memaksa' seperti ini, pasti membuat kliennya tambah lari bukan?

Manusia memerlukan keseimbangan.  Otak manusia yang terbagi dalam otak kiri dan kanan memerlukan keseimbangan dalam penggunaannya, kadang salah satu belahan otak kita memerlukan istirahat juga.

Manusia selalu memerlukan istirahat, rekreasi dan bersenang-senang dengan cara mereka masing-masing.  Ada temanku yang tiap sabtu dan minggu menggunakan seluruh waktunya bersama buah hatinya, itu sudah cukup membuatnya bersemangat saat senin pagi dia harus bekerja lagi.  Menawarinya barang disaat-saat seperti ini kemungkinan besar malah ditolak....

Pelajaran bagi siapapun yang ingin sukses berjualan. Sadari bahwa menjual bukanlah sekedar menjajakan dagangan, atau menawarkan barang kita kesana kemari, aktifitas menjual merupakan suatu seni yang harus kita pelajari dan kita improve terus menerus. Hendaklah kita lebih peka terhadap kebutuhan orang lain, pandai-pandailah membaca situasi hati klien.  Pahami bahwa manusia membutuhkan keseimbangan....... 

Selasa, 28 Juni 2011

Begitulah Cinta

Baru kutahu, ternyata cinta tidak perlu dibuktikan, karena dia akan membuktikan dirinya sendiri.

Sepertiku saat ini, masih di Bandung, pameran di Lembang.
Meskipun teman-teman menawariku penginapan yang murah, bersih dan cukup dengan berjalan kaki saja sudah sampai di lokasi pameran, aku memilih pulang ke asrama Aden, pulang pada cinta dan rinduku, melewati perjalanan yang macet, gerimis,  naik angkot dalam ketidaktahuanku tentang Bandung.  Untungnya ada saja orang yang menolong seorang ibu yang tidak mengenal rasa takut sepertiku....... selalu ada orang yang menunjukkan jalan dengan ramah. Bahkan di menit pertama aku menginjakkan kaki di Bandung, seorang teman dengan ketulusannya menjemput, mengantarku ke tempat pameran, lalu memulangkan aku ke asrama Aden......

Padahal, sesampai di kamar Aden di asrama Bumi Ganesha aku tidak sempat ngobrol lama dengan Aden, karena aku yang kelelahan segera pulas, sementara Aden asik dengan gamenya.  Cukup mencium baunya yang tertinggal di bantal dan selimutnya......

Rupanya cinta memang Allah berikan di hati seorang ibu kepada anaknya, cinta yang khusus hanya dirasakan oleh seorang ibu, yang membuatnya tidak takut apapun, rela melakukan hal tidak masuk akal sekalipun. Hanya seorang ibu yang mengalami 'kelainan' yang tidak bisa merasakan cinta ini, dia pasti wanita yang tidak bahagia....

Seorang ibu tetangga stand, berkata padaku ;" Aduh, putranya kuliah di ITB ya? kok pintar sekali, gimana tuh caranya punya anak pinter? "
Itu pertanyaan yang sering aku terima, dan aku selalu tidak tahu apa jawaban yang pas.

Yang kutahu, 'warna' seorang anak mulai terbentuk sejak seorang calon ibu masih gadis. Kok????........  Begini nih penjelasan singkatnya.....
Saat seorang gadis memutuskan untuk menikah, niat apakah yang ada di hatinya dengan pernikahannya itu? Saat dia melayani suaminya, niat apakah yang ada di hatinya? Saat dia mengandung, apakah amalan yang suka dilakukannya? Saat dia mendidik anak, acuan apakah yang dipakainya?
Jawabnya harus, karena Allah, karena Allah, karena Allah......berdasarkan Al Qur'an dan sunnah Nabi.

Karena Allah... sebuah kata yang sederhana dan sesederhana itu pula pelaksanaannya, yang membuatnya tidak sederhana adalah berkecamuknya berbagai penyakit hati dan nafsu nafsi yang melelahkan..... yang menutup cinta kita padaNya.

Sebenarnya aku tak banyak melakukan 'ritual' untuk memperoleh keturunan yang pintar dan shaleh. Hal sederhana yang rutin kulakukan sejak jaman aku masih gadis kecil sampai anak kecilku segede Aden, adalah rajin shalat wajib lima waktu, setelah shalat berdzikir lalu berdoa dengan doa sapu jagad ( Rabbana atiina fiddunya hasanah......dst) lalu doanya Nabi Ibrahim  Rabbana hablana min azwajinna... dst .  Cari sendiri di Al Qur'an yaaa.

Makna doa Nabi Ibrahim itu kan meminta diberi pasangan hidup dan keturunan yang menyejukkan pandangan, yang berarti menyenangkan dan memberi kita kebahagiaan. Bukankah Allah selalu mengabulkan doa? Dia sudah membuktikannya padaku... dan pada kita semua tentu saja.....

Sederhana sekali bukan?

Kamis, 23 Juni 2011

Jangan Bayangkan Monyet Tanpa Bulu

Apa yang terbayang di pikiran anda saat ada orang bilang seperti judul diatas?
Hmm....ini adalah ilmu baru buatku hari ini.

Ceritanya, ada acara yang tak biasa hari ini di pesantren Gubug, ada 'seminar' motivasi dari Pak Made yang muslim, beliau seorang psikolog dan motivator yang biasanya untuk satu orang peserta bayarnya 1 juta.  Khusus untuk pesantren Gubug, beliau menggratiskannya.....duh beruntungnya santri disana, termasuk aku juga sih...

Hari ini masih berisi pelajaran dasar, pak Made bilangnya masih main-main, tentu saja main-main yang berguna. Beliau menjelaskan tentang sistim kerja otak, pekerjaan otak kiri dan otak kanan.  Lalu bagaimana mngoptimalkan kinerja kedua belahan otak kita itu.

Yang paling 'nyantol' di kepalaku adalah saat pak Made bilang ; "Jangan pikirkan gajah berwarna hijau".  Spontan hampir seluruh peserta tertawa, jelaslah... karena langsung muncul gambar di pikiran gajah berwarna hijau yang lucu tentu saja.  Lalu pak Made menjelaskan bahwa otak kita tidak mengenal kata jangan, tidak, atau bukan.
 
Aku baru ngeh sekarang, kenapa anakku Insan hampir tiap hari menggoda Alni sampai nangis.  Rupanya karena aku suka bilang padanya ;"Jangan ganggu adik dong!" (yang keluar di otak Insan kan 'ganggu adik dong')  Mestinya aku bilang :" Sayangi adik dong, buat adik senang ya".

Kalimat negatif memang sebaiknya dihindari, karena akan menghasilkan reaksi yang berlawanan dengan yang kita inginkan.  Begitupun berpikir negatif, akan semakin mendekatkan kita pada hal negatif yang ingin kita hindari.

Aku semakin faham akan aturan Allah yang mengharamkan ghibah atau rasan-rasan.  Kebanyakan ghibah adalah membicarakan keburukan orang lain, yang sama saja memberi input negatif ke otak kita, yang akan direspon dengan melahirkan kenyataan negatif.
Otak kita seperti komputer yang bisa diprogram, berbicara tentang hal buruk seperti melakukan self programing ke otak kita. Dan dari pikiran kitalah akan muncul perbuatan sesuai dengan program yang telah ditanamkan di dalamnya.

Seingatku ada hadist yang mengatakan bahwa seseorang yang merendahkan/menghina orang lain, maka suatu saat dia akan menjadi seperti orang yang dihinanya (sayangnya aku lupa susunan redaksi dan riwayat hadist ini).  Sebagaimana kita faham bahwa ada kenyataan ilmiah dibalik sebuah aturan agama, seperti yang sudah kujelaskan tadi. Bila belum percaya, coba saja pada diri sendiri dan buktikan....hhmmmm.....

Aku pernah menyaksikan sendiri kejadian yang yang empiris dengan hadist tersebut.  Dulu sewaktu masih rajin senam (masih langsing ...hehehe), aku pernah diajak rasan-rasan oleh ibu A yang mengghibah ibu B. Begini katanya :" Ibu B tuh, meke jilbab kok malah bikin malu Islam, masak pas acara pesta kemarin dia pakai baju you can see, mending gak pakai jilbab.."

Kira-kira 2 tahun setelah acara rasan-rasan itu, ibu A memutuskan memakai jilbab.  Dia konsisten dengan jilbabnya, sampai ketika ada acara latihan senam di pantai, aku melihat ibu A memakai celana dan baju ketat dengan rambut terurai...... mirip kasus ibu B yang dia ghibah dulu.

Mungkin ibu A tidak menyadari bahwa dia sudah kualat dengan celaannya kepada ibu B, yang menyadarinya adalah aku. Dan mungkin pula bukan hanya ibu B yang pernah mengalami hal seperti ini, mungkin aku pernah, anda pernah juga.....dan kita tidak menyadarinya.

Sekarang sudah tahu kan  alasan ilmiahnya kenapa Allah mengharamkan ghibah? yuk kita hentikan acara ghibah mengghibah.  Dan bila ada orang njengkelin yang memaksa mulut kita untuk mengucap celaan, coba kita hubungkan hati kita dengan Allah, kita pasrahkan padaNya dan mohon kekuatan untuk bisa mengendalikan diri.
Bila sudah terlanjur ghibah, ya diusahakan minta maaf kepada orang yang sudah kita ghibah.  Bila terpaksa tidak bisa minta maaf, ya kita doakan teman tadi untuk mendapat ampunanNya dan mendapat kebaikan dariNya.

Rabu, 22 Juni 2011

Google Search dan Iman

Sudah beberapa lama aku membuat tulisan di blog, lalu membagikannya ke teman-temanku di face book, ada yang suka dan ada yang memberi komentar, semua itu membuat aku bahagia. Ingin berdakwah tapi tidak menguasai Al Qur'an dan Hadist, itulah aku, makanya aku berdakwah dengan caraku sendiri, dan aku senang.....

Aku tak pernah menyangka bila ternyata blogku banyak yang membuka, bahkan dari Amerika, Malaysia, dan sederet nama negara lain.  25% pembaca blogku ternyata orang luar negri.... menakjubkan. Mungkin mereka masuk lewat komunitas disainer dunia yang kuikuti.  Trimakasih deh kuucapkan kepada semuanya, semoga Allah menuntun kita dalam ridhaNya.

Kuduga, pembaca luar negri itu memahami blogku dengan jalan menerjemahkannya lewat google translate.  Maka aku coba-coba melakukannya, dan wusss..... dalam hitungan detik, artikel yang panjang itu berubah menjadi berbahasa Inggris. Begini tho rasanya hidup di jaman serba canggih, trimakasih Allah yang telah membuatku mengalami era informasi yang menakjubkan.

Ingat bagaimana dulu mulai belajar internet, Aden sebagai 'instruktur'nya.  Aku begitu heran dengan google search, bahkan google juga ngerti bahasa Jawa.
" Sudahlah, bukan tugas ibu mikir bagaimana prosesnya, nikmati saja lah", begitu kata Aden sambil tertawa.... Oalah, wong nek gaptek, jian ngisin isini tenan... hehehe.

Ternyata, dari jaman batu sampai sekarang, rasa ingin tahu manusia sering tidak pada tempatnya, gak mikir apakah kecerdasannya cukup untuk memahami hal yang rumit-rumit.
Masih mending bila rasa ingin tahu itu tidak berkaitan dengan keimanan, jadi tidak ada resiko di akhirat.  Tapi, kalau rasa ingin tahu yang tak terpuaskan membuat kita tidak beriman, alangkah rugi dan menyesalnya kita nanti. 

Contohnya banyak dilukiskan di Al Qur'an, diantaranya ; umat Nabi Musa ingin melihat Allah dengan nyata barulah mereka beriman, di surat Yasin diceritakan tentang orang yang menyatakan keheranannya, bagaimana bisa tulang belulang dan tubuh yang telah hancur menjadi tanah bisa menjadi ciptaan yang baru?  Allah pun menjawab dengan jawaban yang tak terbantahkan, bahwa yang menghidupkannya adalah yang telah menciptakannya pertama kali.  Tapi tetap saja mereka tidak beriman karena kesombongannya.
Semoga Allah melindungi kita semua dari kesesatan setelah memperoleh petunjuk.

Sebagaimana saat kita menuliskan sebuah kata, misalnya 'pelangi' di google search, maka google akan memunculkan apa yang kita minta lengkap dari gambar hingga artikelnya. Siapapun yang melakukannya, baik percaya ataupun tidak, tahu prosesnya ataupun tidak, maka hal seperti ini akan berlaku.
Begitupun kita dengan Allah, segala kejadian yang dilukiskan dalam Al Qur'an pasti terjadi dan pasti berlaku, baik kita percaya ataupun tidak, dan kita tidak berkewajiban untuk mengetahui prosesnya.

Mukjijat yang dibawa Nabi kepada umatnya, memang sudah direncanakan oleh Yang Maha Merencana hingga pas banget dengan kondisi jaman itu.  Seperti di jaman Nabi Musa yang menganggap ahli sihir sebagai profesi yang dihormati dan keren abis, Allahpun membekali N Musa dengan berbagai hal mengagumkan yang bisa mengalahkan ahli sihir. Begitupun di jaman N Muhammad yang umatnya begitu mengagungkan ilmu pengetahuan, mukjijat yang dibawanya adalah Al Qur'an yang banyak mengandung kebenaran ilmiah.

Berada di jaman kini rasanya lebih mudah dalam membawa diri kita dan keluarga untuk menjadi orang beriman dengan haqqul yakin.  Selain mukjijat Al Quran yang tak terbantahkan, banyak hal bisa dijadikan contoh untuk menerangkan kepada anak-anak kita akan berbagai hal yang dulu tidak mudah difahami.

Contohnya bila jaman dulu kepada Aden kecil yang ingin melihat Allah, aku hanya bisa mengatakan bahwa Allah tidak bisa dilihat.  Sekarang kepada Alni aku bisa menjelaskan bahwa hal-hal nyata yang benar-benar ada tak selalu bisa dilihat.  Aku mengibaratkannya dengan remote kontrol, dia tahu bahwa benda itu bisa menggerakkan benda lain tanpa menyentuhnya, akupun bilang bahwa remote bekerja lewat gelombang elektromagnetik, gelombang itu tidak bisa dilihat tetapi ada.  Tentu saja Alni masih bertanya terus, gelombang itu apa?  hehehe.... tapi minimal dia mengerti bahwa sesuatu yang ada dan mempunyai kekuatan besar tak selalu bisa dilihat, diapun lebih mudah mengerti kenapa Allah tidak bisa dilihat.

Semakin maju ilmu pengetahuan, maka semakin mudah kita memahami hukum-hukum yang dijabarkan dalam Al Qur'an, bahkan hukum-hukum yang berkaitan dengan 'rasa'.  Seperti perasaan dengki yang akhirnya menghancurkan diri sendiri, begitupun kesombongan, riya atau pamer, dan berbagai perasaan yang muncul di hati manusia, akan menuai akibat seperti yang disuratkan di dalam Al Qur'an.  Dengan adanya  Fisika Quantum, kebenaran yang menyangkut rasa ini akan dibuktikan secara ilmiah.
Terlepas kita percaya atau tidak, tahu prosesnya atau tidak, mengerti logikanya atau tidak, hukum-hukum itu akan berlaku dan menimpa kita.

Bila 'rasa' bisa diukur panjang gelombangnya dan bisa dibuktikan secara ilmiah akibatnya, bagaimana dengan perilaku menyimpang yang kasat mata. Seperti perilaku kasar, suka mengucapkan kata-kata kotor, tenggelam dalam minuman keras, narkoba, rokok, selingkuh ......., tentu akan lebih mudah ditemukan logikanya.... Tidakkah kita takut akan azab Allah yang pedihnya tak terbayangkan?

Beriman kepada Allah, kitabNya, malaikatNya, Nabi dan RasulNya, ketentuanNya dan hari kiamat, kelihatannya akan menjadi trend masa depan, trend orang-orang modern dan ilmiah.  Sudah jadul banget menyembah sesuatu yang dianggap bisa menjadi perantara kita dengan Tuhan dengan mewujudkannya dalam bentuk patung (berhala) karena itu tidak ilmiah banget, kuno banget.

Menjadi orang beriman dan memilih sikap mematuhi aturanNya (bertakwa) adalah sebuah pilihan cerdas, pilihan orang modern dan ilmiah.  Bila kita dengan senang hati dan bangga berani melanggar aturannya, maka ketahuilah bahwa untuk memperoleh azab yang pedih di dunia dan di akhirat, tidak mensyaratkan percaya atau tidak, mengetahui prosesnya atau tidak.  Semua hukumNya akan berlaku pada siapa saja yang beriman atau tidak.

Marilah kita bersyukur atas keimanan yang hingga hari ini dianugerahkanNya kepada kita. Semoga kita dan anak cucu kita hingga hari akhir nanti termasuk orang-orang yang beriman, karena hanya orang yang berimanlah yang beruntung.

Sabtu, 18 Juni 2011

Bila Hidup Adalah Pilihan

Hari ini mengambil rapot Alni dan Insan.

Berada di ruang kelas Insan yang merupakan kelas unggulan, ternyata banyak juga wali murid yang masih punya tanggungan keuangan ke sekolah, sehingga harus menulis surat pernyataan kesanggupan untuk segera melunasi, bila tidak, rapot anak mereka tidak bisa diambil.

Aku jadi ingat dulu waktu Zeli minta bersekolah di SMP 3 Malang. Kami masih baru pindah ke Malang, setelah 'babak belur' terkena bom Bali episode pertama, keuangan benar-benar pas pasan saat itu, masih menanggung hutang yang banyak.  Rasanya masih awang awangen (tak terjangkau di pikiran) untuk membayar sumbangan gedung yang jutaan. Terselip keinginan untuk menyuruhnya mendaftar ke SMP Pakis (SMP Insan sekarang) yang lebih dekat dan lebih murah.  Tapi suamiku tenang saja ,"Rejeki itu dari Allah, masing-masing anak mempunyai rejeki sendiri. Jangan terkendala uang, apalagi Zeli anak pintar".

Akupun terpengaruh suamiku, menjadi tenang dan yakin saja akan pertolongan Allah. Akhirnya Zeli diterima di sekolah idamannya dan selama dia bersekolah, kebutuhannya selalu terpenuhi dengan lancar, tanpa menunggak. Moment itu menjadi sesuatu yang berharga untuk kukenang, semestinya kita tidak perlu khawatir akan berbagai halangan, bila tujuan kita baik.  Yakin akan pertolongan Allah adalah kunci segala kemudahan dalam hidup.

Di ruang kelas Insan, sempat aku berbincang dengan beberapa ibu-ibu, hingga aku mengerti, mungkin cuma aku seorang yang dua anaknya kuliah, di kota lain pula.  Tentunya aku lebih banyak mengeluarkan biaya dibanding mereka. Bedanya, aku menjalani semuanya dengan ringan saja, karena sudah pegang 'kunci'nya, sedang mereka... aku gak tahu.

Yang kutahu, ibu-ibu suka sekali mengeluh, tentang berbagai hal, mulai dari kebutuhan hidup yang tinggi, kebutuhan sekolah dan buku-buku yang mahal, sampai uang jajan anak-anak......
Buntutnya, mereka melihatku sebagai orang yang tak pernah dipusingkan dengan hal-hal seperti itu. Benar sih, karena untuk pusing atau tidak, pilihannya ada dalam diri kita sendiri, dan aku memilih untuk tidak pusing, kan ada Allah yang Maha Memberi dan Maha Kaya?

Sebenarnya kalau dipikir, yang lebih 'berhak' untuk pusing kan aku...hihihi. Soalnya aku bukan cuma mikirin kebutuhan keempat anakku yang sudah gede-gede semua, melainkan juga mikirin puluhan karyawan.  Gaji karyawan saja puluhan juta tiap bulan, belum kebutuhan butik seperti kain, cat, manik-manik, biaya operasional, dan lain-lain. Dan bukan cuma sekedar itu, masih mikirin pekerjaan mereka agar tetap kontinyu, mikir desain yang diminta pelanggan agar selalu baru dan berganti-ganti....mikir suami tersayang juga ...hehehe.  Dan aku lebih memilih untuk tidak pusing....

Akhirnya, kenyataan menjawab pilihanku, pilihan untuk tidak pusing maksudku.  Banyak hal yang 'bertebaran' di kehidupanku yang membuat hidupku jadi mudah dan nyaman.

Begitulah manusia, dibekali Allah untuk hidup dengan pilihannya. Pilihanlah yang menggerakkan dirinya untuk berbuat, berkata dan bertingkah laku, juga dalam mengambil keputusan. Pilihan pulalah yang menggerakkan alam semesta mewujudkan apa yang dia pilih.
Pilihan dalam hidup bukanlah sekedar memilih profesi menjadi apa, menikah dengan siapa, tinggal dimana, dll dll.
Melainkan juga pilihan untuk bahagia atau menderita, senang atau sedih, sulit atau mudah, .....
Seperti halnya kita memilih untuk melek atau merem, kita akan mendapatkan apa yang kita pilih.

Aku melihat banyak sekali orang, lebih suka memilih untuk hidup susah dibandingkan dengan hidup enak dan mudah.  Kok?? Ya lah, mereka sebenarnya senang hidup mudah, tapi mereka tidak memilih itu.  Ibarat  orang yang lebih senang melek, tapi dia lebih memilih merem.
Bingung??

Begini nih.... ibu-ibu yang kubilang suka mengeluh akan mahalnya biaya pendidikan, mahalnya sembako dll dll, saat dia mengeluh dengan penuh keyakinan, tanpa disadari dia sedang menjatuhkan pilihan untuk hidup dengan penuh kesulitan. Karena 'sulit' adalah sebuah kondisi perasaan, saat seseorang merasakan kesulitan, maka kesulitan itulah yang dia rasa, ya kan?  Aneh dong kalau seseorang merasakan sulit munculnya merasakan mudah, seaneh orang memilih melek dapatnya merem...., memilih mangga dapatnya pepaya.... Jadi jangan salahkan siapa-siapa bila hidup jadi sulit, karena itu adalah hasil 'ciptaan' perasaan kita sendiri.

Bila kita menyenangi sesuatu, maka pilihlah dia.  Bila kita memilih bahagia, ya bahagia sajalah, jangan sibuk mencari kesusahan. Bila kita memilih hidup yang mudah, ya jangan beri ruang di hati kita untuk merasakan kesulitan.  Caranya ya bersyukur,  bersyukur membuat kita merasakan banyak kenikmatan, hingga hati kita tak lagi merasakan penderitaan atau kesulitan.  Lalu biarkan kenyataan dalam hidup akan menyesuaikan diri dengan pilihan kita, jangan diganggu gugat.... Coba saja.

Apapun kenyataan dalam hidup ini, sedang semenderita apapun, kita tetap bebas untuk menentukan pilihan kita, mau bahagia atau nelangsa. Kenyataannya, untuk memperoleh kebahagiaan kita tidak tergantung faktor dari luar diri, karena bahagia adalah pekerjaaan hati.  Saat kita menyetel frekwensi bahagia di hati, maka hal-hal diluar akan menyesuaikan diri dengan frekwensi kita.  Demikian juga frekwensi kemudahan, keberlimpahan, ketenangan, kenyamanan .... dll

Itulah mengapa manusia disebut ciptaan yang paling sempurna, karena dia bisa mengendalikan faktor di luar dirinya.  Dia bebas memilih untuk dikendalikan lingkungan atau mengendalikannya. Semua alat bantu untuk mengendalikan lingkungan sudah tercetak dalam diri setiap manusia, tanpa kecuali.

Pernahkah anda membaca buku yang terkenal sekali, tentang seorang pemuda dari Jepang yang dilahirkan tanpa tangan dan kaki, hingga membuatnya bergerak dengan kursi roda. Pemuda yang ganteng ini begitu inginnya menjadi pemain basket ball, bayangkan bagaimana dia memperlakukan bola tanpa anggota tubuh yang penting itu. Lalu dia bilang, bisa mendribble bola dengan dadanya!!! dan dia membuktikan ucapannya, dan bukan sekedar itu, dia juga bisa membawa timnya menjadi juara.  Sebuah bukti betapa sebuah pilihan akan membuat kita menerima hal yang kita pilih.  Dan betapa sempurnanya ciptaan Allah yang bernama manusia itu.

Bila hidup adalah pilihan, maka pilihan yang terbaik adalah menjadi hamba Allah yang patuh.  Dia telah menyediakan kebahagiaan yang tiada akhir bagi siapa saja yang mematuhiNya, bahagia yang dimulai sejak dari dunia ini.  Dia telah memberikan petunjuk lewat kitabNya yang mulia bagaimana menyikapi hidup,  kita tinggal mengikutinya saja, karena yang Dia inginkan adalah kebahagiaan buat manusia di dunia dan akhirat.
    

Jumat, 17 Juni 2011

Keajaiban Doa

Butik dan rumahku terletak di tepi jalan raya besar yang menghubungkan kota Malang ke arah kecamatan Tumpang, Poncokucumo, beberapa kecamatan lagi lalu kabupaten Lumajang.  Tentu saja kendaraan yang lalu lalang ramai sekali, baru sepi sekitar jam dua belas malam.  Selain ramai, padat, bising, juga sering terjadi kecelakaan.  Dulu beberapa tahun yang lalu, hampir tiap bulan ada kecelakaan di depan butik, sering korbannya di gotong ke teras butik. Prihatin tentu saja, tapi prihatin saja tak cukup....

Yang bisa kulakukan adalah, pagi saat melantunkan doa sebelum kerja bersama karyawan, aku ajak mereka mendoakan 'jalan raya', agar tidak terjadi kecelakaan lagi.
Doa yang dilantunkan dengan penuh ketulusan mudah dikabulkan Allah.  Hingga sekarang tak pernah terjadi kecelakaan di depan butik, semoga untuk selamanya.

Doa untuk jalan raya itu menjadi moment yang membuat kami semua begitu yakin akan keajaiban doa. Doa adalah senjata rahasia untuk menyelesaikan berbagai permasalahan dalam hidup, dan juga untuk mewujudkan sejuta harapan dalam kehidupan.

Tak terhitung sudah berapa kali doa 'bekerja' untukku dan keluarga dalam menghadapi saat-saat sulit.  Membuatku tak peduli bila ada orang bilang, doa saja tanpa usaha sama saja bohong. Itu kalimat yang perlu dibalik, usaha saja tanpa doa sama saja bohong.....iya kan?
Doa dan usaha yang kita lakukan semestinya dipersembahkan kepada Allah, sebagai bentuk kepatuhan kita akan perintahNya untuk berdoa dan berusaha, bukan untuk sesuatu yang bersifat materi atau kesuksesan duniawi. Bukankah materi dan dunia sudah ada jatahnya, hingga setiap kita akan disempurnakan 'pembayaran' seluruh rejeki kita hingga kita menemui ajal (ada hadisthya tapi lupa riwayatnya..hehehe).

Lihat kasus doa untuk jalan raya yang kuceritakan itu, bukankah kami cuma berdoa tanpa usaha sama sekali, lalu Allah mengabulkannya.
Apakah doa perlu di sertai usaha, musti melihat kasusnya dulu.  Kadang pula doa dan usaha tak cukup, yang sering terjadi kita perlu berdoa dan berusaha semaksimal mungkin, setelah itu harus disertai memasrahkannya pada Allah.
Mungkin diantara kita sering mengalami, mengharapkan dan mengusahakan sesuatu dari X, tapi hasilnya malah dari Y, itulah perlunya memasrahkan hasil kepada Allah, agar kita tidak usah men'dikte' Allah saat berdoa.  Biarlah Allah yang memutuskan lewat jalan mana doa kita terkabul, karena Dia lebih tahu yang terbaik buat kita.

Selain berdoa untuk diri sendiri dan keluarga, ajaran agama menganjurkan kita mendoakan orang lain, mulai dari nabi-nabi terdahulu, sesama muslim di seluruh dunia teristimewa muslim yang tengah didhalimi, sahabat, anak-anak.......

Nabi Muhammad amat suka mendoakan anak kecil, menyentuh dan membelai mereka, lalu bermohon agar Allah mencintai mereka karena beliau telah mencintainya.
Aku pernah melihat sendiri, efek ajaib dari doaku untuk anak kecil, membuatku hingga sekarang suka sekali mendoakan anak kecil.

Kejadiannya bertahun tahun yang lalu. Di samping rumah bapak ibu mertuaku di Ngawi, tinggal sepasang suami istri petani yang lugu, dengan dua orang anak, yang sulung perempuan dan adiknya lelaki.  Saat itu anak lelakinya masih bayi, ganteng dan gemuk menggemaskan, sayangnya kedua orang tuanya bukan orang yang taat beribadah (tidak menjalankan shalat lima waktu maksudku). 

Tiap kali aku melihat bayi lelaki itu, aku mendoakannya dalam hati agar dia tumbuh menjadi anak yang shaleh, pintar dan membuat orang tuanya bangga. 
Akupun segera melupakan doaku, apalagi tiap aku berkunjung ke Ngawi, aku jarang bertemu dengan anak itu, hingga suatu hari, saat anak itu sudah SMA, aku menanyakan kepada ibunya bagaimana kabar putranya.  Tahukah jawaban ibunya?
Dia mendiskripsikan anak lelaki itu persissss sis dengan doa yang aku ucapkan pada Allah saat dia masih bayi.  Shaleh, pintar dan membanggakan. Begitupun komentar yang kudengar dari tetangga tentang anak lelaki itu. Mencengangkan bukan? Sayangnya hanya aku sendiri yang tercengang, karena si ibu tak tahu apa yang pernah aku lakukan pada anaknya.  Alhamdulillah, kini keluarga petani itu sudah taat beribadah.

Anakku Aden, pernah bilang begini: " Ibu kan dicintai sama Allah, makanya doanya cepat terkabul. Sedang aku.....aku kan banyak dosanya".
Wah, baguslah... merasakan diri berdosa itu tandanya disayang sama Allah, justru bahaya kalau kita merasa 'suci'. Yang perlu diluruskan, merasa tidak dicintai sama Allah. Sebagai ibunya, aku melihat begitu banyak nikmat yang Allah berikan padanya, tangan, kaki, panca indra... lengkap dan sehat, bisa makan setiap hari, punya orang tua yang lengkap dan bisa kuliah di universitas ter........ di Indonesia. 
Banyak dan tak mampu kita menghitung nikmat karunia Allah, itulah tanda cinta Allah pada kita, tinggal kitanya, cinta sama Allah apa enggak? jadi hamba yang tahu diri apa enggak?
Mudah terkabulnya doa juga bukan ukuran besarnya cinta Allah pada kita, karena cinta Allah itu tak terukur besarnya....

Aden kecil pernah begitu penasaran ingin melihat Allah.  Pasalnya dia sering aku ajak berdoa, contohnya saat dia sakit, aku ajak berdoa agar segera sembuh, saat dia kehilangan mainan, aku ajak berdoa agar Allah membantu menemukannya..... dan doanya selalu dikabulkan Allah. Dimatanya, Allah begitu baik dan Maha Mengabulkan Doa, sampai ingin bertemu dengan Allah.

Memang ada tuntunan dalam berdoa yang disebut adab/tata krama berdoa, bisa dipelajari di buku doa yang banyak dijual di pasar, toko dan kios buku, bahkan dijajakan di bis, silahkan membeli dan mempelajarinya.
Tapi tak ada larangan untuk berdoa dalam keadaan apa saja.
Berdoa berarti menghubungkan  hati dengan Allah, sangat dianjurkan mengingat Allah dalam berbagai keadaan, dalam keadaan duduk, berbaring, atau berdiri  (cari sendiri ayatnya di Al Qur'an yaa....)

Doa juga merupakan sedekah yang murah tapi berkah. Gemar mendoakan orang lain merupakan sedekah yang mudah sekali dilakukan, tapi membawa dampak yang luar biasa. 
Saat dalam perjalanan, dari dalam mobil aku suka mendoakan tiap hal yang aku lewati, sawah, anak kecil, orang tua, toko, warung, pokoknya yang terlihat olehku.  Hati menjadi lebih sering terhubung dengan Allah, hati juga menjadi lembut dan mudah menyayangi orang lain, dan hati menjadi selalu bahagia. 

Rabu, 15 Juni 2011

Alam Yang Kukenal

Seorang sahabat menanggapi postingku "Ke Arah Mana Alam Berfihak", beliau mengatakan bahwa bencana alam tak pandang bulu, baik orang tulus atau tidak, semua akan disapu.....

Aku amat menghargai pendapatnya dan memang tidak salah sih... cuma membuatku ngeri, karena....

Ingat masa kecilku sebagai anak desa yang akrab dengan alam.
Salah satu kesukaanku adalah menyaksikan matahari sore yang perlahan tenggelam, menyisakan biasan merah kelabu di langit senja, indah sekali. Rasanya hampir tiap ada kesempatan untuk 'manggung', maksudku berada di kamar lotengku, aku selalu menunggu saat-saaat indah itu.  Dari jendela kamar di lantai atas, aku bisa melihat pepohonan dan gunung, berlatar belakang langit merah, perlahan pepohonan itu berubah menjadi siluet kelabu seiring turunnya malam.
Aku suka 'bicara' pada mereka.  Mungkin kedengarannya aneh dan tak biasa, aku sering bercerita kepada mereka tentang apa saja dan aku merasakan bahwa mereka mengerti....

Seiring bertambahnya usia, kedekatanku dengan alam juga mengalami metamorfosis, bukan lagi dengan gaya bercerita yang melankolis ala anak usia belasan.
Belakangan aku suka sekali mendoakan alam, menyatukan perasaan dengan mereka, seolah merasakan 'detak jantung' mereka.  Aku merasa, alam adalah sahabat yang amat tulus,  hamba Allah yang teramat patuh dan juga teman yang yang bisa dipercaya.

Mungkin kedengarannya mengada-ngada, apalagi bagi orang yang biasa berpikir realistis dan hanya menilai sesuatu dari yang tampak.... Tapi beginilah adanya, ilmu Allah itu luas sekali, bila kita hanya bisa melihat sesuatu dalam jangkauan kita, bukan berarti sesuatu itu tidak ada, hanya pandangan kitalah yang terbatas.

Aku menyadari bahwa pada akhirnya, titik terakhirku adalah berada dalam pelukan alam.  Pada bumi dan alam, Allah mempercayakan jazad manusia sebagai ciptaanNya yang paling sempurna.  Tak ada salahnya mulai menjalin persahabatan dengan mereka hingga sekarang.
Bila kita renungkan, alam sungguh telah memberi banyak hal kepada kita setiap hari, mulai dari udara, makanan, keindahan, kehidupan... kepada kita. Banyak hal dia beri, rasanya tak sebanding dengan 'kemarahan'nya.
Bencana alam, yang kadang kita sebut sebagai alam yang marah, sebenarnya dia hanyalah sedang menjalani sunatullah, hukum-hukum Allah yang telah ditetapkanNya di alam semesta.  Sudah menjadi ketetapan Allah bahwa hutan yang gundul akan memicu terjadinya longsor dan banjir. Selain itu banyak orang tidak (mau) mengerti bahwa dosa-dosa manusia ikut memberikan 'sumbangan' yang besar akan terjadinya bencana alam.

Indah kecil yang suka membaca, pernah begitu kagum dengan ajaran Islam yang begitu mempedulikan alam.  Contohnya, ada hadist yang melarang kita membiarkan tanah kosong tanpa ditanami, harus ditebar benih, agar bisa menjadi makanan burung... konsep yang begitu indah bukan?  Saat dalam masa peperangan juga dilarang menebang pohon atau menghancurkan tanaman, dan masih banyak lagi ajaran Islam yang menganjurkan kita untuk menjaga alam.

Di masa sekarang, yang membuatku sering prihatin adalah banyaknya perumahan, ruko, mall yang dibangun, tapi tidak menyisakan tanah untuk meresapnya air dan bernafasnya bumi. Idealnya tiap rumah/bangunan menyisakan 30% tanah untuk taman.  Tapi yang kita lihat sekarang, orang lebih suka memasang paving di halaman rumahnya dan menanam tanaman di pot.  Akibatnya air kehilangan tempat meresap, lalu membanjiri manusianya juga.

Tak banyak yang bisa kulakukan untuk alam, yang aku bisa adalah memulainya dari diri sendiri, dari rumahku sendiri.

Saat aku SMA, aku bersekolah di Batu, hanya seminggu sekali pulang ke rumah orang tuaku di Ngantang.  Perjalanan dari Ngantang ke Batu dan sebaliknya, melewati pemandangan yang indah, membentang di kanan kiri bukit hijau dengan dihiasi liukan sungai Konto yang berbatu-batu. Saat itu tak pernah terjadi banjir, sesekali saja ada longsor dari bukit di sebelah jalan.

Sekarang keadaan amat berbeda, pepohonan di bukit banyak ditebang untuk dijadikan ladang.  Banjir dan longsorpun semakin sering, hingga memakan korban rumah, ladang dan nyawa manusia.
Saat aku pulang ke Ngantang, aku hanya bisa berdoa semoga Allah membuka hati penduduk dan semua fihak yang terkait untuk menjaga alam tetap lestari.

Walaupun aku bukan muslim yang amat memahami Al Qur'an, baru belajar sih .... Tapi dari kisah-kisah dalam  Al Qur'an yang kubaca, aku bisa mengambil kesimpulan bahwa orang yang beriman itu adalah orang yang diselamatkan dan dibahagiakan hidupnya oleh Allah sejak di dunia ini hingga di akhirat nanti.

Ambillah contoh kisah Nabi Luth. Sebelum azab menimpa kaumnya, Nabi Luth terlebih dahulu diberitahu agar beliau membawa keluarga dan pengikutnya yang beriman untuk pergi dari daerah yang bakalan tertimpa bencana.  Demikian juga kisah banjir N Nuh, bukankah Allah menyelamatkan pengikut N Nuh dalam kapal besar yang membawa mereka ke tanah baru yang penuh harapan?  Banyak contoh lain dan banyak sekali kalimat yang melukiskan bahwa kebahagiaan manusia yang beriman itu sudah dimulai sejak di  dunia ini, demikian pula sebaliknya bagi mereka yang ingkar, kepedihan sudah dimulai sejak di dunia ini.

Disaat sekarang, kita sering melihat bagaimana keajaiban bekerja pada orang-orang beriman di saat terjadinya bencana alam.
Pernah kusaksikan di televisi, kisah nyata tentang sekelompok pemuda dengan ustadznya terselamatkan dari tsunami.  Saat itu serombongan remaja bersama ustadz pembimbingnya sedang rekreasi di pantai, mendadak air pantai surut dan gelombang besar setinggi rumah datang, siap menyapu pantai.  Untungnya tak jauh dari situ, ada mobil yang sedang parkir di depan rumah penduduk.  Pak Ustadz bersama rombongannya segera menaiki mobil itu berikut si empunya rumah yaitu sang pemilik mobil.  Dengan kecepatan tinggi mereka segera menuju ke tempat yang aman.
Saat mereka sampai di dataran yang lebih tinggi, semua dibuat heran oleh kenyataan bahwa mobil yang mereka kendarai itu tidak ada bannya!!!  Pemilik mobil juga bilang, itu mobil rusak yang tidak ada bahan bakarnya.......  Bagaimana bisa sebuah mobil mangkrak mengangkut begitu banyak orang dengan kecepatan tinggi dan jarak yang tidak bisa dibilang dekat??  Hanya kekuasaan Allahlah jawabannya.

