Rabu, 31 Desember 2014

The Power of Rukun sama Pasangan

 Dear Allah lovers.

Ceritanya ada pembaca yang curhat soal cobaan finansial yang sedang dijalani. Galaunya dia, sang suami shalatnya hanya 5 waktu , tidak pernah mau diajak shalat dhuha atau shalat tahajud.  Sedangkan dia punya keyakinan, keajaiban rejeki akan datang bila rajin ibadah sunah, apalagi bila dilakukan berdua dengan suami. 

Begitulah, dan dia sering merasa dongkol dengan sang suami yang susah diajak ibadah sunah, walaupun suaminya amat baik dan sering membantu pekerjaan rumah tangga. 

Karena rejeki yang dia maksudkan adalah rejeki dalam arti uang dan materi, jadi aku membahasnya mengikuti jalan pikiran dia dulu ya.  

Yuuk aku coba bahas satu persatu.

Apakah ibadah sunah bisa melancarkan rejeki (rejeki dalam arti uang dan materi) ?

Lah orang-orang kaya level dunia banyak yang non muslim tuh, mereka gak tahu ada yang namanya shalat dhuha atau shalat tahajud dan tentunya gak pernah melakukannya kan ? kok pada kaya ya mereka. Ehm .....

Kusarankan, jangan beribadah untuk melancarkan rejeki atau mengharapkan kejaiban dari Allah, niatnya musti karena Allah saja, soal nanti setelah shalat berdoa memohon pertolongan dan kemudahan, silahkan, tapi niat dan tujuannya untuk Allah semata mata.

Cara menata pikiran dan hati agar bisa beribadah karena dan untuk Allah.

Bangunlah perasaan syukur dan cinta.  Bila belum bisa beribadah dengan penuh cinta, maka beribadahlah dengan penuh rasa syukur.  Bersyukurlah karena Allah memberi cobaan, sadari bahwa cobaan inilah yang membuat kita mendekat padaNya. Keterbatasan-keterbatasan yang sedang kita alami itu hanyalah cara Allah mengatakan pada kita bahwa hanya Dialah yang Maha Kaya , yang padaNya kita musti bersandar dan kembali. Bahkan kekurangan yang menghimpit itulah yang membuat kita tidak sombong dan jadi lembut hati.

Tandanya bila sudah bisa beribadah dengan rasa syukur, perasaan menjadi ringan, beban menghilang, bisa menerima keadaan dengan ikhlas karena inilah pemberian Allah yang bermanfaat untuk kebaikan kita, maka kita bisa menjalani dengan senang hati.

Bila sudah terbiasa mensyukuri segala kondisi, kita akan mendapatkan berbagai pelajaran (hikmah) yang membuat kita memahami mengapa Allah memberi kita berbagai pengalaman itu ? kita sudah bisa memasuki (memahami) kebijaksanaan Allah.  Berbagai hikmah dan pelajaran yang kita dapatkan membuat kita lebih mengenalNya dan terbangunlah perasaan cinta kepada Allah.

Tandanya bila sudah bisa beribadah dengan rasa cinta, kita seperti 'bertemu' dan 'berdialog' dengan Allah dengan akrab , dan kita sering merasa rindu untuk bertemu dan bertemu denganNya lagi.  Di titik ini segala persoalan hidup menghilang, sudah di dalam kendaliNya, kita menjalani pekerjaan dan ibadah dengan penuh totalitas untuk Allah saja.  Kehidupan jadi mengalir begitu indah. 


 Pentingnya istri ridha dengan suami dan sebaliknya.

Dia sering dongkol karena suami tidak mau diajak shalat sunah.  Perasaan dongkol adalah perasaan tidak menerima (tidak ikhlas/tidak ridha), padahal itu kan suami pemberian Allah.  Dia menganggap suami salah karena tidak mau diajak ibadah sunah, yang menurutnya ini membuat mereka tidak kunjung mendapat pertolongan Allah.  Padahal perasaan dongkol inilah yang salah.  Bagaimana Allah bisa ridha terhadap orang yang tidak ridha kepadaNya ?

Dalam keadaan apa saja, kita selalu membutuhkan keridhaan Allah, keridhaan Allah inilah yang menurunkan kemudahan , pertolongan dan keajaibanNya.  Untuk meraih keridhaanNya, maka kita musti ridha dengan pemberianNya.

Jadi jangan merasa dongkol dengan suami, tidak shalat sunah kan bukan dosa ? bahkan kalau dia tidak shalat wajibpun , kita gak usah dongkol, karena tugas kita hanya mengingatkan, kalau yang diingatkan gak mau, ya didoakan saja dan tetap memelihara kasih sayang dengan jalan melihat kebaikan-kebaikannya.

Seandainya suami dipaksa shalat dan nurut, tapi dalam hatinya dia shalat hanya biar istrinya gak rame, dan bukan karena Allah, ini juga gak ada gunanya, malah bikin dosa baru.  Bukan berarti aku mendukung orang yang tidak shalat loh yaaa , aku bicara begini dalam konteks menata hati agar bisa ridha dengan pasangan.

Jangan pernah merasa diri kita lebih baik dari pasangan kita, ini point pentingnya. Kalau perasaan lebih baik itu dipelihara, kita bisa jadi merasa sok benar sendiri, dan mudah kecewa dengan pasangan.  Rasa kecewa bisa men'cancel'  keridhaan Allah, otomatis jauh dari  kemudahan dan keajaibanNya, rugi banget kan ?

Lihatlah hal yang positif dari pasangan, abaikan kelemahannya (dimaafkan dan didoakan saja). Sadarilah bahwa diri kita sendiripun punya kekurangan yang mungkin bisa membuat jengkel dan kecewa pasangan. Intropeksi dan perbaiki diri, banyak memohon ampun kepada Allah untuk orang tua, diri kita sendiri dan pasangan kita.

Ridha dengan suami itu membuat kita bisa mencintainya dengan sepenuh hati, memandangnya sebagai suami yang sempurna karunia Allah.  Sempurna karena kita mengabaikan kekurangannya, dan fokus terhadap kelebihannya.

Bila dua orang suami istri sudah saling ridha satu sama lain, tidak ada lagi halangan yang membuat rahmat dan pertolongan Allah turun kepada keluarga mereka berdua. Sebaliknya bila masih masih menyimpan perasaan jengkel, kecewa atau marah, maka jangan salahkan siapapun bila tak kunjung mendapat kemudahan dan pertolonganNya, karena kita sendirilah yang telah menutup pintu kemudahan itu.

Pasangan kita itu manusia yang punya kekurangan, maafkanlah sebagaimana kita juga menginginkan kekurangan kita dimaafkan olehnya. Bagaimana ? Deal ?

Bila sudah bisa merubah sikap batin menjadi seperti yang aku sarankan, boleh dicatat perubahan kehidupan rumah tangga kalian. Kuucapkan selamat tercengang akan keajaiban pertolonganNya.

Minggu, 28 Desember 2014

Perlukah Menjual Rumah Untuk Melunasi Hutang ?

Dulu 2 tahun yang lalu, beberapa pembaca minta saran padaku, apakah perlu menjual rumah untuk melunasi hutang ? Dan aku jawab , shalat istiharah saja dulu.  Saat itu aku benar-benar tidak punya ide jawaban lain selain dari itu.

Waktu yang berlalu, mengantarkan padaku 2 kisah nyata, serupa tapi tak sama.  Kisah satunya aku saksikan sendiri, orangnya aku kenal dengan baik, sebut saja bapak W.  Bapak W menjual rumah untuk melunasi hutang dan sisa uangnya dipakai membeli rumah lagi yang lokasinya lebih jauh dari pusat keramaian, tak berapa lama rumah inipun akhirnya dijual juga, sekarang bapak W sekeluarga hidup mengontrak, dengan kehidupan yang sama sulitnya seperti dulu.

Kisah satunya hanya aku dengar dari saudaraku,  kenalan saudaraku ini menjual rumah untuk melunasi hutang, dibelikan rumah yang lebih kecil, lalu rumah kecilnya itupun dijual juga, akhirnya mengontrak.

Mendengar 2 kisah itu, aku jadi mikir.  Sebenarnya saat Allah menurunkan cobaan finansial ,bukanlah untuk membuat  kita jadi miskin dan kehilangan harta benda, tapi agar kita kembali kepadaNya, berusaha keras dengan segala daya dan kekuatan yang diberikan Allah dengan penuh keimanan dan bertawakal kepadaNya. Jadi ya itulah yang semestinya kita lakukan.

Logika kitalah yang membuat kita berpikir bila menjual rumah, maka masalah hutang akan selesai.  Padahal dengan kuasaNya, kita bisa terjebak dalam masalah yang sama, dan bila rumah sudah tidak lagi punya, apa lagi yang mau dijual ?  Di titik inilah mustinya kita serta merta bertobat dan kembali kepada Allah.  Bertobat dari menomorsatukan logika, kembali menomorsatukan Allah.

Kejadian rumah terjual dan terjual lagi sampai tidak punya rumah, itu adalah teguran dari Allah. Berpikir bila menjual rumah, maka semuanya akan beres, lupa bila hanya Allahlah yang memudahkan semua urusan. Bila pola pikirnya tidak diubah , maka dia bia mengulang kesalahan yang sama dan kesulitam yang samapun akan datang dan datang lagi. 

Sekarang bila ada lagi yang bertanya padaku apakah perlu menjual rumah untuk melunasi hutang ? Maka aku akan balik bertanya, apakah Allah bermaksud membuat kita miskin dengan cobaan finansial ?

Menjual aset atau tidak, kukira perlu melihat situasi dan kondisinya dulu. Bila rumahnya lebih dari satu, ya mungkin tidak mengapa karena masih ada tempat tinggal untuk keluarga.  Tapi bila itu rumah satu-satunya, kukira kita bisa mengambil pilihan bersabar dan berusaha lebih keras sampai  keadaan membaik, jangan lupa tingkatkan iman dan bertawakal kepada Allah.

Tapi jangan lupa shalat istikharah dulu, walau rumahnya dua belas ... hmmm.


Sabtu, 27 Desember 2014

Menyusuri Jejak Usia

 Dear Allah lovers

berada di penghujung tahun

sumber mata air di kebunku mulai mengalir gemericik
dan tanah basahnya menempel di kakiku membentuk sepatu alami

hawa dingin kerap menahanku dalam selimut tebal
dapur yang bocor
dan lantai licin yang sering membuatku berteriak
"Alni ! awas ! jangan lari-lari, nanti tergelincir".

itulah desember

Tiba-tiba aku menyadari bahwa sebentar lagi bulan januari, bulan kelahiranku.  Segera setelah desember berlalu, tanggal enam bulan satu, usiaku jadi empat puluh delapan tahun, hurayyyy ... aku tua !!!  Tinggal 2 tahun lagi aku bisa merasakan usia setengah abad, itu bila Allah berkenan memberiku kesempatan.



Teman-temanku di grup mama-mama kece membagi usia dalam beberapa kategori, ada usia biologis, usia psichologis dan satu lagi , usia seksologis ... hahahaha .... Kayaknya yang terakhir ini yang paling menarik , itu lebih penting daripada mikirin wajah yang perlu disetrika atau body yang makin sexeeeh ..... huahahaha.

Di usiaku kini, rasanya aku musti mengakui bila aku sudah tua, ini sebuah perjuangan tersendiri loh,  karena aku terbiasa dibilang awet muda sama orang-orang, terutama orang yang tidak pernah melihatku waktu muda dulu.

Masih ingat olehku, saat Aden pertama masuk kuliah dan aku naik bis menengoknya ke Bandung, penumpang di sebelahku bertanya :"Kuliah di Bandung ya ?". Dan aku tertawa, karena anakkulah yang kuliah. Dan bila aku bepergian diantar ustadz Virien , aku sering disangka calon istrinya, itu duluuuu sih,  kalau sekarang mungkin dikira ibunya atau neneknya 'kali... hahaha.

Setiap wanita pasti suka dengan penampilan awet muda, sampai rela menghabiskan waktu, uang ,  bonus 'penyiksaan' , untuk membuat dirinya awet muda. Banyak sekali cara yang bisa membuat orang awet muda, dan aku pernah mencoba beberapa diantaranya.

Aku pernah makan kolang kaling tiap hari, gara-gara bertemu orang yang terlihat berusia lima puluhan, padahal usianya 65 tahun, dan dia bilang rahasianya adalah makan kolang kaling setiap hari.  Aku googling dan menemukan bahwa kolang kaling memang mengandung kolagen dan kalsium yang tinggi.  Tapi aku makan kolang-kalingnya hanya bertahan berapa minggu saja , setelah itu bosan sampai kolang kalingnya berjamur di kulkas.  Gagal deh awet mudanya.

Aku juga pernah membeli perawatan wajah jutaan , dan hasilnya memang cling banget untuk wajahku, cuma bertahan 3 bulan, habis itu ya bosan lagi, sayang juga sama uangnya, sebegitu banyak cuma buat mempertahankan keremajaan wajah.  Coba dipakai bersedekah, pasti makin banyak orang jadi terlihat rupawan karena tersenyum penuh rasa syukur.

Akhirnya kembalilah aku semula, yang tetap cantik (kataku sendiri) walau jarang pakai bedak, pakai lip gloss bila bibirnya kering, membersihkan wajahpun sering ngawur pakai sabun mandi .... hihihi .

Rasanya aku musti menerima diriku apa adanya, diriku yang tidak pandai bersolek, tidak telatenan bila disuruh merawat wajah dan tubuh.  Mau awet muda atau awet tua bukan lagi persoalan bagiku, walaupun dijadikan persoalan, ya tetap saja aku tumbuh ke samping .... maju perut pantat mundur ... hahaha.

Usia dan penampilan itu sudah ditakdirkanNya, saat bayi, kulitnya mulus dan lucu , saat kanak-kanak nggemesin setiap orang, lalu tumbuh menjadi remaja dengan segala pesona kecantikannya, lalu menjadi dewasa dan tua.  Alangkah tidak adilnya bila orang yang sudah tua, penampilannya masih kayak remaja, bisa kalah bersaing dong  yang remaja sungguhan.  Dan jadi susah membedakan mana anaknya dan mana orang tuanya.  Jadi sebaiknya menjadi tua itu tidak usah dilawan dengan berbagai cara, karena itulah ritme kehidupan yang dirancang oleh Yang Maha Agung.

Saat seorang hamba merias diri untuk mempercantiknya, yang manusia lihat adalah penampilannya yang berubah jadi menawan, sedangkan yang Allah lihat adalah niat di hatinya, apakah dia mengharap pujian makhluk dengan apa yang dilakukannya ? ataukah hal yang lain yang hanya dia dan Allah yang tahu ?

Sekarang aku sudah tidak lagi menginginkan awet muda, kalau awet cantik iya 'kali .... hahaha .... tapi itu sudah tercapai kok, suamiku bilang aku selalu cantik , dan untuk kategori usia seksologis, aku masih 25 tahun ..... huahahaha. 

Yang lebih aku inginkan sekarang hanyalah Allah, bisa merasakan kehadiranNya, cintaNya, bahasaNya padaku, firmanNya, dan bertemunya aku dan Dia dalam sujud yang penuh cinta.

Bila orang bilang hidup itu adalah perjalanan, maka bagiku itu adalah perjalanan mengenal Allah.  Semakin bertambah usia seseorang, semestinya diiringi dengan semakin bertambah kedekatan dan pengenalannya pada Allah, hingga di hatinya benar-benar hanya Allah yang mendominasi yang menjadi tujuan hidupnya.

Mengenal Allah, itu sebuah kata yang tiap orang punya kesan dan persepsi sendiri. Dan bagiku, mengenal Allah seperti menyusuri sebuah perjalanan yang penuh keindahan dan selalu membangkitkan rasa ingin tahu. Yang membuatku rela bangun tengah malam demi bertemu denganNya, yang kadang berhasil kadang juga tidak.

Saat pengertianku tentangNya bertambah, bertambah pula rasa tunduk, takut, dan cinta, hingga secara otomatis sikap tubuhpun menunduk merendahkan diri di hadapanNya. Rasaku, inilah hal terindah yang pernah aku alami dalam hidupku.

Jejak usia kita secara lahiriah ditandai dengan goresan kerut merut di wajah, atau semakin memutihnya rambut.  Namun jejak usia yang sebenarnya adalah goresan asma Allah yang semakin mendominasi hati.

Sabtu, 06 Desember 2014

Teman Teman Alni

 Dear Allah lovers,
Semula aku enggan memposting cerita ini karena ada unsur rasan-rasannya gitu ... hmmm.... Sudah lama tulisan ini aku buat dan aku biarkan begitu saja.  Kemarin ketika aku buka-buka draft, tiba-tiba saja aku merasa ingin membagi cerita ini. Kata eyang, ghibah kalau untuk pembelajaran tidak mengapa.

Ceritanya aku tengah kesal bercampur bingung melihat teman-teman Alni yang ajaib-ajaib.  Benar-benar tidak tahu bagaimana cara mengatasi keadaan ini.


Alni main ke kebun bersama Viva dan mbak Yayuk

Beberapa minggu ini teman sekolah Alni rajin main ke rumah, dan tingkah laku mereka sungguh 'mencengangkan' , seperti tidak pernah diajari nilai-nilai oleh orang tuanya di rumah, bahkan kukira mereka seperti tumbuh dari alam tanpa peradaban, saking 'ajaib'nya.

Dengan anak-anak seperti itukah anakku bergaul ? bagaimana bila mereka mempengaruhi Alni ? , begitu kata hatiku.  Sedangkan aku ini termasuk ibu yang tidak bisa mendidik anak, yang tidak tahu teori, tidak tahu ilmu psichologi, tidak mau belajar juga ... komplit sekali yaa.

Teman Alni itu ada yang pernah mencuri uang dari dalam dompetku , jumlahnya 80 ribuan, termasuk besar untuk ukuran anak-anak dan habis dalam sehari, sebagian berani minta brownies satu orang satu setiap pulang main  , dan mereka mengambil sendiri di etalase tanpa sepengetahuan bu Kot ! Kalau mereka tidak punya uang , Alni membagi bagi uang yang diambilnya dari uang recehan yang aku peruntukkan buat pengemis ... ini lucu apa memprihatinkan? Dan masih banyak lagi 'keajaiban' mereka yang lain.

 Bila dipikir, anak-anak di seputar sini  memang produk dari keluarga dan lingkungan yang tidak begitu bagus.  Daerah tempat tinggalku di perbatasan kota dan kabupaten, istilahnya dalam ilmu sosiologi  adalah masyarakat yang embivalen, kota nggak , desa nggak.

Mayoritas masyarakat disini terbiasa berbahasa yang kasar, keras dan kalimat-kalimat yang tajam. Bapak ibu mereka umumnya bekerja semua, mayoritas buruh pabrik .  Mungkin ini yang membuat anak-anak mereka tidak terdidik dengan baik.

Setelah siangnya dibikin pusing dengan kelakuan teman-teman Alni, malamnya aku merenung, bagaimana menghadapi anak-anak itu, agar mereka bisa berubah menjadi baik.

Logikaku benar-benar buntu, aku tidak punya ide sama sekali. Bahkan merencanakan untuk ngomong berdua dengan Alnipun, aku tidak tahu musti ngomong apa ? Aku benar-benar tidak tahu mau memulai dari mana ?

Akhirnya aku pasrah pada Allah, karena Allah jugalah yang menurunkan aku sekeluarga di tempat ini, Allahlah yang menggerakkan kami menyekolahkan Alni di sekolah desa agar Alni berinteraksi dengan kehidupan yang sederhana.  Allah jugalah yang menggerakkan hati teman-teman Alni untuk datang dan bermain,  Allah jugalah yang memposisikan mereka dengan segala keajaibanNya.  Ada Allah dibalik mereka semua, ada Allah yang mendekatkan mereka padaku.

Dan datanglah jawaban itu : "Sentuhlah dengan doamu".

