Senin, 22 Agustus 2011

Ternyata Kamu Adalah .....

Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela,  (QS Al Humazah ; 1)
Mengumpat berarti membicarakan keburukan orang lain di belakang mereka, sedang mencela berarti mengatakan hal yang tidak disukai di depan orangnya. 

Ramadhan ini membawa pelajaran yang amat berharga bagiku, sejak awal hingga di sepuluh hari terakhir ini.

Di bulan mulia ini aku beberapa kali dicela orang. Lantaran sebelumnya aku hampir tidak pernah dicela orang, rasanya bagaikan 'panen' celaan, mulai dari celaan ringan yang hanya membuat aku tersenyum dan tergelak, sampai celaan yang membuatku speechless dan tidak merasakan laparnya puasa....

Bagaimana tidak, aku terbiasa dikelilingi orang-orang yang menyayangku dan hidup saling menghargai satu sama lain.  Lalu tiba-tiba saja aku harus menerima kalimat ini ," ternyata kamu itu wanita yang......" atau kalimat ini ," ternyata kamu itu ..... dan ........" walaupun hanya lewat sms, tetap saja menyakitkan.

Reaksi pertamaku.... lari ke pelukan suami.....hehehe, sambil mencari pembenaran bahwa aku bukanlah seperti yang dikatakan si pencela.  Tentu saja suamiku membelaku plus membelaiku.....hehehe.

Tapi rasanya aku memang perlu dicela, agar aku intropeksi diri, karena akupun pernah mengumpat dan mencela orang.  Sebagai 'boss' tentu saja aku gampang mencela pekerjaan atau sikap karyawan. Sebagai teman akupun mungkin pernah mencela temanku. Sebagai ibu aku pernah mencela anak-anakku, dan sebagai istri aku pernah mencela suamiku.  Merasakan sakitnya dicela orang membuatku ingin memperbaiki diri.

Sms gak enak itu segera kuhapus, tapi apakah bekasnya sudah terhapus dari hatiku? Hmm... ternyata butuh 'mekanisme' batin tersendiri untuk menghapus semuanya.  Aku mikir gini," Iiihhh, seenaknya saja nyakitin orang ........ Nyakitin? aku disakitinya? kok enak banget.... tak seorangpun boleh menyakiti hatiku kecuali aku mengijinkannya ".  Akupun tersenyum melihat betapa bodohnya diriku bila membiarkan hatiku sakit karena celaan orang lain,  perlahan-lahan aku bisa memaafkan.  Saat hatiku bisa memaafkan dengan sepenuhnya, aku jadi bisa melihat betapa tidak enaknya menjadi si pencela.  Aku lihat orang yang suka mencela adalah orang yang berada dalam kegelisahan jiwa dan kekeringan hidayah Allah.

Orang yang ikhlas adalah orang yang bisa menerima orang lain apa adanya, kebaikan dan keburukannya.  Karenanya orang yang ikhlas tak pernah mencela orang lain seberapapun buruknya mereka. Musti diingat bahwa setiap orang punya peluang untuk menjadi baik dengan ijin Allah, kita yang sedang baikpun bisa berubah menjadi buruk dengan ijin Allah.  

Belum tentu orang yang dicela lebih baik dari orang yang mencela, bahkan orang yang mencela itu telah nyata keburukan lidah mereka.  Bila kita berada di fihak yang dicela, tak perlu membalas celaan itu, cukup satu orang saja yang busuk lidahnya, jangan ditambah satu orang lagi. 

Ketahuilah bila kita mencela orang lain, itu adalah kesombongan yang tersembunyi, karena kita menyangka bahwa diri kita lebih baik, padahal hanya Allahlah yang berhak menilai.  Jangan sok benar dan sok tahu hingga berani mengambil kesimpulan tentang orang lain, padahal yang anda lihat hanyalah sisi luarnya saja.  Allah lebih tahu isi hati mereka, latar belakang mereka dan alasan mereka melakukan suatu hal yang anda cela.

Andapun tak pernah tahu, barangkali orang yang kita umpat dan kita cela adalah orang yang dicintai Allah. Kekasih Allah tidak harus kiai atau orang yang terpandang. Kekasih Allah itu menyebar di masyarakat, kadang profesi mereka terlihat rendah di mata manusia. Melukai kekasih Allah sama saja menantang bahaya besar...... 

"Kami pernah berada di tempat Nabi s.a.w., tiba-tiba ada seorang laki-laki berdiri meninggalkan majlis, kemudian ada seorang laki-laki lain mengumpatnya sesudah dia tidak ada, maka kata Nabi kepada laki-laki ini: Berselilitlah kamu! Orang tersebut bertanya: Mengapa saya harus berselilit sedangkan saya tidak makan daging? Maka kata Nabi: Sesungguhnya engkau telah makan daging saudaramu." (Riwayat Thabarani dan rawi-rawinya rawi-rawi Bukhari)

Jauhilah kata ini : " Kamu ternyata ....... ".
" Aku kecewa, ternyata kamu tidak seperti yang kusangka ".
" Kamu itu orang yang nyebelin ......, ...... dan ...... ".
dan kalimat-kalimat serupa yang melukiskan penilaian dan kesimpulan kita akan orang lain, ini hanya akan menyakitinya. Jauhilah juga kata-kata kotor dan caci maki, karena Allah tidak suka, inipun hanya menunjukkan 'kelas' kita saja.

"Allah tidak suka kepada perkataan jelek yang diperdengarkan, kecuali (dari) orang yang teraniaya, dan adalah Allah Maha Mendengar dan Maha Mengetahui." (an-Nisa': 148)

"Barangsiapa menjauhkan seseorang dari mengumpat diri saudaranya, maka adalah suatu kepastian dari Allah, bahwa Allah akan membebaskan dia dari Neraka." (Riwayat Ahmad dengan sanad hasan) 

Berilah kesempatan kepada diri untuk merasakan menjadi orang yang mulia di hadapan Allah dengan memelihara lidah, bicara yang baik atau diam.  Perbanyak membaca Al Qur'an.  Terima orang lain apa adanya, bila ingin mereka menjadi baik seperti yang kita inginkan, doakan saja.  Sayangilah orang lain termasuk orang yang pernah menyakiti, ini tak akan merugikan kita sedikitpun, bahkan menambah kemuliaan kita.

Hati-hati dengan perasaan anda, karena hatipun bisa mengumpat dan mencela, dan setiap perasaan negatif atau positif akan mendapat balasan yang adil. 

Apa yang keluar dari mulut kita adalah cerminan hati kita, jadi bersihkan hati, biarkan hati hening dan terisi asma Allah. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar