Senin, 06 Juni 2011

Berapa Kalikah Anda Sebut Kata 'Aku'

Pernah pada suatu kesempatan  rapat di kantor dinas K, semua undangan sudah duduk di tempat masing-masing.  Rapat sudah hendak dimulai ketika muncul seorang ibu dengan tas kullit di pundak dan satu lagi tas besar dijinjingnya, kelihatannya ibu tadi kebingungan mencari tempat duduk yang sudah penuh semua.  Aku menggeser tempat dudukku sehingga di sampingku bisa ditambah satu kursi lagi yang bisa diambil dari persediaan kursi di belakang, aku persilahkan ibu tadi duduk di sampingku.  Begitulah awal perjumpaanku dengan ibu X.

Selang beberapa hari setelah pertemuan itu, aku bertemu lagi dengannya di mushola kantor yang sama.  Ibu X sudah selesai sholat rupanya, dia berbincang-bincang dengan dua orang ibu dari dinas K. 
Setelah sholat aku memakai bedak dan lipgloss agar tidak kelihatan seperti orang bangun tidur, lalu tanpa sengaja aku mendengar pembicaraan ibu X, rupanya dia banyak bercerita tentang usahanya, tentang pembeli-pembelinya yang orang luar negri dan juga tentang dirinya. Dua orang ibu dari dinas rupanya hanya menjadi pendengar yang baik.  Sebenarnya aku ingin menyapa mereka bertiga, tapi perasaan kok tidak enak karena pembicaraan mereka sedang asik, jadi aku urungkan niatku.

Akhirnya aku bertemu dengan ibu X di ruang rapat, spontan aku menyapanya hangat.
" Aku tadi lihat ibu di mushola, tapi kelihatan asik berbincang, jadi tidak sempat menyapa ", kataku.
" Ibu ini siapa ya? ", tanyanya seperti tak pernah bertemu denganku sebelumnya.
" Bukankah saat pertemuan beberapa hari yang lalu aku duduk di sebelah ibu? ".
" Masak ? Lupa aku ", begitu katanya.

Apa yang bisa anda simpulkan dari ceritaku tentang ibu X? Hmm.......
Setelah dua kali bertemu dengannya, aku masih diberi kesempatan oleh Allah bertemu lagi dengannya beberapa kali.  Biasanya aku orang yang cepat akrab dan cepat bersahabat dengan siapa saja, akupun orang yang suka bersilaturahmi ke rumah teman-temanku, namun kali ini tidak.
Pernah aku memberi pelatihan 'Melukis Kain' di kotanya, tapi aku sama sekali tidak tertarik untuk mengunjunginya, padahal dia punya produk yang bagus untuk dijadikan oleh-oleh.  Dan rasanya aku tak perlu memaksakan diri untuk menjadikannya daftar sahabat yang kurindukan.

Tapi ada satu hal yang bisa kupelajari dari dia.  Darinya aku mengenal type orang yang aku sentris, tak banyak orang yang bisa bersahabat dengan orang model begini.
Kita bisa langsung menilai type orang  ini sejak awal berinteraksi dengannya.  Biasanya sih, dia orang yang banyak menggunakan kata 'aku' saat bicara, tidak tertarik dengan orang lain dan jarang menjadi pendengar yang baik. Biasanya dia menguasai pembicaraan dengan cerita tentang dirinya dan prestasi-prestasinya, tanpa kita tanya.

Jadi ingat salah satu resep untuk sukses di bidang apa saja adalah fokus pada orang lain, ini pelajaran penting pada mata kuliah kewirausahaan.  Menjadi pendengar yang baik adalah salah satu unsurnya. Saat berbicara dengan orang lain, tumbuhkan rasa tulus dan sayang di hati kita, biarkan pembicaraan mengalir dengan 'benar',  bertanyalah tentang keadaannya dan pancinglah pembicaraan agar lawan bicara bisa mengungkapkan hal yang ingin disampaikannya.    

Menjadi orang yang aku sentris banyak sekali ruginya.  Bisa mengurangi kesempatan mempunyai banyak teman dan banyak relasi (bu X sudah membuktikannya), juga mengurangi kesempatan menimba ilmu dari orang lain karena lebih berfokus pada dirinya sendiri. Diantara daftar kerugian yang mungkin banyak sekali, menurutku yang paling gak enak adalah orang seperti ini bukanlah orang yang mudah bahagia.

Kita mengenal rumus untuk bahagia adalah membahagiakan orang lain.  Hanya hati yang bahagia yang bisa menularkan kebahagiaan kepada sekelilingnya.  Kitapun tak akan bisa membahagiakan orang lain bila kita berfokus pada diri sendiri.

Ingin tahukah kita termasuk orang yang 'apa'sentris ?
Mungkin ada perlunya kita mengoreksi diri, seberapa sering kita menggunakan kata 'aku' atau kata ganti 'aku' dalam sehari, atau kalimat-kalimat dan sikap yang mencerminkan sikap egosentris kita.
Coba ingat-ingat, kalimat mana yang anda ucapkan kepada anak anda saat melarang dia melakukan hal yang bodoh.

" Kalau ibu gak boleh kamu melakukan hal itu, ya tetap gak boleh, apapun alasanmu ibu gak mau dengar ".

ataukah

" Bila kamu melakukan hal itu, akibatnya bisa .......,...... dan ........, kamu mau?".

Rasanya masih banyak contoh lain, silahkan anda menambahkannya sendiri.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar