Jumat, 26 Agustus 2011

Datang dan Pergi Teriring Cinta dan Rindu

Ramadhan sebentar lagi berlalu, air mata jatuh karenanya.  Andai setiap bulan adalah ramadhan .....
Kemarin, sewaktu duduk menata parcel, Windy karyawanku berkata dengan berat, katanya ramadhan terasa begitu singkat, dan terasa hampa bila mengingat ramadhan akan segera pergi.  Aku larut dalam kalimat-kalimat Windy.

Ramadhan, kedatangannya begitu dinanti dan perginya membuat kita ingin berjumpa dengannya lagi.  Karena kedatangannya membawa kebaikan, anugerah, berkah, keajaiban .....dan segala hal baik terkumpul di ramadhan.

Bila ramadhan pergi, kita hanya bisa bertanya kepada diri, sudahkah kita menerima semua kebaikan yang tlah dipersembahkannya pada kita?
Sudahkan  Al Qur'an menjadi hiasan hati?
Sudahkah kelembutan rasa menjadi milik hati?
Sudahkan kita terampil menimang nafsu?
Sudahkah tangan kita terhias gelang kasih pada sesama?
Sudahkah ... sudahkah ....

Ramadhan tempat kita berguru. Apakah kita adalah manusia yang dirindukan kehadirannya dan terasa hampa bila kita tiada? Ataukah kita manusia yang dirindukan ketiadaan kita? bahkan alampun enggan menampung jazad kita? (Naudzubillah...) Ataukah ada dan tiadanya diri kita tidak 'ngaruh' sama sekali?

Jadilah seperti ramadhan yang sejuk, si pembawa kebaikan, yang kehadirannya begitu dinanti dan kepergiannya membuat rindu ingin berjumpa lagi.

Di antara semua itu, ramadhan adalah 'guide' yang mengantar kita menuju ridhaNya, bila kita ikhlas menjalankan segala tuntunan Allah selama ramadhan.

Ustadz Virien pernah bilang, ada haji mabrur, begitupun puasa, ada "puasa mabrur" ditandai dengan bertambah baiknya diri kita seusai ramadhan.  Bila tidak, berarti kita tak memperoleh banyak hal dari ramadhan ini selain lapar, haus, buka puasa, sahur, lebaran.....

Kalau eyang Syamsul'alam bilang, ramadhan adalah training massal.  Setelah ramadhan usai, diharapkan semua 'peserta' bisa menjalankan segala hal yang diajarkan selama masa training itu.  Segala yang dilakukan selama ramadhan mustinya tetap dilakukan setelah ramadhan.  Bila selama ramadhan rajin shalat malam sebelas rakaat, maka hal ini akan tetap dilakukannya sepanjang tahun hingga bertemu ramadhan lagi.  Begitupun 'gaya' bersedekah saat ramadhan, bertutur kata sopan dan menjauhi hal yang sia-sia, dan banyak kebiasaan  lain selama ramadhan yang harus kita pertahankan sepanjang tahun dan sepanjang usia kita.

Kita adalah 'alumni' ramadhan, sebuah 'sekolah kepribadian' ciptaan Yang Maha Agung, yuk kita bawa kebaikan 'almamater' kita.  Allah Sang Maha Guru akan selalu mendampingi, membimbing dan menolong kita sepanjang usia kita.  Tak ada sekolah kepribadian yang lebih hebat dari ramadhan, asalkan kita ikhlas menjadi pesertanya.

Ramadhan, terimakasih
kami akan selalu mengenangmu
dan menjaga apa yang kau bawa

Ramadhan, selamat jalan
teriring cinta dan hormat kami
temui lagi
dalam keadaan lebih baik
lebih shaleh
lebih ikhlas

Ramadhan,
teriring rinduku
selamat jalan sahabat

Kamis, 25 Agustus 2011

Lelaki Tua Penjaja Perbaikan Payung

Di penghujung Ramadhan ini aku menyiapkan parcel, bukan untuk pelanggan, apalagi pejabat, bukaaan.....tapi untuk dhuafa.  Kupikir yang paling membutuhkan parcel adalah dhuafa, karena mereka tak cukup mampu untuk merayakan hari raya dengan sirop dan kue-kue enak.

Kue-kue kering ini kubuat sendiri, maksudku aku bantu-bantu sedikit .... hehehe, yang bantu-bantu banyak (...ehm) ya bu Kotsiyah dan mbak Retno, karyawanku yang pintar.  Aku memang suka bikin kue lebaran sendiri, bagiku aroma kue yang dipanggang di penghujung ramadhan itu sesuatu yang amat manis, jadi 'aroma' wajib di rumahku. Biasanya aku bikin kue dengan Zelika, gadisku yang cantik itu, tapi dia masih sibuk mengurus KRS, belum bisa pulang.

Suamiku melihat kue-kue cantikku di dalam toples yang kuberi pita manis, jadi tergerak hatinya membelikan keranjang rotan.  Setelah semuanya tertata di keranjang rotan, lalu kubungkus dengan plastik dan kuhias dengan pita dan manik-manik emas, jadi tampak mewah.

"Aduh, kayak di toko-toko ya buk", kata Alni ceria, dia semangat sekali membantuku menata parcel ini.
"Ya bunda, lebih bagus dari di KUD, ini lebih lengkap ..... ", komentar Lely.  Sambil menata parcel, aku berdoa, semoga Allah menyampaikannya pada orang yang benar-benar membutuhkan, yang memang tidak mampu membeli kue lebaran.

"Buat dhuafa saja ya bunda, anak yatimnya sudah banyak yang membantu, bulek-bulek mereka orang mampu kok bunda ", kata Windy saat bersiap membagikan parcel.
"Ya, terserah kamulah, yang penting buat orang yang gak mampu beli kue lebaran", kataku.

Belum lagi seluruh parcel terbagi habis, Lely membawa cerita pilu.
"Bunda, tadi kita ketemu orang tua yang menjajakan jasa perbaikan payung, sudah tua banget bunda, bawa pikulan, jalan kaki ..... ".
"Kalau  dia naik sepeda ya gak bisa, wong kakinya sakit gitu..... kaku ...... kayak gimana gitu lo bunda", Windy memotong cerita Lely.
"Parcelnya aku kasih ke dia, orangnya senang sekali, mendoakan kita ".
"Tapi dia jadi tambah berat pikulannya bunda, kasihan...", sambung Lely, lalu tertawa kecil membayangkan orang tua yang sudah keberatan membawa dagangannya, masih ditambah beratnya parcel.
.
"Kenapa gak kamu kasih uang, biar bisa pulang naik angkot dan gembira bersama keluarganya... Memang rumahnya dimana?", kataku.
"Jauh bunda ... dimana ya... bantaran atau mana ya.... ".
"Ya sudah sana cepat, cari dia dan kasih uang ...", kataku.  Kedua karyawanku yang manis-manis itupun segera pergi mencari lelaki tua penjaja perbaikan payung.  Sayangnya mereka berdua pulang tanpa hasil, mereka tidak bisa menemukan lelaki itu.

Hatiku pilu, walaupun aku tidak pernah bertemu lelaki tua penjaja perbaikan payung itu, aku jadi memikirkannya, karena dia sendiri tidak punya payung.  Maksudku payung masa tuanya, agar dia tidak perlu bekerja keras di usia senjanya. Saat tubuhnya sudah renta, mestinya yang dia pikirkan bukan lagi mencari nafkah untuk memenuhi tuntutan perut, melainkan memperbanyak ibadah, bercanda dengan anak cucu, mempersiapkan diri untuk menghadap Allah.

Berapa banyakkah jumlah lelaki tua seperti dia di negeri ini? Semestinya kita yang masih muda dan diberi kelebihan materi oleh Allah  ini menjadi 'payung' bagi mereka. 

"Tiada beriman kepadaku orang yang bermalam (tidur) dengan kenyang sementara tetangganya lapar padahal dia mengetahui hal itu". (HR. Al Bazzaar)

Hadist tersebut diatas, merupakan konsep Islam yang ampuh dalam memberantas kemiskinan, selain konsep zakat infaq sadaqah.  Bayangkan, bila setiap muslim yang berkelebihan makanan mau peduli dengan tetangganya yang lapar, mestinya tidak ada orang kelaparan di negara kita.

Cukup dengan 'masih punya persediaan makan buat hari raya' maka sudah wajib membayar zakat fitrah.
Aku mengartikannya, berarti syarat untuk memberi tidak perlu orang yang berlebihan, cukup bila mempunyai persediaan makanan buat besok. Tapi kebanyakan rumah tangga muslim punya persediaan makan untuk sebulan!!!  Dan kebanyakan mereka masih suka mengeluh tentang hidupnya .........

Syarat lain untuk memberi yaitu tidak perlu merasa khawatir tentang hari esok.  Allahlah yang akan mencukupi kita, sedang Dia adalah Ar Razaq (Yang Maha Pemberi Rizki), Al Muqit (Yang Maha Pencipta Makanan), Al Wasii (Maha Luas KaruniaNya)

Rabu, 24 Agustus 2011

Jangan Pernah Merasa Selamat Dari Perbuatan Dosa

Sebelum hatimu selalu mengingatNya, tak mencela skenarioNya, tak mencela makhlukNya, tak mencela perbuatan makhlukNya. Sebelum hatimu merasa bahwa Allahlah yang membuatmu mampu melakukan hal baik dan ketaatan.

Merasa diri sudah baik dan sudah benar merupakan kesombongan yang halus, bila Allah sayang sama kita maka kita akan ditegurNya.  Tapi bila hati kita sudah tertutup dosa, teguran Allah tak akan tertangkap maknanya, dan kitapun akan semakin larut dalam dosa hingga waktu yang tak tertentu.

Pada suatu ketika beberapa tahun yang lalu, aku pameran bersama beberapa teman mewakili propinsi Jawa Timur.  Salah seorang temanku, sebut saja ibu S, standnya tepat berada di samping standku.  Selama lima hari pameran, aku lihat wanita cantik ini sering sekali bicara dengan seseorang lewat ponselnya dengan pembicaraan yang lama sekali dan kelihatan intim banget. Saking seringnya melihat ibu S bertelepon ria dengan gaya seperti ini, aku jadi mengambil kesimpulan, pastilah lawan bicaranya bukan suami atau pelanggannya, bisa jadi selingkuhannya. 

Sebelum ramadhan ini, aku kedatangan seorang teman yang setua aku umurnya.  Dia bercerita, sekarang dia mau nyari teman wanita saja, karena sudah kapok berteman dengan lelaki.  Aku mengerti maksudnya, karena aku tahu dia memang sering kena godaan lelaki.  
" Emang sudah setua ini masih ada yang mau? ", kataku bergurau.
" Tambah banyak mbak ", katanya sambil tertawa.  Dalam hati aku merasa, betapa beruntungnya diriku, aku bebas dari godaan lelaki, karena pekerjaanku lebih banyak berinteraksi dengan wanita.  Rasanya saat itu, aku tak akan bisa kena godaan lelaki, apalagi aku tak punya masalah dengan suamiku.

Merasa diri bebas dari sebuah dosa, dan pengalaman pernah menilai rendah seseorang karena kesalahannya, membuatku harus 'berurusan' dengan dosa yang hampir sama. Bahasa jawanya 'kualat'. Nyata sekali bagiku, betapa sebuah perasaan sehalus apapun, akan menuai akibat yang setimpal.

Kejadiannya di hari kelima ramadhan tahun ini, aku bermaksud pulang ke rumah ibu di Ngantang untuk menggantikan adik menjaga ibu.  Sayangnya mas Hary tidak bisa mengantarku, jadi aku pergi naik bis sendirian.

Duduk sebangku denganku seorang lelaki yang masih muda, yang saat aku melihatnya aku berpikir : wah pasti Aden akan sekeren ini bila sudah lulus dan bekerja.  Begitulah, dia menanyakan apa pekerjaanku, kujawab dengan memberikan dia kartu nama, siapa tahu suatu saat dia membutuhkan batik-batikku.

Aku turun di Ngantang, sementara pemuda itu meneruskan perjalanan ke Jombang. Pertemuan yang singkat dan pembicaraan yang singkat pula, tapi ternyata telah membuatnya terpesona padaku.
Dia membanjiri aku dengan telepon dan sms.  Saat menerima telepon atau sms darinya aku berpikir, setiap hal yang Allah hadirkan padaku, termasuk pemuda ini, aku akan menerimanya dan akan membawanya pada Allah.  Sebisanya aku balas smsnya dengan mengingatkannya untuk bekerja karena Allah dan beberapa hal yang aku rasa dia butuhkan.
Dengan sabar aku dengarkan cerita-ceritanya tentang ibunya, tentang budhenya....  saat itu aku hanya bermaksud untuk lebih mengenalnya sehingga aku bisa tahu dari mana aku mulai 'dakwah'ku.

Tapi lama-lama dia jadi begitu mesra..... dan aku mulai berpikir harus mengakhiri semuanya, bila tidak, bukan diriku yang akan membawanya pada Allah, tapi dialah yang akan membawaku jauh dari Allah.

Saat aku mengakhiri semua itu , aku teringat pada ibu S, teman pameranku dulu.  Aku telah kualat, beberapa hari aku telepon berlama-lama dengan seorang lelaki, persis yang dilakukan ibu S, hanya Allah yang tahu niatku atau niat ibu S, tapi 'tampilan'nya sama saja, mengundang orang berpikir negatif.

Siapa bilang punya pekerjaan di butik yang hampir selalu berurusan dengan wanita, tak membuat kita digoda lelaki? Hmmm... dulu aku bilang begitu ya, dan aku merasa aman dari perbuatan dosa. Padahal Allahlah yang telah melindungiku dari semuanya, bukan diriku atau usahaku sendiri.  Kasih sayang Allahlah yang telah menjagaku, aku telah melupakan hal satu ini.  Ampuni aku ya Allah. 

Senin, 22 Agustus 2011

Kecerdasan Finansial

Dulu aku pernah ikut multilevel, merasakan jadi downline yang disuruh-suruh sama upline baca buku ini itu, salah satunya buku Robert T  Kiyosaki. Perasaanku saat itu aku jadi melek finansial, jadi tahu kuadrant kiri dan kanan dalam hubungannya dengan profesi seseorang, juga jadi tahu  pasive income, kebebasan finansial, kecerdasan finansial dan banyak hal. 

Sebenarnya ada 'protes' dari dalam hati ini tentang beberapa hal yang tidak sesuai dengan ajaran agama, tapi aku cuek saja...maklum lagi tergila-gila sama multilevel, dan sudah pula membuktikan bonusnya yang lumayan, makin edan deh Indah...... Untunglah akhirnya aku mandeg ditengah jalan, alhamdulillah.

Salah satu protesku di dalam hati adalah tentang pasive income, kalau dalam Islam kan tidak ada tuh istilah pensiun apalagi pasive income.  Nabi Muhammad adalah contohnya, beliau tetap menjabat sebagai kepala negara hingga akhir hayat.  Bagi umat Islam bekerja adalah ibadah, bukan untuk menumpuk kekayaan atau untuk menggapai masa tua yang nganggur dan enak.  Berarti bekerja musti terus dilakukan sejauh kita mampu melakukannya, biarpun seudah nenek-nenek atau kakek-kakek.

Salah satu slogan yang banyak dikatakan upline-uplineku adalah 'uang memang bukan segalanya, tapi segalanya perlu uang'.  Hmm... apa pendapat anda?

Yang jadi pertanyaan adalah kenapa sih manusia perlu uang/materi/rejeki?

Allah menciptakan makhluk berdasarkan kebijaksanaanNya, ada makhluk yang energinya bertahan lama, sehingga tidak perlu makan minum, yaitu para malaikat. Sedangkan manusia diciptakan selalu memerlukan energi dari luar dirinya yang berupa makan dan minum. Lantas kenapa ya kira-kira yang membuat Allah menciptakan manusia selalu berkebutuhan akan materi? 

Untuk kebutuhan manusia ini, Allah menciptakan beragam profesi, ada tukang sampah, kuli bangunan, pengusaha, dokter, dosen, artis ...... Masing-masing orang membutuhkan profesi orang lain, salah satu contohnya seorang dokter membutuhkan jasa arsitek, tukang dan kuli bangunan untuk membangun rumahnya. Demikianlah manusia selalu dalam lingkaran kebutuhan akan sesamanya.

Jadi.....apa kesimpulannya? 
Allah menciptakan jalan rejeki agar manusia saling mengenal dan bekerja sama sebagai khalifah di atas bumi.  Fungsi utama diciptakannya rejeki ya ini nih ...... musti digaris bawahi, yaitu kita musti bekerja sama untuk memakmurkan bumi. Bila pada perkembangannya rejeki berubah menjadi sumber pertengkaran dan keserakahan, itu karena mereka tidak mengerti dan bodoh.  Kita yang sudah mengerti dan pinter tidak usah ngikut 'aliran' itu deh....

Trus bagaimana ya setelah rejeki itu 'kepegang'?

Sering kubaca di majalah tentang perencanaan keuangan keluarga, bagaimana menyisihkan uang untuk ditabung, untuk kebutuhan sehari-hari, untuk hal tak terduga, untuk pendidikan anak-anak dlsb.... Tahu nggak bagaimana rasanya menjalaninya? Pusing....hehehe, karena ternyata seberapapaun pendapatan kita kayaknya gak cukup-cukup.... saking banyaknya pos yang harus diisi.

Solusinya kembali kepada Allah saja.  Kalau pegang uang, aku suka merasa kalau uang ini kepunyaan Allah, bukan punyaku.  Terserah Allah saja mau dikemanakan uang yang kebetulan berada di tanganku ini.  Karena terbiasa dengan pola pikir seperti ini, aku jadi santai saja bila kemudian uang itu mengalir kayak air... hehehe. Tapi aku juga merasa, setiap kali aku membutuhkan hal besar, Allah seperti 'menghujaniku' dengan uang.....

Kemana uang kita mengalir? musti ke hal yang benar loh ya, sesuai tuntunan agama, untuk menafkahi keluarga, menolong kerabat, anak yatim, fakir miskin dll dll... yang intinya untuk berjuang di jalan Allah.  Cuma sering kudengar kalimat seperti ini ; buat keluarga saja gak cukup, mana bisa beramal dan berjuang di jalan Allah?  Nah ini dia nih, ini kalimat yang membuat kita miskin terus ...... hehehe, perkataan kita adalah doa kita, perkataan yang diucapkan dengan sepenuh hati (khusyu' banget) bisa mudah sekali terkabul (mustajab).  Justru kalau merasa kebutuhan keluarga tidak cukup, kita siasati dengan 'melipat gandakan' uang kita dengan beramal.  Kita harus yakin akan janji Allah di dalam kitabNya yang mulia.

“Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan dijalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulirnya seratus biji, Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki ,dan Allah Maha luas (karuniaNya) lagi maha Mengetahui” ( Al Qur'an 2 ; 261 ) 

Bila kita sering membuktikan kepada diri sendiri, bahwa Allah benar dengan janjiNya, maka kita akan terbiasa bersedekah tanpa merasa bahwa uang kita berkurang. Pengalaman ini penting sekali untuk membangun kesadaran akan 'matematika Allah' yang tidak sama dengan matematika manusia. Bila hitungan manusia 1 x 10.000 = 10.000 maka hitungan Allah 1 x 10.000 x ikhlas = 7 x 100 x 10.000 = 7.000.000.  Untuk membuktikan hal ini cukup dengan beriman / percaya saja. Tidak sulit bukan?

Mungkin bagi pegawai dengan gaji tetap sulit mempercayai, darimana dong datangnya uang lebih?  Ketahuilah saudara-saudara....( hmm..), bahwa Allah tak pernah kekurangan cara dalam memberi karunia kepada hamba-hambaNya.  Jangan dulu membatasi pikiran kita dengan logika manusia yang sempit dan lemah ini.  Beriman kepada Allah berarti beriman kepada seluruh sifatNya, diantaranya adalah Ar Razaq (Maha memberi rejeki), Al Wasii (Maha Luas karunianya).

Perlu diketahui juga, rejeki itu bukan pada jumlahnya.  Ada orang dengan pendapatan seratus juta, tapi pengeluarannya seratus limapuluh juta, sebaliknya ada orang dengan pendapatan enam ratus ribu, tapi pengeluarannya hanya empat ratus ribu.  Mana diantara keduanya yang kaya?
Rahasianya mungkin terletak pada nilai 'berkah' dalam rejeki.  Rejeki yang berkah akan selalu mencukupi kita, tak membuat kita kekurangan.  Rejeki yang berkah diperoleh dengan jalan yang halal dan banyak bersyukur, dan dibelanjakan di jalan Allah, menafkahi keluarga termasuk di jalan Allah juga.

Trus gimana dong cara kita mempersiapkan masa depan kita dan masa depan anak-anak kita?

Nabi Muhammad tidak pernah mencontohkan 'menabung' untuk masa depan anak cucu beliau.  Allah adalah penjamin masa depan yang paling bisa dipercaya. Bila harta yang kita punya sudah kita persembahkan untuk Allah, hidup untuk mengabdi padaNya dalam segala sikap dan perbuatan kita, maka tak ada alasan untuk mengkhawatirkan masa depan kita.

Aku pernah bercerita tentang salah seorang familiku yang mengasuransikan pendidikan anaknya. Saat uang untuk bersekolah sudah tersedia, anaknya malah mogok kuliah.
Bila ingin menabung, lebih baik ditabung di "bank Allah"  saja, maksudku digunakan untuk berjuang di jalan Allah, disini tabungan kita bunganya bisa 70.000 %......, bank manapun tak ada yang bisa menyainginya, tapi sedikit orang yang mengambil peluang ini, karena mereka belum 'cerdas finansial' sih.

Orang yang 'cerdas finansial' menurutku adalah orang yang bisa menggunakan uangnya untuk keperluan jangka panjangnya yaitu akhirat.  Menggunakan uang untuk kepentingan akhirat bukan berarti kepentingan dunia kita akan terbengkelai, malahan Allah limpahi kita dengan kemudahan dan kenyamanan hidup sejak di dunia ini.  Mau bukti? Mari kita buktikan sama-sama...... 

Ternyata Kamu Adalah .....

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,  (QS Al Humazah ; 1)
Mengumpat berarti membicarakan keburukan orang lain di belakang mereka, sedang mencela berarti mengatakan hal yang tidak disukai di depan orangnya. 

Ramadhan ini membawa pelajaran yang amat berharga bagiku, sejak awal hingga di sepuluh hari terakhir ini.

Di bulan mulia ini aku beberapa kali dicela orang. Lantaran sebelumnya aku hampir tidak pernah dicela orang, rasanya bagaikan 'panen' celaan, mulai dari celaan ringan yang hanya membuat aku tersenyum dan tergelak, sampai celaan yang membuatku speechless dan tidak merasakan laparnya puasa....

Bagaimana tidak, aku terbiasa dikelilingi orang-orang yang menyayangku dan hidup saling menghargai satu sama lain.  Lalu tiba-tiba saja aku harus menerima kalimat ini ," ternyata kamu itu wanita yang......" atau kalimat ini ," ternyata kamu itu ..... dan ........" walaupun hanya lewat sms, tetap saja menyakitkan.

Reaksi pertamaku.... lari ke pelukan suami.....hehehe, sambil mencari pembenaran bahwa aku bukanlah seperti yang dikatakan si pencela.  Tentu saja suamiku membelaku plus membelaiku.....hehehe.

Tapi rasanya aku memang perlu dicela, agar aku intropeksi diri, karena akupun pernah mengumpat dan mencela orang.  Sebagai 'boss' tentu saja aku gampang mencela pekerjaan atau sikap karyawan. Sebagai teman akupun mungkin pernah mencela temanku. Sebagai ibu aku pernah mencela anak-anakku, dan sebagai istri aku pernah mencela suamiku.  Merasakan sakitnya dicela orang membuatku ingin memperbaiki diri.

Sms gak enak itu segera kuhapus, tapi apakah bekasnya sudah terhapus dari hatiku? Hmm... ternyata butuh 'mekanisme' batin tersendiri untuk menghapus semuanya.  Aku mikir gini," Iiihhh, seenaknya saja nyakitin orang ........ Nyakitin? aku disakitinya? kok enak banget.... tak seorangpun boleh menyakiti hatiku kecuali aku mengijinkannya ".  Akupun tersenyum melihat betapa bodohnya diriku bila membiarkan hatiku sakit karena celaan orang lain,  perlahan-lahan aku bisa memaafkan.  Saat hatiku bisa memaafkan dengan sepenuhnya, aku jadi bisa melihat betapa tidak enaknya menjadi si pencela.  Aku lihat orang yang suka mencela adalah orang yang berada dalam kegelisahan jiwa dan kekeringan hidayah Allah.

Orang yang ikhlas adalah orang yang bisa menerima orang lain apa adanya, kebaikan dan keburukannya.  Karenanya orang yang ikhlas tak pernah mencela orang lain seberapapun buruknya mereka. Musti diingat bahwa setiap orang punya peluang untuk menjadi baik dengan ijin Allah, kita yang sedang baikpun bisa berubah menjadi buruk dengan ijin Allah.  

Belum tentu orang yang dicela lebih baik dari orang yang mencela, bahkan orang yang mencela itu telah nyata keburukan lidah mereka.  Bila kita berada di fihak yang dicela, tak perlu membalas celaan itu, cukup satu orang saja yang busuk lidahnya, jangan ditambah satu orang lagi. 

Ketahuilah bila kita mencela orang lain, itu adalah kesombongan yang tersembunyi, karena kita menyangka bahwa diri kita lebih baik, padahal hanya Allahlah yang berhak menilai.  Jangan sok benar dan sok tahu hingga berani mengambil kesimpulan tentang orang lain, padahal yang anda lihat hanyalah sisi luarnya saja.  Allah lebih tahu isi hati mereka, latar belakang mereka dan alasan mereka melakukan suatu hal yang anda cela.

Andapun tak pernah tahu, barangkali orang yang kita umpat dan kita cela adalah orang yang dicintai Allah. Kekasih Allah tidak harus kiai atau orang yang terpandang. Kekasih Allah itu menyebar di masyarakat, kadang profesi mereka terlihat rendah di mata manusia. Melukai kekasih Allah sama saja menantang bahaya besar...... 

"Kami pernah berada di tempat Nabi s.a.w., tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri meninggalkan majlis, kemudian ada seorang laki-laki lain mengumpatnya sesudah dia tidak ada, maka kata Nabi kepada laki-laki ini: Berselilitlah kamu! Orang tersebut bertanya: Mengapa saya harus berselilit sedangkan saya tidak makan daging? Maka kata Nabi: Sesungguhnya engkau telah makan daging saudaramu." (Riwayat Thabarani dan rawi-rawinya rawi-rawi Bukhari)

Jauhilah kata ini : " Kamu ternyata ....... ".
" Aku kecewa, ternyata kamu tidak seperti yang kusangka ".
" Kamu itu orang yang nyebelin ......, ...... dan ...... ".
dan kalimat-kalimat serupa yang melukiskan penilaian dan kesimpulan kita akan orang lain, ini hanya akan menyakitinya. Jauhilah juga kata-kata kotor dan caci maki, karena Allah tidak suka, inipun hanya menunjukkan 'kelas' kita saja.

"Allah tidak suka kepada perkataan jelek yang diperdengarkan, kecuali (dari) orang yang teraniaya, dan adalah Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui." (an-Nisa': 148)

"Barangsiapa menjauhkan seseorang dari mengumpat diri saudaranya, maka adalah suatu kepastian dari Allah, bahwa Allah akan membebaskan dia dari Neraka." (Riwayat Ahmad dengan sanad hasan) 

Berilah kesempatan kepada diri untuk merasakan menjadi orang yang mulia di hadapan Allah dengan memelihara lidah, bicara yang baik atau diam.  Perbanyak membaca Al Qur'an.  Terima orang lain apa adanya, bila ingin mereka menjadi baik seperti yang kita inginkan, doakan saja.  Sayangilah orang lain termasuk orang yang pernah menyakiti, ini tak akan merugikan kita sedikitpun, bahkan menambah kemuliaan kita.

Hati-hati dengan perasaan anda, karena hatipun bisa mengumpat dan mencela, dan setiap perasaan negatif atau positif akan mendapat balasan yang adil. 

Apa yang keluar dari mulut kita adalah cerminan hati kita, jadi bersihkan hati, biarkan hati hening dan terisi asma Allah. 

Sabtu, 20 Agustus 2011

Musafir dan Sebongkah Batu Besar

Ini kisah tentang seorang musafir yang sedang menyiapkan sebuah perjalanan ke negeri SELAMAT.  Dia membawa bermacam bekal yang tersimpan di ranselnya, ada makanan awet, pakaian, alas tidur, uang, perlengkapan mandi dan lain-lain. Tapi ada yang aneh dari sesuatu yang dibawanya, yaitu sebongkah batu, katanya batu itu adalah batu kenangan dari negeri DOSA, kenangan tentang kekasihnya yang suka duduk di batu itu dan bercengkerama dengannya tentang kebahagiaan.  Kekasihnya telah pergi, tapi kenangan itu membuatnya bersemangat menempuh perjalanannya kali ini, karena itulah dia membawa serta batu itu.

Tentu saja pada akhirnya batu itu malah menghambat perjalanannya, selain karena berat sehingga menambah beban di punggungnya, kadang batu itu malah membuatnya terpaku pada kenangan, hati dan pikirannya tidak lagi fokus pada tujuan semula.  Negeri SELAMAT itu akhirnya semakin jauh saja dari  jangkauannya, padahal disana sedang menunggu berbagai macam kebahagiaan yang disediakan oleh MAHARAJA dari negeri SELAMAT, termasuk seorang kekasih yang amat menawan yang bisa membuatnya melupakan kekasih lamanya.

Kisah itu hanya karangan Indah saja.....hehehe...... tapi coba renungkan, barangkali kita adalah musafir itu.  Semua orang tahu, kita akan menuju MATI dan arah perjalanan kita adalah AKHIRAT.  Setiap kita membutuhkan bekal yang bisa menyampaikan kita ke tujuan dengan selamat, yaitu IMAN dan AMAL SALEH.

Tapi sadarkah bila sering sekali kita mengikutkan bekal yang tidak kita butuhkan dalam perjalanan suci kita, mungkin berupa kerikil DOSA-DOSA yang terus menerus kita lakukan.  Bila dosa-dosa itu kecil, mungkin hanya berupa kerikil, tapi bila dosa kecil itu kita lakukan dengan 'konsisten' dan penuh 'kesetiaan' akhirnya akan memberatkan punggung kita juga dan menghambat perjalanan kita menuju selamat di dunia dan akhirat.  Bila dosa yang kita lakukan adalah dosa besar, seumpama batu gunung yang bukan hanya membebani punggung kita, tapi juga bisa jatuh menimpa kita dan meremukkan tulang belulang kita, hingga belum lagi sampai ke tujuan kita sudah tidak selamat duluan.

KERIKIL itu bisa jadi bukan dosa, tapi sesuatu yang sia-sia atau sesuatu yang melalaikan kita dari perintah dan larangan Allah, barangkali sekedar 'katalisator' yang mempercepat proses kita dalam mengerjakan dosa.  Apapun itu, manusia yang cerdas adalah manusia yang bisa menyiapkan bekal yang tepat dalam perjalanan hidup ini menuju kepastian yaitu MATI.

Agar sesuatu yang kita lakukan dalam aktiitas hidup ini bisa menjadi BEKAL kita, maka biasakanlah untuk melibatkan Allah dalam segala urusan kita.  Hanya kepadaNya jua kita akan kembali.


Kamis, 18 Agustus 2011

Bukan Binatang Yang Berpakaian

Pagi-pagi, kudengar sedikit keributan di butik, kedengarannya yang satu menyalahkan yang lain.
"Ada apa?", tanyaku.
"Itu bunda, kok bu Ifa datang, padahal tadi ada sms gak ada ngaji", jawab salah seorang diantara mereka.  Bu Ifa adalah ustadzah yang memberi kajian rutin Islam tiap Jum'at pagi.  Rupanya ada missunderstanding diantara mereka dengan Lely, karyawanku yang kebagian menjemput bu Ifa.  

"Kalau mau libur gak apa-apa", kata bu Ifa yang melihat keraguan di wajah-wajah mereka. 
"Jangan bu, ngaji saja", kataku mempersilahkan bu Ifa ke atas.  Dengan wajah enggan karyawan-karyawanku itu naik ke atas, tempat mereka biasa mengaji bersama bu Ifa.

Seusai ngaji, anak-anak langsung kuberi 'pengajian' sendiri. 

" Kenapa sewaktu bu Ifa datang tidak ada yang menyambutnya dengan gembira? ", tanyaku, hening suasana, hanya suara deru mobil yang lalu lalang di depan butik yang terdengar, mereka sudah tahu kalau aku bakalan marah.
"Tahukah kamu apa bedanya manusia dengan binatang?", tanyaku lagi.
"Kamu kesini bekerja, dapat uang, buat keperluan hidup kamu, makan, pakaian..... Sapi juga bekerja membajak di sawah, dapat makan juga.... Lantas apa bedanya manusia sama binatang?", kataku.  Kedengarannya kasar sekali ya......

Anak-anak memang perlu diingatkan lagi,  agar tidak sama dengan umat-umat yang dilukiskan dalam Al Qur'an, saat seorang pemberi peringatan datang, malah diejek dan diusir... Walaupun anak-anak tidak mengusir bu Ifa, tapi sikap mereka ........

Aku jelaskan pada mereka, bedanya manusia dengan binatang adalah pada hatinya, hati manusia bisa mengenal Allah, manusia selalu tergerak untuk menjadi lebih baik dan benar, hati manusia bisa tersentuh oleh ayat-ayat Allah.  Bila mereka bekerja hanya karena kebutuhan perutnya saja, atau untuk pakaian dan tempat tinggal mereka saja, diletakkan dimana sisi kemanusiaan mereka? Apa dong bedanya dengan sapi?

Di akhirat nanti, manusia akan dimintai pertanggung jawaban atas ucapan dan perbuatannya, sedang binatang tidak... mungkin itu juga perbedaan manusia dengan binatang.  Tapi ada manusia yang derajatnya lebih rendah dari binatang, seperti dilukiskan di ayat berikut ini:

"… Mereka (manusia) punya hati tetapi tidak dipergunakan untuk memahami (ayat-ayat Allah), punya mata tetapi tidak dipergunakan untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), punya telinga tetapi tidak mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka (manusia) yang seperti itu sama (martabatnya) dengan hewan bahkan lebih rendah (lagi) dari binatang." (QS 7:179)

Hanya Allah yang bisa melindungi kita dari derajat serendah atau lebih rendah dari binatang... karena hidayahNya juga kita beriman.  Semua manusia punya peluang untuk serendah binatang, marilah kita berlindung kepada Allah dari hal demikian.

Selasa, 16 Agustus 2011

Titian Serambut Dibelah Tujuh (4) Terjatuh dalam larangan Allah

Sakitnya terjatuh saat kita berjalan, atau tersandung hingga keseleo... sungguh tidak ada apa-apanya bila dibandingkan dengan terjatuh dalam larangan Allah.
Dengan alasan apapun sesuatu yang dilarang Allah bukanlah solusi dari setiap permasalahan yang kita hadapi.  Terjatuh 'model' begini sungguh luar biasa sakitnya dan belum tentu dalam setahun dua tahun Allah akan mengampuni dosa kita.

Kejadiannya ketika presiden kita yang ganteng menaikkan harga BBM hingga hampir dua kali lipat.  Beberapa pelanggan tetapku mulai berguguran, ada yang mengurangi karyawannya, ada yang sama sekali  tutup.  Aku merugi dari 1 juta hingga 10 juta per bulan selama lebih dari setahun, namun aku tetap memutuskan untuk tidak mengurangi karyawan, tetap berjalan walau tertatih-tatih.

Sementara itu banyak tawaran dari bank yang mau memberikan pinjaman. Suamiku sudah mencoba mengajukan permohonan pinjaman ke bank syariah, kupikir agar lebih terpelihara dari dosa, tapi mereka malah menolak...... Aku harus memilih, tetap mempertahankan usaha ini dengan mengurangi jumlah karyawan, atau jalan terus dengan karyawan yang ada tapi musti menambah modal. Pilihan yang sulit, mengingat sudah sekian lama karyawanku bekerja dengan kesetiaan mereka. Lalu kami putuskan untuk menerima tawaran dari bank konvensional.  Tadinya kupikir bunga yang hanya 1-2% sebulan, tentu bukan riba karena yang disebut riba di Al Qur'an adalah pengembalian hutang yang berlipat ganda. Tapi ternyata aku salah besar.

Merasakan punya hutang dari bank riba, sungguh tidak enak banget dan bukanlah solusi terbaik.  Baru kutahu apa arti bunga menetap (fixed) dan bunga menurun.  Jadi bunga yang judulnya 1,...% (lupa persisnya) sebulan itu kalau diakumulasikan dalam 3 tahun masa pinjaman, bisa hampir berlipat juga. Karena dalam bunga menetap, meskipun hutang kita berkurang, bunganya tetap dihitung berdasarkan jumlah pinjaman awal. Tuh kan? mau dapat solusi malah dapat beban baru.

Otak kita itu seperti google search, apa yang terpikir oleh kita pasti memunculkan diri.  Contohnya saat aku dan suamiku menganggap bahwa yang bisa menyelesaikan persoalan itu adalah tambahan modal dari bank, ya itulah yang terjadi.  Coba saja seandainya yang terpikir saat itu adalah pertolongan Allah, pasti akan lain lagi ceritanya.  Allah punya gudang solusi yang tak tergambarkan oleh pikiran kita yang sempit ini. Allah  adalah Al Wasii (yang Maha Luas Karunianya).... karunia Allah tak akan terhalang oleh krisis ekonomi model apapun....

Kesalahanku saat itu sungguh fatal dan menambah ketidakberkahan dalam perniagaanku.  Saat aku ingin sekali keluar dari jeratan hutang, hutangku malah makin bertambah dan bertambah.... Kenapa bisa demikian? karena informasi yang membanjiri otak kita adalah "solusi dari masalah kekurangan modal adalah uang, dan uang diperoleh dari hutang", ditambah kemudahan dari bank untuk menambah jumlah pinjaman. 

Untuk keluar dari hutang, kita harus mencerabut total seluruh pemikiran salah yang sudah kadung tertanam dengan akar-akar yang kuat. Akhirnya tidak ada solusi lain selain kembali kepada Allah. Yang kulakukan  adalah menata hati dan niat , banyak beristighfar, aku 'melipat gandakan uangku' dengan banyak bersedekah dan menyerahkan semua persoalan kepada Allah. Menyadari bahwa segala peristiwa dalam hidup ini merupakan cara Allah berkomunikasi dengan makhlukNya.  Aku tidak menyesali semua yang terjadi, karena dengan demikian aku menjadi tahu bahwa Allah melarang riba adalah demi kebaikan makhlukNya.

Bersedekah menjadi salah satu cara yang ampuh sekali dalam mengatasi masalah keuangan.  Tadinya niat bersedekah karena mengharap dilipat gandakan sama Allah, lalu lama-lama jadi kebutuhan, lalu menjadi kesenangan dan akhirnya karena kasih sayang pada sesama dan mengharap ridhaNya semata.  Senang karena Allah menjadikan tanganku diatas dan aku amat menikmati peran ini.

Sedekah yang mendatangkan keajaiban memang sedekah yang ikhlas, banyak dan ikhlas .... hehehe. Pas punya uang sejuta, yang kusedekahkan limaratus ribu, pas punya uang lima ratus ribu sedekahnya empat ratus ribu.  Kadang pas besoknya gajian karyawan, hari ini cuma pegang beberapa ratus ribu, kusedekahkan saja yang limaratus ribu, kubilang gaji karyawan biar Allah saja yang mikir.... eh, habis itu dapat transaksi yang bisa memenuhi gaji karyawan, bahkan lebih.

Ada lagi cara untuk menyelesaikan hutang, adalah dengan 'tidak merasa punya hutang'. Mungkin anda bertanya, gimana caranya?  Begini, Allah menyuruh kita bekerja, berpencar di atas bumi untuk mencari karuniaNya, jadi niat kita bekerja adalah untuk mengabdi pada Allah, bukan untuk bayar hutang atau keperluan yang lain.  Masalah hutang dan kebutuhan hidup yang banyak itu biarlah jadi urusan Allah, urusan kita adalah mengabdi padaNya.  Jadi kita bekerja dengan penuh kesenangan, tanpa beban.

Saat kita bisa mengkondisikan perasaan dan pikiran kita untuk bekerja karena Allah, tanpa beban apapun hingga bisa bekerja dengan ikhlas dan gembira, saat itulah pertolongan Allah berjatuhan, penuh keajaiban dan kadang tidak masuk akal..... Aku banyak meng'koleksi' keajaiban ini,  hingga hatiku tak pernah lagi merasa khawatir akan kehidupan di dunia ini.  Yang ada dalam pikiran kita hanyalah keinginan untuk mempersembahkan yang terbaik buat Allah. 

Makanya, terhadap aturan Allah baik perintah maupun laranganNya, sikap terbaik kita adalah patuh dan taat.  Hentikan sikap tawar menawar seperti yang pernah kulakukan, karena Allah akan memberikan teguran dan pelajaranNya dengan caraNya....... Masih bagus bila Allah menghukum kita di dunia ini, seandainya Allah membiarkan kita dalam kesalahan, tapi menghukum kita di akhirat nanti, sanggup?

Berkuda Berenang dan Memanah

Yang bisa kuingat tentang ramadhan di masa kecilku adalah senangnya mempunyai baju baru.  Ibu suka menjahit sendiri bajuku dan baju adikku Anisa, walau terkadang beli baju jadi atau dijahitkan di penjahit langganan ibu.  Saat kakak sudah bisa menjahit, giliran kakak yang menjahit bajuku dan baju adik-adikku.

Kuingat, di masa itu aku suka sekali menunggui ibu menjahit dan suka bertanya terus, kok dipotong begini, ini buat apa dan banyak pertanyaan cerewet lainnya.  Ibu biasanya hanya tersenyum, tidak menjawab, juga tidak memarahi.  Baru setelah bajunya selesai, aku jadi tahu mengapa ibu memotong seperti itu, akupun memakai baju baruku dengan bangga.

Apa yang kulakukan di masa kecilku  rupanya menurun ke Alni. Alni suka cerewet saat menungguiku menjahit bajunya, kadang dia menempelkan potongan kain yang belum dijahit ke badannya, lalu berkata ,"Gini lo buk yang benar, ini buat disini".  Akupun tertawa dan bilang kalau dia persis aku di masa kecil. 

Pengalaman masa kecilku itu membuatku mencontoh ibu, sejak Aden kecil aku memang suka menjahit sendiri baju anak-anakku, bahkan hingga sekarang saat sudah punya beberapa orang penjahit. Bila di masa lalu bisa menjahit sendiri membuatku bisa melakukan penghematan yang banyak, sekarang merupakan ekspresi kecintaanku pada mereka.

Bahkan ketrampilan menjahit pernah menolongku saat suamiku jatuh dalam bisnisnya. Saat itu masih tinggal di Bali, teman-temanku yang mengetahui bila keluargaku sedang terpuruk berusaha membantuku dengan menjahitkan baju-baju mereka padaku.  Berawal dari peristiwa itu Cantiqku berkembang dan berkembang hingga sekarang.

Semua itu membuatku mengambil kesimpulan bahwa ketrampilan itu penting, bukan hanya ketrampilan menjahit tentu saja, melainkan berbagai ketrampilan sebagai bekal kehidupan.  Akupun jadi suka prihatin melihat banyak anak-anak muslim tidak mempunyai ketrampilan apa-apa, mereka bersekolah di madrasah dan mencari pekerjaan tanpa bekal ketrampilan apapun.  Anak-anak seperti ini banyak kujumpai di lingkunganku, teristimewa yang melamar pekerjaan ke Cantiqku. Setelah mereka diterima di Cantiq, mereka jadi amat merepotkan karena tidak adanya ketrampilan itu, perlu segudang kesabaran menghadapi anak-anak ini.

Padahal Islam bukan hanya soal mengaji, shalat, zakat dan ritual-ritual lainnya. Islam adalah agama yang amat memperhatikan masalah ketrampilan, bahkan Nabi saja menjahit sendiri bajunya yang sobek.  Ada hadist yang amat terkenal, yang menyuruh kita mengajari anak-anak berkuda, berenang dan memanah.  Kalau aku mamahami hadist ini, berarti anak-anak muslim musti dibekali dengan ketrampilan menguasai 'air/lautan', menguasai 'daratan/bumi' dan tahu ke mana' arah/sasaran' yang mereka tuju. 

Seperti juga Cantiqku yang tidak boleh 'jalan ditempat' dan cuma jadi 'jago kandang', mesti menguasai darat dan laut dalam arti meluaskan wilayah pemasarannya hingga keluar pulau bahkan keluar negeri, melintasi daratan dan lautan.  

Banyak ketrampilan yang dibutuhkan untuk bisa melintasi darat dan laut, sebagai pengusaha, selain kapasitas produksi dan barang yang marketable, juga kemampuan negosiasi dagang dengan fihak luar yang bukan hanya sekedar terampil berbahasa asing, banyak strategi yang musti dipelajari. 

Mungkin inilah yang dikehendaki hadist tersebut, agar umat Islam bisa menguasai dunia dan memperluas wilayah penyebaran umat Islam di seluruh pelosok dunia.  Bila masing-masing muslim berdakwah minimal satu ayat,  maka dakwahpun akan menyebar, ibarat tidak ada 1 cm pun tanah di bumi yang terluput dari dakwah Islam. Sudikah kita masuk dalam 'rombongan dakwah' ini? Segala potensi sudah Allah bekalkan dalam diri anda, tinggal mau atau tidak.

Aku lihat banyak teman-temanku sesama pengusaha seolah 'terkurung' dalam usahanya.  Bila ditinggal pemiliknya sebentar saja, semua menjadi kocar-kacir.  Padahal salah satu cara untuk maju adalah melihat daerah lain dan melihat kemajuan dunia di berbagai tempat. Musti menerapkan management yang bagus untuk usahanya, agar bisa ditinggal-tinggal demi kemajuan bersama.

Sebagai orang tua yang diberi amanah Allah mendidik anak-anak kita -generasi muda Islam- jangan lupakan mengajari anak-anak kita seperti yang dikehendaki agama, berkuda, berenang dan memanah atau menguasai darat, laut dan tahu arah/tujuan mereka.

Senin, 15 Agustus 2011

Ikhlas Itu Tidak Menghitung

Kalimat diatas sebenarnya pernah kudengar saat aku bersama rombongan dinas koperasi propinsi Jawa Timur mengunjungi pondok pesantren Turen yang terkenal karena keindahan arsitekturnya itu.  Dalam kesempatan itu, salah seorang ibu bertanya kepada bapak Kiai menantu pemilik pondok ,"Berapa biaya yang dikeluarkan untuk pembangunan pondok ini?"

"Bu, kami tidak menghitungnya. Ikhlas itu tidak menghitung", jawab kiai yang masih muda dan kharismatik itu.  Saat itu tak  terpikir olehku bagaimana sih yang disebut 'ikhlas itu tidak menghitung'.

Beberapa hari sebelum puasa aku kedatangan lagi seorang teman yang mengatakan bahwa 'ikhlas itu tidak menghitung'.  Lalu peristiwa kemarin terjadi.... rasanya Allah sedang mengajariku tentang makna ikhlas itu tidak menghitung.  Karena ternyata selama ini aku belum ikhlas karena masih suka menghitung.

Kemarin aku memenuhi janjiku untuk berbuka bersama di pesantren Gubug.  Aku bawakan 5 ekor ayam betutu yang gemuk-gemuk.  Ayam betutu merupakan kuliner asal Bali,  ini menu kesukaan suamiku dan eyang Virien.  Satu ekor ayam utuh yang dibumbui lengkap, perutnya diisi daun singkong yang sudah direbus dan dirajang kasar dan dilumuri bumbu seperti bumbu ayam.  Ayam yang sudah diisi dan dibumbui ini kemudian dibungkus daun pisang, lalu dipanggang , resep aslinya dipanggang hingga 6 jam.... tapi aku merubah resepnya sih... sebelumnya ayam tak presto dulu, jadi memanggangnya tidak terlalu lama.  

Tentu saja anak-anak pondok amat menikmatinya, apalagi ayamnya empuk sekali karena dipresto itu, bumbunya juga pas meskipun yang memasak sedang berpuasa. Menyaksikan itu semua aku jadi teringat..... ikhlas itu tidak menghitung.....

Yah... sebelum memasak ayam betutu ini, aku bertanya pada bu Kot, berapa harga ayam sekilo dan berapa harga ikan lele?  Saat itu aku sedang berusaha menemukan budget terendah untuk buka puasa bersama ini.  Tapi kuingat eyang Virien  bilang ,"Orang sana jarang makan ayam, bunda".
Segera kuhentikan aktifitas hitung menghitungku itu, menyenangkan orang lain tidak usah menghitung karena ikhlas itu tidak menghitung..... 

Pengalamanku kali ini membuatku mengintropeksi masa lalu, rasanya aku sering sekali hitung menghitung dalam hal memberi. Ya Allah, ampunilah aku.... sungguh kumohon ampunan dan kasih sayangMu.

Padahal pemberian yang ikhlas akan mengundang kemudahan dalam hidup, siapapun orangnya membutuhkan kemudahan dalam hidup.  Kemudahan dari Allah adalah sesuatu yang mudahnya tak pernah terbayangkan dan terpikirkan oleh kita.

"Maka adapun orang yang memberikan (hartanya di jalan Allah) dan bertakwa. Dan membenarkan kebaikan. Maka kami akan memudahkannya pada (jalan) yang mudah" (Al Qur'an: S Al Lail 5-7)

Saat buka bareng anak pondok itu, aku juga melihat bagaimana Allah memberikan berkah dalam makanan.  Tadinya aku menyiapakan makanan ini untuk 50 an santri, ternyata masyarakat sekitar juga datang, malah sebagian ibu-ibu santri juga datang. Melihat begitu banyaknya orang yang hadir membuat mas Hary mulai khawatir juga, "Cukup to dik?", katanya.  Dalam hatiku juga bilang begitu, cukup nggak ya?

Sambil mikir cukup apa gak cukup, aku, Windy dan beberapa ibu-ibu membagi-bagi makanan itu di atas tampah bambu yang disediakan eyang Virien.  Makan bersama dalam satu nampan ini merupakan teladan Nabi yang tidak pernah kita lakukan di rumah kita.  "Baca bismillah dulu ", eyang Virien mengingatkanku sekaligus menenangkan hatiku yang dari tadi cemas.  Nasi dan lauk yang tersisa aku taruh di piring-piring buat mereka yang mau nambah.

Tak kusangka, selesai makan dan merekapun kenyang semua.  Sisa nasi dan lauk yang tadinya aku sediakan buat yang mau nambah itu ternyata masih ada.  Windy mengumpulkannya, dan setelah terkumpul ternyata masih banyak, masih setengah bakul besar nasi dan ayamnya tersisa 3/4 ekor, masih ada sisa mie dan sambal goreng kering tempe. "Ini buat sahurnya eyang ", kataku takjub, rupanya Allah masih menghendaki eyang Virien dan beberapa santri yang menginap untuk makan sahur dengan makanan kesukaannya.

Minggu, 14 Agustus 2011

Dari Apa Malam Tercipta

Malam itu badanku terasa tidak nyaman, hingga aku langsung tertidur setelah shalat isya tanpa tarawih. Makanya ketika malam-malam terbangun sekitar jam 3, tubuh yang sudah terasa lebih baik kubawa shalat tahajud.

Surat Al Lail kubaca di rekaat pertama, pelan-pelan sambil kuhayati maknanya.  Rasanya ayat demi ayat terasa lebih indah, semakin indah dan semakin dalam keindahannya.  Saat dalam hatiku mengartikan....demi malam yang menutup cahaya siang ... mulutku berhenti melafalkan ayat selanjutnya, karena hatiku seperti sedang berkomunikasi dengan malam.  Kurasakan saat malam menutup cahaya siang, kehadirannya membawa kasih sayang yang lembut... hingga seolah-olah Allah menciptakan malam terbuat dari kasih sayang.  Begitu lembut dan indahnya kasih sayang yang menghias malam hingga air mataku berjatuhan butir demi butir.

Saat kuartikan dalam hatiku ayat selanjutnya ...dan siang yang terang benderang...., aku merasakan Allah menciptakan siang dan menghiasinya dengan harapan.  Harapan yang mekar dan terus merekah, harapan  yang mewujud dari segala potensi yang diberikan Allah kepada manusia.  Harapan yang ditebarkannya langsung menyentuh setiap unsur diatas bumi tanpa kecuali....... Manusia yang tak tersentuh harapan hanyalah manusia yang menutup diri dari sampainya harapan itu ke hati dan pikirannya.

Pernah aku merasa begitu down merasakan krisis ekonomi yang ikut menerjang perusahaanku, dan tiap pagi aku melihat sinar matahari terjatuh di lantai teras rumahku,  sinarnya yang hangat membangkitkan semangat dan harapanku.  Akupun beranjak bekerja dengan penuh rasa percaya akan pertolongan Allah.

Setiap hari kita melewatkan malam dan siang dengan berbagai hal dan berbagai aktifitas, rutinitas yang kadang melalaikan. Pernahkah kita sedikit saja merenungkan, bagaimana bila kehidupan kita selalu siang, tanpa selimut kesejukan  malam?  Lalu bagaimana bila kehidupan ini selalu malam, tanpa cerah matahari yang membawa kehangatan? Tidakkah kita menyadari bahwa siang dan malam adalah wujud kasih sayang Allah pada manusia?

Manusia yang beriman adalah manusia yang memikirkan penciptaan langit dan bumi hingga berucap bahwa tidak sia-sia Allah menciptakan semua ini.

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka mentafakkuri (memikirkan) tentang penciptaan langit dan bumi (lalu berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia; Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.” ( Al Qur'an S Ali Imran 190-191 )

Sayangnya banyak manusia terlalu sibuk dengan kehidupan dunianya, hingga melupakan dimana dia tinggal dan siapakah yang telah menciptakan tempat tinggalnya yang bernama bumi  dan langit yang menaunginya.

Pengalaman shalatku malam itu indah sekali.  Aku seperti mendapat hadiah dari Allah sebuah hal yang teramat manis setelah aku diujinya beberapa hari yang lalu. 

Kusadari disinilah nilai manusia dan inilah titik perbedaan antara manusia dengan makhluk Allah yang lain.  Manusia dibekali dengan hati, tempat dia berkomunikasi dengan penciptanya.  Saat dia mengenal sang pencipta, disitulah letak kebahagiaannya yang tertinggi. Kebahagiaan bukan terletak pada materi yang sudah pasti lenyap dan musnah tak berbekas, namun banyak manusia tertipu karenanya.

Allah, lindungi kami dan bawalah kami dalam cinta dan ridhaMu.  

Sabtu, 13 Agustus 2011

Kuku Alni

Siang-siang kulihat kuku Alni -gadis kecilku yang cantik- sudah panjang.
"Ayo sayang, ibu potong kukunya", kataku sambil nyari gunting kuku.
"Jangan ", katanya.
"Kenapa? kan sudah panjang".
"Kan buat main gitar", jawabannya membuatku ngakak, ingat dia dulu pernah mengkritik kuku kananku yang panjang-panjang, lalu kujawab bahwa aku membutuhkan kuku panjang untuk memetik gitar. Alni sendiri pernah tidak puas dengan gitar plastik mainan yang kubelikan, minta gitar sungguhan yang kecil, hingga ayahnya membelikannya okulele. Walaupun tangan Alni yang kecil belum cukup kuat menekan senar, tapi dengan pedenya dia memintaku mengajarkannya beberapa chord dan memainkannya dengan penuh penghayatan dan ......ngawur, yang penting bunyi jrang jreng jrang jreng .......hahaha.

"Memetik gitar kan pakai tangan kanan, jadi kuku tangan kirinya ibuk potong ya", kataku, akhirnya Alni mengulurkan tangan kirinya.
"Oh, kuku kanannya juga harus dibentuk oval gitu, biar enak memetik gitarnya", kataku, Alnipun mengulurkan tangan kanannya.  Akhirnya kuku kedua tangan kecil itu terpotong rapi.

Anak-anak memang diluar dugaan, kadang kita melihat potret diri kita disana. Kemampuan menirunya yang luar biasa kadang membuat berbagai suruhan dan larangan tak ada gunanya, karena yang dilakukannya hanyalah mencontoh sikap kita.

Bagaimana mungkin kita mengharapkan anak-anak melakukan sesuatu yang kita inginkan, bila kita sendiri melakukan hal sebaliknya?

Upaya kita dalam memperbaiki diri menjadi sama dengan memperbaiki anak-anak dan keluarga kita. Jangan lupa lakukan semuanya karena Allah, karena anak-anak secara ajaib juga bisa mengcopy isi hati ayah bundanya.

Selain meniru orang-orang terdekatnya, anak-anak juga mudah sekali terpengaruh teman atau tontonan yang disukainya.  Karenanya aku biasa mendampingi Alni menonton televisi.  Sambil menemaninya, aku bisa menjelaskan berbagai hal yang patut atau tidak patut dia tonton. 

Hasilnya Alni secara otomatis akan memindahkan channel televisi bila presenter atau penyanyi di dalam kotak kaca itu memakai busana yang terbuka bahunya atau penampilan yang tidak sopan semacamnya.  Begitupun dengan berbagai acara yang tidak islami, biasanya aku akan menjelaskannya kenapa tidak boleh menontonnya.  Seperti acara 'super deal' yang semarak tapi mengandung unsur judi itu, atau acara-acara yang menakutkan dan banyak menampilkan kata-kata kasar.  Aku memang harus menjadi 'satpam' untuk informasi yang membanjiri pikirannya, karena anak seusia Alni daya serap otaknya tinggi sekali.  Aku ingin hal-hal baik saja yang 'direkam'nya.

Beruntungnya, banyak acara anak-anak dan acara untuk segala umur yang disediakan televisi seperti hand made, deni manusia ikan, si bolang, dll....    

Peristiwa 'kuku Alni' siang ini menjadikanku mengoreksi diri.... apalagi ya sikap dan perbuatanku yang akan ditirukannya?   

Jumat, 12 Agustus 2011

Mudah Membuat Orang Jatuh Cinta

Gimana sih rasanya jadi orang yang mudah dicintai? Kalau mudah dicintai semua orang.... yaaaa gak tahu aku, apa semua orang suka padaku ya?  Kalau mudah dicintai lawan jenis...... nih aku tahu rasanya.  Kalau dulu saat remaja, mudah di jatuh cintai  teman cowok tuh rasanya jadi bingung... hehehe. Sana sini naksir, sana ganteng, sini baik, situ sabar....... dan pemenangnya adalah.... yang paling ngglibet (suamiku tercinta).

Kayaknya jadi orang yang mudah dicintai itu sudah gawan bayek atau bawaan lahir.  Bukan perkara ganteng atau cantik sebenarnya, karena ada saudaraku yang tidak cantik tapi waktu masih gadis pacarnya 13....hehehe, mungkin tiap ada cowok naksir selalu dia terima.

Yang susah itu menjadi orang yang mudah dicintai banyak orang. Satu-satunya manusia yang paling banyak pecintanya di dunia ini ya cuma baginda Rasullullah saw.  Kalau di Indonesia yang kutahu almarhum KH Zainuddin MZ, rasanya beliau ini begitu dicintai umat dari berbagai kalangan.  Kupikir karena dakwah beliau yang sejuk dan menginspirasi, juga karena beliau orang yang tidak banyak dosanya, tapi banyak kebaikannya.

Orang yang tidak banyak dosanya, mudah sekali dicintai orang banyak. Lihat saja bayi atau anak-anak, semua orang suka anak-anak yang polos dan lucu, mereka adalah manusia yang tidak berdosa. Mungkin kalau kita kepingin mudah dicintai orang, ya jangan banyak dosa, hingga bukan hanya manusia yang mencintai kita, bahkan Allah dan para malaikatpun cinta.

Jadi wanita yang mudah dijatuh cintai  lelaki saat usia udah 'sore' begini,  rasanya jadi aneh, tapi pasti ada hikmah dibalik semua pemberianNya, menjadi seperti inipun merupakan anugerah dari Allah dan tidak semua orang mendapatkannya . 

Sebenarnya aku suka banget dijatuh cintai, asal jatuh cintanya karena Allah, cinta seperti yang dimaksudkan hadist dibawah ini : 

"Dari Abu Hamzah Anas bin Malik, pembantu Rasulullah Shallallahu'alaihi Wasallam, dari Nabi Shallallahu'alaihi Wasallam beliau bersabda: Tidaklah seorang dari kalian sempurna imannya sampai mencintai untuk saudaranya sesuatu yang ia cintai untuk dirinya".

Cinta yang dilandasi karena iman ini sungguh sebuah cinta yang luhur dan indah, juga cinta yang ngangeni banget, kusukaaaa banget. 
Cinta karena Allah membuat kita saling tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa, terjauhkan dari kekotoran jiwa. Cinta karena Allah membuat kita saling menjaga satu sama lain, bergandeng mesra menujuNya. 

Kepada mereka, lelaki yang pernah atau sedang mencintaiku, ingin sekali kukatakan, bila kau mencintaiku, maka :

- cintai aku karena Allah.
- mencintai berarti menginginkan orang yang dia cintai bahagia, dan kebahagiaanku adalah berada disisi suami dan anak-anakku, maka hormatilah takdirNya.

- jagalah aku dari api neraka, seperti kau menjaga diri dan keluargamu dari api neraka, bila kau mengajakku menikmati cintamu sama saja dengan menjerumuskan aku ke dalam api neraka.

- jangan ungkapkan cintamu lewat kata-kata, karena engkau harus mempertanggungjawabkan kata-katamu kepada Allah. Kata-kata cinta hanya akan menambah penyakit di hatiku dan di hatimu, menambah perasaan berdosaku kepada Allah.

- janganlah ingin memilikiku, atau berangan-angan memilikiku, karena cinta seperti ini adalah cinta yang digerakkan oleh nafsu, sedangkan nafsu mengarah kepada kehancuran.

- kuucapkan terimakasih atas cintamu, tapi ketahuilah bila engkau mencintaiku karena pesonaku, maka pesona itu bisa hilang dalam hitungan detik, sedangkan pesona Allah, semakin kita mengenalNya,maka akan semakin dalam pesonaNya dan hanyalah pesonaNya jua yang abadi.

- ketahuilah bahwa cintamu dan segala kesalahan yang telah kaulakukan karena mencintaiku, telah kumaafkan, aku tak pernah sedikitpun merendahkanmu, menganggapmu gombal atau semacamnya.  Setiap orang punya potensi untuk menjadi baik dan aku berpikir bahwa setiap hal yang Allah hadirkan padaku, maka aku hanya bisa mengajaknya menemuiNya lewat doa-doa dan  kata-kataku.  Maka marilah kita bersama-sama meraih cinta dan ridhaNya.

- bila kau sudah tahu tentang diriku, tapi kau masih terus mengusikku dengan kata-kata cinta dan kekagumanmu, maka terpaksa aku akan mematuhi Allah untuk meninggalkan orang-orang yang jahil, silahkan keluar dari kehidupanku.

Kamis, 11 Agustus 2011

Gara Gara Seragam Panitia Shalat Ied

" Berapa jumlah panitia shalat Ied sekarang?", tanyaku pada pada lelaki tinggi besar itu.  Dia tersenyum.
" Mbak Nur mau buatkan kita seragam lagi ya", katanya, di Ngantang aku memang dipanggil mbak Nur.
" Iya ", jawabku.
" Kalau mbak mau bagus dan murah, ada toko batik kenalanku mbak, tak tunjukin deh ", katanya.  Tahun lalu aku memang membelikan panitia shalat Ied di kampungku seragam hem batik lengan panjang yang kubeli dari pasar Bring Harjo Yogyakarta.

" Nggak kok, aku gak beli, ini kujahit sendiri......maksudku karyawanku sendiri yang jahit, batiknya juga batik tulis produksiku sendiri.  Lebih keren dari tahun kemarin ", kataku, yaah pasti lebih keren, wong ini batik tulis eksklusif yang desainnya dibuat terbatas, masih ditambah ornamen lukisan di bagian dadanya, rancanganku sendiri.  Untuk pejuang di jalan Allah, harus mendapat yang terbaik dan terkeren....   

" Hah??? Mbak Nur produksi batik sendiri??? Sejak kapan itu? ", katanya heran dan takjub.  Istrinya yang ikut menemuiku juga menunjukkan ketakjubannya.

" Sejak kapan mbak Nur bisa mbatik? ", tanya istrinya.  Aku sendiri bingung juga menjawabnya, berapa bulan ya? gak ingat aku, berarti belum setahun, wah... belum lama dong. 

Aku bisa bikin batik tulis karena kasih sayang Allah, lha wong Allah menyediakan untukku guru batik (Halo pak Woto Tuban ! Trimakasih ya!),  karyawan batik di Jabung yang kusewakan rumah disana, sekaligus pelanggan batik yang bisa menampung batikku seberapapun jumlahnya.  Kedengarannya kok enak sekali ya.... dapat satu paket lengkap 'akurat' ...hehehe. gratis lagi, dari Allah.

" Belum lama sih, baru beberapa bulan, mungkin dapat berkah dari panitia shalat ied kemarin, jadi bisa mbatik", kataku akhirnya.  Detik itu baru kusadari bahwa pemberianku berupa seragam batik untuk 15 orang panitia shalat Ied tahun kemarin, telah memberikan berkah yang luar biasa pada bisnisku.  Ikhlas dalam memberi dan mengusahakan yang terbaik untuk membahagiakan pejuang di jalan Allah, mungkin itulah rahasia keajaiban ini.

Rasa syukur, haru dan bahagia berpadu.... Allah, betapa Maha Indah skenarioMu dan betapa Maha Ajaibnya DiriMu.


Selasa, 09 Agustus 2011

Empat Sehat Lima Sempurna, Perlukah?

Buka puasa kemarin sore, mas Hary -suamiku- memberiku kejutan.  Dia pulang dari Surabaya membawa beberapa bungkus makanan, bertepatan saat menjelang maghrib dia muncul di depan pintu, Insan dan Alni menyambutnya dengan tertawa-tawa.  Makanan yang dibawanya semuanya kesukaanku, ada urap-urap, oseng-oseng daun pepaya, botok, nasi jagung, masih ditambah sekilo ubi bakar cilembu dan risoles.  Padahal bu Kot sudah bikin soto ayam kesukaan Alni dan kerupuk udang yang enak banget oleh-oleh muridku dari Sumenep, juga semangkuk besar es blewah.

Jadilah aku buka puasa kekenyangan, bahkan saat sahur masih terasa kenyang.... Dan makanan yang bejibun itu tentu saja tak sanggup kami habiskan, wong kami cuma berempat... 'Ending'nya bisa diduga deh, makanan-makanan itu akhirnya basi dan dibuang ke tempat sampah.... Duh, ampuni kami ya Allah...

Padahal aku tahu maksud mas Hary ingin menyenangkan istrinya yang cantik (..hehehe) dan anak-anak.
Mungkin ini gara-gara kurang komunikasi antaraku dengannya.  Aku memang sengaja tidak mengistimewakan bulan puasa ini dalam hal makanan, semuanya biasa-biasa saja. Aku ingin lebih memahami makna puasa dan lebih menjalaninya dengan cara yang benar, menjauhkan diri dari hal yang mubadzir (mubadzir itu temannya syetan katanya) dalam hal makanan.

Tapi yang kulupa, aku tidak 'mensosialisasikan' programku ini pada suamiku tercinta.  Jadi mungkin dia mikir begini, "Kok puasa kali ini gak kayak tahun kemarin ya? Biasanya istriku paling senang minta diantar ke jalan Sulfat atau depan Mendit  untuk hunting makanan enak.  Apa dia gak sempat ya? atau dia kecapean 'kali?  Aaah, aku belikan saja makanan kesukaannya, pasti dia senang". 

Ingin menyenangkan anak istri pasti tidak salah ya.Yang salah ya orang di penjara... hehehe. 
Memang di Malang di bulan ramadhan ini banyak sekali orang menjual ta'jil dan lauk pauk di pinggir jalan, yang biasa jadi langgananku ya di Jl. Sulfat dan depan Mendit.  Gak usah capek-capek memasak, hampir semua menu senusantara ada disini, mulai gudeg, pepes, ayam bakar, gurame bakar, sayur bening, es campur, otak-otak...... bejibun deh pokoknya.... 

Belakangan ini aku memang mau tobat, aku suka mengoreksi diri akan kebiasaan keluarga kecilku ini dalam hal berlebihan soal makanan dan jajan, dan sumber utamanya adalah aku (...duh malunya!!!) Aku ingin mengakhiri kebiasaan buruk ini.  Bila dihitung pakai kalkulator (...hehehe) pemborosan-pemborosan yang telah kulakukan dalam soal makan ini, bila diakumulasikan dalam satu bulan, tentu banyak nilainya, dan mungkin sudah bisa disumbangkan untuk satu orang miskin sebulan`.  Itu baru satu bulan, lha kalau satu tahun? sepuluh tahun? dua ratus ta......... hehehe. Trus, berapa banyak jumlah keluarga yang mempunyai kebiasaan sepertiku?  Kalau semua serentak menghentikan kebiasaan borosnya, bisa membuat orang sedunia sejahtera semua.....

Selain mau tobat, aku juga suka bertanya-tanya, sebenarnya perlukah makan dengan konsep empat sehat lima sempurna?  Apakah itu konsep yang Islami ?........ Seingatku dalam hal makan ajaran Islam mensyaratkan dua hal saja yaitu  halal dan thayib (baik).  Orang-orang suka sekali mengartikan bahwa makanan yang thayib itu adalah makanan yang memenuhi standard gizi yaitu 4 sehat 5 sempurna, tapi apakah musti demikian?

Peraturan tentang halal ini sudah jelas sekali.  Kalau halal dan thoyib, mungkin maksudnya gini nih...... ini penafsiranku sendiri sih.  Udang adalah makanan halal, tapi tidak thoyib bagi penderita alergi makanan laut.  Makanan warna warni adalah halal, tapi tidak thoyib bila pewarnanya adalah pewarna berbahaya.  Makanan yang malah menimbulkan karsinogenik (merangsang timbulnya kanker) jelas bukan makanan thoyib.   

Selain halal dan thayib, Islam juga memperhatikan masalah adzab (tata cara) makan dan berkah dalam makanan.  Berkah dalam makanan menurut penafsiranku sendiri diantaranya adalah kemampuan tubuh dalam menyerap gizi makanan. Selain itu berkah juga mengandung makna lain yang aku tidak begitu faham.  Sementara berkah sendiri berarti bertambahnya kebaikan.

Makanan 4 sehat 5 sempurna bila dimakan orang yang daya serap lambung dan ususnya kurang bagus, tentu tidak bisa memberi kebaikan yang maksimal bagi tubuh, seolah-olah makanan itu hanya numpang lewat saja. Sebaliknya ada orang yang selama bertahun-tahun makan daun-daunan saja saketemunya asal tidak beracun tapi dia memiliki tubuh dan badan yang sehat dan kuat. 

Coba renungkan kutipan hadist-hadist di bawah ini, setelah anda membacanya, jawab pertanyaan saya : perlukah empat sehat lima sempurna itu? 

“Tidaklah seorang manusia memenuhi satu wadah yang lebih berbahaya dibandingkan perutnya sendiri. Sebenarnya seorang manusia itu cukup dengan beberapa suap makanan yang bisa menegakkan tulang punggungnya. Namun jika tidak ada pilihan lain, maka hendaknya sepertiga perut itu untuk makanan, sepertiga yang lain untuk minuman dan sepertiga terakhir untuk nafas.” (HR. Ibnu Majah no. 3349 dan dinilai shahih oleh al-Albani dalam shahih sunan Ibnu Majah no. 2720)

“Orang beriman itu makan dengan menggunakan satu lambung sedangkan orang yang kafir makan dengan menggunakan tujuh lambung.” (HR. Bukhari no. 5393, dan Muslim no. 2060)

Dari Wahsyi bin Harb dari bapaknya dari kakeknya, “Sesungguhnya para sahabat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah mengadu, wahai Rasulullah sesungguhnya kami makan namun tidak merasa kenyang. Nabi bersabda, “Mungkin kalian makan sendiri-sendiri?” “Betul”, kata para sahabat. Nabi lantas bersabda, Makanlah bersama-sama dan sebutlah nama Allah sebelumnya tentu makanan tersebut akan diberkahi.” (HR Abu Dawud no. 3764 dan dinilai shahih oleh al-Albani.)

Sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidaklah makan siang dan makan malam dengan menggunakan roti dan daging kecuali dalam hidangan sesama banyak orang.” (HR. Ahmad, Abu Ya’la, Ibn Hibban dengan sanad shahih

Di antara etika makan yang diajarkan oleh Nabi adalah anjuran makan bersama-sama pada satu piring. Sesungguhnya hal ini merupakan sebab turunnya keberkahan pada makanan tersebut. Oleh karena itu, semakin banyak jumlah orang yang makan maka keberkahan juga akan semakin bertambah. Dari Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhu, beliau menyatakan bahwa beliau mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Makan satu orang itu cukup untuk dua orang. Makanan dua orang itu cukup untuk empat orang. Makanan empat orang itu cukup untuk delapan orang.” (HR Muslim no 2059)

Rabu, 03 Agustus 2011

No body perfect

Puasa-puasa gini musti jaga lisan, jaga perbuatan dan jaga hati... sebenarnya gak puasa juga harus begini kan?  Bulan puasa adalah bulan training.... yang diharapkan setelah puasa jadi lebih baik dalam menjaga lisan, perbuatan dan hati.

Tapi bukankah dalam setiap training ada ujiannya? minimal pre test dan post test...hehehe
Kemarin aku gagal ujian... terjebak jengkel sama seseorang, kemudian mengghibahnya dengan suamiku....  Alhamdulillah aku sudah meminta maaf dan beristighfar dan sekarang aku sedang bekerja keras untuk tidak terjebak dalam kejengkelan dan ghibah lagi.

Aku pikir-pikir, kita mesti punya 'mekanisme pemikiran' yang ampuh agar selalu tenang dalam menghadapi berbagai tingkah laku orang yang kadang membuat kita 'kalah perang' melawan hawa nafsu.

Ini nih hasil penemuanku yang cukup ampuh dalam mengatasi kelancangan lisan dan hati :
- menyadari bahwa segala peristiwa terjadi atas ijin Allah
- menyadari sedang diuji
- tanamkan dalam hati, harus lulus ujian
- tiap orang dilahirkan unik, dan tidak ada manusia yang sempurna kecuali Nabi
- kitapun punya kekurangan yang mungkin membuat orang lain jengkel dan marah pada kita
- terima orang lain apa adanya

'No body perfect' itu kata kuncinya agar kita mudah memahami dan menerima orang lain.  Renungkan saja, orang lain punya latar belakang keluarga, pendidikan, lingkungan, takdir yang berbeda dengan kita.  Bila kekurangan mereka membuat kita jengkel dan marah, tak akan membuat segalanya menjadi baik.  Jadi ikhlas saja lah...

Setelah kita bisa terlepas dari jebakan ghibah, jengkel, marah dll,  rasanya hati ini jadi damaaiiii banget, bahagiaaa banget...... Buktikan saja.

Catatan : ada lagi tentang ghibah yang aku tulis di postingku yang berjudul 'Jangan Bayangkan Monyet Tanpa Bulu", agar lebih lengkap alasan kita untuk tidak usah mengghibah orang lain.


Pintu Kebaikan Yang Berlapis

Kadang kita merasakan berat sekali melakukan kebaikan seperti shalat malam, shalat rawatib, membaca Al Qur'an, sabar, ikhlas, dzikir.....bahkan shalat wajib saja masih bolong-bolong...... Sebenarnya hati kita amat ingin menjadi baik, namun maksud hati itu kok tak sampai-sampai yaaa... 

Hmm, anda tidak sendirian kok, banyak orang mengalaminya, termasuk saya tentu saja.  Ingin shalat khusyu' tapi kok tiap kali shalat, pikiran 'mengembara' kemana-mana.  Ingin shalat tahajud, sudah dibangunkan Allah yang begitu baik di sepertiga malam, lha kok mata dan tubuh ini susah diajak berdiri.  Ingin rajin membaca Al Qur'an, kok capek sekali yaa....

Bila ini sedang terjadi pada diri anda, saya punya 'resep'  yang alhamdulillah sudah dibuktikan secara empiris (.....hehehe) ...oleh saya sendiri.

Begini nih.... pintu-pintu kebaikan itu banyak sekali jumlahnya, mulai kebaikan yang 'gratisan' seperti mudah memaafkan orang lain, suka mendoakan orang lain tanpa mereka minta, menyingkirkan duri di jalan, mengantri dengan tertib, memberikan tempat duduk pada seorang wanita dalam bis yang penuh, baik sama tetangga, tersenyum ramah pada orang yang bersua dengan kita, bermesraan dengan suami/istri, bermain dengan anak, selalu berprasangka baik, memasak untuk keluarga, membersihkan rumah  dll ........ banyak bukan? Pokoknya banyak banget dan cukup dengan modal dhengkule dhewe-dhewe.....hehehe

Ada juga kebaikan yang perlu uang, seperti bersedekah, memberi makan orang yang lapar, membangun masjid, pondok pesantren dll... 

Berdasarkan hasil 'praktek dan riset di lapangan'... hehehe, kebaikan itu seperti pintu-pintu yang berlapis.  Satu kebaikan mempunyai satu pintu, tapi setelah pintu yang satu ini terbuka, membuat kita punya kunci yang bisa membuka beberapa pintu kebaikan lagi.  Demikian seterusnya hingga kita mencapai kebaikan yang tertinggi berupa ridha Allah.

Syaratnya dalam melakukan kebaikan adalah ikhlas karena Allah.  Ikhlas yang artinya tidak mengharap balasan atau pahala. 
Karena Allah berarti : 
- karena Allahlah yang menyuruh kita maka kita patuh
- karena ijin Allah jua kita bisa melakukan kebaikan
- karena mengharap ridhaNya kita berbuat baik. 

Tidak ada daya dan kekuatan melainkan dengan ijin Allah, karenanya kita tidak boleh merasa telah melakukan kebaikan, Allahlah yang telah 'menggunakan' kita dalam melakukan kebaikan., kita hanya bisa bersyukur karena telah diijinkanNya berbuat baik.

Untuk membuka 'pintu shalat khusyu' memerlukan kesucian lahir batin. Berarti kita perlu membuka dulu 'pintu istghfar' dan menjaga diri dari melakukan perbuatan dosa baik lahir maupun batin. Saat beristighfar , tentu ingin Allah mengampuni dosa kita, maka kita perlu membiasakan diri untuk membuka 'pintu maaf' bagi semua orang yang telah menyakiti kita. 

Jangan meremehkan kebaikan sekecil apapun, karena kita tidak tahu lewat pintu mana kebaikan yang kita cita-citakan akan teraih.  Allahpun Maha Teliti dan Maha Menghargai setiap kebaikan hambaNya, sampai kebaikan yang berupa memberi seteguk air kepada orang yang sedang haus, bisa amat besar dan amat tinggi nilainya di hadapan Allah bila dilakukan dengan ikhlas.

Setiap hari banyak sekali peluang untuk berbuat baik, ambil sebanyak yang mampu kita lakukan. Apalagi ini bulan puasa, saat semua kebaikan dilipat gandakan.  Jangan lupa jalani dengan riang dan ikhlas........ maka tanpa terasa tiba-tiba Allah meringankan bangun kita di sepertiga malam terakhir, tiba-tiba Al Qur'an seperti 'memanggil' dan menarik kerinduan kita padanya, dan ........ banyak sekali 'pintu' kebahagiaan yang tak terbayang oleh kita.

Mungkin apa yang aku alami adalah bukti dari kebenaran al qur'an dan hadist dibawah ini:

"Itulah (karunia) yang (dengan itu) Allah menggembirakan hamba- hamba-Nya yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh. Katakanlah: "Aku tidak meminta kepadamu sesuatu upahpun atas seruanku kecuali kasih sayang dalam kekeluargaan". Dan siapa yang mengerjakan kebaikan akan Kami tambahkan baginya kebaikan pada kebaikannya itu. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Mensyukuri".
QS. Asy-Syuura (Asy-Syura) [42] : ayat 23

Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah ta’ala berkata: ‘Kecuali puasa, maka Aku yang akan membalas orang yang menjalankannya karena dia telah meninggalkan keinginan-keinginan hawa nafsunya dan makannya karena Aku’.” (Shahih, HR. Muslim)

"Masukilah semua pintu kebaikan yang bisa anda lakukan, karena sebuah pintu kebaikan yang dilakukan dengan ikhlas akan membuat terbukanya pintu kebaikan yang lain yang mungkin masih berat anda lakukan." (Innuri Sulamono)

Selasa, 02 Agustus 2011

Berbagi Di Awal Ramadhan

Sore begitu indah.  Sudah menyelesaikan 'PR' yang datangnya sebulan sekali itu, membayangkan besok sudah bisa berpuasa saja sudah membuatku bahagia.  Bila kemarin hanya jadi 'penonton' saat mas Hary dan Insan  menikmati buka dan sahur, maka besok aku akan menjadi bagian dari orang-orang yang berpuasa. Duh bahagianya....

Sore ini suasana lengang di rumah, karyawan sudah pulang semua, suara anak tadarus Al Qur'an dari masjid di kejauhan  menghias sore yang mulai redup.
Banyak hal membuatku bahagia hari ini. 
Memang sejak sebelum puasa, aku ingin berbagi beras kepada dhuafa di awal ramadhan, dan hari ini telah kuselesaikan hajatku itu.  Biasanya masing-masing orang menerima 5 kg beras, tapi kali ini kubikin 4 kg an, tapi ditambah mie, kecap dan gula.  Aku ingin, semua orang merasakan makanan layak di bulan ramadhan ini 

Windy, karyawanku yang biasa jadi 'amil'nya Cantiq, pulang dari membagi beras dengan kisah yang mengharukan.
"Aduh bunda.....mereka seneeeng banget, mereka kirim salam dan mendoakan bunda.  Ada yang rumahnya kelihatan bagus dari luarnya, tapi.... di dalamnya dapur merangkap kamar merangkap ruang tamu, pokoknya kasihan banget bunda....".

Sebenarnya saat melihat 12 paket beras yang siap dibagi itu, hatiku jadi teriris-iris. Ingat jaman dulu, sebelum BBM naik dua kali lipat itu, Cantiq punya 28 anak yatim dan dhuafa dari Asrikaton, Bunut dan Bugis yang biasa disantuni, sekarang tinggal 12 yang mampu Cantiq berikan.  Inipun sudah bersyukur banget, karena sehabis krisis di awal kepemimpinan SBY itu, pernah lebih dari 1 tahun Cantiqku merugi dan tidak bisa mengeluarkan zakat perniagaan.

Mungkin inilah yang disebut 'dunia itu adalah tipu daya'.  Bagiku tipu daya dunia bukan hanya terletak pada gemerlapnya hingga kita tertipu lalu mengejarnya.  Krisis ekonomi juga merupakan tipu daya yang tak kalah dasyatnya, yang menyerang sendi-sendi keimanan tanpa kita menyadarinya. 

Lihatlah berapa banyak perusahaan gulung tikar, lalu pemiliknya, karyawannya, masyarakatnya sibuk menyalahkan krisis moneter sebagai penyebab kebangkrutan mereka.  Melupakan Allah Al Qabith (Maha Penyempit Hidup). Semestinya bila kita melewati kesulitan hidup, kita lari kepada Allah Al Basith (Maha Pelapang Hidup). Saat himpitan melanda, semestinya kita sibuk membenahi keimanan kita, keyakinan kita akan Allah Yang Maha Penolong.

Bagiku, kegagalan Cantiq melewati krisis selama lebih dari setahun itu adalah refleksi kegagalan iman, teristimewa imanku selaku pemilik usaha ini. Kok mau saja iman diombang ambingkan keadaan, mestinya iman itu kokoh karena terbangun dari kedalaman hati.

Saat krisis melanda, harga bahan baku produksi melonjak, harga kebutuhan hidup jadi berlipat, spontan pemikiran-pemikiran logis  bertebaran di luar diri dan menyerang kita begitu rupa.  
Pemikiran seperti :  krisis ini menyengsarakan rakyat, jumlah rakyat miskin bertambah, semakin banyak perusahaan yang gulung tikar, tidak mungkin perusahaan bertahan dengan harga bahan baku yang begini tingginya, tidak mungkin untung dengan biaya operasional yang naik dua kali lipat begini, bisa bertahan dan tidak tutup saja sudah bagus, rakyat dihimpit kesulitan diatas kesulitan , dan banyak sekali pemikiran negatif saat krisis melanda negeri ini.

Paradigma yang kadung diyakini masyarakat menginterverensi pemikiran kita begitu dasyatnya hingga kitapun 'beriman' padanya.  Lupa akan iman kita kepada Allah, bahwa Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu, bahwa Allah adalah Al Wasii (Yang Maha Luas Pemberiannya). Allah bisa membuat kita berkembang dalam situasi apapun, segalanya mungkin dan mudah bagi Allah.  Ingatlah bahwa Allah seperti yang kita sangka.  Saat kita merasa bahwa krisis adalah sumber kebangkrutan kita, maka Allahpun 'mengabulkan' sangkaan kita, dan terpuruklah kita.

Begitulah kisahnya.... setelah Cantiq bisa bangkit lagi, memang masih sering bertemu dengan berbagai hambatan, tapi alhamdulillah sudah tahu cara menghadapinya. Kuncinya terletak pada iman yang terbangun dari dalam dan tidak mudah diombang ambingkan 'tipuan' kenyataan. 

Di sore yang lengang ini, aku bermohon pada Allah, agar lebih banyak dan lebih lebih banyak lagi yang bisa aku berikan kepada orang-orang yang membutuhkan.