Setiap hal yang hadir di hadapan kita, bila kita tidak mampu merubahnya, maka sentuhlah dengan doa dan kasih sayang, doa yang tulus yang berbarengan dengan rasa kasih sayang, itulah yang bisa kita lakukan. Tidak perlu memelihara perasaan jengkel dan marah , karena itu tidak akan merubah keadaan, malah memperburuk perasaan dan kehidupan kita sendiri.

Hatikupun merasa sejuk , aku yakin Alniku tumbuh menjadi wanita harapan Allah suatu hari nanti.


Kamis, 04 Desember 2014

Balasan Semesta

Salah satu kesukaanku saat pikiran sedang santai adalah mendoakan apa saja yang aku lihat, aku lewati, aku sentuh atau aku pikirkan.  Dalam keadaan nganggur seperti sedang duduk menempuh perjalanan, aku lebih intens mendoakan setiap yang aku lewati, alam, hutan, pohon, kebun, toko, rumah, anak-anak, orang-orang dan apa saja.


foto : Dody Fatoni

Aku menikmati kesukaan ini tanpa memikirkan efek apa yang bakalan aku dapatkan.  Yang pasti aku merasa bahagia,  dan hikmahnya tidak ada hal negatif mampir di pikiranku.  Hingga suatu ketika aku merasakan bahwa alam membalasku dengan caranya.

Suatu hari saat aku sedang punya masalah berat, aku membangunkan suamiku untuk shalat tahajud bareng.  Rasanya tenang bila mengadu pada Allah berduaan dengan suami.  Setelah itu aku berdzikir dan perlahan-lahan aku merasakan keajaiban , aku mendengar alam turut mendoakanku, berdoa bersama dengan syahdu dan khusyu', bahkan para malaikat seperti turut berdoa.

Pengalaman itu membuatku merasa ditemani, didukung dan disayang.  Tidak ada yang sia-sia dari setiap kebaikan yang kita tebar ke alam, semua pasti berbalas dengan indah.

Setelah kejadian malam itu, keesokkan harinya aku mendapat solusi dari permasalahan yang aku hadapi, kejadiannya begitu mudah , dan tak terpikirkan olehku sebelumnya.  Sungguh Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.

Senin, 01 Desember 2014

Membelah Niat

Dear Allah lovers,
Aku mau cerita perkara yang amat serius, perkara niatingsunnya hidup ini. Jarang ada yang tahu, apa yang terjadi pada diri kita dan pada alam semesta saat sepercik niat tersampaikan lewat bahasa hati. Bila kita tahu, kita akan lebih faham dan lebih cerdas menggunakan hidup ini.

Maka ketahuilah sahabatiku, ketika hidup ini diniatkan untuk Allah, alam semesta akan 'menyiapkan diri' untuk melayani kita dengan mengeluarkan segala yang terbaik yang bisa mereka persembahkan.

Dalam lingkup yang lebih kecil, saat tindakan sekecil apapun kita niatkan untuk Allah, maka seluruh komponen di dalam diri kita akan mengeluarkan kemampuan terbaiknya.  Aku bilang seluruh komponen di dalam diri kita, termasuk sel-sel dan bagian-bagiannya yang super kecil, dan jiwa yang tak kasat mata.  Saat pandangan kita ditajamkan oleh Allah, kita bisa melihat proses ini, sebuah keterpaduan yang amat indah, layaknya sebuah kerja sama dalam pagelaran musik orkestra, awalnya indah, prosesnya indah, hasilnya menakjubkan.

Bila kita pernah menyaksikan bagaimana itu terjadi, kita jadi merasa sayang banget melakukan sesuatu yang mengalir saja, dijalani saja tanpa niat yang dilakukan dengan sengaja.  Itulah mengapa di dalam agama amat ditekankan pentingnya niat. Tapi kitalah yang kurang faham, tidak tahu kapan niat itu musti dikatakan dan disengajakan, dan kita juga tidak mudah mengenali, kapan niat itu berbelok tanpa kita sadari.

 Baiklah, sebelum aku bahas lebih lanjut, simak dulu tulisan ini : Cobalah Bernyanyi .  Tulisan ini bila diikuti semua intruksinya step by step, akan membuktikan pada diri kita sendiri, betapa kuatnya sebuah niat karena Allah. Bila Allah bermurah hati menajamkan pandangan kita, kita akan melihat proses pergerakan molekul  dan aliran energi yang sedang mempersiapkan diri memberikan kemampuan terbaiknya untuk Allah. Proses yang berlangsung sangat cepat , respon yang mengalir otomatis begitu niat itu terucapkan di hati, tapi sifatnya amat lembut seperti belaian yang penuh kasih.

Sayangnya di alam ini ada energi negatif yang sering mengganggu proses itu, sifatnya destruktif (merusak) , dan berlawanan arah, dalam agama disebut syetan.  Salah satu pekerjaan syetan adalah membelokkan arah niat, hingga merusak harmoni.  Soal pembelokan niat ini aku pernah menuliskannya, jadi tidak aku ulangi.

Yang penting sekarang adalah bagaimana cara menjaga niat mempersembahkan hidup ini untuk Allah.

Usahakan tiap sebelum memulai urusan apa saja, besar atau kecil, ucapkan niat, dan refresh niat di tengah-tengah proses yang sedang kita jalani.  Luangkan waktu dan jangan tergesa-gesa.

Niat ada yang sifatnya global seperti doa iftitah yang selalu kita baca tiap kali shalat, yang bunyinya 'hidupku dan matiku hanyalah untuk Allah'.  Ini niat untuk seluruh kehidupan kita , a whole life.

Setelah menunaikan aktifitas shalat, kita kembali ke urusan masing-masing.  Belah niat tadi dalam setiap urusan kita, dalam tuntunan agama berupa doa tiap hendak melakukan sesuatu. Banyak tuntunan doa yang kita kenal sejak kecil, seperti doa sebelum makan dan sesudah makan, sebelum  dan bangun tidur, doa masuk pasar, doa saat bersin, banyak sekali.  Bila tidak hafal dengan doa-doa itu, yang penting baca basmalllah sebelum melakukan urusan tertentu dan mengucap hamdallah , bersyukur bila telah menyelesaikannya.

Ucapkan niat secara spesifik sekaligus ungkapkan harapan kita kepada Allah dalam bahasa hati, diucapkan secara lisanpun tidak dilarang dalam bahasa yang kita mengerti. Maksudku secara specifik yaitu dengan menyebut mau mengerjakan pekerjaan apa, misalnya ; "Ya Allah yang Maha Pemurah, aku mau meeting dengan karyawan, tuntunlah lisan dan hatiku dan pimpinlah kami, aku lakukan ini karenaMu".

Saat melepaskan niat, akan lebih powerfull bila disertai ungkapan syukur dan permohonan maaf / ampun kepada Allah.

Teruslah membelah niat dalam seluruh aktifitas yang kita lakukan, saat duduk, berbaring , main musik , mendengarkan radio, menonton televisi , dll.  Berlatihlah agar semakin sedikit aktifitas kita yang tanpa mengucapkan niat dengan sengaja.

Bila kita terbiasa melakukannya, inshaAllah akan terjalin komunikasi yang akrab antara kita dengan Allah.  Bila awal-awalnya kita masih merasa berkomunikasi 1 arah , lama-lama akan terasakan 2 arah, kita bisa 'mendengar' jawaban Allah (yang tentunya disampaikan oleh malaikatNya).  Kadang bukan jawaban yang kita terima, melainkan teguran, kadang pula kita menerima kalimat-kalimat yang menenangkan hati.

Saat bangun tidur, sengajalah mengucap doa bangun tidur dengan pelan-pelan, menghayati maknanya, lalu katakan pada Allah bahwa aktifitas kita seharian kita persembahkan kepadaNya, kita mohon tuntunanNya dan ungkapkan pula harapan dan permohonan maaf.

Ketika hendak tidur, ucapkan doa dan lakukan evaluasi diri, tidurlah dengan perasaan bahagia, penuh rasa syukur dan niatkan beristirahat karena Allah.

Bayangkanlah bila seluruh alam ini menata diri bersama-sama dengan kita dalam mempersembahkan hal terbaik mereka kepada Allah. Seperti sedang berada dalam tarian indah alam semesta, semua yang kita saksikan hanyalah keindahan.