Beberapa bulan yang lalu, saat terjadi tsunami dan kebocoran reaktor nuklir di Jepang, aku juga mendengar kisah yang mengharukan dari seorang pelangganku. Beliau mempunyai seorang putri yang mengikuti suaminya bekerja di Jepang.  Sebelum tsunami, pasangan itu sedang berada di Indonesia untuk cuti, menjelang kepulangan yang sudah direncanakan, mereka menemui halangan sehingga tidak bisa kemballi ke Jepang sesuai jadwal. Lalu terjadilah tsunami yang mengguncang Jepang dan dunia.  Pelangganku itu bilang, bila saja mereka berdua pulang hari itu, mungkin mereka bisa menjadi korban karena tempat tinggal mereka tak jauh dari lokasi bencana.  Tak henti-hentinya pelangganku itu memuji kebesaran Allah.  Beliau bercerita tentang kebiasaan putrinya membaca surat tertentu di Al Qur'an setiap hari, menurutnya itulah yang membuat Allah melindungi dan menyelamatkan mereka.

Nasib kita di akhirat memang tidak ditentukan oleh cara kita mati.  Belum tentu orang yang meninggal di saat bencana adalah orang yang tidak beruntung.
Namun berbaik sangka kepada Allah dan kepada alam tak ada ruginya bukan?   

Senin, 13 Juni 2011

Siapa yang Kentut ?

Kemarin Alni ikut keTuban bersamaku, mas Hary (suamiku) dan bapak (kakek Alni).  Bapak duduk di depan dengan mas Hary sebagai sopirnya.
Di tengah hutan Kasembon, tiba-tiba hidungku mencium bau kentut, spontan aku berkata pada suamiku ," Mas kentut ya? ".
" Nggak ".
" Alni kentut ya? "' tanyaku ke Alni.
" Mbah Joko dulu saja deh yang ditanya ", kata Alni centil, membuat kami bertiga tertawa.
" Alni saja yang tanya mbah Joko ", kataku.   Gadis kecilkupun lalu beraksi.
" Bapak kentut nggak? ", tanya Alni ke bapaknya.
" Nggak ", jawab mas Hary.
" Ibuk kentut nggak ?", tanya Alni padaku.
" Nggak ".
" Mbah Joko kentut nggak? ".
" Nggak ".
" Kok Alni sendiri ga ditanya? ", kata suamiku.
" Oh iya iya.... Sekarang giliran Alni. Alni kentut nggak? ", tanya Alni pada dirinya sendiri.
" Iya tuh...",  Alni menjawab pertanyaannya sendiri.

Tentu saja kami semua ngakak......

Minggu, 12 Juni 2011

Ke Arah Mana Alam Berpihak

Aku punya sahabat, beliau pengusaha batik yang lumayan besar di daerah T, pak W namanya.  Dari beliau aku belajar batik dan jumputan, orangnya tidak pelit ilmu, bahkan kami sudah seperti saudara.
Kemarin aku berkunjung ke rumah beliau untuk belajar pewarnaan alam.

Istri pak W mempunyai toko sepatu di pasar yang ramai, ada 3 orang karyawan yang bekerja di toko itu.  Aku melihat mereka berdua begitu sibuk dan seperti 'terjebak' dalam pekerjaan yang tidak habis-habisnya.  Spontan aku bilang padanya ,"Dibuat sistem yang bagus saja pak, biar pak W bisa jalan-jalan kayak kita.  Kami bisa kemana-mana sementara perusahaan juga tetap jalan ".

" Aku sudah mencobanya mbak Indah.  Tiap kali aku mengajari karyawan, mereka jadi pintar, mereka lalu bikin sendiri.  Di toko istri sayapun begitu, karyawan yang sudah pintar, buka sendiri di depan toko istri saya, lalu ada yang dibina lagi, eh buka lagi di sebelahnya.  Mereka juga membanting harga, jadi repot....", demikian jawab pak W.
Sebenarnya kasus seperti yang digambarkan pak W banyak menimpa pengusaha lain juga.  Aku melihat hal seperti ini terjadi pada pelanggan-pelangganku dan juga temanku sesama pengusaha, termasuk aku juga mengalaminya.

Persoalan yang sama, dengan pengelolaan yang berbeda, hasilnya pasti berbeda juga.
Perbedaanku dengan pak W adalah ...........

Sejak dulu, bila ada karyawanku yang membuka usaha serupa, aku ikhlas saja. Aku senang mereka berkembang, aku katakan pada mereka, agar mereka mengelola pendapatannya dengan baik untuk menyekolahkan anak-anak mereka lebih tinggi dari orang tuanya.
Aku mikirin kemajuan saudaraku sesama muslim sih, inilah yang bisa aku lakukan untuk saat ini. Inilah yang bisa aku persembahkan kepada Allah. 
Aku mengajak mereka untuk saling bekerja sama, tidak menjatuhkan satu sama lain, kami buat kesepakatan harga, agar tidak terjadi persaingan yang tidak sehat. Aku ajari mereka untuk punya 'etika bisnis' sejauh yang bisa mereka mengerti karena pendidikan mereka rata-rata cuma SMP.  Aku berpesan agar mereka bekerja karena Allah.
Aku yakin,  rejeki sudah ditetapkan Allah, dan masing-masing kita akan mendapat jatah rejeki yang telah digariskanNya, jadi gak perlu khawatir dengan persaingan.

Apakah usaha yang aku lakukan ini berjalan mulus? ..... tidak selalu..hehehe.....

Aku pernah bercerita di postingku sebelumnya (baca : Hamba Allah atau Hamba Materi), ada seorang mantan karyawanku yang nakal.  Dia membanting harga hingga salah seorang pelangganku beralih kepadanya, dan banyak lagi 'kenakalan'nya yang lain. Lalu bagaimana reaksiku? ....Selalu memaafkan dan mendoakannya.  Orang macam begini amat membutuhkan doa dari kita, karena batinnya sedang dilanda 'tsunami', dia pikir tak ada cara lain untuk mencari rejeki selain dengan banting-bantingan harga, dia pikir rejeki bisa dikendalikan olehnya, sempit sekali kan cara berpikirnya? Kaciaaan deh...

Akupun gak mau terlibat dalam permainan banting membanting itu, gak usahlah aku 'berdendang dalam iramanya'. Aku punya 'irama' sendiri lah, aku tetap bertahan dengan hargaku dengan kualitasku yang terbaik. Lagipula aku tidak akan tega menggaji rendah karyawan bila aku turunkan harga.  Aku punya segmen pasar sendiri kok.  Dan bila ada mantan karyawan  memposisikan diri sebagai pesaingku (dengan kata lain musuhku), aku tidak perlu menyetarakan diri dengan menjadikannya musuhku juga.... aku gak perlu merendahkan diri seperti itu....  Aku masih ingin menjadi makhluk mulia yang dibanggakan Allah di hadapan malaikat. Inilah hal terpenting yang ingin kucapai, yaitu ridha Allah.  Kecintaanku pada ridha Allah musti lebih besar daripada kecintaanku pada dunia dan seisinya....

Sistim di alam semesta ini sudah diciptakan Allah sedemikian rupa, sehingga hanya kepada orang-orang yang tulus hatilah alam akan berpihak.
Buktinya, meskipun beberapa karyawanku membuka usaha sendiri, aku tidak pernah kekurangan karyawan pintar yang bisa meringankan pekerjaanku.  Diantara mantan karyawan yang sudah membuka usaha sendiripun, beberapa orang masih rela membantuku tiap kali aku membutuhkan mereka.
Masih bertambah karunia Allah padaku saat Cantiq terpilih untuk memperoleh sertifikat ISO (International Organisation of Standardisation) gratis.  Perusahaan kecilku dibimbing selama enam bulan, dibenahi seluruh sistimnya, karyawanku juga memperoleh training sehingga bisa memahami dan menjalankan ISO.

Saat kita tidak rela bila usaha kita disaingi orang, sebenarnya kita sedang menyempitkan pikiran kita. Kita pikir rejeki itu ya cuma dari usaha yang sedang kita jalankan, padahal khazanah Allah itu begitu luas dan tak terbatas.
Tapi bila kita berpikir bahwa rejeki itu di tangan Allah, maka Allah akan tunjukkan jalan rejeki lain yang lebih membuat kita heran dan kagum.
Contohnya aku lagi nih.  Dalam perjalanan bisnisku akhirnya aku 'tersandung' batik. Tersandung yang luar biasa enak, semua benar-benar sudah diskenariokan Allah untukku, mulai dari guru batik, karyawan sampai pelanggan  (baca posting: Saat Allah Bukakan Jalan).  Usaha batikku ini insyaAllah ke depannya akan aku jadikan salah satu usaha di pesantren Gubug.  Di pesantren ini, santrinya tidak dipungut biaya apapun, akupun ingin menghindari meminta-minta sumbangan sana sini, solusinya pesantren harus punya usaha yang bisa dikerjakan oleh santrinya yang kebanyakan nganggur.

Dalam perjalanan hidup dan bisnisku, alam seperti selalu menyediakan orang-orang yang loyal padaku dan juga pada Cantiq usahaku.  Mungkin rahasianya adalah, aku melakukan semua aktifitasku karena Allah, aku berjuang untukNya.  Sedangkan fitrah manusia adalah mengabdi padaNya.  Saat ada seorang pemimpin melakukan perjuangannya untuk Allah, manusia dibawah kepemimpinannya akan mengikuti dengan ikhlas dan rela.

Ingin kutegaskan lagi, Allah menciptakan sistim di alam semesta ini sedemikian rupa, sehingga alam akan berpihak kepada orang yang menjunjung tinggi nilai-nilai ilahiah. Sebagaimana nilai-nilai itu telah dijabarkan dalam kitabNya yang mulia Al Qur'an.

Jumat, 10 Juni 2011

Caraku Mengatasi Susah Tidur

Pernah tidak bisa tidur? Kalau sulit tidur cuma sekali-sekali saja, mungkin bukan masalah besar.  Kalau keseringan, namanya insomsia.....eh insomnia.

Aku sebenarnya orang yang gampang tidur, kadang-kadang saja dilanda susah tidur, rasanya gak mengenakkan banget.  Belakangan aku sering menganalisa diriku sendiri, bagaimana kondisiku saat susah tidur itu.  Dan ini kesimpulannya :

-  Kondisi badan tidak nyaman, mungkin masuk angin, perut kembung, badan pegal-pegal atau meriang menjelang flu.   Biasanya bisa tidur setelah diberi minyak angin dan memakai baju hangat. Bila badan pegal-pegal, aku atasi dengan senam ringan minimal mencium lutut. Gerakan mencium lutut bak meluruskan kembali urat-urat yang salah, lalu kulanjutkan dengan meliukkan pinggang.  Dipijat di bagian punggung, tangan dan kaki juga membuatku merasa nyaman dan bisa segera terlelap, nih tugas suamiku yang tidak bisa diwakilkan ....hehehe

-  Kondisi lingkungan tidak nyaman, terlalu dingin atau terlalu panas. Ini bisa diatasi dengan berpakaian yang sesuai, misalnya memakai baju tipis di udara panas, atau memakai baju tebal plus kaus kaki di malam yang dingin.

-  Pakaian tidak nyaman, mungkin terlalu ketat, atau kainnya kasar, mengatasinya dengan ganti baju yang lebih enak dipakai.

-  Sedang menginap di tempat yang masih asing atau yang tak terbiasa buatku, apalagi di tempat yang sedikit angker. Mengatasinya ya membaca ayat kursy dll dll.

-  Habis minum kopi yang telalu kental
-  Suami pergi keluar kota, hingga cuma bertiga dengan Insan dan Alni.
-  Pikiran sedang 'ramai'.......

Diantara penyebab yang kutulis itu, yang paling susah diatasi ya pikiran yang sedang mengembara kemana-mana.  Biasanya aku mengatasinya dengan jalan membayangkan apa yang kupikirkan sebagai sebuah benda nyata, 'benda' itu lalu kukeluarkan dari kepalaku, aku serahkan dengan penuh rasa percaya kepada Allah, agar Dia menyimpannya dan sekaligus menyelesaikan persoalanku.  Tanpa menunggu lama, kepalaku terasa ringan, lalu kutertidur diiringi dzikir dari hatiku.

Kadang aku minta didoakan suamiku, doa agar aku bisa segera tidur.  Bila beliau di luar kota, aku sms atau telepon saja karena doa dan ridha suami ternyata ampuh sekali untuk membuatku mudah tidur dengan mimpi indah.

Tak jarang aku syukuri saja aktifitas 'melek'ku malam itu.  Kupikir, manusialah yang membuat peraturan tidur 6-8 jam sehari,  Allah tidak mengharuskan begitu bukan? ngapain repot....
Kalau dengan sedikit tidur, kita masih bisa beraktifitas normal, mengapa tidak?
Biasanya aku isi malamku yang sepi dan melek sendiri  dengan menulis, membaca, berdzikir atau sekedar nonton televisi.  Aku yakin, melek atau tidurku adalah atas ijin Allah  Kalau aku mengalami sulit tidur, Allah pasti mempunyai maksud tertentu, demi kebaikanku dan mungkin orang lain.
Saat terjaga sendirian hingga larut malam, rasanya lebih dekat dengan Allah, serasa lebih mudah 'bicara' dengan Allah.  Allah yang Maha Mendengar, lebih terasa Maha Menyapa juga.

Susahnya, bila dengan sulit tidur di malam hari membuat susah konsentrasi di siang harinya, atau pusing kepala.  Musti diatasi dengan pijat, untungnya aku punya 'sisir pijat' yang bisa mengatasi sakit kepala atau susah konsentrasi. Banyak alat pijat terbuat dari kayu yang dijual di bis yang dilengkapi dengan gambar kaki dan tangan yang menggambarkan titik pijat terapi, bagus untuk dicoba karena bisa dilakukan sendiri tanpa menimbulkan efek samping.
Untungnya aku bekerja di usahaku sendiri, jadi tak perlu sungkan untuk tidur sepanjang hari untuk mengganti kurang tidurku semalam....enak kan? hehehe...

Kadang aku tidak bisa tidur karena ada 'peristiwa' tidak enak yang sedang terjadi. Ini kualami saat SMA, bermalam-malam tidak bisa tidur, selalu ketakutan karena melihat banyaknya makhluk aneh di kamarku.  Lalu ibu membawaku ke orang pintar, ternyata aku kena guna-guna.  Sihir memang ada, Al Qur'an saja menyatakan hal ini, nabi Muhammad saw saja pernah kena sihir. Kita tidak usah malu mengakui bahwa kita percaya adanya guna-guna atau sihir, dan tak usah takut kehilangan predikat sebagai makhluk ilmiah atau manusia modern.

Pernah pula aku alami, tiap memejamkan mata aku melihat 'pemandangan' aneh-aneh, seperti pemandangan dari dunia lain.  Akupun jadi takut memejamkan mata, disaat seperti ini yang kubutuhkan adalah menelpon ustadz Virien. Tanpa menunggu lama, pemandangan aneh itupun seperti tercerabut dari pikiranku, aku segera merasa tenang lalu tertidur, kena hipnotis jarak jauh rupanya....

Makanan yang kita konsumsi ternyata punya pengaruh besar dalam rangka mempermudah tidur. Aku pernah mengalami terlalu mudah tidur sampai susah melek,  ternyata di hari itu aku kebanyakan makan terong.  Kabarnya, licopene pada tomat juga membuat kita mudah tidur dan beristirahat, juga susu hangat yang kita minum menjelang tidur, bisa mempermudah 'perjalanan' kita ke alam mimpi.

Aku ingat saat dulu masih sekolah, ada ustadz yang memberi ceramah begini ; orang Islam itu tak pernah mengalami insomnia,  coba saja kalau susah tidur baca dzikir seribu kali, atau baca surat pendek seratus kali.... belum genap bilangannya, sudah tertidur dia......  Resep yang bagus, boleh dicoba sahabat !!
Jangan lupa, sebelum tidur niatkan istirahat kita untuk menyusun energi agar bisa tetap kuat dan sehat dalam mengabdi pada Allah.  Tidur dengan baik berarti memenuhi hak tubuh untuk beristirahat, sedangkan tubuh hanyalah pinjaman dari Allah, tugas kita adalah menjaganya untuk tetap sehat dan berfungsi dengan baik. 

Kamis, 09 Juni 2011

Arti "Kemudahan Dari Allah"

Biasanya sih Santi atau Lely yang menerima tamu-tamu di butik, siang itupun begitu.  Tapi saat melihat tamuku yang datang kali ini, spontan aku menemuinya, masih dengan tangan yang 'berwarna' karena habis ngajari karyawan mencelup batik.
Tamuku adalah seorang ibu dari Probolinggo, peserta pelatihan "Melukis Kain" bulan kemarin, dia datang kemari untuk membeli cat.  Kamipun ngobrol tentang kemajuan usaha yang telah dirintisnya.

Rupanya dia penggemar blogku, dia lalu bercerita tentang usaha suaminya yang merugi, hingga sekarang mereka masih menanggung hutang yang banyak.  Ada satu kalimatnya yang menarik untuk dibahas  : ..sampai pontang-panting begini lo bu, jualan ini itu....

Pontang pantingnya itu lo....kok kedengaran nelangsa banget, hidup begini indahnya kok dibikin susah.  Sering kita mendengar ungkapan jawa ,"Sirah digawe sikil, sikil digawe sirah". yang artinya, hidup ini sulit, sampai kepala dijadikan kaki dan kaki dijadikan kepala.... mirip pemain akrobat ya?...hehehe.

Siapapun pernah kok mengalami ujian, cobaan dan juga goncangan.  Bila sudah memasrahkannya pada Allah dan tidak menyalahkan siapapun, tugas kita hanya percaya bahwa Allah pasti menurunkan pertolonganNya, wis....enak kan? lalu nikmati saja hidup yang indah dan berlimpah kenikmatan dari Allah. Banyaaaaak hal yang bisa kita syukuri setiap hari, semakin banyak kita bersyukur, semakin berlimpah kenikmatan dari Allah.

Bila kita berpikir, untuk menyelesaikan masalah harus dengan jalan pontang-panting berusaha, maka kenyataan akan seperti yang kita pikirkan.
Inilah keajaiban pikiran dan perasaan manusia, seperti kita menuliskan sesuatu di google search, komputer akan menampilkan apa yang kita tulis.  Tugas kita selanjutnya tinggal meng'klik' yang ingin kita lihat, apakah teks, video atau gambar.  Semua akan 'terkabul' dengan mudah.

Saat kita berpasrah diri pada Allah, dan memohon kemudahan dari dari Allah, tak perlu lagi kita berpikir yang susah susah, santai saja.  Allah Maha Kuasa dan Maha Bisa memberikan kemudahan yang terlalu mudah sekalipun, bahkan kemudahan yang tak terpikirkan oleh kita.  Modal kita hanya percaya, karena Dia seperti yang kita sangka, berbaik sangka sajalah padaNya.

Sering sekali aku mendengar orang bilang," Berdoa saja tanpa usaha, ga mungkin berhasil ".
Orang yang bilang begini belum pernah mengalami keajaiban dari Allah sih..... 
Bila Allah menjadikannya mungkin, ya mungkin saja..... bukankah disebut dalam Al Qur'an, bila Allah menghendaki sesuatu, cukup bilang 'jadi' maka jadilah dia.

Yang perlu dikoreksi, kita berusaha bukan untuk mengejar keberhasilan, kita berusaha karena cinta dan patuh kita padaNya.  Karena Allah menyuruh kita bekerja dengan kemampuan terbaik kita, menyelesaikan satu urusan untuk berpindah ke urusan selanjutnya, demikian seterusnya.  Pekerjaan yang dilakukan karena cinta dan pengabdian kita padaNya, tak kan membuat kita nelangsa atau bosan, apalagi sampai merasa sirah digawe sikil, sikil digawe sirah.   Wah... ga trend banget itu.

Lalu semudah apa kemudahan dari Allah itu?  Yang pasti semudah yang tak terpikirkan oleh kita. Aku sering mengalaminya sih.
Pernah aku mendapat keuntungan bersih sih sih, 80 juta dalam dua minggu yang bisa kuselesaikan dengan mudah dan menyenangkan, padahal saat itu, untuk memperoleh keuntungan 10 jutaan dalam sebulan saja ngoyooo banget dan musti pontang panting  mengejar setoran.

Rahasianya terletak di perasaan dan pikiran kita.

Rabu, 08 Juni 2011

Ungkapan Cinta Terindah

Biasanya aku tidak suka nonton acara seputar selebriti, tapi di minggu pagi yang cerah kemarin begitu  menyalakan televisi yang muncul lha kok selebriti yang sedang berpacaran, pasangan duda dan gadis cantik, keduanya muslim.  Mereka sedang syuting untuk sebuah video klip lagu-lagu mereka di Korea. Pemandangan negeri Korea yang indah membuatku terpaku di depan televisi.
Akupun melihat bagaimana mereka berdua berpacaran, berpelukan, tidur di pangkuan kekasih, bahkan membeli makanan  khas korea yang dijual di pinggir jalan tanpa menyelidiki halal atau haramnya!!!  Oh, semoga Allah memberi mereka berdua itu hidayah, juga diberi kesadaran bahwa tingkah laku mereka dicontoh masyarakat yang mengidolakan mereka.

Sesungguhnya peristiwa dalam hidup ini tak ada yang kebetulan. Hari Seninnya, pulang dari Surabaya naik bis, televisi yang menyala di bis menayangkan 2 orang selebriti yang sedang merayakan ulang tahun dengan kekasihnya di Jepang, keduanya muslim, yang satu janda dengan dua orang anak, pasangan cowoknya masih usia dua puluhan, keduanya terpaut usia yang cukup jauh.  Mereka merayakan ulang tahun si wanita di Jepang selama 4 hari.  Akupun melihat bagaimana mereka berpelukan, bergandengan tangan dan makan di restoran Jepang yang ga tahu halal dan haramnya !!! Oh, ampuni kami ya Allah.

Duh, jadi ingat jaman duluuu kala.  Jaman SMAku dulu,  ada teman yang sedikit 'berani' saat pacaran saja sudah jadi bahan pembicaraan anak sekelas.  Berani yang kumaksud, berani berpegangan tangan saja sudah 'aib' yang cukup memalukan, apalagi sampai berani dicium, wuih.... bisa dianggap 'makhluk menjijikkan' oleh anak sekelas. Apa mungkin karena aku berada sekelas dengan cewek-cewek 'kuper', atau karena di jaman itu 'tidak musim' pacaran seperti gaya anak sekarang?

Allah melarang hambaNya berzina dan mendekati zina, bahkan sekedar berpandangan yang menimbulkan syahwat.  Begitu ketatnya aturan Allah, tapi manusia yang bodoh suka sekali melanggarnya dengan berbagai alasan, padahal larangan itu demi kebaikan hambaNya juga.

Orang bisa berzina karena didahului oleh hal-hal kecil, mulai dari memandang, memegang tangan lalu... dan lalu.....
Bagi wanita, memelihara diri dari mendekati zina sama saja dengan menghargai dirinya sendiri.  Bagi lelaki, tidak menyentuh kekasihnya sebelum menikah adalah ungkapan cinta terindah, merupakan bentuk penjagaan pada diri kekasihnya untuk tetap suci hingga halal baginya.  Tidakkan para wanita menginginkan cinta sesuci ini?

Bagi para wanita, mengambil sikap 'jual mahal' dan menaati Allah adalah sikap yang paling menguntungkan.  Aku membuktikannya sendiri dan amat merasakan betapa Allah amat menghargai usaha para wanita dalam menjaga kesucian dirinya. 
Akupun menyaksikan dengan mata kepalaku sendiri, bagaimana akhir kisah para wanita yang ceroboh dengan kesucian dirinya.  Pernah kusaksikan seorang teman begitu hancur saat kehilangan keperawanannya.  Kejadiannya saat aku masih kuliah, aku berada disampingnya saat dia menangis dengan tangisan yang lebih mirip tangisan kematian. Dua kali aku menyaksikan hal seperti ini, dan keduanya diawali dengan gaya pacaran yang 'berani'.

Apakah kedua temanku yang pernah 'kebablasan' ini bahagia setelah menikah?  Hmm...
Akhirnya temanku itu hamil dan menikah dengan kekasihnya, tapi.... setelah mereka menikah, sang suami sering menuduhnya pernah berhubungan intim dengan lelaki lain sebelum melakukan dengan dirinya.  Hingga usia pernikahan mereka lebih dari dua puluh tahun, rumah tangga mereka tak pernah tenteram.  Si wanita berusaha bertahan demi anak-anak. Penderitaan temanku masih bertambah pula karena Allah memberinya kanker leher rahim... Oh, semoga Allah mengampuni, memberinya sembuh dan kebahagiaan.

Larangan Allah adalah karena cintaNya pada kita. Menaati Allah adalah cara kita membalas cintaNya.  Dan Allahpun tak pernah henti memberikan karunia dan kasihNya kepada hambaNya yang tulus menaatiNya.

  

Senin, 06 Juni 2011

Berapa Kalikah Anda Sebut Kata 'Aku'

Pernah pada suatu kesempatan  rapat di kantor dinas K, semua undangan sudah duduk di tempat masing-masing.  Rapat sudah hendak dimulai ketika muncul seorang ibu dengan tas kullit di pundak dan satu lagi tas besar dijinjingnya, kelihatannya ibu tadi kebingungan mencari tempat duduk yang sudah penuh semua.  Aku menggeser tempat dudukku sehingga di sampingku bisa ditambah satu kursi lagi yang bisa diambil dari persediaan kursi di belakang, aku persilahkan ibu tadi duduk di sampingku.  Begitulah awal perjumpaanku dengan ibu X.

Selang beberapa hari setelah pertemuan itu, aku bertemu lagi dengannya di mushola kantor yang sama.  Ibu X sudah selesai sholat rupanya, dia berbincang-bincang dengan dua orang ibu dari dinas K. 
Setelah sholat aku memakai bedak dan lipgloss agar tidak kelihatan seperti orang bangun tidur, lalu tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan ibu X, rupanya dia banyak bercerita tentang usahanya, tentang pembeli-pembelinya yang orang luar negri dan juga tentang dirinya. Dua orang ibu dari dinas rupanya hanya menjadi pendengar yang baik.  Sebenarnya aku ingin menyapa mereka bertiga, tapi perasaan kok tidak enak karena pembicaraan mereka sedang asik, jadi aku urungkan niatku.

Akhirnya aku bertemu dengan ibu X di ruang rapat, spontan aku menyapanya hangat.
" Aku tadi lihat ibu di mushola, tapi kelihatan asik berbincang, jadi tidak sempat menyapa ", kataku.
" Ibu ini siapa ya? ", tanyanya seperti tak pernah bertemu denganku sebelumnya.
" Bukankah saat pertemuan beberapa hari yang lalu aku duduk di sebelah ibu? ".
" Masak ? Lupa aku ", begitu katanya.

Apa yang bisa anda simpulkan dari ceritaku tentang ibu X? Hmm.......
Setelah dua kali bertemu dengannya, aku masih diberi kesempatan oleh Allah bertemu lagi dengannya beberapa kali.  Biasanya aku orang yang cepat akrab dan cepat bersahabat dengan siapa saja, akupun orang yang suka bersilaturahmi ke rumah teman-temanku, namun kali ini tidak.
Pernah aku memberi pelatihan 'Melukis Kain' di kotanya, tapi aku sama sekali tidak tertarik untuk mengunjunginya, padahal dia punya produk yang bagus untuk dijadikan oleh-oleh.  Dan rasanya aku tak perlu memaksakan diri untuk menjadikannya daftar sahabat yang kurindukan.

Tapi ada satu hal yang bisa kupelajari dari dia.  Darinya aku mengenal type orang yang aku sentris, tak banyak orang yang bisa bersahabat dengan orang model begini.
Kita bisa langsung menilai type orang  ini sejak awal berinteraksi dengannya.  Biasanya sih, dia orang yang banyak menggunakan kata 'aku' saat bicara, tidak tertarik dengan orang lain dan jarang menjadi pendengar yang baik. Biasanya dia menguasai pembicaraan dengan cerita tentang dirinya dan prestasi-prestasinya, tanpa kita tanya.

Jadi ingat salah satu resep untuk sukses di bidang apa saja adalah fokus pada orang lain, ini pelajaran penting pada mata kuliah kewirausahaan.  Menjadi pendengar yang baik adalah salah satu unsurnya. Saat berbicara dengan orang lain, tumbuhkan rasa tulus dan sayang di hati kita, biarkan pembicaraan mengalir dengan 'benar',  bertanyalah tentang keadaannya dan pancinglah pembicaraan agar lawan bicara bisa mengungkapkan hal yang ingin disampaikannya.    

Menjadi orang yang aku sentris banyak sekali ruginya.  Bisa mengurangi kesempatan mempunyai banyak teman dan banyak relasi (bu X sudah membuktikannya), juga mengurangi kesempatan menimba ilmu dari orang lain karena lebih berfokus pada dirinya sendiri. Diantara daftar kerugian yang mungkin banyak sekali, menurutku yang paling gak enak adalah orang seperti ini bukanlah orang yang mudah bahagia.

Kita mengenal rumus untuk bahagia adalah membahagiakan orang lain.  Hanya hati yang bahagia yang bisa menularkan kebahagiaan kepada sekelilingnya.  Kitapun tak akan bisa membahagiakan orang lain bila kita berfokus pada diri sendiri.

Ingin tahukah kita termasuk orang yang 'apa'sentris ?
Mungkin ada perlunya kita mengoreksi diri, seberapa sering kita menggunakan kata 'aku' atau kata ganti 'aku' dalam sehari, atau kalimat-kalimat dan sikap yang mencerminkan sikap egosentris kita.
Coba ingat-ingat, kalimat mana yang anda ucapkan kepada anak anda saat melarang dia melakukan hal yang bodoh.

" Kalau ibu gak boleh kamu melakukan hal itu, ya tetap gak boleh, apapun alasanmu ibu gak mau dengar ".

ataukah

" Bila kamu melakukan hal itu, akibatnya bisa .......,...... dan ........, kamu mau?".

Rasanya masih banyak contoh lain, silahkan anda menambahkannya sendiri.
 

Jumat, 03 Juni 2011

Keranjingan Game

Aku gak tahu kenapa, beberapa hari yang lalu tiba-tiba aku keranjingan ngegame. Bukan game yang sulit-sulit dan bukan pula game online, cuma puzzle express.  Tahunya ada game ini di laptopku juga dari Alni, gadisku yang masih TK itu.
Lucu juga, Alni itu belum bisa membaca, tapi dia bisa mengklik game, memainkan banyak sekali game tanpa ada yang mengajari, bahkan dialah yang jadi guruku..hehehe.  Ini potret balita jaman sekarang mungkin.

Gak tahu juga, apa yang kucari dari puzzle express, wong ini mainan anak sak Alni.  Tapi namanya juga sedang ketagihan main game, begitu ada kesempatan ngegame, ya ngegame, bahkan ga perlu menunggu ada kesempatan, malah nyari kesempatan...hehehe.

Anakku Insan yang keheranan lihat ibunya punya 'penyakit' baru, bertanya-tanya, "Kok ibu main game terus?"  Aku jawab, "Ibu penasaran nih, ibu kuat sampai level berapa, pokoknya kalau sudah level 20 keatas, ibu ga mau main game ini lagi".
"Kok??", Insan bertanya heran.
"Iyaalah, kalau sudah level 20, ibu pasti sudah bosan ".

Insan belum tahu, kalau aku punya rahasia saat ngegame, karena dia ga pernah disampingku saat aku 'in action', beda dengan Alni yang sering ada di sisiku, dia tahu banget apa yang aku lakukan.
"Kok ibu baca nama Allah", begitu komentar Alni.
"Ini namanya berdzikir, sayang. Berdzikir sambil main game", jawabku.

Sebagai orang yang sudah tua dan bertobat, aku sungguh tidak mau menghambur-hamburkan waktu untuk sesuatu yang sia-sia.  Makanya, aku menjadikan potongan2 puzzle express sebagai pengganti butiran tasbih, tiap aku mengklik sepotong puzzle, berarti satu asma Allah kusebut, demikian kulakukan terus menerus.  Bila potongan puzzle telah lengkap, dan gambar cantik mulai tersingkap, akupun tak henti mengucap tasbih dan tahmid melihat betapa indahnya pemandangan yang tersuguhkan di hadapanku. 
Rasanya bermain game dengan cara seperti ini lebih enak dan lebih indah bila dibandingkan dengan main game tanpa dzikir.  Bila ingin membuktikannya silahkan coba main game tanpa dzikir, lalu main game lagi dengan dzikir, rasakan bedanya.

Kebiasaan bermain sambil berdzikir ini rupanya menjadikan aku terbawa berdzikir juga saat melakukan hal lain.  Rasanya aku menjadi terlatih melakukan segala sesuatu dengan diiringi dzikir, enak banget loh.  Sebagaimana kita merasa tenang dan bahagia saat bekerja dengan kekasih berada disamping kita, bukankah kekasih selalu mendukung, selalu mencurahkan perhatian dan kasih sayangnya pada kita.  Sedang Allah lebih besar kasih sayang dan dukunganNya kepada kita, memberi kita kebahagiaan dan support yang lebih besar pula.

Walau sekarang aku sudah tidak lagi keranjingan main game, tapi pelajaran yang telah diberikannya akan selalu kuingat sebagai sebuah hal manis yang selalu terkenang. 

Kamis, 02 Juni 2011

Belajar dari Ikan Laut Dalam

"Hidup ini untuk beribadah pada Allah, bukan untuk berebut rejeki", itulah kata-kata yang terucap dari mulutku saat mendengar curhat si X, seorang mantan karyawanku yang sudah mendirikan usaha sendiri. Dia bercerita lewat telepon tentang pesaing bisnisnya (sebut saja bu Y) yang merebut pelanggan besarnya, masih ditambah dengan menjelek-jelekkan dirinya di hadapan pelanggan tersebut.

X juga bercerita dengan penuh semangat, bahwa salah seorang karyawanku yang masih bekerja padaku juga membantu bu Y sepulang dari Cantiq, bahkan mencontek desainku untuk produk bu Y.  Dengan tenang aku menjawab, "Wah, berarti desainku sudah memberi manfaat buat orang lain dong. Bagus itu ".

Cerita X adalah kisah klasik yang sering sekali kita dengar.  Adanya persaingan bisnis yang memunculkan fihak yang menang atau kalah, ada fihak yang menyakiti atau tersakiti, ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, ada yang jatuh dan ada yang bangkit, ada yang menyikut dan disikut, ada yang memfitnah dan ada yang jadi korban fitnah .....  Woww!! betapa melelahkan hidup seperti itu.... maaf deh, aku gak mau menjalaninya....

Aku mau menjalani hidupku sebagai seorang muslim, yang bekerja dengan penuh tanggung jawab sebagai wujud ibadah dan pengabdian kita pada Allah, yang percaya bahwa kita pasti kebagian jatah rejeki yang telah ditetapkan Allah.  Tugas kita hanyalah berbuat sebanyak mungkin kebaikan sebagai wujud cinta dan syukur kita kepada Allah.  Ini nih baru hidup yang keren, cool.....

Kuingat pelajaran waktu kuliah dulu, tentang kehidupan ikan laut dalam. 
Bayangkan, di kedalaman laut dengan tekanan air yang tinggi banget, cahaya matahari yang tak mampu menembus hingga gelap diatas gelap, ditambah lagi kadar oksigen yang rendah, disana hidup ikan laut dengan beragam bentuk dan mereka semua mendapat rejeki dari Allah. 
Ada ikan yang mempunyai semacam 'pancing' yang ujungnya dipenuhi bakteri yang bercahaya, cahaya ini juga berfungsi untuk menarik mangsa agar mendekat hingga memudahkannya mendapat makanan. 
Ikan-ikan laut dalam ini bentuknya aneh-aneh, bahkan mengerikan, tapi mereka tak pernah protes dengan takdirnya dan mereka tak pernah khawatir tentang rejeki mereka. Gak pernah kita dengar ada ikan laut dalam berpindah ke permukaan untuk mendapatkan makanan, cahaya matahari atau oksigen yang cukup, dengan setia mereka menjalani takdirnya hidup di kedalaman laut yang dingin dan gelap pekat.  Betapa mengagumkan contoh yang Allah sebarkan di alam semesta ini.

Kembali pada si X, mantan karyawanku itu.  Saat dia bercerita dengan penuh penderitaan tentang persaingannya, aku mengerti bahwa dia sedang 'memanen' hasil pikiran dan perbuatannya.  Saat seseorang berpikir untuk bersaing dengan orang lain dan berambisi untuk mengalahkan pesaingnya, maka kenyataan hidup akan 'mengabulkannya'.

Sebaliknya, saat seseorang menjadikan pekerjaannya sebagai ladang ibadah pada Allah Tuhannya, maka dia disibukkan dengan hal-hal yang mulia.  Masalah persaingan atau materi yang bagi orang lain merupakan masalah berat, baginya 'lewat' saja, banyak hal penting yang lebih layak untuk dipikirkan.  Bagaimanapun kita manusia, mesti lebih baik dalam menyikapi hidup.

Hidup ini untuk berbahagia, dan kebahagiaan yang paling bahagia adalah saat kita mengabdi dengan sepenuh jiwa kepada Sang Pencipta.  Masalah rejeki, materi, persaingan, dan rekan-rekannya hanyalah masalah kecil.  Jangan terpaku pada masalah kecil dan melupakan hal besar yang karenanyalah kita diciptakan.  Kita diciptakan untuk mengabdi padaNya, sahabat. Jangan lupakan ini.
 

Rabu, 01 Juni 2011

Jangan lukai hati wanita, karena....

Dalam perjalanan pulang dari Gresik ke Malang, aku mengkritik suamiku.  Rupanya kritikanku terlalu pedas hingga beliau diam beberapa lama.  Perasaanku sungguh tidak enak, beginilah cara suamiku marah yaitu dengan aksi diamnya.  Tentu saja aku tidak betah dengan situasi begini, rasanya menderita banget seperti telah 'didholimi' olehnya.  Akupun mencoba mencairkan suasana dengan membuka pembicaraan.

" Mas marah ya?"
Dia menggeleng.
"Ga ngaku ya kalau marah? Maaf kalau aku salah.  Tapi aku jangan dimarahi dong, kan aku sudah melahirkan empat orang anak kamu", kataku.
Begitu mendengar kalimat ' ...telah melahirkan empat anak kamu....' dia jadi tersenyum, dan suasana ga enak tadi pun mencair.

Aku jadi ingat 'ulah' suami teman-temanku, yang dengan teganya menyakiti hati istrinya dengan berbagai cara. Mungkin para suami itu perlu diingatkan lagi, siapa yang telah melahirkan anak keturunan mereka.  Melahirkan seorang bayi itu rasanya sakit yang teramat sakit, perjuangan besar yang masih dilanjutkan dengan menyusui (yang juga sakit), merawat dan mendidik mereka. Sebagian wanita bahkan masih dibebani dengan tugas rumah tangga, bekerja di luar rumah dan tentu saja.... memenuhi kebutuhan batin suaminya.
Bagiku, wanita yang sudah sepayah ini sungguh tidak berhak disakiti, dimarahi, apalagi dipukul walaupun dia salah, kecuali kesalahannya berselingkuh dengan lelaki lain.

Bila didiamkan saja sudah cukup membuat seorang wanita merasa disakiti, apalagi mengucap kata-kata kasar atau berselingkuh walau hanya sekedar lirik-lirikan dengan wanita lain.  Bertobatlah wahai lelaki.

Ingat sebuah hadits yang mengatakan bahwa ," Mukmin yang paling sempurna imannya adalah yang paling baik akhlaknya diantara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang paling baik terhadap istrinya ".