Kamis, 02 Juni 2011

Belajar dari Ikan Laut Dalam

"Hidup ini untuk beribadah pada Allah, bukan untuk berebut rejeki", itulah kata-kata yang terucap dari mulutku saat mendengar curhat si X, seorang mantan karyawanku yang sudah mendirikan usaha sendiri. Dia bercerita lewat telepon tentang pesaing bisnisnya (sebut saja bu Y) yang merebut pelanggan besarnya, masih ditambah dengan menjelek-jelekkan dirinya di hadapan pelanggan tersebut.

X juga bercerita dengan penuh semangat, bahwa salah seorang karyawanku yang masih bekerja padaku juga membantu bu Y sepulang dari Cantiq, bahkan mencontek desainku untuk produk bu Y.  Dengan tenang aku menjawab, "Wah, berarti desainku sudah memberi manfaat buat orang lain dong. Bagus itu ".

Cerita X adalah kisah klasik yang sering sekali kita dengar.  Adanya persaingan bisnis yang memunculkan fihak yang menang atau kalah, ada fihak yang menyakiti atau tersakiti, ada yang diuntungkan dan ada yang dirugikan, ada yang jatuh dan ada yang bangkit, ada yang menyikut dan disikut, ada yang memfitnah dan ada yang jadi korban fitnah .....  Woww!! betapa melelahkan hidup seperti itu.... maaf deh, aku gak mau menjalaninya....

Aku mau menjalani hidupku sebagai seorang muslim, yang bekerja dengan penuh tanggung jawab sebagai wujud ibadah dan pengabdian kita pada Allah, yang percaya bahwa kita pasti kebagian jatah rejeki yang telah ditetapkan Allah.  Tugas kita hanyalah berbuat sebanyak mungkin kebaikan sebagai wujud cinta dan syukur kita kepada Allah.  Ini nih baru hidup yang keren, cool.....

Kuingat pelajaran waktu kuliah dulu, tentang kehidupan ikan laut dalam. 
Bayangkan, di kedalaman laut dengan tekanan air yang tinggi banget, cahaya matahari yang tak mampu menembus hingga gelap diatas gelap, ditambah lagi kadar oksigen yang rendah, disana hidup ikan laut dengan beragam bentuk dan mereka semua mendapat rejeki dari Allah. 
Ada ikan yang mempunyai semacam 'pancing' yang ujungnya dipenuhi bakteri yang bercahaya, cahaya ini juga berfungsi untuk menarik mangsa agar mendekat hingga memudahkannya mendapat makanan. 
Ikan-ikan laut dalam ini bentuknya aneh-aneh, bahkan mengerikan, tapi mereka tak pernah protes dengan takdirnya dan mereka tak pernah khawatir tentang rejeki mereka. Gak pernah kita dengar ada ikan laut dalam berpindah ke permukaan untuk mendapatkan makanan, cahaya matahari atau oksigen yang cukup, dengan setia mereka menjalani takdirnya hidup di kedalaman laut yang dingin dan gelap pekat.  Betapa mengagumkan contoh yang Allah sebarkan di alam semesta ini.

Kembali pada si X, mantan karyawanku itu.  Saat dia bercerita dengan penuh penderitaan tentang persaingannya, aku mengerti bahwa dia sedang 'memanen' hasil pikiran dan perbuatannya.  Saat seseorang berpikir untuk bersaing dengan orang lain dan berambisi untuk mengalahkan pesaingnya, maka kenyataan hidup akan 'mengabulkannya'.

Sebaliknya, saat seseorang menjadikan pekerjaannya sebagai ladang ibadah pada Allah Tuhannya, maka dia disibukkan dengan hal-hal yang mulia.  Masalah persaingan atau materi yang bagi orang lain merupakan masalah berat, baginya 'lewat' saja, banyak hal penting yang lebih layak untuk dipikirkan.  Bagaimanapun kita manusia, mesti lebih baik dalam menyikapi hidup.

Hidup ini untuk berbahagia, dan kebahagiaan yang paling bahagia adalah saat kita mengabdi dengan sepenuh jiwa kepada Sang Pencipta.  Masalah rejeki, materi, persaingan, dan rekan-rekannya hanyalah masalah kecil.  Jangan terpaku pada masalah kecil dan melupakan hal besar yang karenanyalah kita diciptakan.  Kita diciptakan untuk mengabdi padaNya, sahabat. Jangan lupakan ini.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar