Sabtu, 18 Juni 2011

Bila Hidup Adalah Pilihan

Hari ini mengambil rapot Alni dan Insan.

Berada di ruang kelas Insan yang merupakan kelas unggulan, ternyata banyak juga wali murid yang masih punya tanggungan keuangan ke sekolah, sehingga harus menulis surat pernyataan kesanggupan untuk segera melunasi, bila tidak, rapot anak mereka tidak bisa diambil.

Aku jadi ingat dulu waktu Zeli minta bersekolah di SMP 3 Malang. Kami masih baru pindah ke Malang, setelah 'babak belur' terkena bom Bali episode pertama, keuangan benar-benar pas pasan saat itu, masih menanggung hutang yang banyak.  Rasanya masih awang awangen (tak terjangkau di pikiran) untuk membayar sumbangan gedung yang jutaan. Terselip keinginan untuk menyuruhnya mendaftar ke SMP Pakis (SMP Insan sekarang) yang lebih dekat dan lebih murah.  Tapi suamiku tenang saja ,"Rejeki itu dari Allah, masing-masing anak mempunyai rejeki sendiri. Jangan terkendala uang, apalagi Zeli anak pintar".

Akupun terpengaruh suamiku, menjadi tenang dan yakin saja akan pertolongan Allah. Akhirnya Zeli diterima di sekolah idamannya dan selama dia bersekolah, kebutuhannya selalu terpenuhi dengan lancar, tanpa menunggak. Moment itu menjadi sesuatu yang berharga untuk kukenang, semestinya kita tidak perlu khawatir akan berbagai halangan, bila tujuan kita baik.  Yakin akan pertolongan Allah adalah kunci segala kemudahan dalam hidup.

Di ruang kelas Insan, sempat aku berbincang dengan beberapa ibu-ibu, hingga aku mengerti, mungkin cuma aku seorang yang dua anaknya kuliah, di kota lain pula.  Tentunya aku lebih banyak mengeluarkan biaya dibanding mereka. Bedanya, aku menjalani semuanya dengan ringan saja, karena sudah pegang 'kunci'nya, sedang mereka... aku gak tahu.

Yang kutahu, ibu-ibu suka sekali mengeluh, tentang berbagai hal, mulai dari kebutuhan hidup yang tinggi, kebutuhan sekolah dan buku-buku yang mahal, sampai uang jajan anak-anak......
Buntutnya, mereka melihatku sebagai orang yang tak pernah dipusingkan dengan hal-hal seperti itu. Benar sih, karena untuk pusing atau tidak, pilihannya ada dalam diri kita sendiri, dan aku memilih untuk tidak pusing, kan ada Allah yang Maha Memberi dan Maha Kaya?

Sebenarnya kalau dipikir, yang lebih 'berhak' untuk pusing kan aku...hihihi. Soalnya aku bukan cuma mikirin kebutuhan keempat anakku yang sudah gede-gede semua, melainkan juga mikirin puluhan karyawan.  Gaji karyawan saja puluhan juta tiap bulan, belum kebutuhan butik seperti kain, cat, manik-manik, biaya operasional, dan lain-lain. Dan bukan cuma sekedar itu, masih mikirin pekerjaan mereka agar tetap kontinyu, mikir desain yang diminta pelanggan agar selalu baru dan berganti-ganti....mikir suami tersayang juga ...hehehe.  Dan aku lebih memilih untuk tidak pusing....

Akhirnya, kenyataan menjawab pilihanku, pilihan untuk tidak pusing maksudku.  Banyak hal yang 'bertebaran' di kehidupanku yang membuat hidupku jadi mudah dan nyaman.

Begitulah manusia, dibekali Allah untuk hidup dengan pilihannya. Pilihanlah yang menggerakkan dirinya untuk berbuat, berkata dan bertingkah laku, juga dalam mengambil keputusan. Pilihan pulalah yang menggerakkan alam semesta mewujudkan apa yang dia pilih.
Pilihan dalam hidup bukanlah sekedar memilih profesi menjadi apa, menikah dengan siapa, tinggal dimana, dll dll.
Melainkan juga pilihan untuk bahagia atau menderita, senang atau sedih, sulit atau mudah, .....
Seperti halnya kita memilih untuk melek atau merem, kita akan mendapatkan apa yang kita pilih.

Aku melihat banyak sekali orang, lebih suka memilih untuk hidup susah dibandingkan dengan hidup enak dan mudah.  Kok?? Ya lah, mereka sebenarnya senang hidup mudah, tapi mereka tidak memilih itu.  Ibarat  orang yang lebih senang melek, tapi dia lebih memilih merem.
Bingung??

Begini nih.... ibu-ibu yang kubilang suka mengeluh akan mahalnya biaya pendidikan, mahalnya sembako dll dll, saat dia mengeluh dengan penuh keyakinan, tanpa disadari dia sedang menjatuhkan pilihan untuk hidup dengan penuh kesulitan. Karena 'sulit' adalah sebuah kondisi perasaan, saat seseorang merasakan kesulitan, maka kesulitan itulah yang dia rasa, ya kan?  Aneh dong kalau seseorang merasakan sulit munculnya merasakan mudah, seaneh orang memilih melek dapatnya merem...., memilih mangga dapatnya pepaya.... Jadi jangan salahkan siapa-siapa bila hidup jadi sulit, karena itu adalah hasil 'ciptaan' perasaan kita sendiri.

Bila kita menyenangi sesuatu, maka pilihlah dia.  Bila kita memilih bahagia, ya bahagia sajalah, jangan sibuk mencari kesusahan. Bila kita memilih hidup yang mudah, ya jangan beri ruang di hati kita untuk merasakan kesulitan.  Caranya ya bersyukur,  bersyukur membuat kita merasakan banyak kenikmatan, hingga hati kita tak lagi merasakan penderitaan atau kesulitan.  Lalu biarkan kenyataan dalam hidup akan menyesuaikan diri dengan pilihan kita, jangan diganggu gugat.... Coba saja.

Apapun kenyataan dalam hidup ini, sedang semenderita apapun, kita tetap bebas untuk menentukan pilihan kita, mau bahagia atau nelangsa. Kenyataannya, untuk memperoleh kebahagiaan kita tidak tergantung faktor dari luar diri, karena bahagia adalah pekerjaaan hati.  Saat kita menyetel frekwensi bahagia di hati, maka hal-hal diluar akan menyesuaikan diri dengan frekwensi kita.  Demikian juga frekwensi kemudahan, keberlimpahan, ketenangan, kenyamanan .... dll

Itulah mengapa manusia disebut ciptaan yang paling sempurna, karena dia bisa mengendalikan faktor di luar dirinya.  Dia bebas memilih untuk dikendalikan lingkungan atau mengendalikannya. Semua alat bantu untuk mengendalikan lingkungan sudah tercetak dalam diri setiap manusia, tanpa kecuali.

Pernahkah anda membaca buku yang terkenal sekali, tentang seorang pemuda dari Jepang yang dilahirkan tanpa tangan dan kaki, hingga membuatnya bergerak dengan kursi roda. Pemuda yang ganteng ini begitu inginnya menjadi pemain basket ball, bayangkan bagaimana dia memperlakukan bola tanpa anggota tubuh yang penting itu. Lalu dia bilang, bisa mendribble bola dengan dadanya!!! dan dia membuktikan ucapannya, dan bukan sekedar itu, dia juga bisa membawa timnya menjadi juara.  Sebuah bukti betapa sebuah pilihan akan membuat kita menerima hal yang kita pilih.  Dan betapa sempurnanya ciptaan Allah yang bernama manusia itu.

Bila hidup adalah pilihan, maka pilihan yang terbaik adalah menjadi hamba Allah yang patuh.  Dia telah menyediakan kebahagiaan yang tiada akhir bagi siapa saja yang mematuhiNya, bahagia yang dimulai sejak dari dunia ini.  Dia telah memberikan petunjuk lewat kitabNya yang mulia bagaimana menyikapi hidup,  kita tinggal mengikutinya saja, karena yang Dia inginkan adalah kebahagiaan buat manusia di dunia dan akhirat.
    

Tidak ada komentar:

Posting Komentar